Senin, 12 April 2021

Leaflet Takwil Ayat Mutasyabihat 18

18. TAKWIL WILDANUN MUKHOLLADUN

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

Surat [56] Al-Waqi’ah (Hari Kiamat)

 Pada hari kiamat manusia terbagi atas 3 golongan.

1. Orang-orang yang beriman paling dulu, masuk sorga

2. Golongan kanan, masuk sorga

3. Golongan kiri, masuk neraka.

1. Orang-orang yang beriman paling dulu

Di surga mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata.

Mereka dikelilingi oleh pelayan sorga (Wildanun Mukholladun, yang membawa gelas dan cerek berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir (dan khomr) yang tidak memabukkan. Mereka mendapat rizqi berupa buah-buahan, daging burung dan yang diinginkan lainnya.

Beristerikan bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan.

Mereka tidak mendengar kata-kata yang sia-sia dan dosa, kecuali ucapan salam.                                       

2. Golongan kanan

Di surga mereka berada di antara pohon bidara yang tak berduri dan pohon pisang yang bersusun. Di bawah naungan yang terbentang luas.serta air yang tercurah.

Mendapat rizqi berupa buah-buahan yang tak pernah berhenti berbuah. Di atas kasur-kasur yang tebal dan empuk, dengan istri bidadari-bidadari yang diciptakan langsung (bukan dari wanita dunia), dijadikan perawan yang penuh cinta dan sebaya.

Kedua golongan itu (orang-orang yang beriman paling dahulu dan golongan kanan), tentunya terdiri dari pria mukmin dan wanita mukminat.

KESIMPULAN

 

Ternyata kedua golongan itu (pria dan wanita) di surga akan dikawinkan dengan bidadari,

MASALAH PERTAMA

Mungkinkah wanita mukminat (yang masuk ke dalam surga) itu kawin dengan bidadari ?

PENDAPAT PARA ULAMA

Para ulama ahli tafsir menganggap tidak mungkin wanita mukminat yang masuk surga itu kawin dengan bidadari, karena keduanya sama-sama berjenis wanita.

Karena itu mereka mengajukan dua kemungkinan pemecahan masalah itu sebagai berikut : 

Pendapat Ke-1 (Teori Aisyah Ra.)

Para wanita mukminat itu oleh Alloh Swt. dijadikan bidadari, kemudian dikawinkan dengan bekas suaminya di dunia dahulu. Bila di dunia mereka belum bersuami, atau bekas suaminya tidak masuk surga bersamanya, maka mereka dikawinkan dengan mukmin lain di surga secara poligami.

Maka di sorga terdapat dua jenis bidadari.

Pertama bidadari yang diciptakan langsung di surga,

yang kedua adalah bidadari yang berasal dari wanita mukminat dunia.

Dalilnya adalah hadits dari Aisyah Ra. (Isteri Nabi Saw.)

Dari Ummu Salamah Ra., bahwa Aisyah Ra menuturkan, “Ketika para bidadari berkata, ‘Kami adalah wanita-wanita yang ridho dan tidak marah selamanya. Kami tetap tinggal dan tidak akan pergi selamanya. Kami kekal dan kami tidak akan mati selamanya. Kami wanita yang lembut dan tidak akan berbuat kasar selamanya. Dan kami sebaik-baik wanita yang dicintai para suami yang mulia.’

Maka para wanita mukminah di dunia menjawab, ‘Kami adalah para wanita yang melakukan sholat sedangkan kalian tidak sholat. Kami menunaikan puasa sedangkan kalian tidak. Kami berwudhu sedangkan kalian tidak. Kami memberikan sedekah sedangkan kalian tidak.'

” Aisyah melanjutkan, “Demi Alloh, mereka telah mengalahkan para bidadari itu.” (HR. Muslim).

KOMENTAR PENULIS

Hadits riwayat Aisyah Ra. ini bertentangan dengan  Al Qur-an.

Di dalam Al Qur-an dikatakan bahwa di surga hanya ada satu jenis bidadari. Mereka diciptakan Alloh Swt. langsung di surga (bukan berasal dari wanita dunia), serta belum pernah disentuh oleh manusia sebelumnya (bukan berasal dari wanita yang pernah kawin di dunia).

Adapun ayat-ayatnya adalah sebagai berikut.

Surat Al-Waqiah [56]

35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung (bukan berasal dari wanita dunia).

36. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan

37. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.

Surat Ar-Rohman [55]

70. Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik,

72. Yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.

74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (belum pernah kawin dengan pria di dunia) dan tidak pula oleh jin.

Pendapat Ke-2 (Teori para ahli tafsir)

Sebagian besar Ahli Tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa para wanita mukminat yang masuk ke dalam surga itu akan dikawinkan dengan pelayan surga (Wildanun Mukholladun), terkadang disebut bidadara.

Di antaranya pada Kitab-kitab tafsir sebagai berikut:

A. Tafsir Al Qur-an terjemah dari bahasa Arob.

1. Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti dalam Tafsir Al-Qurán Al-Jalalain.

2. Ismail ibn Katsir dalam Tafsir Al-Quran Ibnu Katsir.

B. Tafsir dalam Bahasa Indonesia

1. Tafsir Al-Qur'an Departemen Agama RI.

2. HAMKA dalam Tafsir Al Quran Al-Azhar.

3. Prof. Dr. M. Quraish Shihab MA. dalam Tafsir Al Qurán Al-Mishbah.

Ayat Mutasyabihat.

Kata majemuk Wildanun Mukholladun termasuk  Ayat Mutasyabihat.

     Panjang lebar perbincangan ulama tentang maksud mutasyabihat ini

     Teungku Muh. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis:

     Para ulama mempunyai 2 pendapat dalam hal ini:

1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Alloh) dan menjadikan perkataan war-roosikhuuna .., sebagai pembicaraan baru, yang maknanya “yang mengetahui ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri.” Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.”

     Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Aisyah

2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ilm. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai pembicaraan baru. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang berilmu tinggi (termasuk beliau) mengetahui makna ayat mutasyabihat.

    Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat kedua.

     Kebanyakan para penafsir Al Qur’an setuju dengan pendapat kedua, dimana para penafsir Al Qur’ an itu memasukkan diri mereka dalam golongan ar-roosikhuna (orang yang mendalam ilmunya), sehingga boleh menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.. Karena semua penafsir itu berpendapat bahwa takwilnya benar, maka akibatnya Al Qur-an menjadi multi tafsir seperti keadaannya sekarang.

     Penulis setuju dengan pendapat Aisyah yaitu yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Karena hanya Alloh. saja yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat itu, agar kita juga dapat mengetahuinya, kita harus bertanya kepada Alloh

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

  Zaman manusia bisa bertanya langsung kepada Alloh Swt. sebagaimana Nabi Adam As. dan Nabi Musa As. sudah lewat.  Maka pada masa sekarang kita hanya bisa bertanya kepada Alloh Swt. lewat Kitab ciptaanNya yaitu Al Qur-an.

Bertanya kepada Al Qur-an

Pertama-tama kita bahas dahulu tentang bahasa  Al Qur-an

Kita bisa membagi Bahasa Arob atas 4 macam.

 1. Bahasa Arob pasaran yang dipakai masyarakat sehari-hari.

 2. Bahasa Arob baku (bahasa Arob sastra) yang digunakan di tempat kerja, pemerintahan dan media massa.

 3. Bahasa Arob klasik, yaitu bahasa Arob yang dipa-kai pada zaman Nabi Muhammad Saw pada abad ke 7 M.

 4. Bahasa Al Qur-an (bahasa yang mirip Bahasa Arob). 

    Ke-4 bagian itu dapat diringkas menjadi 2 yaitu:

   Bahasa Arob dan Bahasa Al Qur-an.

Arti wildanun mukholladun.

     Ibnu Abbas Ra. berkata bahwa wildanun mukholladun adalah pelayan-pelayan surga.

     Sabda Alloh Swt. dalam QS Al-Insan [76]:19. Apabila kamu melihat mereka (pelayan-pelayan surga), maka kamu mengira mereka itu mutiara yang bertaburan. Para pelayan surga itu tidak pernah menganggur. Mereka mondar-mandir di surga dalam rangka berkhidmad kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka.

     Menurut Ibnu Qutaibah mereka (pelayan-pelayan surga) adalah anak-anak (ghilmanun) yang diciptakan Allah di surga sebagaimana halnya Allah menciptakan bidadari-bidadari bermata jelita di surga.

     Sahabat Nabi Abdullah bin Amr menyatakan:

“Sesungguhnya penduduk surga yang paling bawah adalah seseorang yang 1000 pelayan bergegas (melayaninya). Setiap pelayan memiliki tugas yang berbeda dengan yang lain.” (H.R al-Baihaqy dan dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Shahih at-Targhib)

Kesimpulan/Penutup

     Dari uraian di atas penulis menyimpulkan keadaan para pelayan sorga itu adalah sbb :

1. Bentuk para pelayan sorga itu kecil seperti sosok anak-anak.

2. Mereka dibuat di sorga seperti halnya bidadari.

3. Allah Swt. mengibaratkan para pelayan sorga ini dengan mutiara-mutiara yang bertebaran (ada di mana-mana. Mereka itu tidak pernah menganggur, mondar-mandir di surga dalam rangka berkhidmad kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka.

4. Dalam pandangan modern para pelayan sorga  tersebut adalah robot manusia ciptaan Allah Swt. berbentuk kecil dan cerdas (seperti dalam Film Star Wars), yang diprogram khusus untuk mela-yani para penghuni sorga.

    Alloh membuat bentuk mereka kecil agar berbeda dengan penghuni sorga dan isterinya (bidadari).

Jember, 5 Mei 2018

Dr. H. M. Nasim Fauzi

Jalan Gajah Mada 118

Tilpun (0331) 481127

Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar