Antara
Cinta Kepada Alloh
dan
Takut Kepada Alloh
Oleh
: Dr. H.M. Nasim Fauzi
A.
Pendahuluan
Pada
makalah-makalah penulis tentang taqwa di dalam Al Qur-an, di antaranya “Tafsir
Taqwa Adalah Takut”, telah dibuktikan dengan memakai Tafsir secara Kata dengan Kata bahwa
tafsir taqwa adalah takut, bukanlah “Memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya” sebagaimana
tertulis dalam Terjemah Al Qur-an Kementerian Agama RI.
Dibandingkan dengan ayat-ayat tentang taqwa
yang berarti takut (kepada Alloh Swt.) yang jumlahnya sekitar 185, ayat-ayat tentang
cinta kepada Alloh Swt. jumlahnya jauh lebih sedikit, hanya ada 4 ayat.
Ayat-ayat tentang cinta kepada Alloh Swt. tersebut adalah sebagai berikut:
1. Di antara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (QS.
Al-Baqoroh [2] : 165).
2. Katakanlah: "Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
(QS. Ali Imron [3] : 31)
3. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah [5] :
54)
4. Katakanlah:
"Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan Nya,
Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan Nya". dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. QS. At-Taubah [9] : 24)
Dari uraian di atas ternyata takut kepada Alloh Swt. dan cinta kepada Alloh Swt. keduanya sama-sama diperintahkan
oleh Alloh Swt. di dalam al Qur-an.
B.
Permasalahan
1. Manakah yang lebih mulia antara orang
yang takut kepada Alloh Swt.
dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?
2. Bagaimanakah pandangan masyarakat ?
C. Jawaban / Pemecahan Masalah
1. Manakah yang lebih mulia antara orang
yang takut kepada Alloh Swt dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?
Alloh bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُواإِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Al Hujurat [49] : 13)
Alloh Swt. menyatakan dalam ayat di atas
bahwa orang yang bertakwa atau takut kepada Alloh Swt. lebih mulia kedudukannya di
sisi Alloh Swt. daripada orang yang cinta kepada Alloh
Swt.
2.
Bagaimanakah pandangan masyarakat tenrang cinta kepada Alloh ?
Ajaran
cinta kepada Alloh Swt. sangat dipengaruhi oleh
ajaran tasawuf. Selanjutnya ajaran tasawuf ini sangat dipengaruhi oleh ajaran
Rabiah Al Adawiyah sebelumnya.
Cinta
kepada Alloh Swt. menurut
Rabiah Al-Adawiyah
Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 -
717 Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irak dan meninggal sekitar
tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah.
Rabiah merupakan sufi wanita beraliran Sunni pada
masa dinasti Umayyah yang menjadi pemimpin dari murid-murid
perempuan dan zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesucian
yang sangat takut dan taat
kepada Tuhan. Rabi'ah
Al-Adawiyah dijuluki sebagai The Mother of the Grand Master atau Ibu Para Sufi Besar karena
kezuhudannya. Ia juga menjadi
panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun Al-Misri.
Rabi`ah
dinilai sebagai orang pertama yang menyatakan doktrin cinta
tanpa pamrih kepada Allah atau pelopor agama cinta (mahabbah). Di dalam
sejarah perkembangan tasawuf, hal ini merupakan konsepsi baru di kalangan para
sufi kala itu.
Pada suatu
waktu Rabi`ah ditanya pendapatnya tentang batasan konsepsi cinta. Rabi`ah
menjawab: Cinta berbicara dengan kerinduan dan perasaan. Cinta muncul dari
keazalian (azl) dan menuju keabadian (abad).
Ada 2 (dua) batasan cinta yang
sering dinyatakan Rabi`ah.
1. Sebagai ekspresi cinta hamba kepada Allah, maka cinta itu harus menutup
selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta.
Dengan kata
lain, maka :
a. Dia harus
memalingkan punggungnya dari dunia dan segala daya tariknya.
b. Dia harus memisahkan dirinya
sesama makhluk ciptaan Allah, supaya dia tak bisa menarik dari Sang Pencipta.
c. Dia harus bangkit dari semua
keinginan nafsu duniawi dan tidak memberikan peluang adanya kesenangan dan
kesengsaraan. Karena kesenangan dan kesengsaraan dikhawatirkan mengganggu
perenungan pada Yang Maha Suci.
2. Kadar cinta
kepada Allah itu harus tidak ada pamrih apapun. Artinya, seseorang tidak
dibenarkan mengharapkan balasan dari Allah, baik ganjaran (pahala) maupun
pembebasan hukuman, Dan melalui jalan cinta inilah, jiwa yang mencintai
akhirnya mampu menyatu dengan Yang Dicintai dan di dalam kehendak-Nya itulah
akan ditemui kedamaian.
Cinta
Rabi`ah tidak muncul begitu saja, tanpa suatu proses. Dalam penelusuran
Muhammad Atiyah Khamis, dulu Rabi`ah mencintai Allah sebagaimana lazimnya
kebanyakan umat Islam, yaitu didorong karena mengharapkan surga Allah dan
sebaliknya takut akan neraka-Nya. Ini ternyata jelas melalui pertanyaan doa
Rabi`ah kepada Allah, yaitu … “O, Tuhan, apakah Engkau akan membakar hamba-Mu
di dalam neraka, yang hatinya terpaut pada-Mu, dan lidahnya selalu menyebut-Mu,
dan hamba yang senantiasa takwa pada-Mu.
Sesudah
Rabi`ah menyadari bahwa landasan cinta seperti itu dianggap cinta yang masih
sempit, Rabi`ah meningkatkan motivasi dirinya sehingga dia sampai luluh dalam
cinta Ilahi. Artinya, dia mencintai Allah karena
memang Allah patut untuk dicintai, bukan karena ketakutan terhadap neraka
ataupun disebabkan mengharapkan surga-Nya. Terus ada peningkatan lagi. Dia
justru minta dibakar api neraka, jika menyembah Allah karena takut neraka dan
sekaligus mengharamkan surga, kalau dia mengharapkan surga. Atas dasar cinta dalam penyembahan Allah, dia berkata,
limpahkanlah ganjaran yang lebih baik. Dia minta diberi kesempatan melihat
wajah Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia, hingga merasa bahagia berada dekat
dengan Allah pada hari kebangkitan. mengharap keridlaan Allah saja.
Tasawuf di
tangan Rabi`ah telah menimbulkan revolusi rohani. Islam sebagai agama yang
cinta iman dan amal shaleh, oleh Rabi`ah dengan 2 (dua) macam cintanya diubah
menjadi cinta rindu, berzikir pada Allah, melupakan semuanya, dengan segala
konsekuensinya. Tujuan hidup mencari akhirat dinilai sebagai tabir menyesatkan
yang wajib dilenyapkan. Harapan surga dan takut neraka dihina sebagai pedagang
mencari laba dan ganti rugi. Padahal cinta Islam adalah agar zikir, pikir untuk
amal dengan etos kerja tinggi untuk membangun dunia (Q. S. Al-Baqarah: 126),
diganti jadi zikir dan merenung. Zikir sebagai pengendalian diri secara
bertanggung jawab digeser jadi wasilah atau sarana meditasi, menyongsong
terbukanya tabir ghaib dan anugerah fanaa` fi Allah.
Menurut
Ibrahim Hilal Konsep cinta Ilahi-nya Rabi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an
karena anggapan bahwa puncak kenikmatan tertinggi adalah penyaksian zat Yang
Maha Esa serta berkomunikasi langsung dengan-Nya. Orientasi cinta Ilahi akan
membuahkan perenungan tentang penyaksian zat Yang Maha Tinggi, dengan
konsekuensi, antara lain, pengabaian janji dan ancaman Allah. Ini akan
mengakibatkan stagnasi (kemandegan) kehidupan duniawi manusia, terhentinya
proses dinamika pemikiran manusia dan kegagalan seluruh kegiatan pengajaran dan
ilmu.
Pengaruh Konsep Mahabbah Rabiah Al-Adawiyah Dalam
Pengembangan Tasawuf.
Pengaruh
Rabî‘ah al-‘Adawiyyah dalam pengembangan tasawuf sangat signifikan sekali
karena ia telah memberikan corak yang baru dalam bertasawuf. Setidak-tidaknya
ada tiga kontribusi Rabî‘ah al-‘Adawiyyah dalam dunia tasawuf. Pertama, ia
berhasil mentransformasikan konsep al-khawf dan al-rajâ’ (khawf berarti takut
terhadap siksa di dalam neraka karena dosa-dosa kita, danroja’, mengharap
ampunan dan surga) dari Hasan al-Bashrî kepada mahabbah (cinta). Jadi, ia
menyembah Allah swt bukan semata-mata karena takut kepada api neraka dan
mengharap surga tapi ia menyembah-Nya karena cinta. Kedua, ia memberikan corak
baru dalam dunia tasawuf. Walaupun, ia sangat menderita dalam hidupnya tetapi
ia mampu menjadi seorang yang “kuat” dalam bertasawuf. Ketiga, dalam hal
gender, ia mengubah pandangan para sejarah bahwa seorang wanita mampu untuk
menjadi seorang sufi. Konsep mahabbah yang dikemukakan oleh Rabî‘ah
al-‘Adawiyyah sangat istimewa sekali karena ia memberikan contoh yang sangat
menarik sekali kepada kita dan relevan sepanjang masa bagaimana kita menyembah
Allah Swt.dengan penuh ketulusan. Jadi, pada saat ini umat Islam harus belajar
dari seorang sufi wanita ini bagaimana menyembah Allah swt tanpa harus takut
akan neraka dan mengharap surga serta meraih kesenangan dunia semata, tetapi
menyembah Allah Swt. dengan penuh ketulusan mahabbah (cinta).
Pandangan Al-Hallaj tentang Bersatu
dengan Alloh Swt.
Orang yang menganut faham Takut kepada
Alloh Swt. berpendapat bahwa dirinya sangat lemah dan kecil,
sebaliknya Alloh Swt. dianggap Maha Besar dan sangat berkuasa.
Sedangkan faham Cinta kepada Alloh Swt.
beranggapan bahwa Alloh Swt. adalah kekasihnya
yang pada sebagian orang bisa menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana pendapat Al Hallaj berikut ini.
Al Hallaj, nama lengkapnya adalah Abu
Al–Mugis Al–Husain bin Mansur bin Muhammad al–Baidawi, dan lebih dikenal dengan
nama al-Hallaj. Al-Hallaj dilahirkan pada tahun 244H./858 di Tur, salah satu
desa dekat Baida di Persia. Neneknya, Muhammad adalah seorang penyembah api,
pemeluk agama Majusi sebelum ia masuk Islam. Ada yang mengatakan bahwa
al-Hallaj berasal dari keturunan Abu Ayyub, sahabat Rasulullah.
Sejak kecil al-Hallaj sudah banyak bergaul
dengan orang-orang sufi terkenal. Pada waktu ia berumur 16 tahun, ia pernah
berguru kepada Sahl bin Abdullah al-Tusturi, salah seorang tokoh sufi terkenal
pada abad ketiga Hijriah. Tetapi setelah dua tahun belajar kepadanya, dengan
latihan-latihan berat, ia pergi ke Basrah dan dan dari sini pergi ke Bagdad. Ia
pernah hidup dalam pertapaan dari tahun 873 sampai tahun 879 M.
Menurut paham tasawuf al-Hallaj, dalam diri
manusia terdapat sifat ketuhanan dan dalam diri Tuhan terdapat sifat
kemanusiaan. Karena itu persatuan antara Tuhan dengan manusia bisa terjadi; dan
persatuan itu mengambil bentuk hulul. Agar manusia dapat bersatu itu, ia harus
terlebih dahulu menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan melalui fana’. Kalau
sifat-sifat kemanusiaan itu telah hilang dan yang tinggal hanya sifat ketuhanan
dalam dirinya, disitulah baru Tuhan dapat mengambil tempat (hulul) dalam
dirinya dan ketika itu roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam tubuh manusia.
Pandangan
masyarakat tentang faham takut kepada Alloh Swt.
Dari
uraian di atas kita
bisa memahami mengapa sangat sedikit orang berfaham tentang taqwa adalah takut kepada Alloh Swt.
Selama
hidup penulis, hanya ada dua orang khotib Jum’at yang membahasnya. Pertama
adalah ayah penulis sendiri sewaktu membaca khutbah Jum’at di Masjid Jami’
Jember yang lama. Yang kedua adalah dikatakan oleh seorang khotib sholat Jum’at
di Masjid Al-Huda Kaliwates Jember.
Sebagian
besar pengajian dan ceramah biasanya mengutarakan tentang pentingnya mendekatkan
diri kepada Alloh Swt. dan Cinta
kepada Alloh Swt..
D. Kesimpulan / Penutup
Telah
dibahas tentang masalah Takut kepada Alloh Swt. Dan cinta kepada Alloh Swt.
Sesuai dengan sabda
Alloh Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu (إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُم), orang yang takut kepada Alloh Swt.
lebih mulia daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt.
Namun ternyata perihal
takut kepada Alloh Swt sangat jarang dibahas. Sebagian besar pengajian dan ceramah biasanya
mengutarakan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh Swt. dan Cinta
kepada Alloh
Swt..
Ini terjadi karena besarnya faham tasauf di kalangan ulama’. Faham tasawuf sangat dipengaruhi oleh faham mahabbah
yang dicetuskan oleh Sufi wanita terbesar yaitu Rabiah Al-Adawiyah.
Orang yang menganut faham Takut kepada Alloh Swt. berpendapat bahwa
dirinya sangat lemah dan kecil, sebaliknya Alloh Swt. dianggap Maha Besar dan
sangat berkuasa.
Sedangkan faham Cinta kepada Alloh Swt. beranggapan bahwa
Alloh Swt. adalah kekasihnya yang pada
sebagian orang bisa menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt.. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana pendapat Al Hallaj.
Menurut
Ibrahim Hilal Konsep cinta Ilahi-nya Rabi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an
karena anggapan bahwa puncak kenikmatan tertinggi adalah penyaksian zat Yang
Maha Esa serta berkomunikasi langsung dengan-Nya mengabaikan janji dan ancaman
Allah.
Demikan
makalah ini. Penulis yakin bahwa makalah ini tidak sempurna. Bila para pembca
menemukan kesalahan di dalamnya mohon diberitahukan kepada penulis untuk
dilakukan perbaikan seperlunya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Wallohu Al
muwaffiq ila aqwamith Thoriq. Wassalamu alaikum War. Wab.
Jember 2 April 2015
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Kepustakaan
3. Karya-Mandau, Beberapa
Ayat Al Quran Tentang Cinta Kepada Allah : http://karya-mandau.blogspot.com/2012/10/beberapa-ayat-ayat-al-quran-tentang.html
1. Dr.
H.M. Nasim Fauzi, Apakah arti taqwa itu ? Mari kita tanyakan kepada
llohnasimfauzi.blogspot.com/search/label/Tafsir%20Taqwa%20adalah%20Takut%2001
2, Dudung, dudung.net, Alquran online.
4. Qoffa's Webblog, Penelusuran Konsep Mahabbah
Menurut Rabiah Al Adawiyah,: https://qoffa.wordpress.com/2008/02/10/penelusuran-konsep-mahabbah-menurut-rabiah-al-adawiyah/
5. Wikipedia,
Mansur Al-Hallaj, http://id.wikipedia.org/wiki/Mansur_Al-Hallaj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar