Kamis, 02 April 2015

Tafsir Antara Cinta Kepada Alloh dan Takut Kepada Alloh




Antara Cinta Kepada Alloh
dan Takut Kepada Alloh


Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi


A. Pendahuluan

Pada makalah-makalah penulis tentang taqwa di dalam Al Qur-an, di antaranya “Tafsir Taqwa Adalah Takut”, telah dibuktikan dengan memakai Tafsir secara Kata dengan Kata bahwa tafsir taqwa adalah takut, bukanlah “Memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya” sebagaimana tertulis dalam Terjemah Al Qur-an Kementerian Agama RI.
Dibandingkan dengan ayat-ayat tentang taqwa yang berarti takut (kepada Alloh Swt.) yang jumlahnya sekitar 185, ayat-ayat tentang cinta kepada Alloh Swt. jumlahnya jauh lebih sedikit, hanya ada 4 ayat.

Ayat-ayat tentang cinta kepada Alloh Swt. tersebut adalah sebagai berikut:

š1. Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqoroh [2] : 165).

 



 
2. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imron [3] : 31)
3. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah [5] : 54)
4.  Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. QS. At-Taubah [9] : 24)
Dari uraian di atas ternyata takut kepada Alloh Swt. dan cinta kepada Alloh Swt. keduanya sama-sama diperintahkan oleh Alloh Swt. di dalam al Qur-an.

B. Permasalahan

1. Manakah yang lebih mulia antara orang yang takut kepada Alloh Swt. dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?
2. Bagaimanakah pandangan masyarakat ?

C. Jawaban / Pemecahan Masalah

1. Manakah yang lebih mulia antara orang yang takut kepada Alloh Swt dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?
Alloh bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُواإِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49] : 13)
Alloh Swt. menyatakan dalam ayat di atas bahwa  orang yang bertakwa atau takut kepada Alloh Swt. lebih mulia kedudukannya di sisi Alloh Swt. daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt.
2. Bagaimanakah pandangan masyarakat tenrang cinta kepada Alloh ?
Ajaran cinta kepada Alloh Swt. sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Selanjutnya ajaran tasawuf ini sangat dipengaruhi oleh ajaran Rabiah Al Adawiyah sebelumnya.
Cinta kepada Alloh Swt. menurut Rabiah Al-Adawiyah
Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irak dan meninggal sekitar tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah. Rabiah merupakan sufi wanita beraliran Sunni pada masa dinasti Umayyah yang menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesucian yang sangat takut dan taat kepada Tuhan. Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai The Mother of the Grand Master atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun Al-Misri. 
Rabi`ah dinilai sebagai orang pertama yang menyatakan doktrin cinta tanpa pamrih kepada Allah atau pelopor agama cinta (mahabbah). Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, hal ini merupakan konsepsi baru di kalangan para sufi kala itu.
Pada suatu waktu Rabi`ah ditanya pendapatnya tentang batasan konsepsi cinta. Rabi`ah menjawab: Cinta berbicara dengan kerinduan dan perasaan. Cinta muncul dari keazalian (azl) dan menuju keabadian (abad).
Ada 2 (dua) batasan cinta yang sering dinyatakan Rabi`ah.
1.   Sebagai ekspresi cinta hamba kepada Allah, maka cinta itu harus menutup selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta.
Dengan kata lain, maka :
a. Dia harus memalingkan punggungnya dari dunia dan segala daya tariknya.
b. Dia harus memisahkan dirinya sesama makhluk ciptaan Allah, supaya dia tak bisa menarik dari Sang Pencipta.
c. Dia harus bangkit dari semua keinginan nafsu duniawi dan tidak memberikan peluang adanya kesenangan dan kesengsaraan. Karena kesenangan dan kesengsaraan dikhawatirkan mengganggu perenungan pada Yang Maha Suci.
2. Kadar cinta kepada Allah itu harus tidak ada pamrih apapun. Artinya, seseorang tidak dibenarkan mengharapkan balasan dari Allah, baik ganjaran (pahala) maupun pembebasan hukuman, Dan melalui jalan cinta inilah, jiwa yang mencintai akhirnya mampu menyatu dengan Yang Dicintai dan di dalam kehendak-Nya itulah akan ditemui kedamaian.
Cinta Rabi`ah tidak muncul begitu saja, tanpa suatu proses. Dalam penelusuran Muhammad Atiyah Khamis, dulu Rabi`ah mencintai Allah sebagaimana lazimnya kebanyakan umat Islam, yaitu didorong karena mengharapkan surga Allah dan sebaliknya takut akan neraka-Nya. Ini ternyata jelas melalui pertanyaan doa Rabi`ah kepada Allah, yaitu … “O, Tuhan, apakah Engkau akan membakar hamba-Mu di dalam neraka, yang hatinya terpaut pada-Mu, dan lidahnya selalu menyebut-Mu, dan hamba yang senantiasa takwa pada-Mu.
Sesudah Rabi`ah menyadari bahwa landasan cinta seperti itu dianggap cinta yang masih sempit, Rabi`ah meningkatkan motivasi dirinya sehingga dia sampai luluh dalam cinta Ilahi. Artinya, dia mencintai Allah karena memang Allah patut untuk dicintai, bukan karena ketakutan terhadap neraka ataupun disebabkan mengharapkan surga-Nya. Terus ada peningkatan lagi. Dia justru minta dibakar api neraka, jika menyembah Allah karena takut neraka dan sekaligus mengharamkan surga, kalau dia mengharapkan surga. Atas dasar cinta dalam penyembahan Allah, dia berkata, limpahkanlah ganjaran yang lebih baik. Dia minta diberi kesempatan melihat wajah Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia, hingga merasa bahagia berada dekat dengan Allah pada hari kebangkitan. mengharap keridlaan Allah saja.
Tasawuf di tangan Rabi`ah telah menimbulkan revolusi rohani. Islam sebagai agama yang cinta iman dan amal shaleh, oleh Rabi`ah dengan 2 (dua) macam cintanya diubah menjadi cinta rindu, berzikir pada Allah, melupakan semuanya, dengan segala konsekuensinya. Tujuan hidup mencari akhirat dinilai sebagai tabir menyesatkan yang wajib dilenyapkan. Harapan surga dan takut neraka dihina sebagai pedagang mencari laba dan ganti rugi. Padahal cinta Islam adalah agar zikir, pikir untuk amal dengan etos kerja tinggi untuk membangun dunia (Q. S. Al-Baqarah: 126), diganti jadi zikir dan merenung. Zikir sebagai pengendalian diri secara bertanggung jawab digeser jadi wasilah atau sarana meditasi, menyongsong terbukanya tabir ghaib dan anugerah fanaa` fi Allah.
Menurut Ibrahim Hilal Konsep cinta Ilahi-nya Rabi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an karena anggapan bahwa puncak kenikmatan tertinggi adalah penyaksian zat Yang Maha Esa serta berkomunikasi langsung dengan-Nya. Orientasi cinta Ilahi akan membuahkan perenungan tentang penyaksian zat Yang Maha Tinggi, dengan konsekuensi, antara lain, pengabaian janji dan ancaman Allah. Ini akan mengakibatkan stagnasi (kemandegan) kehidupan duniawi manusia, terhentinya proses dinamika pemikiran manusia dan kegagalan seluruh kegiatan pengajaran dan ilmu.
Pengaruh Konsep Mahabbah Rabiah Al-Adawiyah Dalam Pengembangan Tasawuf.
Pengaruh Rabî‘ah al-‘Adawiyyah dalam pengembangan tasawuf sangat signifikan sekali karena ia telah memberikan corak yang baru dalam bertasawuf. Setidak-tidaknya ada tiga kontribusi Rabî‘ah al-‘Adawiyyah dalam dunia tasawuf. Pertama, ia berhasil mentransformasikan konsep al-khawf dan al-rajâ’ (khawf berarti takut terhadap siksa di dalam neraka karena dosa-dosa kita, danroja’, mengharap ampunan dan surga) dari Hasan al-Bashrî kepada mahabbah (cinta). Jadi, ia menyembah Allah swt bukan semata-mata karena takut kepada api neraka dan mengharap surga tapi ia menyembah-Nya karena cinta. Kedua, ia memberikan corak baru dalam dunia tasawuf. Walaupun, ia sangat menderita dalam hidupnya tetapi ia mampu menjadi seorang yang “kuat” dalam bertasawuf. Ketiga, dalam hal gender, ia mengubah pandangan para sejarah bahwa seorang wanita mampu untuk menjadi seorang sufi. Konsep mahabbah yang dikemukakan oleh Rabî‘ah al-‘Adawiyyah sangat istimewa sekali karena ia memberikan contoh yang sangat menarik sekali kepada kita dan relevan sepanjang masa bagaimana kita menyembah Allah Swt.dengan penuh ketulusan. Jadi, pada saat ini umat Islam harus belajar dari seorang sufi wanita ini bagaimana menyembah Allah swt tanpa harus takut akan neraka dan mengharap surga serta meraih kesenangan dunia semata, tetapi menyembah Allah Swt. dengan penuh ketulusan mahabbah (cinta).
Pandangan Al-Hallaj tentang Bersatu dengan Alloh Swt.
Orang yang menganut faham Takut kepada Alloh Swt. berpendapat bahwa dirinya sangat lemah dan kecil, sebaliknya Alloh Swt. dianggap Maha Besar dan sangat berkuasa.
Sedangkan faham Cinta kepada Alloh Swt. beranggapan bahwa Alloh Swt. adalah kekasihnya yang pada sebagian orang bisa menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana pendapat Al Hallaj berikut ini.
Al Hallaj, nama lengkapnya adalah Abu Al–Mugis Al–Husain bin Mansur bin Muhammad al–Baidawi, dan lebih dikenal dengan nama al-Hallaj. Al-Hallaj dilahirkan pada tahun 244H./858 di Tur, salah satu desa dekat Baida di Persia. Neneknya, Muhammad adalah seorang penyembah api, pemeluk agama Majusi sebelum ia masuk Islam. Ada yang mengatakan bahwa al-Hallaj berasal dari keturunan Abu Ayyub, sahabat Rasulullah.
Sejak kecil al-Hallaj sudah banyak bergaul dengan orang-orang sufi terkenal. Pada waktu ia berumur 16 tahun, ia pernah berguru kepada Sahl bin Abdullah al-Tusturi, salah seorang tokoh sufi terkenal pada abad ketiga Hijriah. Tetapi setelah dua tahun belajar kepadanya, dengan latihan-latihan berat, ia pergi ke Basrah dan dan dari sini pergi ke Bagdad. Ia pernah hidup dalam pertapaan dari tahun 873 sampai tahun 879 M. 
Menurut paham tasawuf al-Hallaj, dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan dan dalam diri Tuhan terdapat sifat kemanusiaan. Karena itu persatuan antara Tuhan dengan manusia bisa terjadi; dan persatuan itu mengambil bentuk hulul. Agar manusia dapat bersatu itu, ia harus terlebih dahulu menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan melalui fana’. Kalau sifat-sifat kemanusiaan itu telah hilang dan yang tinggal hanya sifat ketuhanan dalam dirinya, disitulah baru Tuhan dapat mengambil tempat (hulul) dalam dirinya dan ketika itu roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam tubuh manusia.
Pandangan masyarakat tentang faham takut kepada Alloh Swt.
Dari uraian di atas kita bisa memahami mengapa sangat sedikit orang berfaham tentang taqwa adalah takut kepada Alloh Swt. Selama hidup penulis, hanya ada dua orang khotib Jum’at yang membahasnya. Pertama adalah ayah penulis sendiri sewaktu membaca khutbah Jum’at di Masjid Jami’ Jember yang lama. Yang kedua adalah dikatakan oleh seorang khotib sholat Jum’at di Masjid Al-Huda Kaliwates Jember.
Sebagian besar pengajian dan ceramah biasanya mengutarakan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh Swt. dan Cinta kepada Alloh Swt..

D. Kesimpulan / Penutup

Telah dibahas tentang masalah Takut kepada Alloh Swt. Dan cinta kepada Alloh Swt.
Sesuai dengan sabda Alloh Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu (إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُم), orang yang takut kepada Alloh Swt. lebih mulia daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt.
Namun ternyata perihal takut kepada Alloh Swt sangat jarang dibahas. Sebagian besar pengajian dan ceramah biasanya mengutarakan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh Swt. dan Cinta kepada Alloh Swt..
Ini terjadi karena besarnya faham tasauf di kalangan ulama’. Faham tasawuf sangat dipengaruhi oleh faham mahabbah yang dicetuskan oleh Sufi wanita terbesar yaitu Rabiah Al-Adawiyah. 
Orang yang menganut faham Takut kepada Alloh Swt. berpendapat bahwa dirinya sangat lemah dan kecil, sebaliknya Alloh Swt. dianggap Maha Besar dan sangat berkuasa.
Sedangkan faham Cinta kepada Alloh Swt. beranggapan bahwa Alloh Swt. adalah kekasihnya yang pada sebagian orang bisa menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt.. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana pendapat Al Hallaj.
Menurut Ibrahim Hilal Konsep cinta Ilahi-nya Rabi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an karena anggapan bahwa puncak kenikmatan tertinggi adalah penyaksian zat Yang Maha Esa serta berkomunikasi langsung dengan-Nya mengabaikan janji dan ancaman Allah.
Demikan makalah ini. Penulis yakin bahwa makalah ini tidak sempurna. Bila para pembca menemukan kesalahan di dalamnya mohon diberitahukan kepada penulis untuk dilakukan perbaikan seperlunya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Wallohu Al muwaffiq ila aqwamith Thoriq. Wassalamu alaikum War. Wab.

Jember 2 April 2015


Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

Kepustakaan


  1. Dr. H.M. Nasim Fauzi, Apakah arti taqwa itu ? Mari kita tanyakan kepada llohnasimfauzi.blogspot.com/search/label/Tafsir%20Taqwa%20adalah%20Takut%2001
  2, Dudung, dudung.net, Alquran online.
  3. Karya-Mandau, Beberapa Ayat Al Quran Tentang Cinta Kepada Allah :  http://karya-mandau.blogspot.com/2012/10/beberapa-ayat-ayat-al-quran-tentang.html
  4. Qoffa's Webblog, Penelusuran Konsep Mahabbah Menurut Rabiah Al Adawiyah,: https://qoffa.wordpress.com/2008/02/10/penelusuran-konsep-mahabbah-menurut-rabiah-al-adawiyah/

  5. Wikipedia, Mansur Al-Hallaj,  http://id.wikipedia.org/wiki/Mansur_Al-Hallaj