Selasa, 21 Desember 2010

Buku Embriologi seks 01

 

Jenis Kelamin Embryo di Awal Kehidupan


Dalam Embriologi


Seri ke-1


Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

(Uraian dalam makalah ini agak spesialistis, diperuntukkan bagi para pembaca yang mempunyai background pendidikan biologi)



A.Latar Belakang Masalah




Pendahuluan
Dalam makalah-makalah penulis tentang hari akhirot yaitu waktu kebangkitan, di Shiroth, Neraka dan Surga, penulis menyebutkan bahwa jenis kelamin manusia di sana berbeda dengan jenis kelamin sewaktu masih hidup di Dunia. Dasar yang penulis pakai ialah di samping filsafat agama Islam juga ilmu kedokteran yaitu ilmu genetika dan embriologi.
Tujuan Alloh s.w.t. menciptakan manusia di dunia adalah untuk :
(i.) berkembang biak,
(ii.) menjadi kholifah Alloh di bumi dan
(iii.) beribadah, menyembah Alloh s.w.t.

Agar manusia bisa berkembang biak maka manusia diciptakan atas dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Mereka kawin, hamil, melahirkan anak, tumbuh kembang menjadi dewasa lalu menua dan mati.
Sedang di waktu kebangkitan manusia tidak perlu berkembang biak lagi karena tujuannya adalah untuk diadili dan dihitung serta ditimbang amalnya selama hidup di dunia. Oleh karena itu tidak perlu lagi pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan itu.
Sedang sorga tujuannya adalah sebagai tempat menerima balasan yang baik bagi amalnya di dunia, antara lain diberi isteri bidadari yang dapat dinikmati hanya oleh laki-laki saja. Maka semua manusia yang masuk ke dalam surga itu oleh Alloh s.w.t. dibentuk menjadi jenis laki-laki di telaga Kautsar.
Di dunia ini semua manusia dibuat di dalam rohim ibu (in vivo), sedang pertumbuhan manusia sewaktu kebangkitan dilakukan di luar rohim ibu (in vitro) seperti halnya penciptaan manusia pertama dahulu yaitu melalui proses “nafsin wahidah”.


B. Permasalahan


Permasalahan dalam embriologi yang bersangkutan dengan kemungkinan adanya perubahan kelamin adalah:
I. Uraian tentang kromosom seks (X dan Y) dan proses pembuahan.
II. Asal muasal alat kelamin dalam dan luar.
III. Perkembangan alat kelamin luar.
IV. Hormon-hormon seks pada janin.
V. Placenta dan Chorionic Gonadotropin Hormon (cGH) dan perannya dalam perkembangan kelamin embrio.
VI. Phenomena Sindrom feminisasi testis (sindrom tidak sensitif terhadap androgen) dan 5-alpha reductase deficiency.
VII. Perubahan kelamin pada janin XY.


C. Pemecahan Masalah


I. Uraian tentang kromosom seks (X dan Y) dan proses pembuahan.

Dalam Kaplan’s Embryology uraiannya tertulis sebagai berikut:
Gametogenesis: Konversi Sel-sel Benih Menjadi Gamet Pria dan Gamet Wanita
Perkembangan seorang manusia dimulai dengan pembuahan, suatu proses dimana spermatozoa dari pria dan oosit dari wanita bergabung membentuk suatu organisme baru yaitu zigot. Dalam persiapan untuk pembuahan, baik sel benih pria maupun wanita tersebut mengalami sejumlah perubahan yang melibatkan kromosom maupun sitoplasma. Sejumlah perubahan ini mempunyai dua tujuan:
1. Mengurangi jumlah kromosom dari jumlah diploid 46, yang ditemukan pada sel somatik, menjadi jumlah haploid 23, yang kita temukan pada gamet (Ploidi merujuk pada jumlah copies setiap kromosom). Hal ini terlaksana melalui pembelahan meiosis atau pembelahan pematangan, dan pengurangan jumlah kromoson ini perlu, karena jika tidak demikian penyatuan sel benih pria dan wanita akan menghasilkan individu yang mempunyai jumlah kromosom sebanyak dua kali dari sel induknya.
2. Mengubah bentuk sel-sel benih sebagai persiapan untuk pembuahan. Sel benih pria, yang mula-mula besar dan bulat, praktis kehilangan semua sitoplasmanya dan membentuk kepala, leher dan ekor. Sel benih wanita, sebaliknya, berangsur-angsur menjadi lebih besar sebagai akibat dari penambahan jumlah sitoplasma. Pada saat mencapai kematangan, oosit memiliki garis tengah kira-kira 120 um.
Sel somatik manusia mengandung 23 pasang atau jumlah kromosom yang diploid. Ada 22 pasang kromosom yang tepat sama, autosom, dan 1 pasang kromosom seks. Kalau pasangan kromosom tersebut adalah XX, individu tersebut secara genetika wanita; kalau pasangan tersebut XY, individu tersebut secara genetika laki-laki. Salah satu kromosom pada setiap pasangan berasal dari ibu dan dan yang lain berasal dari ayah. Anggota dari sebuah pasangan kromosom pada umumnya tidak terlalu rapat letaknya satu dengan yang lain baik pada sel yang sedang istirahat ataupun selama pembelahan mitosis. Satu-satunya saat di mana mereka sangat rapat bersentuhan satu sama lain adalah pada saat pembelahan meiosis atau pembelahan pematangan sel benih.

II. Asal muasal alat kelamin dalam dan luar.

Dalam Kaplan’s Embryology uraiannya tertulis sebagai berikut:
Sistem Urogenital
RINGKASAN
Sistem urogenital berkembang dari jaringan mesoderm. Sistem urinarius berkembang dari tiga sistem secara berurutan:
1. pronefros terbentuk di daerah servikal dan bersifat sementara.
2. mesonefros terbentuk di daerah toraks dan lumbal, berukuran besar, dan ditandai oleh satuan-satuan ekskresi (nefron) dan saluran pengumpulnya sendiri, yaitu duktus mesonefros atau duktus Wolff. Pada manusia, saluran ini hanya berfungsi dalam waktu singkat, tetapi sebagian besar sistem ini kemudian menghilang.
3. mesonefros atau ginjal tetap berkembang dari dua sumber. Mesonefros membentuk saluran ekskresi atau nefronnya sendiri seperti sistem lainnya, tetapi sistem pengumpulnya berasal dari tunas ureter, yaitu suatu pertumbuhan keluar dari dari saluran mesonefros. Tunas ini menghasilkan ureter, piala ginjal, kalises, dan seluruh sistem saluran pengumpul (Gambar 15.5).


clip_image002

Gambar 15.5
Hubungan antara sistem saluran pengumpul dan saluran ekskresi penting untuk perkembangan normal (Gambar 15.6). clip_image004

Gambar 15.6
Pembagian awal tuna ureter biasa menghasilkan ginjal bifida atau ginjallebih dengan ureter-ureter ektopiknya (Gambar 15.8). Posisi ginjal yang abnormal, seperti ginjalpelvis dan ginjal tapal kuda, juga terkenal (Gambar 5.10).
Sistem genitalis terdiri atas (a) gonad atau gonad primitif, (b) duktus genitalis, dan (c) genitalia eksterna. Ketiga unsur ini melewati suatu tahap indiferen yang memungkinkan mereka berkembang ke arah pria atau wanita. Kromosom Y adalah penentu testis dan menyebabkan (a) berkembangnya korda medulla (testis), (b) terbentuknya tunika albuginea, dan (c) korda korteks (ovarium) gagal berkembang. Bila tidak ada kromosom Y, pembentukan ovarium akan terangsang disertai dengan perkembangan (a) korda korteks yang khas, (b) hilangnya korda medulla (testis), dan (c) gagalnya tunika albuginea untuk berkembang (Tabel 15.1).

clip_image006

Tabel 15.1
Apabila sel-sel benih primordial gagal mencapai gonad indiferen, gonad tersebut akan tetap indiferen atau hilang.
Sistem duktus indiferen dan genitalia eksterna berkembang di bawah pengaruh hormon. Testosteron yang dihasilkan oleh testis merangsang perkembangan duktus mesonefros (vas deferens – epididimis), sambil substansi penghambat Mulleri (SPM) menekan duktus paramesonefros (sistem saluran wanita). Dihidrotestosteron merangsang perkembangan genitalia eksterna, penis, skrotum dan prostat (Tabel 15.2).

clip_image008

Tabel 15.2
Estrogen mempengaruhi perkembangan sistem paramesonefros wanita, termasuk tuba uterina, rahim, dan bagian atas vagina. Hormon ini juga merangsang genitalia, termasuk klitoris, labia, dan bagian bawah vagina (Tabel 15.2). Kesalahan-kesalahan produksi dan sensitivitas terhadap hormon testis menyebabkan menonjolnya ciri-ciri wanita di bawah pengaruh estrogen ibu dan estrogen plasenta.

URAIAN
Sistem Genitalis
Diferensiasi seksual merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan banyak gen, termasuk beberapa gen autosom. Kunci untuk dimorfisme seksual adalah kromosom Y, yang mengandung gen faktor penentu-testis (TDF) pada daerah penentu-seks (SRY). Ada atau tidak adanya faktor ini mempunyai efek langsung pada diferensiasi gonad dan juga bekerja sebagai suatu tombol untuk mengawali rentetan banyak “rangkaian” gen dari kromosom Y yang menentukan nasib organ-organ seksual rudimenter. Kalau faktor ini ada, akan terjadi perkembangan laki-laki; kalau tidak ada akan terjadi perkembangan perempuan.

GONAD
Sekalipun jenis kelamin mudigah ditentukan secara genetik pada saat pembuahan, gonad tidak memperoleh ciri-ciri bentuk pria atau wanita hingga perkembangan minggu ketujuh.
Gonad mula-mula tampak sebagai sepasang rigi yang memanjang, rigi gonad (Gambar 15.6), dan dibentuk oleh proliferasi epitel selom dan pemadatan mesenkim di bawahnya. Sel-sel benih tidak tampak pada rigi kelamin hingga perkembangan minggu ke-6.
Pada mudigah manusia, sel-sel benih primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat allantois (Gambar 15.17A).

clip_image010

Gambar 15.17
Sel-sel benih ini berpindah dengan gerakan menyerupai amuba sepanjang mesenterium dorsal usus belakang (Gambar 15.17, B dan C). Dan sampai di gonad primitif pada perkembangan minggu ke-6. Apabila mereka gagal mencapai rigi-rigi tersebut, gonad tidak berkembang. Karena itu, sel-sel benih primordial tersebut mempunyai pengaruh induktif terhadap perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis.

Gonad Indiferen
Segera sebelum dan selama datangnya sel-sel benih primordial, epitel selom rigi kelamin berproliferasi, dan sel-sel epitel menembus mesenkim di bawahnya. Di sini sel epitel tersebut membentuk sejumlah korda yang bentuknya tidak beraturan, korda kelamin primitif (Gambar 15.18).

clip_image012

Gambar 15.18
Pada mudigah pria dan wanita, korda ini berhubungan dengan epitel permukaan, dan kita tidak mungkin membedakan antara gonad pria dan wanita. Oleh karena itu, gonad ini dikenal sebagai gonad indiferen.


Testis
Apabila mudigah secara genetik bersifat pria, sel-sel benih primordial membawa sebuah gabungan kromosom seks XY. Di bawah pengaruh kromosom Y, yang menjadikan faktor penentu-testis, korda kelamin primitif terus-menerus berproliferasi dn menembus jauh ke dalam medulla untuk membentuk korda testis dan korda medulla (Tabel 15.1) (Gambar 15.19A).

clip_image014

Gambar 15.19
Ke arah hilus kelenjar, korda ini terpecah-pecah menjadi jala-jala sel yang halus, yang kelak membentuk tubulus-tubulus rete testis (Gambar 15.19, A dan B).
Pada perkembangan selanjutnya, korda testis kehilangan hubungan dengan epitel permukaan. Kemudian mereka dipisahkan dari epitel permukaan oleh selapisan jaringan ikat fibrosa padat, yaitu tunika albuginea, suatu gambaran khas testis (Gambar 15.19).
Dalam bulan ke-4, korda testis menjadi berbentuk seperti tapal kuda, dan ujung-ujungnya bersambungan dengan ujung rete testis (Gambar 15.19B). Sekarang korda testis tersusun dari sel-sel benih primordial dan sel-sel sustentakuler sertoli yang berasal dari epitel permukaan kelenjar (Gambar 1.17).

clip_image016

Gambar 1.17
Sel interstitial Leydig berkembang dari mesenkim asli rigi kelamin. Sel-sel ini terletak di antara korda testis dan mulai berkembang segera setelah mulainya diferensiasi korda ini. Pada kehamilan minggu ke-8, produksi testosteron oleh sel Leydig sudah mulai, dan testis sekarang mampu mempengaruhi diferensiasi seksual duktus genitalia dan organ kelamin luar.
Korda testis tetap padat hingga masa pubertas, pada saat korda ini menjadi berongga, sehingga terbentuklah tubulus seminiferus. Setelah tubulus seminiferus mempunyai saluran, tubulus ini bersambungan dengan tubulus rete testis, yang selanjutnya bermuara ke duktuli eferentes. Duktuli eferentes ini ini merupakan bagian saluran ekskresi sistem mesonefros yang tersisa. Fungsinya adalah sebagai penghubung antara rete testis dengan saluran mesonefros atau saluran Wolff, yang dikenal sebagai duktus deferens (Gambar 15.19B).


Ovarium
Pada mudigah wanita yang mempunyai unsur kromosom seks XX dan tidak mempunyai kromosom Y, korda kelamin primitif terputus-putus menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak teratur bentuknya (Gambar 15.20A).

clip_image018

Gambar 15.20
Kelompok-kelompok sel ini yang mengandung gugus-gugus sel benih primordial, terletak di bagian medulla ovarium. Kemudian, kelompok-kelompok ini menghilang dan digantikan oleh stroma vaskuler yang membentuk medulla ovarium (Tabel 15.1).
Epitel permukaan gonad wanita, tidak seperti pada pria, terus menerus berproliferasi. Dalam minggu ke-7, epitel ini membentuk korda generasi ke-2, korda korteks yang menembus mesenkim di bawahnya, tetapi tetap dekat permukaan (Gambar 15.20A). Dalam bulan ke-4 , korda ini terpecah menjadi kelompok-kelompok sel tersendiri, yang masing-masing mengelilingi satu atau lebih sel benih primitif (Gambar 15,20B). Sel-sel benih berkembang menjadi oogonia, sedangkan sel epitel di sekitarnya, yang berasal dari epitel permukaan, membentuk sel folikuler (lihat Bab I).
Boleh dikatakan bahwa jenis kelamin satu mudigah ditentukan pada saat pembuahan dan tergantung apakah spermatositnya membawa kromosom X atau Y. Pada mudigah yang mempunyai konfigurasi kromosom seks XX, korda medula gonad mengalami regresi, dan kemudian berkembang korda korteks generasi kedua (Gambar 15.20). Pada mudigah yang mempunyai kompleks kromosom XY, korda medula berkembang menjadi korda testis, dan korda korteks tidak berhasil berkembang (Gambar 15.19).

DUKTUS GENITALIA
Tahap Indiferen
Mula-mula, baik mudigah pria maupun wanita mempunyai dua pasang duktus genitalis, duktus mesonefros, dan duktus paramesonefros. Duktus paramesonefros muncul sebagai suatu invaginasi memanjang epitel selom pada permukaan anterolateral rigi urogenital (Gambar 15.21).

clip_image020

Gambar 15.21
Di sebelah kranial, saluran ini bermuara ke dalam rongga selom dengan struktur menyerupai corong. Di sebelah kaudal, saluran berjalan di sebelah lateral saluran mesonefros, kemudian menyilang di sebelah ventralnya untuk tumbuh di sebelah kaudomedial (Gambar 15.21). Di garis tengah, saluran paramesonefros ini berhubungan erat dengan saluran paramesonefros dari sisi seberang. Kedua saluran itu pada mulanya dipisahkan oleh sebuah sekat tetapi kemudian bersatu membentuk kanalis uterus (Gambar 15.24A).

clip_image022

Gambar 15.24
Ujung kaudal saluran yang telah bersatu tersebut menonjol ke dalam dinding posterior sinus urogenitalis, sehingga menimbulkan tonjolan kecil , yaitu tuberkulum paramesonefrikum atau tuberkulum Mulleri (Gambar 15.24A). Duktus mesonefros bermuara ke dalam sinus urogenitalis pada kedua sisi tuberkulum Mulleri.

DIFERENSIASI SISTEM SALURAN
Perkembangan sistem saluran duktus genitalis dan genitalia eksterna berlangsung di bawah pengaruh hormon yang beredar dalam darah janin selama kehidupan intrauterin. Juga, sel sertoli di dalam testis janin menghasilkan suatu zat non-steroid yang dikenal sebagai Substansia penghambat Mulleri (SPM) atau hormon antimulleri (HAM) yang menyebabkan regresi ductus paramesonefros. Selain zat penghambat ini, testis juga menghasilkan menghasilkan testosteron (androgen utama yang dihasilkan oleh testis), yang memasuki sel-sel jaringan sasaran. Di sini, hormon ini dikonversi menjadi dihidrotestosteron. Testosteron dan dihidrotestosteron berikatan dengan suatu protein reseptor spesifik intrasel yang mempunyai afinitas tinggi, dan akhirnya kompleks hormon reseptor ini ini berikatan dengan DNA untuk mengatur transkripsi gen-gen yang spesifik-jaringan dan produk-produk proteinnya (Gambar 15.22). Kompleks testosteron-reseptor menjadi mediator virilisasi duktus mesonefros, sementara kompleks dihidrotesteron-reseptor mengatur diferensiasi genitalia eksterna pria (Tabel 15.2).
Pada wanita, tidak dihasilkan SPM (Substansia penghambat Mulleri), dan karena tidak ada zat ini, sistem saluran paramesonefros dipertahankan dan berkembang menjadi tuba uterina dan rahim. Faktor-faktor pengendali untuk proses ini tidak jelas, tetapi bisa melibatkan estrogen yang dihasilkan oleh sistem ibu, plasenta, dan ovarium janin. Oleh karena zat perangsang pria tidak ada, sistem duktus mesonefros mengalami regresi. Kalau tidak ada androgen, genitalia eksterna indiferen dirangsang oleh estrogen dan berdiferensiasi menjadi labia mayora, labia minora, klitoris, dan sebagian vagina (Tabel 15.2).

Ductus Genitalia pada Pria
Ketika mesonefros mengalami regresi, beberapa saluran eksokrin, yaitu tubulus epigenitalis, membuat hubungan dengan korda rete testis dan akhirnya membentuk duktus eferen testis (gambar 15.23). Saluran ekskresi di sepanjang kutub kaudal testis, yaitu tubulus paragenitalis, tidak bersatu dengan korda rete testis (Gambar 15.23B).

clip_image024

Gambar 15.23
Sisa-sisa saluran ini keseluruhannya dikenal sebagai paradidimis.
Duktus mesonefros tetap dipertahankan kecuali pada bagian kranial, yaitu appendiks epididimis, dan membentuk duktus genitalia utama (Gambar 15,23). Tepat di bawah muara duktus eferen, duktus mesonefros ini memanjang dan sangat berkelok-kelok, dengan demikian membentuk (duktus) epididimis. Dari ekor epididimis hingga ke tonjol-tonjol vesikula seminalis, duktus mesonefros mendapatkan lapisan otot pembungkus yang tebal dan dikenal sebagai duktus deferens. Daerah duktus yang di luar vesikula seminalis dikenal sebagai duktus ejakulatorius. Duktus paramesonefros pada pria berdegenerasi kecuali sebagian kecil ujung kranialnya, yaitu apendiks testis.

Duktus Genitalis pada Wanita
Duktus paramesonefros berkembang menjadi duktus genitalis utama pada wanita.Pada mulanya, dapat dikenali tiga bagian pada setiap duktus: (a) bagian kranial vertikal yang bermuara ke rongga selom, (b) bagian horizontal yang menyilang duktus mesonefros, dan (c) bagian kaudal vertikal yang bersatu dengan pasangannya dari sisi yang berlawanan (Gambar 15.24A).

clip_image025

Gambar 15.24
Bersama dengan turunnya ovarium, dua bagian yang pertama berkembang menjadi tuba uterina (Gambar 15.24B), dan bagian kaudal bersatu membentuk kanalis uterus. Ketika bagian kedua duktus paramesonefros berjalan ke arah mediokaudal, rigi-rigi urogenital berangsur-angsur terletak pada bidang melintang (Gambar 15.25, A dan B).

clip_image027

Gambar 15.25
Setelah saluran ini menyatu di garis tengah, terbentuklah sebuah lipatan melintang yang lebar di dalam panggul (gambar 15.25C). Lipatan, yang membentang dari sisi lateral duktus paramesonefros yang telah menyatu ke dinding panggul tersebut, dikenal sebagai ligamentum latum uteri. Pada tepi atasnya terdapat tuba uterina, dan pada permukaan belakangnya, terdapat ovarium (Gambar 15.25C). Rahim dan ligamnetum latum uteri membagi rongga panggul menjadi kantong uterorektal dan kantong uterovesikal. Duktus paramesonefros yang telah menyatu tersebut membentuk korpus dan serviks uteri. Bangunan ini dibungkusoleh selaput mesenkim yangmembentuk lapisan otot rahim, yaitu miometrium, dan lapisan peritoneumnya, yaitu perimetrium.

Vagina
Segera setelah ujung padat duktus paramesonefros mencapai sinus urogenital (Gambar 15.26A dan 15.27A), tumbuh dua tonjolan keluar dari bagian pelvic sinus ini (Gambar 15.26B dan 15.27B).

clip_image029
clip_image031

Gambar 15 26 dan 15.27
Evaginasi ini, yaitu bulbus sinovaginalis, berproliferasi dan membentuk sebuah lempeng vagina padat. Proliferasi ini terus berlangsung di ujung kranial lempeng, sehingga memperbesar jarak antara rahim dan simus urogenitalis. Menjelang bulan ke-5, tonjolan vagina ini seluruhnya berongga. Perluasan vagina menyerupai sayap di sekitar rahim, yaitu fornises vagina, berasal dari paramesonefros (Gambar 15.27C). Dengan demikian, vagina mempunyai dua asal-usul; sepertiga bagian atas berasal dari saluran rahim dan dua pertiga bagian bawah berasal dari sinus urogenitalis.
Lumen vagina tetap terpisah dari lumen urogenitalis, yang dikenal sebagai selaput dara (himen) (Gambar 15.26C dan 15.27C). Selaput ini terdiri atas lapisan epitel sinus urogenitalis dan selapis tipis sel vagina. Biasanya vagina membentuk lubang kecil selama masa perinatal.
Beberapa sisa saluran ekskresi bagian kranial dan kaudal masih bersisa pada wanita. Sisa ini terletak di mesovarium, dimana mereka masing-masing membentuk epooforon dan parooforon (Gambar 15.24B). Duktus mesonefros menghilang kecuali sebagian kecil di bagian kranial yang ditemukan pada epooforon dan, kadang-kadang, sebagian kecil bagian kaudalnya, yang dapat ditemukan di dinding rahim atau vagina. Dalam masa kehidupan selanjutnya, sisa ini dapat membentuk, sebuah kista yang disebut kista Gartner (Gambar 15.21B).

III. Perkembangan alat kelamin luar.

GENITALIA EKSTERNA
Tahap Indiferen
Dalam perkembangan minggu ke-3, sel-sel mesenkim yang berasal dari daerah alur primitif bermigrasi ke sekitar membrana kloakalis untuk membentuk sepasang lipatan yang agak menonjol, yaitu lipatan kloaka (Gambar 15.29A).

clip_image033

Gambar 15.29
Di sebelah kranial membrana kloakalis, lipatan ini bergabung membentuk tuberkulum genital. Pada minggu ke-6, membrana kloakalis dibagi lagi menjadi membrana urogenitalis dan membrana analis. Lipatan kloaka juga dibagi lagi menjadi lipatan uretra di sebelah anterior, dan lipatan anus di sebelah posterior (Gambar 15.26B).
Serentak dengan itu, sepasang tonjolan lain, tonjol genitalia, mulai tampak di kedua sisi lipatan uretra. Pada pria tonjolan genitalis ini kelak membentuk tonjol skrotum dan pada wanita menjadi labia mayora (Gambar 15.33B).

clip_image035

Gambar 15.33
Akan tetapi, pada akhir minggu ke-6, sulit membedakan kedua jenis kelamin tersebut (Gambar 15.29C).


Genitalia Eksterna pada Pria
Perkembangan genitalia eksterna pada pria berada di bawah pengaruh hormon androgen yang disekresi oleh testis janin dan ditandai oleh cepat memanjangnya tuberkulum genital yang kini dinamakan phallus (penis) (Gambar 15.30B dan 15.31A).

clip_image037

Gambar 15.30
Bersama dengan pemanjangsn ini, phallus menarik lipatan uretra ke depan sehingga membentuk dinding lateral sulkus uretra. Sulkus ini terbentang sepanjang permukaan kaudal penis tetapi tidak mencapai bagian paling distal, yang dikenal sebagai glans. Lapisan epitel yang melapisi sulkus ini berasal dari endoderm dan membentuk lempeng uretra (Gambar 15.30B).
Pada akhir bulan ke-3, kedua lipatan uretra menutup di atas lempeng uretra, sehingga membentuk uretra pars cavernosa (Gambar 15.30B dan 15.31A).

clip_image039

Gambar 15.31
Saluran ini tidak berjalan hingga ke ujung penis. Bagian uretra yang paling distal ini dibentuk pada bulan ke-4 ketika sel-sel ektoderm dari ujung glans menembus masuk ke dalam dan membentuk sebuah korda epitel yang pendek. Korda ini kemudian memperoleh rongga, sehingga membentuk orifisium uretra eksternum (Gambar 15.30C).
Tonjol-tonjol kelamin pada pria yang dikenal sebagai tonjol skrotum mula-mula terletak di daerah inguinal. Pada perkembangan selanjutnya, tonjol ini bergerak ke kaudal, dan tiap-tiap tonjolan lalu membentuk setengah skrotum. Kedua belahan skrotum dipisahkan satu sama lain oleh sekat skrotum (Gambar 15.30D dan 15.31A).

Genitalia Eksterna pada Wanita
Faktor-faktor yang mengendalikan perkembangan genitalia eksterna wanita tidak jelas, tetapi estrogen memainkan satu peranan (lihat Tabel 15.2) (menurut penulis perkembangan genitalia eksterna wanita langsung dikendalikan oleh kromosom X, pen.). Tuberkulum genital hanya sedikit memanjang dan membentuk klitoris (Gambar 15.31B dan 15.33A); lipatan uretra tidak menyatu seperti halnya pada pria, tetapi berkembang menjadi labia minora, Tonjol kelamin membesar dan membentuk labia mayora. Alur urogenital membuka dan membentuk vestibulum (Gambar 15.31,A dan B). Sebenarnya, dengan menggunakan kriteria panjang tuberkulum (kalau dipantau dengan ultrasonografi) kita bisa salah mengidentifikasi jenis kelamin pada kehamilan bulan ke-3 dan 4.


Bersambung ke : Jenis Kelamin Embrio di Awal Kehidupan dalam Ilmu Embriologi, Seri ke-2



Jember, 16-12-2010



Dr. H.M. Nasim Fauzi

Jl. Gajah Mada 118
Tlp. (0331)481127

Senin, 29 November 2010

Dapatkah doa merubah takdir ?


Bila Takdir Itu Bersifat Kekal
Dapatkah Doa Merubah Takdir ?



Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi


A. Latar Belakang Masalah
     
     Pendahuluan
Takdir atau percaya kepada takdir adalah termasuk salah satu dari rukun Iman yang enam. Tidak percaya kepada takdir menjadikan seseorang menjadi kafir (tidak beriman).  
Hadits 01. Dari sohabat Jabir bin ‘Abdulloh r.a ia mengatakan bahwa Nabi s.a.w. bersabda : “Tidaklah beriman seseorang sehingga ia beriman kepada takdir baik dan buruk, dan meyakini bahwa yang telah ditakdirkan menimpanya dia tidak akan meleset darinya; dan yang ditakdirkan tidak menimpanya, tentu tidak akan menimpanya”. (Shohih Sunan at-Tirmidzi).
Hadits 02. Umar mengisahkan, suatu hari tatkala ia dan para sahabat duduk bersama Rosululloh saw. tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang mengenakan pakaian sangat putih, rambutnya hitam legam dan tidak ada bekas melakukan perjalanan. Lalu lelaki itu duduk tepat di hadapan Nabi saw. Ia rapatkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan kedua tangannya bertumpu di atas lututnya.
“Ya Muhammad,” ucap lelaki itu. “Beritahukan kepadaku tentang agama Islam.” Muhammad Rosululloh saw. bersabda: “(A.) Islam itu adalah
(i.) kesaksiannya bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah Rosul-Nya. Lalu
(ii.) engkau tegakkan sholat,
(iii.) engkau bayar zakat,
(iv.) engkau puasa pada bulan Romadhon, dan
(v.) engkau haji ke Baitulloh jika kamu mampu." "Benarkah engkau," komentar lelaki itu.
Para sahabat tampak heran, lelaki itu yang bertanya dan ia juga yang membenarkannya.
"Beritahukan kepadaku tentang Iman," pinta lelaki itu lagi. Muhammad Rosululloh saw. bersabda: "(B.) Iman itu adalah
(i.) engkau beriman kepada Alloh,
(ii.) para malaikat-Nya,
(iii.) kitab-kitab-Nya,
(iv.) para Rosul-Nya, dan
(v.) hari kiamat.
(vi.) Engkau juga beriman kepada qodar yang baik dan yang buruknya." "Benarlah engkau," komentar lelaki itu lagi.
"Beritahukan kepadaku tentang Ikhsan." Muhammad Rosululloh saw. bersabda: Engkau sembah Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya. Sebab sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya, Dia pasti melihatmu."
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat." "Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya," jawab Rosulullloh saw. "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya." Muhammad Rosululloh saw. bersabda: "Tanda-tandanya hamba wanita melahirkan majikannya. Lalu orang-orang miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam pembangunan gedung."
Setelah lelaki itu pergi, Rosululloh saw. bertanya, "Hai Umar, tahukan engkau siapa lelaki yang bertanya tadi?" "Hanya Alloh dan Rosul-Nya yang paling mengetahui." Muhammad Rosululloh saw. bersabda: "Sesungguhnya dia itu Jibril. Dia hendak mengajarkan agama kalian." (H.R. Muslim).
Pada makalah penulis berjudul “Wanita di Sorga dan Neraka” penulis menguraikan takdir sebagai perencanaan (penulisan di Luh Mahfuzh) dan penciptaan Alam semesta, Surga dan Neraka oleh Alloh s.w.t. Tinta yang digunakan untuk menulis takdir di Luh Mahfuzh tadi sudah habis sehingga pena telah kering. Maka takdir tidak bisa dirubah lagi.
Hadits 03 : Rosululloh s.a.w. bersabda, “Pena telah kering dengan yang sudah tetap sampai Hari Kiamat”. (H.R. Thobroni dan Ahmad).
Ada pembaca yang menanyakan tentang bagaimana peranan do’a yang dikatakan bisa merubah takdir. Makalah ini adalah sebagai jawaban pertanyaan itu.

B. Permasalahan

Permasalahan tentang takdir yang ada di dalam pemikiran para sarjana Islam adalah sebagai berikut :
I. Apa definisi dan makna takdir itu.
II. Bagaimana pandangan golongan-golongan dalam Islam tentang takdir itu.
III. Bagaimana tahap-tahap dan mekanisme takdir itu.
IV. Bagaimana kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
V. Apakah do’a bisa merubah takdir

C. Pemecahan Masalah

I     I. Definisi Takdir
Pada hadits 01 dan 02 di atas yang dimaksud beriman kepada takdir adalah beriman kepada qodar yang baik dan buruknya.
Definisi qodar.
Menurut Umar Hasyim dalam bukunya “Memahami Seluk beluk Takdir”, qodar adalah pembatasan Alloh pada sesuatu perkara pada zaman ‘azali (sebelum terjadi sesuatu) menurut pengetahuan dan kehendak-Nya.
Atau dengan arti lain: Suatu rencana yang telah ditentukan oleh Alloh pada zaman’azali dan segala sesuatu akan terjadi menurut ukuran dan kehendak-Nya.
Imam Nawawi rohimahulloh mendefinisikan takdir sebagai berikut: “Sesungguhnya segala sesuatu yang maujud ini oleh Alloh Ta’ala sudah digariskan sejak zaman kidam dahulu. Dia s.w.t. Maha Mengetahui apa saja yang akan terjadi atas segala sesuatu tadi dalam waktu-waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan garis yang ditetapkan oleh-Nya. Jadi terjadinya itu nanti pasti akan cocok menurut sifat-sifat dan keadaannya yang khusus, tepat seperti yang digariskan oleh Alloh s.w.t.
“Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari dalam buku “Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” menyebutkan tentang takdir sebagai : Segala sesuatu yang baik ataupun buruk, terjadi dengan takdir dan ketentuan Alloh. Alloh Mahaberbuat yang Dia kehendaki. Segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya dan tidak akan keluar dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Dia mengetahui segala suatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi sebelum hal tersebut terjadi dalam (ilmu-Nya) yang azali. Dia mentakdirkan segala ketentuan untuk alam semesta ini sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya. Alloh mengetahui keadaan manusia, rizki, ajal, amal perbuatan dan segala perkara mereka. Maka segala yang terjadi adalah di bawah pengetahuan, kekuasaan dan kehendak Alloh.
Penulis setuju dengan definisi-definisi takdir yang diutarakan oleh Umar Hasyim, Imam Nawawi dan “Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari di atas.
Sedang definisi-definisi takdir menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dan Sayid Sabiq di bawah lebih cocok dikenakan bagi definisi qodho.
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dalam buku “Dienul Islam”, qodar adalah suatu peraturan umum yang telah diciptakan Alloh untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab akibat. Telah menjadi undang-undang alam (sunnatulloh) yang abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatulloh itu.
Menurut Sayid Sabiq dalam bukunya “Aqidah Islam”, kodar atau takdir ialah suatu peraturan yang tertentu yang telah dibuat oleh Alloh s.w.t. untuk segala yang ada dalam alam semesta yang maujud ini. Jadi peraturan-peraturan tersebut adalah yang merupakan undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang diikatkan di dalamnya antara sebab dengan musababnya, juga antara sebab dan akibatnya.

II. Beberapa pandangan dalam Islam tentang takdir
  
Uraian Drs. Sidi Gazalba dalam bukunya “Sistematika Filsafat” adalah sebagai berikut:
Determinisma teologi (I.) beranggapan Tuhanlah yang menciptakan segala-galanya, tiap gerak dan kejadian, tiap laku perbuatan manusia, yang baik dan buruknya.
Indeterminisme teologik (II.) mengingkari bahwa manusia didiktekan Tuhan dalam laku perbuatan. Manusia memiliki kemauan bebas . Ia pencipta laku perbuatannya. Karena itu ia sendirilah yang menentukan tindakannya, yang baik dan buruknya.
Yang pertama (I.) mempercayai kodrat dan kodar mutlak Tuhan.
Yang kedua (II.) : kodrat atau kodar mutlak manusia.
Yang pertama (I.) dianut oleh paham Jabariah, yang kedua (II.) oleh paham Qodariyah yang didirikan oleh Al-Juhaeny Al-Bishry (wafat 699 M.). Yang terakhir (II.) merupakan bagian filsafat dari kaum Mu’tazilah yang dibangunkan oleh Washil ibn ‘Athon.
Masing-masing paham itu adalah ekstrim. Paham ketiga, penengah antara kedua paham yang bertentangan, dianut oleh mayoritas pemikir Islam, yang disebut ahlussunnah wal jama’ah. Kebenaran, kata paham ketiga, terletak antara kedua paham yang ekstrim itu. Manusia bukan mahluk yang mutlak ditentukan, juga bukan yang mutlak bebas dalam laku perbuatannya. Tetapi dari pemikir-pemikir itu banyak yang selanjutnya mengarah kepada determinisma (I.) dengan dalilnya : manusia itu hanya lahiriyah saja yang bebas, tetapi batiniyah ia ditentukan.
Seorang ulama Sy’ah bernama Syaikh Ja’far Subhani dalam bukunya “Menyiasati Takdir” menyatakan bahwa bila Allah telah membuat Lauh Mahfudz (yang merupakan makhluknya), kemudian mendasarkan semua pekerjaan-Nya sesuai dengan yang tertulis didalamnya, maka kekuasaan Alloh s.w.t berada dibawah kekuasaan Lauh Mahfudz. Hal itu tidak mungkin terjadi.

III. Tahap-tahap dan Mekanisme Takdir
  
“Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari mengatakan bahwa beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali dengan empat hal, yang dinamakan “Marotibul Qodar” (tingkatan takdir) atau disebut juga rukun takdir.
  
Tingkatan Pertama : Al-Ilmu
Yaitu beriman bahwa Allah Ta’ala Mahamengetahui segala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan belum terjadi, serta seandainya terjadi Dia Mahamengetahui bagaimana akan terjadi , secara global dan rinci. Dia mengetahui yang dilakukan makhluknya sebelum diciptakan; Dia mengetahui rizki, ajal, amal perbuatan, gerak gerik mereka dan mengetahui siapa saja yang bahagia dan sengsara. Hal tersenut berdasarkan ilmu-Nya yang qodim (dahulu), yang menjadi sifat-Nya sejak zaman azali. Alloh Ta’ala berfirman:
  
 إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ
“... Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. At-Taubah:115).
  
Tingkatan Kedua : Al-Kitabah (Pencatatan).
Yaitu mengimani bahwa Alloh telah mencatat segala apa yang telah diketahui sebelumnya dari semua takdir makhluk-Nya dalam Lauhul Makhfuzh, yaitu kitab yang tidak ada suatu apapun luput darinya. Maka segala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Dan sampai hari Kiamat telah tertulis di sisi Alloh Ta’ala dalam Ummul Kitab (kitab induk yang dinamakan adz-Dzikr, al-Imaam dan al-Kitaabul Mubiin. Alloh Ta’ala berfirman:
   
 وَكُلَّ شَىۡءٍ أَحۡصَيۡنَـٰهُ فِىٓ إِمَامٍ۬ مُّبِينٍ۬
“... Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhul Mahfudz).” (Q.S. Yaasin [36]:12).
  
Hadits 04: Dari sohabat ‘Ubadah bin ash-Shamit bahwa Nabi s.a.w.bersabda: “Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Alloh adalah al-Qolam (pena). Lalu Alloh berfirman: ‘Tulislah!’ Pena tersebut bertanya, ‘Apa yang harus saya tulis’. Alloh menjawab: “Tulislah takdir (semua makhluk) apa yang telah terjadi dan akan terjadi sampai akhir zaman!”. (Shohih Sunan at-Tirmidzi).
  
Tingkatan Ketiga : Al-Irodah wal Masyi’ah (Keinginan dan Kehendak).
Yaitu segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah dengan keinginan dan kehendak Alloh, dan berporos pada rohmat dan hikmah-Nya. Dia-lah yang memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki karena rohmat-Nya dan menyesatkan orang yang dikehendaki karena hikmah-Nya. Dia tidak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, karena kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya, akan tetapi para hamba-Nya akan diminta pertanggung-jawaban. Apa yang telah terjadi dari hal tersebut , maka sesungguhnya semua itu sesuai dengan ilmu-Nya yang azali (dahulu), yang telah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Dengan demikian, kehendak Alloh itu pasti terjadi, kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu. Sedang yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, maka tidak ada sesuatu apapun yang lepas dari kehendak-Nya. Alloh Ta’ala berfirman :
  وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” (Q.S. At-Takwir [81] : 29).
  
Hadits 05. Dari sohabat ‘Abdulloh bin Amr bin al-‘Ash bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya semua hati anak keturunan Adam pada dua jari di antara jari-jemari Ar-Rohman, bagaikan satu hati. Dia merubahnya (membolak-balikkan ke mana saja) menurut kehendak-Nya.” (H.R. Muslim).
  
Tingkatan Keempat : Al-Kholq (Penciptaan).
Maksudnya beriman bahwa sesungguhnya Alloh Pencipta segala sesuatu. Tiada Pencipta dan tiada Robb selain Dia. Segala sesuatu selain Dia adalah makhluk. Dia-lah yang menciptakan makhluk yang berbuat sekaligus perbuatannya, serta semua yang bergerak sekaligus gerakannya. Alloh Ta’ala berfirman:
  
 وَخَلَقَ ڪُلَّ شَىۡءٍ۬ فَقَدَّرَهُ ۥ تَقۡدِيرً۬ا
“ ... Dan Dia telah Menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukuran(qodar)nya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. Al-Furqon [25]:2).
Segala yang terjadi, berupa perbuatan baik atau jelek, iman atau kufur dan ta’at atau maksiat telah dikehendaki , ditentukan dan diciptakan oleh Alloh. Alloh Ta’ala berfirman:
  
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تُؤۡمِنَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ‌ۚ 
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Alloh ... (Q.S. Yunus [10] :100).
Sesungguhnya Alloh menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan; memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki dengan karunia-Nya dan menyesatkan orang-orang yang dikehendaki karena keadilan-Nya. Alloh Ta’ala berfirman:
  
 39:7 
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Alloh tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridoi kekafiran bagi hamba-Nya. Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu. Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain....” (Q.S. Az-Zumar [39] : 7).
Tidak ada hujjah dan alasan bagi yang telah disesatkan Alloh, karena Alloh telah mengutus para Rosul-Nya untuk mematahkan alasan (agar manusia tidak tidak dapat membantah Alloh). Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Alloh Ta’ala berfirman:
  
 40:17 
  
Pada hari ini tiap orang diberi balasan sesuai dengan yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini . Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.(Q.S. Al-Mu’min [40] : 17).
  
76:3 
   
“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Q.S. Al-Insan [76] : 3).
  
  4:165
  
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisa’ [4] : 165).
  
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا‌ۚ
“Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...” (Q.S. Al-Baqoroh [2]:286).
Namun, keburukan tidak boleh dinisbatkan kepada Alloh karena kesempurnaan rohmat-Nya. Karena Dia telah memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan. Tetapi keburukan itu terjadi dalam hal-hal yang telah menjadi ketentuan-Nya dan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
 4:79
   
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri .Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.(Q.S. An-Nisa’ [4] : 79).
Alloh Ta’ala Mahasuci dari kezholiman dan bersifat Mahaadil, maka Alloh tidak akan pernah sekali-kali menzholimi seseorangpun dari hamba-Nya walau hanya sebesar biji sawi. Semua perbuatan-Nya adalah keadilan dan rohmat. Alloh Ta’ala berfirman:
  
  50:29
  
“.Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku (Q.S. Qoof [50] : 29)
  
وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدً۬ا
“... Dan Robbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (Q.S. Al-Kahfi [18] : 49)
  .
 وَلَا يُظۡلَمُونَ فَتِيلاً 
Sesungguhnya Alloh tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarroh ...”. (Q.S. An-Nisaa’ [4] : 49).
Alloh Ta’ala tidak ditanya tentang apa yang diperbuat dan dikehendaki-Nya, berdasarkan firman-Nya:
21:23
  
Dia tidak ditanya tentang yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Q.S. Al-Anbiya’ [21] : 23).
Maka Allah Ta’ala-lah yang menciptakan manusia dan perbuatannya. Dia memberikan kepadanya kemauan, kemampuan, ikhtiar dan kehendak yang telah Alloh berikan kepadanya agar segala perbuatannya itu benar-benar berasal darinya. Kemudian Alloh menjadikan bagi manusia akal untuk membedakan antara baik dan buruk. Alloh tidak menhisabnya melainkan atas amal yang ia perbuat dengan kehendak dan ikhtiarnya sendiri. Maka manusia tidak dipaksa, tetapi dia mempunyai ikhtiar dan kehendak, maka dia bebas memilih dalam segala perbuatan dan keyakinannya. Hanya saja kehendak manusia itu mengikuti kehendak Alloh. Dan segala yang Alloh kehendaki-Nya pasti akan terjadi, dan yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi. Jadi Alloh sebagai Pencipta segala perbuatan hamba-Nya, dan mereka yang melakukan perbuatan itu. Intinya perbuatan itu diciptakan, diadakan dan ditakdirkan oleh Alloh, namun diperbuat dan dilakukan oleh manusia. Alloh Ta’ala berfirman:
  
81:28
81:29

(Al-Qur-an sebagai peringatan) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” (Q.S. At-Takwir [81] : 28-29).

Alloh telah membantah orang-orang musyrikin ketika mereka berhujjah dengan takdir. Mereka berkata:
6:148
  
Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun". Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. ”.
Maka Alloh membantah kebohongan mereka dalam firman-Nya:
  
Katakanlah (hai Muhammad): ‘Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakan kepada kami?’ Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.” (Q.S. Al-An’am [6] : 148).
  
Tahap-tahap takdir menurut Al-Hakami
Menurut Syekh al-Hakami dalam buku “Benarkah Aqidah Ahlussunnah Wal jama’ah” taqdir manusia ada lima, dimana menurut Ibnul Qoyyim kelima macam taqdir ini isinya persis sama (seperti kita mengkopi data komputer secara digital), yaitu :
a. Taqdir azali yang ditulis dengan al-qolam,
b. Taqdir umuri (seumur hidup), yaitu tatkala makhluk yang keluar dari sulbi Adam diambil sumpahnya : “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?”,
c. Taqdir umuri sewaktu Alloh menciptakan nuthfah di dalam rohim ibunya dan
d. Taqdir houli sewaktu malam Qodar, dan terakhir
e. Taqdir harian : “Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, demikian juga catatan Malaikat Rokib dan Atid perihal amal baik dan buruk manusia.

a. Taqdir azali yang ditulis dengan al-qolam
  
18:109
  
Katakanlah : “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dtulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi / 18:109).
  
  57:22
  
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya ...” (Al-Hadid / 57: 22).
Hadis 06 : Sesungguhnya yang pertama Alloh ciptakan adalah al qolam (pena), lalu Dia berkata kepadanya, “Tulislah!’ “Ya Robb, apa yang harus aku tulis? Alloh menjawab, ‘Tulislah ketetapan-ketetapan tentang segala sesuatu hingga hari kiamat.” “Hai Abu Huroiroh, qolam telah kering ....” (HR. Bukhori).
Hadis 07 : Rosululloh s.a.w. bersabda : Alloh Ta’ala telah menetapkan segala ketetapan (takdir) bagi seluruh mahluk, lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi; dan (ketika itu) ‘Arasy Alloh Ta’ala berada di atas air.” (HR. Muslim).
Hadis 08 : Dari Ibnu Umar r.a. dikatakan : “Rosululloh s.a.w. keluar menemui kami sedang di kedua tangannya ada dua kitab. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian tentang dua kitab ini? Kami serempak menjawab, ‘Tidak wahai Rosululloh, kecuali jika Tuan memberitahukannya kepada kami.’ Lalu beliau berkata, ‘Kitab yang ada di tangan kananku ini adalah kitab dari Robb semesta alam yang di dalamnya terdapat nama ahli surga, nama-nama bapak mereka, dan suku-suku mereka, kemudian dihimpunlah satu sama lainnya dan tidak ditambah atau dikurangi selama-lamanya.” Lalu beliau bersabda, ‘Kitab yang ada di tangan kiriku ini adalah kitab catatan Robb semesta alam yang di dalamnya terdapat nama-nama ahli neraka, nama bapak mereka, dan nama-nama suku mereka, kemudian satu sama lain disatukan (di dalam kitab ini) dengan tidak bertambah atau pun berkurang jumlahnya selama-lamanya.’ Lalu para sohabat berkata, ‘Jika semuanya telah beres (ditetapkan keputusannya) untuk apa kita beramal (di dunia ini)?’ Nabi s.a.w. bersabda, “Tingkatkan amalmu dengan baik dan lebih dekatlah dengan kebaikan sebab penghuni surga itu mengakhiri hidupnya dengan amal ahli surga sekalipun beramal apapun. Dan ahli neraka mengakhiri hidupnya dengan amal ahli neraka sekalipun beramal apapun.’ Kemudian, beliau mencampakkan kedua kitab tadi dan bersabda, ‘Robb kamu telah menyudahi dari hamba-hamba ini, sebagian ada di surga dan sebagian ada di neraka.” (Menurut Turmudzi, Hadits ini hasan, shohih, dan ghorib).

b. Taqdir umuri (seumur hidup), yaitu tatkala makhluq yang keluar dari sulbi Adam diambil sumpahnya : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”,
  
7:172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A'raf / 7:172).
Hadis 09 : Umar bin Khottob ditanya seseorang tentang surat Al A’rof ayat 172 (di atas). Dia menjawab : “Saya telah mendengar Rosululloh s.a.w. bersabda: ‘Sesungguhnya Alloh menjadikan Adam a.s. kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya dan mengeluarkan daripadanya keturunan. Lalu Alloh berfirman ; ‘Ini untuk surga dan akan mengamalkan amal ahli surga.’ Kemudian mengusap kembali punggung Adam dan mengeluarkan keturunan lalu dikatakan ini bagian neraka dan dengan amal neraka mereka beramal.’ Lalu ada orang bertanya, ‘Ya Rosululloh, jika demikian adanya, untuk apakah amalan itu? Jawab beliau, ‘Jika Alloh menjadikan seorang hamba untuk (masuk) surga, maka digunakan untuk mengerjakan amal ahli surga sehingga mati mengerjakan amal ahli surga dan masuk surga. Dan jika menjadikan seorang hamba untuk (masuk) neraka digunakan untuk mengerjakan amal ahli neraka sehingga mati mengerjakan amal ahli neraka, maka masuklah ia ke dalam neraka.” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, dan Turmudzi).

c. Taqdir umuri sewaktu Alloh menciptakan nuthfah di dalam rohim ibunya.
Hadits 10 : Umar bin Zubair memberitahukan hadits dari Aisyah r.a., dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Sesungguhnya ketika Alloh hendak menciptakan seorang makhluk, Dia mengutus satu malaikat, lalu ia memasuki rohim seraya berkata
(i.): ‘Ya Tuhanku untuk apa?’ Maka Alloh bertutur, ‘Laki-laki atau perempuan atau terserah Aku menciptakan di dalam rohim tersebut.’
(ii.) Lalu berkata, ‘Ya Tuhanku apakah akan sengsara atau bahagia?’ Alloh berkata, ‘Sengsara atau bahagia.’
(iii.) Malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana ajalnya?’ Dia menjawab, “Begini dan begitu.’
(iv.) Malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana bentuk dan akhlaknya?’ Dia menjawab, ‘Begini dan begitu, ‘Tidak ada sesuatu pun melainkan Dia menciptakannya di dalam rohim.” (HR. Al-Bazzar dengan tingkat dapat dipercaya).

d. Taqdir houli sewaktu malam Qodar
  















حمٓ (١) وَٱلۡڪِتَـٰبِ ٱلۡمُبِينِ (٢) إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةٍ۬ مُّبَـٰرَكَةٍ‌ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ (٣) فِيہَا يُفۡرَقُ كُلُّ أَمۡرٍ حَكِيمٍ (٤) أَمۡرً۬ا مِّنۡ عِندِنَآ‌ۚ إِنَّا كُنَّا مُرۡسِلِينَ (٥)
Haa miim
Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah [1370], (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul, (QS. Ad-Dukhon /44: 1-5).
[1370] yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.

e. Taqdir harian Setiap waktu Dia dalam kesibukan” dan hasil perbuatan manusia yang dicatat / ditulis oleh Rokib dan Atid.
  
55:29
  
Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. setiap waktu Dia dalam kesibukan [1445]. (QS. Ar-Rohman /55:29)
[1445] Maksudnya: Allah senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezki dan lain lain.
Alloh menciptakan Malaikat Pencatat Yang Mulia (Kirooman Kaaatibiin) dan menugaskan mereka menjaga dan mencatat perbuatan, ucapan dan niat kita. Setiap orang diikuti oleh dua malaikat : sisi kanan mencatat kebaikan sedangkan sisi kiri mencatat kejelekan. Dan dua malaikat yang lain menjaga dan membentengi kita, yang satu berada di belakang dan yang lain berada di depan.
Menurut Ibnul Qoyyim amalan yang dikerjakan oleh seorang hamba Alloh kemudian ditulis oleh kedua malaikat tadi isinya persis sama dengan taqdir yang telah direncanakan Alloh s.w.t. sebelumnya.
وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَـٰفِظِينَ كِرَامً۬ا كَـٰتِبِينَيَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُونَ 
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Infithor /82:10-12).
  
13:11
  
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Ra’d /13:11)
[767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

IV. Kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
Di dalam Ensiklopedia Indonesia tertulis sebagai berikut:
Gereja Katolik Roma: Predestination (Ing. Takdir; ditentukan sebelumnya). Dalam teologi Kristen: Doktrin yang menyatakan kepercayaan bahwa takdir abadi umat manusia ditentukan Tuhan. Kepercayaan terhadap takdir ini didasarkan pada kata-kata Paulus (Rom. 8:28-30), Santo Agustinus (354-430) dan Santo Thomas Aquinas (354-430), dan Santo Thomas Aquinas telah mengembangkan doktrin ini. John Calvin kemudian menegaskannya. Kepercayaan terhadap bentuk takdir tertentu juga dikenal dalam agama-agama kuno di Yunani, Cina, India dan Mesir.

VI. Apakah do’a bisa merubah takdir?
Menurut Abu Ezza dalam bukunya “Sudah Benarkah Doa Anda?”
a. Makna doa:
Doa menurut bahasa artinya menyeru dan meminta sesuatu. Seorang hamba yang berdoa kepada Tuhan artinya ia sedang menyeru-Nya dengan beribadah dan meminta serta berharap sesuatu dari-Nya.
Menurut Al-Qur-an, doa mengandung dua makna.
Pertama, bermakna ibadah. Berdoa artinya beribadah kepada Alloh. Hal tersebut sesuai dengan firman Alloh s.w.t.:
  
40:14
  
“Maka sembahlah (fad’uu) Alloh dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.” (Q.S. Ghofir [40] :14).
  
40:60
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan yang hina.” (Q.S. Ghofir [40]:60).
Hadits 11 : Sabda Rosululloh s.a.w.: “Doa adalah ibadah.” (H.R. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Bukhori, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Baihaqi).
Kedua, bermakna memohon dan meminta hajat kepada Alloh. Orang yang meminta adalah orang yang menginginkan tercapainya manfaat atau menolak bahaya dengan cara atau ungkapan seorang yang meminta dan mencari. Misalnya, doa Nabi Zakariya a.s.:
  
3:38
  
“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya, seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”’ (Q.S. Ali ‘Imron [3]:38).
Alloh telah menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin agar senantiasa meminta pertolongan kepada-Nya dan tidak selain-Nya. Firman-Nya:
  
1:5
“Hanya kepada  kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Q.S. Al-Fatihah [1]:5).
Alloh akan murka jika manusia tidak mau berdoa dan berpaling dari-Nya. Sabda Nabi s.a.w. menjelaskan:
Hadits 12 : “Barangsiapa tidak mau berdoa kepada Alloh, maka Alloh akan murka kepadanya.´ (H.R. Tirmidzi).

b. Do’a Bisa Merubah Qodho
Bahwa doa bisa merubah qodho terdapat pada hadits-hadits Nabi Muhammad s.a.w. sebagai berikut:
Hadits 13 : Nabi s.a.w. bersabda: “Tidaklah menolak qodho kecuali doa, dan tidaklah menambah umur kecuali kebaikan.” (H.R. Tirmidzi, Rauyani, dan Thobroni).
Hadits 14 : Nabi s.a.w. bersabda: “Doa itu mampu menolak qodho.” (H.R. Al-Hakim).
Hadits 15 : Nabi s.a.w. bersabda: “Berbuat baik kepada kedua orang tua itu menambah umur. Kebohongan itu mengurangi umur, sedangkan doa itu mampu menolak qodho. Dan Alloh punya dua qodho untuk makhluknya, yakni qodho yang baru (telah diubah, pen.) dan qodho yang berlaku (tidak berubah, pen.).” (H.R. Ibnu ‘Ady, Ibnu Shorsory dalam Kitab Amalinya, Ibnu Najjar dan Daelami).
Sedangkan ayat Al-Qur-an yang sebagian ulama menafsirkan sebagai perubahan qodho adalah pada ayat berikut :
  
لِكُلِّ أَجَلٍ۬ ڪِتَابٌ۬يَمۡحُواْ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثۡبِتُ‌ۖ وَعِندَهُ ۥۤ أُمُّ ٱلۡڪِتَـٰبِ 
Alloh s.w.t. berfirman: “Bagi tiap-tiap masa ada kitab. Alloh menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudz).” (Q.S. Ar-Ra’d [13] 38-39).
Dengan disebutkan-Nya di dalam ayat itu Lauh Mahfudz yang tidak dapat diubah, tentunya yang diubah bukanlah Lauh Mahfudz (qodar) tetapi qodho.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dalam bukunya “Qadha dan Qadar, Ulasan Tuntas Masalah Takdir” menyebutkan bahwa percaya kepada takdir berarti percaya kepada qodho dan qodar.

c. Perbedaan qodho dengan qodar
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dalam bukunya “Dienul Islam”, di dalam Al-Qur-an qodho mempunyai beberapa arti yaitu:
11. Hukum.
Sebab itu hakim dalam Islam bernama qodhi. Artinya dipakai dalam Q.S An-Nisa’ [4] :65.
   
4:65
  
Demi Tuhanmu (Muhammad) bahwa mereka tidak dianggap beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya sesuatu keberatan terhadap sesuatu hukum (qodho yaitu keputusan atau ketentuan Alloh, pen.) yang engkau berikan. Dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
2 2. Perintah.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Al-Isro [17] :23.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Dan Tuhanmu memerintahkan (memutuskan atau menentukan, pen.), janganlah kamu menyembah kecuali kepada-Nya saja.dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
3 3. Memberitakan.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Al-Isro [17] :4.
   
17:4
  
Dan Kami telah memberitakan (memutuskan atau menentukan, pen.) kepada Bani Isroil dalam Al-Kitab: ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali’”.
4 4. Menghendaki.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Ali Imron [3] :47.
 إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
 “Apabila Alloh menghendaki (memutuskan atau menentukan, pen.) sesuatu urusan, maka Dia cukup mengatakan: ‘Jadilah!’ lalu jadilah dia.
5 5. Menjadikan.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Fushshilat [41] :12.
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ
 “Dan Alloh menjadikan (memutuskan atau menentukan, pen.) tujuh petala langit dalam dua periode.”
Menurut Umar Hasyim dalam bukunya “Memahami Seluk Beluk Takdir”, qodho berarti keputusan atau ketentuan.
Maka pada pendapat penulis qodlo pada semua ayat di atas hanya mempunyai satu arti yaitu keputusan (execution) atau ketentuan Alloh. Pada ayat-ayat Al-Qur-am di atas, arti qodho ini (yaitu keputusan atau ketentuan Alloh) penulis tempatkan dalam kurung di belakang arti lain dari qodho.
H. Imam Sucahyo dalam bukunya “Menyingkap Takdir” membagi qodho atau keputusan/ketentuan Alloh ini menjadi 2 yaitu :
Pertama, qodho kauni atau keputusan/ketentuan Alloh dalam bentuk penciptaan alam dan manusia.
Kedua, qodho syar’i diniy adalah keputusan atau ketentuan Alloh berkenaan dengan aturan dan syariat (hukum agama).
Maka pada pendapat penulis, qodho kauni yaitu keputusan atau ketentuan Alloh s.w.t. dalam bentuk penciptaan alam dan manusia itu dapat diartikan sebagai sunnatulloh atau hukum alam.
Ini sesuai dengan definisi Drs. K.H. Nasrudin Razak dan Sayid Sabiq di atas, dimana kata qodar telah penulis ganti dengan kata qodho yaitu:
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dalam buku “Dienul Islam”, qodho (diubah penulis, pen.) adalah suatu peraturan umum yang telah diciptakan Alloh untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab akibat. Telah menjadi undang-undang alam (sunnatulloh) yang abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatulloh itu
Menurut Sayid Sabiq dalam bukunya “Aqidah Islam”, qodho (diubah penulis, pen.) ialah suatu peraturan yang tertentu yang telah dibuat oleh Alloh s.w.t. untuk segala yang ada dalam alam semesta yang maujud ini. Jadi peraturan-peraturan tersebut adalah yang merupakan undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang diikatkan di dalamnya antara sebab dengan musababnya, juga antara sebab dan akibatnya.
Pada zaman modern ini hukum alam telah dipelajari dengan intensif dan ekstensif melalui pengamatan dan percobaan (experiment). Hukum-hukum alam ini secara systematis terbagi atas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

d. Mekanisme perubahan qodho dengan doa.
Menurut qodho Alloh s.w.t. api bersifat panas dan dapat membakar tubuh manusia yang berada di dalam kobaran api.
Sebagai hukuman atas Nabi Ibrohim karena merusak berhala-berhala sembahan kaumnya, Raja Namrud memutuskan Nabi Ibrohim dihukum bakar.
Sewaktu berada di dalam tumpukan kayu yang akan dibakar Nabi Ibrohim berdoa agar beliau diselamatkan dari panasnya api. Dan doa ini dikabulkan Alloh sehingga qodho api yang panas itu berubah menjadi dingin. Sabda Alloh s.w.t.:
  
  21:69
“Kami berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ibrohim.” (Q.S. Al-Anbiya [21] :69).
Peristiwa tidak mempannya Nabi Ibrohim dibakar api adalah merupakan mukjizat yang diberikan Alloh s.w.t kepadanya.
Air menurut ilmu ilmu fisika yang merupakan qodho Alloh, bersifat permukaannya rata. Nabi Musa a.s. beserta Bani Isroil, sewaktu keluar (exodus) dari tanah Mesir dan dikejar oleh Fir’aun beserta bala-tentaranya, sampailah ke tepi Laut Merah sehingga terancam oleh bala tentara Fir’aun. Nabi Musa kemudian berdoa kepada Alloh s.w.t. agar diselamatkan dari kejaran Fir’aun itu. Alloh s.w.t. memerintahkan kepada Nabi Musa agar menyentuhksn tongkatnya ke laut, maka membelahlah laut itu, berlawanan dengan qodhonya yang seharusnya permukaannya rata. Kemudian Bani Isro’il melewati belahan itu selamat sampai ke seberang. Sedang Fir’aun dan pengikutnya yang ikut di belakangnya tenggelam karena air laut itu menutup kembali, sesuai dengan qodhonya yaitu berpermukaan rata. Peristiwa membelahnya laut itu termasuk mukjizat yang diberikan Alloh kepada Nabi Musa.
Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rosul, kecuali mukjizat Al-Qur’an kepada Nabi Muhamad, dipahami oleh kebanyakan ulama sebagai peristiwa luar biasa atau keajaiban yang melanggar sunnatulloh (qodho) yang berlaku bagi peristiwa-peristiwa yang diciptakan Tuhan.
==========================================================
Mukjizat adalah contoh-contoh dari doa yang bisa merubah qodho
===========================================================
Imam Al-Ghozali dalam “Ihya ‘Ulumiddin” menjelaskan “Jika qodho (qodar atau takdir, pen.) itu tidak ada yang bisa menolaknya, lalu apa manfaat dari doa? Ketahuilah! Merupakan bagian dari qodho (seharusnya termasuk qodar atau takdir, pen.) adalah menolak bala (termasuk sunnatulloh atau qodho akibat dosa manusia, pen.) dengan do’a. Dengan itu, doa adalah sebab yang bisa menolak bala (qodho, pen.) dan mendatangkan rohmat, sebagaimana tameng yang bisa digunakan untuk menolak anak panah hingga keduanya saling mendorong. Maka demikian pula doa dan bala saling berkelahi.
=============================================================
Maka doa bisa menolak/ merubah qodlo dan do’a termasuk bagian dari takdir /qodar.
=============================================================
Ada seseorang yang pergi ke luar kota. Di perjalanan terdapat pohon yang miring ke jalan. Sewaktu ada angin kencang secara hukum alam (qodho) tentunya pohon itu roboh ke jalan dan menimpa mobil itu (bala’). Karena sebelum berangkat orang itu berdo’a kepada Alloh s.w.t. maka Alloh merubah arah angin ke arah luar jalan sehingga pohon itu itu roboh tetapi tidak menimpa mobil itu.
Telah disebut di atas bahwa do’a bisa merubah qodho dan doa termasuk bagian dari takdir atau qodar.
Maka ditulislah di dalam Lauh Mahfud bahwa orang itu ditakdirkan berdoa sebelum berangkat sehingga qodho pohon itu yang seharusnya rohoh ke jalan menimpa mobil, dirubah menjadi roboh keluar jalan sehingga orang itu selamat.
Peran doa yang bisa merubah qodho dalam cerita ajaib berikut ini dapat diterangkan dengan cara yang sama.
Sayyid Imani, menuturkan kebersamaannya dengan Ghulam Husayn Malik, salah seorang pedagang Busyahr, bahwasanya dia berkata: "Aku bepergian untuk menunaikan ibadah haji. Kami bersama-sama Syaikh Muhammad Jawad al-Bayadabadiy. Di tengah perjalanan itu, banyak pencoleng yang menjarah barang-barang bawaan sebagian jamaah haji. Di samping itu, penyakit pes juga menyerang sebagian jamaah hingga menimbulkan kematian sebagian di antara mereka. Semua orang merasa ketakutan."
"Al-Bayadabadiy mengatakan: 'Barangsiapa yang ingin selamat dari bahaya penyakit pes, maka hendaklah dia bersedekah sebesar seratus empat puluh tuman, atau seribu empat ratus tuman. Barang siapa yang tidak mampu untuk membayar uang sejumlah itu, maka hendaklah dia bersedekah sesuai dengan kemampuannya. Aku akan bermohon kepada Allah bagi kalian.
"Malik mengatakan: 'Aku akan membayar seratus empat puluh tuman', begitu pula para jamaah haji yang lain. Karena uang sejumlah itu pada saat itu cukup besar, maka banyak orang yang tidak bisa membayarnya. Kemudian Malik membagikan hartanya kepada para jamaah haji yang telah dirampas hartanya oleh para perampok di tengah jalan. Mereka masih bersedih dan ketakutan".
"Dalam perjalanan itu semua orang yang membayar uang sejumlah itu selamat, dan kembali ke negerinya dalam keadaan selamat pula. Adapun orang-orang yang tidak mau membayar sedekah, semuanya terserang penyakit pes dan meninggal dunia, termasuk keponakan dan juru tulis saya yang enggan membayar sedekah."

D. Kesimpulan / Penutup

Demikianlah telah diuraikan masalah-masalah tentang:
I. Apa definisi dan makna takdir itu.
II. Bagaimana pandangan golongan-golongan dalam Islam tentang takdir itu.
III. Bagaimana tahap-tahap dan mekanisme takdir itu.
IV. Bagaimana kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
V. Apakah do’a bisa merubah takdir.
Dalam pembahasan di atas disimpulkan bahwa do'a bisa merubah sunnatulloh atau hukum alam yaitu qodho. Namun doa termasuk bagian dari takdir atau qodar maka doa tidak bisa merubah takdir.
Hadits 03 : Rosululloh s.a.w. bersabda, “Pena (penulis takdir di Lauh Mahfudz, pen.) telah kering dengan yang sudah tetap sampai Hari Kiamat”. (H.R. Thobroni dan Ahmad).
Kami yakin tulisan ini tidak sempurna, bagi pembaca yang menemukan kekurangannya dan kesalahannya sudilah memberitahukan kepada kami untuk diadakan perbaikan seperlunya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wal ‘lloohu ‘lmuwaffiq ilaa aqwamith thorieq.

Jember, 29 Nopember 2010


Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jl. Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember, Jawa Timur.


Kepustakaan
01. Departemen Agama RI, Al Qur-an dan Terjemahnya, CV Diponegoro, Bandung, 2000.
02. Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari, “Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta, 2006.
03. Abu Ezza, “Sudah benarkah Doa Anda?”, QultumMedia, Jakarta, 2010.
04. Bey Arifin, “Rangkaian Cerita dalam Al-Qur-an”, Alma’arif, Bandung, 1997.
05. Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, “Jawaban Tuntas Masalah Takdir”, Al Islahy Press, Jakarta, 1986.
06. Drs. Sidi Gazalba, “Sistematika Filsafat, Buku III”, Bulan Bintang, Jakarta, 1981.
07. Hasan Shadily, “Ensiklopedia Indonesia”, P.T Ichtiar Baru – van Hoeve, Jakarta.
08. H. Imam Sucahyo, “Menyingkap Takdir”, Samudra Ilmu, Jakarta, 2001.
09. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Kun Faya Kun”, Mitrapress, Jakarta, 2008.
10. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Qadha dan Qadar”, Pustaka Azzam, Jakarta, 2003.
11. Prof. Dr. H. Harun Nasution dkk. “Ensiklopedia Islam Indonesia”, Djambatan Jakarta, 1992.
12. Sayyid Abdul Husein Dastghib, “Catatan Dari Alam Gaib”,Pustaka Hidayah, Bandung, 1990.
13. Sayid Sabiq, “Aqidah Islam”, CV. Diponegoro, Bandung, 1997.
14. Syaikh Ja’far Subhani, “Menyiasati Takdir”, Pustaka Hidayah, Bandung, 2006.
15. Syekh Hafidz Ahmad Al Hakami, “Benarkah Aqidah Ahlussunnah Wal jama’ah”, Gema Insani Press, Jakarta, 1994.
16. Umar Hasyim, “Memahami Seluk-Beluk Takdir”, CV. Ramadhani, Solo, 1992.