Sabtu, 06 Agustus 2022

Buku Ya' Nishbah di dalam Al Qur-an

                YA’ NISHBAH

Di DALAM AL QUR-AN
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Apakah Ya’ Nishbah itu ?
   Ya’ nishbah (نِسْبَة) adalah istilah Tata bahasa Arab / Nahwu Shorof yang berarti Ya pembangsaan.
Pendapat Muhajir Isnaeni
     Muhajir Isnaeni adalah seorang dosen Bahasa Arob pada Akademi Bahasa Asing - ABA "INDONESIA" LPI, Cikini, Jakarta.
 
Peristilahan.
     Istilah Lisaanan ‘Arabiyyan dan Qur’anan Arabiyyan tentu sangat berbeda dengan perkataan Lisanan Araban atau Qur’aanan “Araban.
      Perbedaannya adalah ada doble huruf ya yang ditambahkan kepada kata-kata Arobun menjadi Arobiyyun yang dalam Nahwu Shorof istilahnya disebut sebagai Ya nishbah (نِسْبَة) atau Ya pembangsaan.
Kaedahnya dalam tata bahasa Arab adalah sebagai berikut :
     Apabila pada sebuah kata benda (isim) terdapat huruf ya yang bertasydid (تشديد) maka memberi makna pada kata itu adalah sebangsa atau serumpun dan sebagainya.
     Contoh : Muhammad menjadi Muhammdiyyah artinya Pengikut Muhammad atau Serumpun Muhammad. Makah menjadi Makiyyun artinya Penduduk Mekah, Arobun menjadi Arobiyyun artinya Bangsa Arob.
     Jikalau ada dua perkataan dimana berlaku hukum na’at man’ut ( نَّعْتُ وَالْمَنْعُوْتُ) atau kata sifat , contohnya lisanan Arobiyyan maka kata Lisanan menjadi yang disifati sedangkan Arobiyyan menjadi yang memberi sifat kepada Lisanan. Sehingga Lisanan Arobiyyan menjadi berarti Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arob. Begitu juga dengan Qur’aanan Arobiyyan berarti bahasa Al-Qu’an yang serumpun dengan bahasa Arob.
     Ini adalah bila ditinjau dari sudut bentuk kata. Akan tetapi harus didukung oleh sejarah. Dukungan sejarah tersebut adalah riwayat pertemuan Nabi Muhammad Saw. dengan Utbah bin Robi’ah di halaman bawah.
Arti Arobiyyun dalam Kamus Bahasa Arab
    Dalam Kamus Arab Indonesia karangan Abdulloh bin Nuh dan Umar Bakri, Arobiyyun artinya adalah seorang bangsa Arob; bersifat Arob (bukan berarti berbahasa Arob).
Dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas 

Nisbah (Arab: نسبة, Inggris: atributtion), 
     atau Nisbat merupakan seuah istilah onomastika (ilmu yang mempelajari nama-nama diri).
dalam Islam, dalam budaya Arab yang juga telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Nisbah digunakkan di dalam nama seseorang. Sistem penisbahan juga dikenal di dalam budaya Barat.

Penggunaan 

      Penggunaan Nisbah pada praktiknya adalah memberikan tambahan keterangan spesifik pada nama seseorang, yang mana tambahan tersebut menunjukkan tempat asal, suku, atau keturunan. 

     Asalnya nisbah adalah ustilah tata bahasa untuk membuat kata benda menjadi kata sifat dengan menambahkan akhiran -iy (-ii) atau -iyyah. Misalnya, kata Arabii (عربي) artinya "Arab, berhubungan dengan Arab, orang Arab". Dalam bahasa Indonesia yang baku, Nisbah berarti "perhubungan keluarga" atau "nama yang menyatakan seketurunan.

Dalam bidang Onomastika (ilmu yang mempelajari nama diri)

     Nama dalam tata bahasa Arab memiliki patron, umumnya satu kata diikuti nama ayah, nama kakek, begitu seterusnya ke atas. Sehingga untuk membedakan satu orang dengan lainnya yang bernama sama, maka diberikan tambahan penjelasan spesifik, yaitu nisbah. 
 

Nisbah kepada tempat

     Nisbah yang menunjukkan tempat lahir, tempat asal, atau tempat menetap (jika pindah dari kota asalnya), atau tempat di mana dia terkenal di sana.
  • Al-Batawi, berhubungan dengan Kota Batavia (Jakarta). Misal: Si Doel Al-Batawi, artinya Doel yang berasal dari Jakarta.
  • Al-Baghdadi, berhubungan dengan Kota Baghdad. Misal: Khatib Al-Baghdadi, artinya Khatib dari / di Baghdad.
  • An-Nawawi, berhubungan dengan Kota Nawa. Misal : Imam Yahya An-Nawawi artinya Seorang Imam yang bernama Yahya yang berasal dari Kota Nawa.
  • Al-Bukhari, berhubungan dengan Kota Bukhara. Misal: Imam Al-Bukhari, artinya Seorang Imam yang berasal dari Kota Bukhara.

Nisbah kesukuan

     Nisbah yang menunjukkan suku yang menjadi garis keturunannya:
  • Al-Batawi, berhubungan dengan suku Betawi. Misal: Pitung Al-Batawi, artinya seorang bernama Pitung dari suku Betawi
  • Al-Qurasyi, berasal dari Suku Quraisy, misal: Ibnu Katsir Al-Quraisyi, artinya seorang yang bernama Ibnu Katsir yang berasal dari suku Quraisy.

Nisbah kepada seseorang

  • Maliki, berhubungan dengan Imam Malik yaitu sebuah ajaran yang disandarkan kepada ajaran fiqih Imam Malik.
  • Jufri Al-Bukhari, berhubungan dengan Imam Bukhari Seseorang yang mengikuti atau mengidolakan Imam Bukhari.

Nisbah kepada keadaan tertentu

     Nisbah juga digunakan untuk menjelaskan keterangan atau keadaan khusus dari seseorang. Misal; ideologinya, pekerjaan, hobi atau kelompoknya:
  • Al-Hizbi, artinya seorang yang fanatik terhadap kelompok,
  • Ash-Shabuni artinya seorang pembuat / penjual Sabun.
  • As-Sunnii, artinya seorang yang mengikuti ideologi Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Nisbah berganda

     Seseorang dapat menggunakan lebih dari satu nisbah untuk lebih menjelaskan. Misal: menyebutkan kota asalnya, sukunya, profesinya sekaligus. Contohnya, Ibrahim bin Muhammad Al-Quraisyi, Al-Makki, Ash-Shabuni, Al-Maliki (Ibrahim anak Muhammad dari Suku Quraisy, asal kota Mekkah, pengusaha Sabun, pengikut mazhab Imam Malik).
Pendapat Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab
  See original image
     Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang (Sulawesi Selatan) pada 16 Februari 1944. Ia seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu Al Qur-an dan pernah menjabat Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998). Ia berasal dari keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Makassar, Quraish melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah.
Melihat bakat bahasa Arab yang dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislaman, Quraish beserta adiknya (Alwi Shihab) dikirim oleh ayahnya ke Al-Azhar Cairo. Mereka berangkat ke Kairo pada 1958, saat usianya baru 14 tahun, dan diterima di kelas dua I’dadiyah Al Azhar (setingkat SMP / Tsanawiyah di Indonesia).
Pada 1967, dia meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Quran dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i Al-Qur’an Al-Karim (Kemukjizatan Al-Qur’an Al-Karim dari Segi Hukum)”.
Sekembalinya ke Makassar, Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin. Ia juga terpilih sebagai Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur).
Pada 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu Al-Quran. Dengan disertasi berjudul ‘Nazhm Al-Durar li Al-Biqa’iy, Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan Analisa terhadap Keotentikan Kitab Nazm ad-Durar Karya al-Biqa’i), ia berhasil meraih gelar doktor dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtat ma’a martabat al-syaraf al-‘ula).
Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar Al-Qur’an di Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an dalam konteks kekinian dan masa post modern membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar Al-Qur’an lainnya.
Dalam hal penafsiran, ia cenderung menekankan pentingnya pemakaian metode tafsir maudu’i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat Al-Qur’an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan.
Menurutnya, dengan metode ini dapat diungkapkan pendapat-pendapat Al-Qur’an tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat Al-Qur’an sejalan dengan perkembangan Iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.
Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan nyata. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca sarjana, agar berani menafsirkan Al-Qur’an, tetapi dengan tetap berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku.
Menurutnya, penafsiran terhadap Al-Qur’an tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru sejalan dengan perkembangan ilmu dan tuntutan kemajuan. Meski begitu ia tetap mengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan Al-Qur’an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu pendapat sebagai pendapat Al-Qur’an.
Bahkan, menurutnya adalah satu dosa besar bila seseorang me-maksakan pendapatnya atas nama Al-Qur’an.
Pendapat Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab tentang Ya’ Nisbah
     Dari uraian di atas tentunya beliau sangat faham tentang arti Ya nisbah atau Ya pembangsaan. yaitu membuat kata benda menjadi kata sifat dengan menambahkan akhiran -iy (-ii) atau -iyyah.
     Di dalam buku beliau : Ensiklopedia Al Qur-an, Kajian Kosakata, beliau mengatakan bahwa secara tata bahasa, kata Arabiyy adalah nisbah kepada ‘Arab (berhubungan dengan Arab). Di samping makna itu, Arabiyy berarti bangsa Arob (keturunan Nabi Ismail As.).
Namun, menurut beliau. Umumnya para penafsir Al Qur-an mengartikan Arabiyy pada ayat-ayat Al Qur-an berarti berbahasa Arab.

   Contohnya tafsir ataupun terjemahan QS. Yusuf [12] : 2, sbb. :

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ٢

Yang diterjemahkan oleh Al Qur-an terbitan DEPAG sebagai berikut.
     Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an berbahasa Arob (Arobiyyan), agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf [12] :2)

     Semua kitab tafsir Al Qur-an di Indonesia menerjemahkan Qur’aan Arobiyyan  berarti Al Qur-an berbahasa Arob.






Lanjutan pendapat Muhajir Isnaeni
     Setiap pelajaran Nahwu-Shorof, tata bahasa Arob, tentu hafal di luar kepala akan rumusan: nisbahu syai’in ilaa syai’in falaisa lahumaa sawaa-un, artinya: ya nisbah نسبة  ialah membangsakan / merumpunkan dua kesatuan menjadi serumpun / sekeluarga tetapi keduanya tidak sama.
     Dengan demikian maka “qur’aanan ‘arobiyyan” atau “lisaanan ‘arobiyyan” berarti bahasa Al-Qur’an yang serumpun / sekeluarga dengan bahasa Arob.
     Dalam facebooknya  https://www.facebook.com/notes/muhajir .../alquran.     ..bahasa-arab/696802973705630/   
Muhajir mengatakan bahwa  
Bahasa Al Qur-an bukan Bahasa Arab.
Al Qur-an adalah satu bahasa tersendiri dan bahasa Arob juga 
satu bahasa tersendiri pula, tetapi di antara keduanya dijalin oleh satu ikatan keluarga atau rumpun pada satu titik tertentu.

 
 
Ya’ Nishbah Di Dalam Al Qur-an
Daftar Ya’ nishbah dalam Al Qur-an adalah
A. Arobiyyan
     Dalam Kamus Arab Indonesia karangan Abdulloh bin Nuh dan Umar Bakri,, Arobiyyun artinya adalah seorang bangsa Arob; bersifat Arob
Daftar ayat Al Qur-an yang mengandung kata Arobiyyan adalah :
(1) QS. Yusuf [12]:2, (2) QS Ro’d [13]:37, ()) QS.Thoha [20]:113, (4) QS. Ash-Shuaro [26]:192-195; (5) QS. Az-Zu-mar [39]:27-28; (6) QS Fushilat [41]:2-3; (7) QS. Fushilat [41]:44; (8) QS. Ash-Shuro [42]:7; (9) QS. Az-Zukhruf [43]:3; (10) QS. Al-Ahqaf [46]:12
Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
(1)   QS. Yusuf [12]:2
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ٢
     Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob), agar kamu memahaminya
(10)   QS. Ra’ad [13] :37
۞ مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَۗ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۗ اُكُلُهَا دَاۤىِٕمٌ وَّظِلُّهَاۗ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا ۖوَّعُقْبَى الْكٰفِرِيْنَ النَّارُ
     Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob). Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
(11)     QS.Thoha [20]: 113
وَكَذٰلِكَ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا وَّصَرَّفْنَا فِيْهِ مِنَ الْوَعِيْدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ اَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا
     Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab), dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.
(4) QS. Ash-Shuaro [26]:192-195
 وَاِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ
نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ ۙ ١٩٣
عَلٰى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ ۙ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِيْنٍ ۗ
     
92. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. dengan bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob) yang jelas.
(5) QS. Az-Zumar [39]:27-28
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَۚ
قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِيْ عِوَجٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
     Sungguh telah Kami buatkan bermacam-macam perumpamaan untuk umat manusia dalam Al-Quran ini; supaya mereka teringat, sebuah bacaan dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab) yang tiada celah keburukan, supaya mereka bertaqwa.
(6) QS Fushilat [41]:2-3
تَنْزِيْلٌ مِّنَ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ۚصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَۙ 
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Aro-biyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob), untuk kaum yang mengetahui,
(7) QS. Fussilat [41]:44
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا اَعْجَمِيًّا لَّقَالُوْا لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ ۗ ءَاَ۬عْجَمِيٌّ وَّعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌ ۗوَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًىۗ اُولٰۤىِٕكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ
     Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa a’jamiyyan (bahasa selain Arab) dan tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa a’jamiyyan (bahasa selain Arab) sedang (rasul adalah orang) Arabiyyan (orang Arob)? Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”.
(8) QS. Ash-Shuro [42]:7
وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗفَرِيْقٌ فِى الْجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِى السَّعِيْرِ
     Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab), supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (pen-duduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta mem-beri peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
(9) QS. Az-Zukhruf [43] : 3
اِنَّا جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَۚ
     Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab) supaya kamu memahami(nya).
(10) QS. Al-Ahqof [46]: 12
وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰٓى اِمَامًا وَّرَحْمَةً ۗوَهٰذَا كِتٰبٌ مُّصَدِّقٌ لِّسَانًا عَرَبِيًّا لِّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۖوَبُشْرٰى لِلْمُحْسِنِيْنَ
     Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa de-ngan bahasa Arab) untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
B A’jamiyyan Dalam Kamus saku Arab Inggris Indonesia Elias R.  Elias artinya adalah = Orang asing. 
 (1) QS. An-Nahl [16] 103
وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ اِنَّمَا يُعَلِّمُهٗ بَشَرٌۗ لِسَانُ الَّذِيْ يُلْحِدُوْنَ اِلَيْهِ اَعْجَمِيٌّ وَّهٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُّبِيْنٌ
     Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Se-sungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Sesungguhnya kami mengetahui bahwa orang yang mereka tuduhkan bahwa Muhammad belajar kepadanya itu adalah orang asing (a’jamiyyun). Sedang ini (Al Quran) adalah dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob),yang jelas.
 (2) QS. Fussilat [41]:44
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا اَعْجَمِيًّا لَّقَالُوْا لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ ۗ ءَاَ۬عْجَمِيٌّ وَّعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌ ۗوَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًىۗ اُولٰۤىِٕكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ
     Dan jikalau Kami jadikan Al Quran (bahasanya) bangsa asing (A’jamiyyan) tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam (bahasanya) bangsa asing (A’jamiyyan) sedang (rasul adalah orang) Arabiyyan (orang Arob)? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

Walau nazzalnāhu 'alā ba'il-a'jamīn
Dan kalau Al Quran itu Kami turunkan kepada salah seorang asing (dari golongan bukan Arab),
Lanjutan pendapat Muhajir Isnaeni
     Sinonim dari Lisanan Arobiyy adalah Bi lIsani Qoumihi
14:4
     Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan mem-beri petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ibrohim [14] : 4)
     Masalah “bilisaani qoumihi” menggambarkan bahasa kaum nabi, khususnya disini ialah kaum nabi Muhammad Saw. (semua Nabi adalah termasuk kaumnya Nabi Muhammad Saw, penulis), ialah satu bahasa ciptaan Alloh untuk mengajarkan ilmunya, dimulai kepada nabi Adam seterusnya pusaka mempusakai kepada turunannya kaum masing-masing nabi selanjutnya, hingga nabi Ibrohim dan nabi Ismail mewariskan lagi kepada turunannya yaitu suku Quroisy sebagai Indo Babilon (Indo Semit) sampai dengan nabi Muhammad dengan mana Alloh menurun-kan Al Qur-an dengan penegasan “bilisaani qoumihi”.
Komentar penulis
Tertulis di dalam Al Qur-an :
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
     Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda di langit dan bumi) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"
(QS. Al-Baqoroh [2] : 31).
     Alloh Swt. telah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya artinya Alloh telah mengajarkan bahasa yang diciptakan Alloh Swt. (seperti bahasa Al Qur-an) kepada Adam.
     Dari uraian Muhajir Isnaeni di atas berarti seluruh Kitab yang diturunkan kepada para Nabi menggunakan bahasa ciptaan Alloh Swt. untuk mengajarkan ilmunya yang di dalam Al Qur-an disebut Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab),
     Berikut ini denahnya :

Ya Nishbah dalam Hadis Nabi Muhammad Saw.
اُحِبُّ الْعَرَبَ عَلىٰ ثَلاَثٍ 
Saya mencintai Arob karena tiga alasan:
لِاَنِّ عَرَبِيّاً 
Saya (Muhammad) adalah seorang bangsa Arob (Arobiyyan).
وَالْقُرْاٰنِ عَرَبِيّاً 
Bahasa Al Qur-an Arobiyyan (serumpun dengan bahasa Arob). 
وَلِسَانِل الْجَنَّةِعَرَبِيّاً 
Bahasa di surga (jannah) Arobiyyan (serumpun dengan bahasa Arob).
(HR. Thobroni).
Bukti-bukti bahwa Al Qur-an
bukan berbahasa Arab 
       Bukti ke-1 : Sabda Alloh Swt di dalam Al Qur-an:
اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَۙ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ۚ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ
 Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur-an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karena-nya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. 
 (QS. Az-Zumar [39] : 23).
Komentar penulis
     Membaca Bahasa Al Qur-an menjadikan gemetar kulit orang yang membacanya, lalu tenang hatinya, sedang membaca tulisan berbahasa Arob tidak menimbulkan efek demikian.
Berarti Bahasa Al Qur-an berbeda dengan bahasa Arob
 
      2. Pendapat www.Hajij.Com
     

     Hadis Nabi Muhammad adalah dalam bahasa Arab. Para ahli Tafsir Al Qur-an menyebutkan bahwa Al Qur-an juga dalam bahasa Arob sesuai dengan QS. [12]: 2.  

  اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
     Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab (Arobiyyan), agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf [12] : 2)
     Tetapi mengapa bahasa Hadis Nabi Muhammad Saw. berbeda dengan bahasa Al Qur-an ?
     Ini adalah sebagian dari pertanyaan-pernyataan yang sampai kini belum terjawab.
     Karena al-Quran tidak mirip dengan ucapan Nabi Muhammad Saw yang dikumpulkan dalam buku-buku hadis.
     Bila dibandingkan secara teliti, ayat-ayat al-Quran benar-benar berbeda dengan hadis nabi.
Artinya
Bahasa Al Quran berbeda dengan Bahasa Arob 
(bahasa hadis Nabi).


 
 


    Bukti ke-3 Bahasa Al Qur-an bukan Bahasa Arab
  Membandingkan Bahasa Al Qur-an dengan Bahasa  
  Arob Al-Hadits
a. Makna Suatu Kata di Dalam Kitab Al Qur-an.
     Allah membagi kata-kata / ayat di dalam Al Qur-an menjadi dua yaitu ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat.
     Pembagian itu ada di Surat Ali Imron [3]: 7 sebagai berikut :
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
       Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al Qur’-an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat dari padanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal

tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh.
     Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.”
     Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imron [3] : 7).
Asbabun nuzul (penyebab turunnya ayat).

     Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, telah men-ceritakan kepada kami Yazid bin Ibrohim At Tustari, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qosim bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosululloh Saw. membaca ayat ini; (QS. Ali Imron [3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosululloh Saw. bersabda:
"Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian 
ayat-ayat yang mutasyabihat, maka mereka itulah orang-orang 
yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian terhadap mereka!" 
 
 (Shohih Bukhori nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).

    Berarti kita tidak boleh menakwilkan ayat mutasyabihat sesuai dengan pendapat kita sendiri, karena hanya Alloh Swt. sajalah yang mengetahui takwilnya
Definisi-definisi
     Menurut HAMKA dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar. Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai hukum, memerintahkan sembahyang, mengerjakan puasa, naik haji dan sebagainya  Demikian juga tentang pembagian waris harta pusaka. Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya yang laki-laki mendapat dua kali yang perempuan. Ayat-ayat muhkam disebut sebagai ibu dari kitab artinya menjadi sumber hukum, tidak bisa diartikan lain lagi
Ayat mutasyabihat artinya bermacam-macam.
  Panjang lebar perbincangan ulama tentang maksud mutasyabihat ini
     Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis:
     Para ulama mempunyai 2 pendapat dalam hal ini:
1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Alloh) dan menjadikan perkataan warroosikhuuna fil’ilmi, sebagai pembicaraan baru, yang maknanya  
hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil 
ayat mutasyabihat. .
 
    
Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah binti Abu Bakar dan Ubay ibn Ka’ab.
     Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Aisyah Ra.
Komentar penulis
Bacaan ini dipakai oleh seluruh kitab Al Qur-an di dunia.
Coba kita dengarkan Mp3 tartil Al Qur-an Surat Ali Imron [3]: 7



2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ilmi. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai pembicaraan baru. 
 Maka bacaan (potongan) Surat Ali Imron [3] : 7 adalah sebagaai berikut :
    Adapun orang-orang yang dalam hatinya  condong kepada kesesatan maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencar-cari yakwilnya., padahal

tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh dsn
 orang-orang yang mendalam ilmunya (arrosikhuna fil’ilmi).
 
     
          Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang termasuk arroosikhuuna fil’ilmi / berilmu tinggi (termasuk beliau sendiri) mengetahui makna ayat mutasyabihat.

    Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Abdulloh Ibn ‘Abbas.
      Penulis setuju dengan pendapat Aisyah. Maka pada uraian selanjutnya penulis menggunakan pendapat Aisyah dengan alasan :
1. Karena sesuai dengan pendapat Rosululloh Saw. seperti yang tertulis dalam asbabun nuzul ayat ini.
2. Sesuai dengan bacaan Al Qur-an dalam CD tartil Al Qur-an.

Namun dengan menggunakan bacaan isyah, maja jita setuju dengan pendapat :
hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil 
ayat mutasyabihat. .
 
     
Dalam pandangna penulis :

Bila hanya Alloh Swt. saja yang mengetahui takwilnya, 
untuk bisa mengetahui takwil ayat mutasyabihat kita 
bisa bertanya kepada Alloh Swt.
 
     
     Zaman bertanya kepada Alloh Swt. secara langsung sebagaimana Nabi Adam As. di surga dan Nabi Musa As. di lembah Thuwa di Gunung Sinai sudah lewat
    Maka kita bisa bertanya kepada Alloh secara tidak langsung yaitu bertanya kepada Kitab ciptaannya yaitu Al Qur-an
Dengan cara : Membandingkan makna firman Alloh di dalam Kitab Al Qur-an di suatu ayat dengan makna firman Alloh di ayat lainnya, karena Allohlah yang berfirman dengannya, sehingga Alloh sajalah yang paling tahu tentang makna firmanNya sendiri
Menanyakan takwil ayat mutasyabihat kepada Al Qur-an.
     Sebelum membahas hal ini, terlebih dahulu kita bahas :
     Dengan bahasa apakah kita berkomunikasi dengan Alloh Swt. ?
Jawabannya jelas yaitu dengan bahasa Al Qur-an.
Samakah bacaan Al Qur-an dengan Bahasa Arob ?
Al Qur-an adalah satu bahasa tersendiri dan bahasa Arob juga 
satu bahasa tersendiri pula, tetapi di antara keduanya dijalin 
oleh satu ikatan keluarga atau rumpun pada satu titik tertentu.

 

 
8


11
 

    Pada pembahasan sebelumnya telah disimpulkan bahwa : Bahasa Al Qur-an bukan Bahasa Arab tetapi adalah bahasa yang serumpun / sekeluarga dengan bahasa Arob.  

Ciri-ciri Bahasa Arob manusia

Pada bahasa manusia suatu kata bisa mempunyai makna lebih dari satu yang disebut polisemi dan homonim.
 Dalam bahasa Arob, polisemi disebut juga  Isytirak al-lafdzi.
Artinya: “satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).
     Kata “الخالmisalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk.
     Homonim atau dalam bahasa Arab diartikan dengan Al Mustarok al Lafdzi adalah beberapa kata yang sama, baik pelafalan dan penulisannya tetapi mempunyai makna yang berlainan. Ini merupakan pengertian Al Mustarok al Lafdzi secara umum       
     Contoh kata (غرب) dapat bermakna arah barat (الجهرة), dan juga bermakna timba (الدلو).
      Contoh lain kata (الجد) memiliki tiga makna yaitu
(1) bapak dari ayah / ibu (ابو اللأب/ ام)
(2) bagian, nasib baik (البحث,الحظ)
(3) tepi sungai (شاطئ النهر)
Arti Kata Rizqi di Dalam Al Qur-an
     Telah disebutkan bahwa hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
     Maka, agar kita juga bisa mengetahuinya kita bisa bisa bertanya kepada Alloh melalui Kitab Al Qur-an
Dengan cara : Membandingkan makna firman Alloh di dalam Kitab Al Qur-an di suatu ayat dengan makna firman Alloh di ayat lainnya, karena Allohlah yang berfirman dengannya, sehingga Alloh sajalah yang paling tahu tentang makna firmanNya sendiri
Bertanya Kepada Alloh Takwil 
 Ayat Mutasyabihat Tentang kata Rizqi
     Untuk bisa bertanya kepada Al Qur-an ada beberapa prinsip yang harus kita ketahui.

Prinsip pertama.
   Bahasa Al Qur-an mempunyai kemiripan makna dengan Bahasa Arob  karena keduanya sekeluarga.
   Ini sesuai pendapat Muhajir Isnaeni tentang arti Arobiyyan.
   Makna kata rizqi itu kita cari di dalam Kamus dan Ensiklopedi Arob dan Al Qur-an sebagai berikut.
No.
Nama kamus
Arti rizqi
01.

Kamus saku Arab  Inggeris  Indonesia, Elias A Elias dan Edward Elias
Nafkah, tunjangan, karunia, keberuntungan, nasib baik.
02
Kamus Arab Indonesia, Abdul-lah bin Nuh dan Oemar Bakri
Rezeki, pencaharian
03
Kamus Al-Qur’an, Drs. M. Zainul Arifin
Harta, karunia
04

Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan

05
Ensiklopedi Al-Qur’an, Prof. M. Dawam Rahardjo

Penghasilan, keuntungan, kebutuhan, penghidupan, hak milik, laba, akumulasi modal.
08.
Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA
Pemberian dalam bentuk  makanan, kekuasaan dan ilmu pengetahuan
Dari kamus dan ensiklopedia Arob di atas kita bisa menggolong-kan arti rizqi menjadi dua:
1. Rizqi ditafsirkan sebagai materi yaitu: karunia / pemberian, harta / hak milik, nafkah / penghasilan / pencaharian / tunjangan, yaitu pada semua kamus / ensiklopedia.
 2. Rizqi ditafsirkan sebagai makanan, yaitu pada Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan dan Ensiklopedia Al Qur-an Prof. M. Quraisy Shihab.   
Prinsip ke tiga
Perbedaan bahasa Al Qur-an dengan bahasa Arob manusia adalah
Pada bahasa Arob setiap kata mempunyai beberapa arti (polisemi dan homonim).
Karena Bahasa Arob dipengaruhi oleh Budaya Arob.
Pada bahasa Al Qur-an setiap kata hanya mempunyai satu arti karena diciptakan oleh Alloh Swt. (Tidak dipengaruhi oleh budaya manusia)
     Karena di dalam Al Qur-an setiap kata hanya mempunyai satu arti, dari kedua pilihan di atas kita bisa memilih salah satunya, yaitu RIZQI berarti makanan.
     Kemudian kita kumpulkan semua ayat yang mengandung kata RIZQI.
Untuk mencari ayat-ayat tersebut kita bisa menggunakan buku Konkordansi Qur'an karangan Ali Audah, Indeks Al-Qur'an karangan Sukmajaya dkk, dll. Biasanya akan ditemukan banyak ayat yang mengandung kata yang kita tanyakan itu.
Ditemukan 97 ayat Al Qur-an mengandung kata RIZQI.
     Daftar 97 ayat Al Qur-an yang mengandung kata rizqi  itu adalah sbb.
No.
Ayat
No.
Ayat
No.
Ayat
No.
Ayat
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
[2]:3
[2]:22
[2]:25
[2]:57
[2]:60
[2]:172
[2]:233
[2]:254
[3]:37
[4]:39
[5]:114
[5]:114
[6]:142
[7]:31
[7]:50
[7]:160
[8]:3
[8]:3
[8]:26
[8]:74
[10]:59
[10]:93
[11]:6
[11]:88
[12]:22
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
[13]:26
[14]:31 [14]:32
[15]:20
[16]:56
[16]:67
[16]:71
[16]:71
[16]:71
[16]:72
[16]:73
[16]:75
[16]:75
[16]:112
[16]:114
[17]:30
[17]:70
[18]:19
[19]:62
[20]:80
[20]:131
[20]:132
[20]:132
[22]:34
[22]:35
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
[22]:50
[22]:58
[22]:58
[23]:72
[24]:26
[28]:54
[28]:57
[28]:82
[29]:17
[29]:17
[29]:60
[29]:60
[29]:62
[30]:37
[30]:37
[30]:40
[32]:16
[33]:31
[34]:4
[34]:15
[34]:36
[34]:39
[34]:39
[35]:29
[36]:47
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
[37]:40
[38]:54
[39]:52
 40]:13
[42]:27
[42]:38
[45]:5
[45]:16
[50]:11
[51]:22
[51]:57
[51]:58
[40]:64
[56]:82
[62]:11
[63]:10
[65]:7
[65]:11
[67]:15
[67]:21
[67]:21
[89]:16
1
     Kata makanan itu kita masukkan ke dalam kurung di belakang kata RIZQI pada semua ayat yang kita temukan tadi.
Kata RIZQI berarti makanan di seluruh ayat Al Qur-an itu kita teliti apakah sesuai dengan keseluruhan arti kalimat pada masing-masing ayat.
     Bila sesuai maka kita tulis di bagian belakang ayat itu kata (cocok) di dalam kurung. Bila tak sesuai kita tulis (tidak cocok)
Contoh
Q.S. Al Baqoroh [2] : 2-5. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, 3. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghoib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizqi (makanan)  yang kami anugerahkan kepada mereka. (cocok)

Uraian selengkapnya 83 ayat Al Qur-an yang mengandung ayat mutasyabihat rizqi  adalah sebagai berikut :
1.Q.S. Al Baqoroh [2] : 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang Kami anugerahkan kepada mereka. (cocok)
2. Q.S. Al Baqoroh  [2]:22 Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizqi (makanan) untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (cocok)
3.Q.S. Al Baqoroh [2] :25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizqi (makanan) buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu".  Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (cocok)
4.Q.S. Al Baqoroh [2] :57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwaMakanlah dari  makanan  yang baik-baik yang telah Kami rizqikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya diri mereka sendiri. (cocok)
5.Q.S. Al Baqoroh [2] :60. Dan (ingatlah), ketika Musa memohon  air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu  memancarlah dari padanya dua belas mata air.Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing.) Makan dan minumlah rizqi (makanan) (yang diberikan) Alloh, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (cocok)
6.Q.S. Al Baqoroh [2] :172Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki (makanan) yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Alloh, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah. (cocok)
173. Sesungguhnya Alloh hanya mengharomkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Alloh Maha Peng-ampun lagi Maha Penyayang. (cocok)
7.Q.S. Al Baqoroh [2:233 Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rizqi (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (cocok)
8.Q.S. Al Baqoroh [2 :254  Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizqi (makanan) yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.  (cocok)
9. QS. Ali Imron [3]:37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Rizqi (makanan) itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dike-hendakiNya tanpa hisab. (cocok)
10. QS. An-Nisa; [4]:39. Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rizqi (makanan) yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.  (cocok)
11. QS. Al-Maidah :[5]:114. Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizqilah (makanan) kami, dan Engkaulah pemberi rizqi (makanan) Yang Paling Utama".(cocok)
12. Q.S. Al-An'aam [6] :142. Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rizqi (makanan) yang telah diberikan Alloh kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.: 3. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (cocok)
13. Q.S. Al A'roof [7] :31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlahdan jangan-lah berlebih-lebihan sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 32. Katakanlah: "Siapakah yang mengharomkan perhiasan dari Alloh yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharomkan) rizqi (makanan) yang baik ?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (cocok)
14. Q.S. Al A'roof [7] :50. Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizqikan Alloh kepadamu" Mereka (penghuni syurga) menjawab: "Sesungguhnya Alloh telah mengharomkan keduanya itu atas orang-orang kafir. (cocok)
15. Q.S. Surat A'roof [7] :160Dan mereka kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu." Maka memancarlah daripadanya dua belas mata airSesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat mi-num masing-masing. Dan kami naungkan awan di atas mereka dan kami turunkan kepada mereka manna dan salwa(Kami berfirman):  "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rizqikan  kepadamu". Mereka tidak menganiaya kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri. (cocok)
16.Q.S. Al Anfaal [8] :3. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami beri-kan kepada mereka. 4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebe-nar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizqi (makanan) berupa buah-buahan dan daging burung serta minuman yang mulia (di surga). (cocok)
17.Q.S. Al Anfaal [8] :26Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Alloh memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikanNya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberiNya kamu rizqi (makanan) dari yang baik-baik agar kamu bersyukur (cocok).
18.Q.S. Al Anfaal [8]:74. Dan orang-orang yang beriman dan ber-hijroh serta berjihad pada jalan Alloh, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di surga). (cocok)
19.. Q.S. Yunus [10]:59. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku ten-tang rizqi (makanan) yang diturunkan Alloh kepadamu, lalu kamu jadi-kan sebagiannya harom dan (sebagiannya) halal" Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu menga-da-adakan saja terhadap Allah?" (cocok)
20.Q.S. Yunus [10]:93. Dan sesungguhnya Kami telah menempat-kan Bani Isroil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka  rizqi (makanan) dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurot). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan (cocok)
21. Q.S. Hud [11]:6. Dan tidak suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizqi (makanan)nya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuzh). (cocok)
22. Q.S. Hud [11]:88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pi-kiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahiNya aku dari padaNya rizqi (makanan) yang baik (patutlah aku menyalahi perintahNya)?. Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kamu dari padanya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Alloh. Hanya kepada Alloh aku bertawakal dan hanya kepadaNyalah aku kembali. (cocok)
23. Q.S.12 (Ar Ro'd):22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhoan Tuhannya, mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). 23. (Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh dari bapak-bapaknya, isteri-isteri dan anak cucunya, sedang Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, 24. (Sambil mengucapkan) : "Salamun 'alaikum bima shobartum". Alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (cocok)
24. Q.S.13 (Ar-Ro'd):26. Alloh meluaskan rizqi (makanan) dan me-nyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan di dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirot hanyalah kesenangan (yang sedikit). (cocok)
25. Q.S.14 (Ibrohim):31. Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persohabatan. (cocok)
26.Q.S. Ibrohim [14]:32. Allohlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan rizqi (makanan) untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (cocok)
27Q.S. Al Hijr [15]:20. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizqi (makanan) kepadanya. (cocok)
28.Q.S. An Nahl [16]:56. Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rizqi (makanan) yang telah kami berikan kepada mereka. Demi Alloh, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (cocok)
29.Q.S. An Nahl [16]:67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizqi (makanan) yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Alloh) bagi orang yang memikirkan. (cocok)
30.Q.S. An Nahl [16]:71. Dan Alloh melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rizqi (makanan), tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rizqi (makanan) mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakanrizqi (makanan) itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Alloh? (cocok)
31.. Q.S. An Nahl [16]:72 . Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rizqi (makanan) dari yang baik-baik. Maka menga-pakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?". (cocok)
32. Q.S.16 (An Nahl):114. Maka makanlah yang halal lagi baik dari  rizqi (makanan) yang telah diberikan Alloh kepadamu; dan syukurilah nikmat Alloh, jika kamu hanya kepadaNya saja menyembah. 115. Sesungguhnya Alloh hanya mengharomkan atasmu (memakan) bang-kai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Alloh; tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (cocok)
33. Q.S.17 (Al Isro'):30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizqi  (makanan) kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambaNya. (cocok)
34. Q.S.17 (Al Isro):70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (cocok)
35. Q.S.18 (Al Kahfi):19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?). Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata yang lain lagi: "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa rizqi (makanan) itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun. (cocok)
36. Q.S.19 (Maryam):62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rizqi  (makanannya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. (cocok)
37Q.S. Al Isro’ [17]:70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (cocok)
38. Q.S. Al Kahfi [18]:19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?). Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata yang lain lagi: "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendak-lah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia mem-bawa rizqi (makanan) itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun. (cocok)
39. Q.S. Maryam [19]:62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rizqi (makanan)nya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. (cocok)
40.Q.S. Thoha [20]:80. Hai Bani Isroil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah meng-adakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa. 81. Makanlah di antara rizqi (makanan)  yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu.  Dan barang-siapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia. (cocok)
41. Q.S. Al Hajj [22]:50. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rizqi  (ma-kanan di sorga) yang mulia. (cocok)
42. Q.S. Al Hajj [22]:58. Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan membe-rikan kepada mereka rizqi (makanan) yang baik (di syurga). Dan sesungguhnya Alloh adalah sebaik-baik pemberi rizqi (makanan) . (cocok)
43. Q.S. Al Mu'min [23]:72. Atau kamu meminta upah kepada mere-ka?", Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah pem-beri rizqi (makanan) yang paling baik. (cocok)
44. Q.S. An Nuur [24]:26. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di syurga) (cocok)
45. Q.S. Al Qosos [28]:54. Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa (makanan, pen.) yang telah kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (cocok)
   46. Q.S. Al Qosos [28]:57. Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kamu akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah harom yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rizqi (makanan) (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (cocok)
47.. Q.S. An Nuur [24]:26. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di syurga). (cocok)
48. Q.S. Al Qosos [28]:54. Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesobaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa (makanan) yang telah kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (cocok)
49.. Q.S. Al Qosos [28]:58. Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kamu akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah harom yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buah-an dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rizqi (makanan) (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (cocok) 
50. Q.S. Al Qosos [28]:82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Korun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rizqi (makanan) bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpah-kan karuniaNya atas kita benar-benar dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Alloh)". (cocok) 
51.Q.S. Al Ankabut [29]:16. Dan (ingatlah) Ibrohim, ketika ia ber-kata kepada kaumnya: "Sembahlah olehmu Alloh dan bertakwalah kepadaNya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 17. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Alloh itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Alloh itu tidak mampu memberikan rizqi (makan-an) kepadamu; Alloh berfirman : Alloh telah menurunkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
52. Q.S. Ar Rum [30]:40. Allohlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizqi (makanan), kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali), adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Alloh itu dapat berbuat suatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (cocok)
53. Q.S. As Sajdah [32]:15. Sesungguhnya orang-orang yang ber-iman kepada ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperi-ngatkan dengan ayat-ayat (kami), mereka menyungkur sujud dan ber-tasbih serta memuji Tuhannya sedang mereka tidak menyombongkan diri. 16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan), yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
54. Q.S. Al Ahzab [33]:31. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Alloh dan rosulNya dan mengerja-kan amal yang soleh. Niscaya Kami memberikan kepadanya pahalanya dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi (makanan yang mulia (di surga). (cocok)
55. Q.S. Saba [34]:4. Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rizqi (makanan yang mulia (di surga). (cocok)
56. Q.S. Saba [34]:15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Ma-kanlah olehmu dari rizqi (makanan) yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (cocok)
57.. Q.S. Al Ahzab [33]:31. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Alloh dan rosulNya dan mengerjakan amal yang soleh. Niscaya Kami memberikan kepadanya pahalanya dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi (makanan)  yang mulia (di surga). (cocok)
58.. Q.S. Saba [34]:4. Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rizqi (makanan)  dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik. (cocok) 
59.. Q.S. Saba [34]:15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan) : "Makanlah olehmu dari rizqi (makanan) yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (cocok)
60.. Q.S. Saba [34]:36. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi (makanan) bagi siapa yang dikehendakiNya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendakiNya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".(cocok)
61.Q.S. Saba [34]:39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku mela-pangkan rizqi (makanan) bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendak-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizqi (makanan) yang sebaik-baiknya. (cocok) 
62. Q.S. Shood [38]:49. Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disedia-kan) tempat kembali yang baik. 50. (Yaitu) syurga 'Adn yang pintu-intunya terbuka bagi mereka, 51. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan  minuman di syurga itu. 52. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bida-dari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. 53. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. 54. Kenikmatan itulah yang dijanjikan kepada kalian (wahai orang-orang yang bertakwa) di hari kiamat, sesungguhnya ia adalah rizqi (makanan) Kami untuk kalian, tiada henti dan tiada terputus. (cocok)
63. Q.S. Az Zumar [39]:52. Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Alloh melapangkan rizqi (makanan) dan menyempitkan bagi siapa
yang dikehendakiNya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang beriman. (cocok)
64. Q.S. Al Mu'min [40]:13. Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)Nya dan menurunkan untukmu rizqi (air / makanan) dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Alloh). (cocok)
65. Q.S. Al Mu'min [40]:64. Alloh-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rizqi (makanan) dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (cocok)
     66. Q.S. Asy Syuura [42]:27. Dan jikalau Allah melapangkan rizqi  (makanan) kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Alloh menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (cocok)
    67. Q.S. Asy Syuuro [42]:38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarot antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
68.Q.S. Al Mu'min [40]:64. Allohlah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rizqi (makanan) dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhan-mu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (cocok)
69. Q.S. Asy-Syuura [42] : 27. Dan jikalau Allah melapangkan rizqi (makanan) kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melam-paui batas di muka bumi, tetapi Alloh menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (cocok)  
70.Q.S.Asy Syuuro4 [2]:38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarot antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
71.Q.S.(Al Jaatsiah [45]:5. Dan pada pergantian malam dan siang dan rizqi (air / makanan) yang diturunkan Alloh dari langit lalu dihidup-kannya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perki-saran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang berakal. (cocok)
72.. Q.S. Al Jaatsiah [45]:16. Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Bani Isroil Al-Kitab (Taurot) dan kekuasaan dan kenabian; dan kami berikan kepada mereka rizqi (makanan) yang baik dan kami le-bihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (cocok) 
73.. Q.S. Qoof [50]:9. Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfa'atnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. 10. Dan pohon kurma yang tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. 11. Untuk menjadi rizqi (makanan) bagi hamba-hamba (kami). Dan kami hidupkan dengan  air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan. (cocok) 
74. Q.S. Al Jum'ah [62]:11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dari pada permainan dan perniagaan; dan Allah sebaik-baik Pemberi rizqi (makanan) (cocok) 
      75. Q.S. Al Munafiqun [63]:10. Dan nafkahkanlah sebagian dari pada rezki (makanan) yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; dan ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, dengan sebab itu aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?". (cocok) 
    76. Q.S. At-Tolaq [65]:7. Orang yang mampu hendaknya memberi nafkah menurut kemampuannya; dan orang yang disempitkan rizqi  (makanan)nya hendaklah memberi nafkah dari yang diberikan Alloh kepadanya; Alloh tidak memikulkan beban kepada seseorang melain-kan (sekadar) apa yang Alloh berikan kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (cocok) 
     77. Q.S. At-Tolaq [65]:11. (Dan mengutus) seorang Rosul yang mem-bacakan kepadamu ayat-ayat Alloh yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal yang soleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Alloh melapangkan rizqi (air / makanan) kepadanya. (cocok) 
     78. Q.S. Al-Mulk [67]:15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizqi (makanan)Nya; dan kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (cocok) 
     79. Q.S. Al-Mulk [67]:21. Atau siapakah yang akan memberi kamu rezki (makanan) jika Allah menahan rizqi (makanan)Nya, bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan dalam keadaan menjauhkan diri?.  (cocok) 
80.. Q.S. At-Talaq [65]:11. (Dan mengutus) seorang Rosul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Alloh yang menerangkan (berma-cam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal yang soleh dari kegelapan kepada caha-ya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Alloh melapangkan rizqi (air / makanan) kepadanya. (cocok)  
81.. Q.S. Al-Mulk [67]:15. Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizqi (makanan)Nya. Dan hanya kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (cocok)  
82. Q.S. (Al-Mulk [67] : 21. Atau siapakah yang akan memberi kamu  rizqi (makanan) jika Allah menahan rizqi (makanan)Nya, bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan dalam keadaan menjauhkan diri? (cocok)  
83. Q.S. Al-Fajr [89]:15. Adapun manusia apabila Tuhannya meng-ujinya lalu dimuliakanNya dan diberi kesenangan maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku," 16. Tetapi apabila Tuhannya menguji-nya, lalu membatasi rizqi (makanan)nya, maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku," 17. Sekali-kali tidak (demikian), bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, 18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin; 19. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil). 20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (cocok)
======================================================
Kesimpulan

Mengartikan rizqi sebagai makanan ternyata cocok pada ke 83 ayat yang kita teliti.

Maka : Takwil ayat mutasyabihat kata rizqi di dalam Al Quran menurut  Alloh Swt. adalah makanan

Jember, 17 Septemberi 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi 
 
5. Makna Suatu Kata di Dalam Kitab Al-Hadits.
Hadits Nabi Saw sangat berbeda dengan Al Qur-an. Karena Al Qur-an adalah sabda Alloh Swt yang diturunkan lewat Malaikat Jibril as. kepada seorang manusia yaitu Nabi Muhammad saw.
Sedang Hadits Nabi Saw adalah perkataan seorang manusia mulia berbangsa Arob yaitu Nabi Muhammad saw. Disabdakan beliau dalam bahasa Arob kepada para sohabat yang berbangsa Arob, kemudian secara beranting digetok-tularkan dan akhirnya sampai kepada kita melalui kitab-kitab Hadits.
Tentu saja bahasa Arob dalam hadits-hadits itu menggunakan kaidah dan makna sesuai dengan bahasa Arob. Dalam hal ini rizqi mempunyai dua arti yaitu (i) makanan dan (ii) karunia.
Kontroversi Nabi mendoakan “kaya” bagi Anas bin Malik.
Contoh hadits ke-1
Dalam hadits ini rizki mempunyai tiga arti yaitu umur, kekayaan dan anak, bukan berarti makanan seperti di dalam Al Qur-an.
Doa Nabi kepada Anas bin Malik agar mendapat kekayaan dan anak yang banyak sangat terkenal. Sering dipakai sebagai contoh bolehnya kita berdoa minta kaya.
Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najjar, anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil dia melayani keperluan Nabi Muhammad Saw, sehingga selalu bersama Rosululloh.
Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, Anas bin Malik pergi dan menetap di Damaskus kemudian ke Basroh. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam. Ia dikenal sebagai sohabat Nabi Muhammad Saw yang berumur paling panjang.
Rosulullah Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik Ra. Salah satu doa Beliau untuknya adalah:Allohumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu (Ya Alloh, rizqikanlah / karuniakanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah hidupnya).”
Alloh Swt mengabulkan doa NabiNya, dan Anas Ra menjadi orang dari suku Anshor yang paling banyak harta(rizqi)nya. Ia memiliki ke-turunan yang amat banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucu-nya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Alloh Swt memberikan ke-berkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi.
Adapun asbabul wurud cerita itu adalah hadis berikut:
Diriwayatkan daripada Anas Ra daripada Ummu Sulaim katanya : Wahai Rosululloh! Aku menjadikan Anas sebagai khodammu, tolonglah berdoa untuknya. Rosulullah Saw pun berdoa: Ya Alloh, banyakkanlah harta (rizqi) dan anaknya dan berkatilah apa yang diberikan kepadanya  Berkata Anas: "Demi Alloh, harta benda(rizqi)ku memang banyak dan anak begitu juga anak dari anakku memang banyak sekali dan seka-rang sudah berjumlah lebih dari 100 orang(Shohih Bukhori, Muslim, kitab kelebihan para sohabat).
Komentar penulis.
Hadits ini mengandung kontroversi karena mirip do’a minta kaya yang dipanjatkan Nabi Saw bagi Sa’labah yang berakibat buruk bagi-nya di dunia dan akhirot. Nabi sebelumnya tidak bersedia mendoakan dia kaya karena Nabi tahu sifat Sa’labah yang tidak kuat terhadap godaan karunia kekayaan.
Akibat dikabulkannya doá Nabi Saw oleh Alloh Swt ternaknya ber-kembang biak sangat banyak. Namun karena sibuknya, dia lalu me-ninggalkan sholat berjamaah serta tidak mengeluarkan zakat dari ternaknya.
Berbeda dengan sifat Anas bin Malik Ra yang sangat diketahui oleh Nabi Saw karena dia berkumpul dengan Nabi sangat lama. Tentu dia kuat terhadap godaan karunia kekayaan.
Contoh hadits ke-2.
Kata rizqi tidak bermakna makanan seperti di dalam Al Qur-an, tetapi bermakna anak keturunan.
Doa sebelum bercampur dengan isteri  :  Bismillah Allohumma Jannibnisy Syaiton Wa Jannibnisy Syaithon Ma Rozaqtana
Artinya : Dengan menyebut nama Alloh, ya Alloh, jauhkanlah syetan dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Engkau rizqikan (kurniakan) kepada kami (anak, keturunan).
Kesimpulan :
Berbeda dengan Al Qur-an yang diciptakan oleh Alloh Swt,.setiap katanya hanya mempunyai satu makna,
Kata-kata di dalam Al Hadits mempunyai beberapa makna (homonim dan polisemi) seperti pada Bahasa Arob manusia, akibat pengaruh budaya bangsa Arob.
Artinya

Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob (yang digunakan dalam hadis Nabi Muhammad Saw.).

Makalah ini ada di internet
nasimfauzi@blogspot.com
masuk melalui Google            
 tulis nasimfauzi tekan enter

 
Jember 21 Oktober 2015
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

    
    6. Bukti bahwa Al Qur-an bukan Berbahasa Arob
    Kasus Utbah bin Robi’ah
     Pada suatu waktu, kaum Quraisy mengadakan pertemuan dengan prinsip mereka bahwa “Semut mati karena manisan”, yaitu mereka akan menunjuk seorang wakil guna menemui Nabi Muhammad pada waktu itu. Mereka sadar benar bahwa Muhammad bin Abdillah adalah seorang yang tidak mudah dikalahkan dalam berdebat, maka mereka akan memilih seorang yang ahli dalam urusan ini.
     Rapat itu dilangsungkan di gedung Kebangsaan (Daarun Nadwah) dan dihadiri oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy. Tujuan rapat sudah jelas akan memilih seorang yang mempunyai kedudukan sama dengan kedudukan Muahmmad bin Abdillah, seorang yang pandai, masih muda dan kuat seperti Nabi Muhammad, dengan maksud agar bisa memperdayakan Nabi Muammad SAW.
     Setelah berdebat panjang lebar, maka dengan suara bulat ditetapkanlah orang yang akan mewakili bangsa Quraisy adalah Utbah bin Rabi’ah. Karena Utbah bin Rabi’ah sesuai jika berhadapan muka dengan Muhammad bin Abdillah untuk berunding dengan dia. Keputusan itu diterima dengan riang gembira disertai kesombongan Utbah bin Rabi’ah karena ia meresa bahwa dirinyalah yang mempunyai sifat-sifat yang dikehendaki oleh mereka.
Pertemuan pertama antara Utbah dengan Nabi.
     Pada waktu yang telah ditentukan oleh Utbah sendiri, maka dia datang kerumah Abu Thalib. Sesudah ia bertemu dengan Abu Thalib (Pamanda Nabi) Utbah lalu meminta supaya memanggil Muhammad. Abu Thalib mengabulkan permintaan itu dan segera Abu Thalib meme-rintahkan seseorang memanggil kemanakannya itu. Setelah menerima panggilan pamannya itu maka Nabi pun bergegas datang ke rumah pamannya. Nabi sama sekali tidak menyangka bawa dirinya sedang ditunggu oleh Utbah bin Rabi’ah. Oleh karena itu maka Nabi sedikit kaget ketika melihat Utbah ada di rumah pamannya itu, lalu Nabi duduk berhadapan dengan Utbah.
 Utbah mulai berbicara lebih dahulu :
      “Hai anak laki-laki saudaraku ! Engkau sesungguhnya dari golong-an kami, dan engkau sebenarnya telah mengetahui keadan kita, bahwa kita bangsa Quraisy ini adalah sebaik-baik dan semulia-mulia bangsa Arab didalam pergaulan dan masyarkat, sekarang engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perkara besar ! Engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perobahan yang amat besar ! Tidakkah engkau merasa bahwa kedatanganmu itu memecah-belah bangsamu yang telah berabad-abad bersatu, dan engkau telah mencerai-beraikan persaudaraan bangsamu yang telah lama bersepakat, dan engkau telah membodoh-bodohkan ‘ulama-‘ulamamu, mencaci maki apa-apa yang telah lama dipuja-puja orang tuamu, engkau merendahkan apa-apa yang telah lama dimuliakan oleh nenek moyangmu dan bangsamu, engkau cela agama yang telah beratus tahun dipeluk oleh bangsamu dan para leluhurmu, engkau sesat-sesatkan pujangga-pujangamu yang telah lewat. Kini bangsamu telah berpecah-belah dan ber-golongan-golongan, disebabkan oleh perbuatanmu.
     Kejadian demikian itu, kini telah tersiar di negara-negara lain. Oleh karena itu kami sangat kuatir, manakala nanti bangsamu kedatangan musuh dari luar, dapatkah kita melawan dan mempertahankan kedudu-kan kita? Sudah tentu tidak akan dapat, bukan? Sebab perpecahan di antara bangsamu itu kini telah menjadi-jadi, tentu akan menyebabkan kelemahan pada bangsamu sendiri.
    Oleh karena itu kedatanganku hari ini kepadamu atas nama bangsamu seluruhnya, dan hendak mengajukan kepadamu hal-hal yang amat sangat penting. Tetapi aku meminta kepadamu, bahwa sesudah aku mengatakan kepadamu, agar supaya kamu pikirkan dengan tenang dan kamu perhatikan dengan benar., janganlah kamu tolak dengan serta merta ! Agar supaya engkau dapat menerima salah satu dari hal-hal yang akan aku katakan. Adapun tujuan kami tiada lain melainkan supaya bangsamu yang mulia ini dapat bersatu kembali, seia sekata dan kembali berdamai seperti yang sudah-sudah.
 Selama Utbah berbicara Nabi hanya berdiam diri saja sambil mendengarkan dengan tenang. Maka sesudah itu Nabi menjawab : “Katakanlah olehmu kepadaku, segala sesuatu yang hendak engkau katakan, hai Abul Walid ! Aku akan mendengarnya”.
     Utbah bin Rabi’ah lalu berkata : “Saya akan bertanya lebih dahulu kepadamu Muhammad, sebelum saya mengatakan hal-hal penting tersebut keopadamu.
    Kata Utbah : “Apakah engkau lebih baik dari pada ayahmu Abdullah dan adakah engkau lebih baik pula dari kakekmu yang terhormat Abdul Muthalib ?”
    Nabi SAW dikala itu diam saja, tidak menjawab sepatah katapun. Utbah lalu melanjutkan pembicaraannya :
      “Oh anak laki-laki saudaraku ! Kalau engkau menganggap bahwa engkau lebih baik dari pada orang-orang tuamu dan nenek moyangmu dahulu, maka katakanlah hal itu kepadaku. Aku hendak mendengarnya. Dan jika engkau menganggap bahwa orang-orang tuamu dan nenek moyangmu itu lebih baik dari pada kamu, pada hal mereka itu dengan sungguh-sungguh menyembah dan memuliakan Tuhan-Tuhan yang engkau hinakan sekarang ini, maka cobalah hal itu engkau katakan kepadaku Muhammad ! Nabi SAW masih tetap diam !
 Lalu Utbah melanjutkan lagi pembicaraannya :
    ”Sekarang bagaimanakah Muhammad, apa yang menjadi kehendakmu dengan mengadakan agama baru itu? Saya mau tahu, Muhammad !
     Jikalau dengan mengadakan agama baru itu, engkau mempunyai hajat ingin memilki harta benda, kami kaum bangsawan Quraisy sanggup mengumpulkan harta benda buat kamu, sehingga nanti kamu menjadi seorang yang kaya di antara kami;
     jikalau kamu menghendaki dengan agama barumu itu kemuliaan dan ketinggian derajat, maka kami sanggup menetapkan engkau menjadi seorang yang paling mulai dan paling tinggi derajatnya diantara kami, dan kamilah yang akan memuliakanmu;
 jikalau kamu ingin menjadi raja, maka kami sanggup mengangkat kamu menjadi raja kami, yang memegang kekuasaan diantara kami, yang memerintah kami, dan kami semuanya tidak akan berani memutuskan sesuatu perkara melainkan dengan izinmu atau dari keputusanmu;
     jikalau engkau menghendaki wanita-wanita yang paling cantik, sedangkan kamu tidak mempunyai kekuatan untuk mencukupi keper-luan mereka maka kami sanggup menyediakan wanita bangsa Quraisy yang paling cantik di antara wanita Quraisy lainnya, dan pilihlah sepu-luh orang atau berapa saja yang kamu mau dan kamilah yang akan mencukupkan keperluan mereka masing-masing, dan engkau tidak usah memikirkan keperluan mereka itu;
    jikalau kamu menderita penyakit, maka kami sanggup mencari obatnya dengan harta benda kami sampai kamu menjadi sehat kembali meskipun harta benda kami menjadi habis asalkan engkau sehat kem-bali tidak apalah bagi kami;
     dan jikalau kamu menginginkan hal-hal lain selain hal-hal itu, maka coba katakanlah kepadaku, asal engkau mau menghentikan perbuatan-perbuatanmu seperti yang sudah-sudah. ! Coba kamu katakan kepada-ku, pilihlah salah satu dari hal-hal yang telah aku katakana ini, mana yang kamu inginkan katakanlah kepadaku”
    Selama Utbah berbicara itu, Nabi SAW diam sambil mendengarkan ! Kemudian beliau berkata : “Sudahkah selesai hal-hal yang engkau katakan kepadaku ?”
Utbah menjawab : “Yah saya selesaikan sekian dulu”
    Nabi berkata : “Oh begitu, ! baiklah sekarang saya minta kamu mendengarkan perkataanku, sebagai jawaban kepadamu. Maukah kamu mendengarkannya?”
Utbah menjawab :” Baiklah, katakanlah kepadaku sekarang juga”
     Nabi Saw. lalu membaca ayat-ayat dari Al-Qur’an surat Fushilat ayat 1 sampai dengan ayat 14 yang baru diturunkan Allah beberapa hari sebelumnya :

BISMILLAAHIR RAHMAAN NIRRRAHIIM
HAA MIIM


 
TANZIILUN MINAR RAHMAANIR RAHIIM
KITAABUN FUSHSHILAT AAYAATUHU QUR’AANAN ARABIYYAN LIQAUMINY YA’LAMUUN
Dan seterusnya sampai dengan ayat 14 (lihat saja di Mushaf Al-Qur’an)

      Sedang artinya mohon di lihat pada Al Quran terjemahan.
     Baru sampai sekian Nabi membaca ayat-ayat Al-Qur’an maka dengan segera Utbah menegur dan berkata : “Cukuplah Muhammad, cukup sekian dulu Muhammad, cukuplah sekian saja ! Apakah kamu dapat menjawab dan berkata dengan yang lain selain itu”
Nabi SAW menjawab :”Tidak !”
     Utbah lalu diam tidak dapat berkata lebih lanjut, semua yang hendak dikatakan telah hilang musnah dengan sendirinya, segala rencana yang hendak dikemukakan untuk memperdayakan Nabi lenyap dengan tidak disangka-sangka, bahkan hatinya menjadi tertarik dengan mendengar-kan apa yang dibacakan oleh Nabi.
    Oleh sebab itu, dengan segera ia lalu pulang ke rumahnya dengan mengandung satu perasaan yang sebelumnya tidak disangka-sangka akan memilikinya, sehingga ia tidak tahu, apa lagi yang akan dikatakan kepada Muhammad. Memang bukan main kata-kata yang diucapkan Muhammad itu. Selama hidupku aku belum pernah mendengar kata-kata yang semacam itu. Memang sungguh sedaplah rasanya rangkaian kata-kata yang diucapkan oleh Muhammad itu.
 Laporan Uthbah.
     Setiba Utbah di rumahnya dengan mengandung perasaan yang mengganggu tadi, maka dengan hati yang sangat pedih, beberapa hari lamanya ia tinggal saja di rumahnya, tidak berani keluar dari rumah menunjukkkan mukanya kepada mereka yang mengutusnya.
    Oleh sebab itu mereka (para pemuka musyriqin Quraisy) itu lalu datang ke rumahnya, untuk menanyakan kepadanya tentang hasil yang diperolehnya sebagai seorang utusan yang terhormat. Pada waktu itu Utbah sangat berdebar-debar hatinya, sangat pucat raut mukanya. Akibat rasa takut kepada mereka. Sekalipun begitu namun terpaksa ia melaporkan apa yang sudah dikerjakannya sebagai seorang utusan yang amat dipercaya, dia menguraikan tentang hal ihwal ketika berte-mu dengan Nabi Saw. dan menerangkan jalannya percakapan antara dia dan Nabi Saw. serta ucapan Nabi sebagai jawaban atas pembicaraannya.
    Utbah terpaksa melaporkan kepada mereka, karena di kala itu seorang di antara mereka ada yang mendesaknya dengan cara mengejeknya; katanya kepada mereka : ”Sesungguhnya Utbah telah datang dari pertemuannya dengan Muhammad, tetapi kedatangannya kepa-damu sekarang ini dengan roman muka yang lain dari roman muka ketika ia pergi kepada Muhammad”
     Kemudian mereka berkata kepada Utbah :”Apakah yang ada di belakang kamu, wahai Abal-Walid?”
Di sinilah Utbah lalu terpaksa melaporkan kepada mereka.
Kata Utbah :  “Demi Allah, aku sudah menyampaikan kepada Muham-mad semua yang diserahkan ke padaku. Sedikitpun aku tidak tinggal-kan apa yang kamu katakan kepadaku, untuk kukemukakan kepada Muhammad, bahkan aku menambah beberapa keterangan yang sa-ngat jitu dan penting pula”. 
Mereka berkata :”Ya, habis bagaimana ? Apakah Muhammad mem-beri jawaban kepadamu ?”
aku tidak mengerti yang diucapkan oleh Muhammad
 
     Utbah menjawab :”Ya, dia memberi jawaban kepadaku, tetapi demi Allah,
Sungguh, sedikitpun aku tidak mengerti, melainkan aku mendengar dari padanya, bahwa dia mengancam kamu semua dengan petir, seperti petir yang dipergunakan untuk membinasakan kaum-kaum Ad dan Tsamud”.
    Salah seorang dari mereka berkata :”Celakalah engkau hai Utbah ! Mengapa engkau sampai tidak mengerti perkataanya ? Sedang ia berbicara dengan bahasa Arab, dan Engkau berbicara kepadanya dengan bahasa Arab juga bukan?”
     Utbah mnjawab :”Demi Allah ! Sungguh aku sama sekali tidak dapat mengerti perkataannya, melainkan ia menyebut-nyebutkan kata :”Shaa’iqah” (petir)”
Mereka bertanya :”Mengapa begitu hai Utbah ?”
     Utbah menjawab :”Demi Allah ! Selama hidupku belum pernah mendengar perkataan seperti perkataan Muhammad yang diucapkan kepadaku. Karena perkataannya itu akan kuanggap syi’ir, bukan syi’ir karena dia bukan ahli syi’ir; dan akan kuanggap perkataan tukang ra-mal, ia bukan seorang tukang ramal; dan akan kuanggap perkataan orang gila, ia bukan orang gila. Sungguh perkataannya yang telah ku-dengar itu akan ada satu urusan penting. Sebab itu aku pada waktu itu tidaklah dapat menjawab perkataannya sepatahpun”.
 (Sumber : Kelengkapan tarich Nabi Muhammad saw penerbit Bulan Bintang disusun oleh KH Munawar Chalil halaman 322 – 330)
 Pendapat Muhajir Isnaeni selanjutnya: 

Dari keterangan sejarah tersebut di atas, tentunya tidak dapat dibantah bahwa
Al-Qur’an bukan bahasa Arab, tetapi serumpun dengan bahasa 
Arab, sama-sama berasal dari bahasa yang diajarkan Allah 
kepada Nabi Adam, kemudian menurun kepada Nabi Nuh, 
sampai akhirnya bangsa Ad dan Tsamud.

 
    
     Karena menyimpang dengan permainan dzulumat menurut sunnah syayathin, maka negerinya dihancurkan oleh Allah. Sedang sisa-sisa dari mereka itu masih berbahasa yang mirip dengan bahasa Al-Qur’an, tetapi kesadarannya sudah bukan berkesadaran Nur menurut Sunnah Rasul.
    Ada beberapa hal yang memang bahasa Al-Qur’an mirip dengan ba-hasa Arab, seperti sama-sama menggunakan huruf hijaiyyah dari alif sampai dengan ya, sama-sama ditulis dari kanan ke kiri kecuali angka-angka, namun perbedaan yang paling prinsipil adalah mengenai makna dari kedua bahasa itu.
Jember 2 Agustus 2019
Dikutip oleh:
Dr. H.M. Nasim Fauzi

Kesimpulan
     Dari 6 data di atas cukup membuktikan bahwa Al Qur-an bukan berbahasa Arob, melainkan bahasa yang serumpun dengan Bahasa Arab, Bahasa yang dipakai oleh seluruh Kitab Nabi-nabi yaitu lembaran (suhuf) Ibrohim, Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur-an.

     Arobiyyun yang berakhiran ya’ nishbah bukan berarti Bahasa Arob, tetapi artinya adalah Bangsa Arob atau serumpun dengan Ba-hasa Arob. Sinonimnya adalah Bi lisani qoumihi atau bahasa kaum Nabi-nabi.

     Berbeda dengan Bahasa Arob yang terpengaruh oleh budaya Arob, setiap katanya mempunyai beberapa arti (polisemi dan homonim). Ba-hasa Al Qur-an yang terdiri dari muhkamat dan mutasyabihat, adalah ciptaan Alloh Swt, yang tidak dipengaruhi oleh budaya manusia. Maka setiap katanya hanya mempunyai satu arti yang takwilnya hanya dike-tahui oleh Alloh Swt.

     Agar kita bisa mengetahui takwilnya, kita bisa bertanya kepada Alloh Swt.
 Dengan cara : Membandingkan makna firman Alloh di dalam Kitab Al Qur-an di suatu ayat dengan makna firman Alloh di ayat lainnya, karena Allohlah yang berfirman dengannya, sehingga Alloh sajalah yang paling tahu tentang makna firmanNya sendiri
 

Sebagai contoh adalah takwil kata rizqi pada halaman di atas..
Jember 12 Nopember 2019
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember 

Pemakaian Bahasa Al Qur-an di Sudan


 
     Dalam beberapa tahun terakhir, Sudan menjadi destinasi Mahasiswa In-ternasional untuk  melan-jutkan perjalanannya dalam menuntut ilmu, tidak terkecuali Maha-siswa dari Indonesia. Sudan merupakan se-buah negara yang me-miliki jumlah populasi muslim hampir 97%  (sebelum Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan Utara), termasuk sejumlah kelompok Arab dan kelompok non-Arab. Sisanya 3% adalah mereka para pemeluk Kristen dan agama tradisional Animisme.
     Negara yang merupakan bekas jajahan Inggris dan Mesir ini, meru-pakan sebuah negara yang mempunyai riwayat konflik antar suku yang begitu panjang. 1 Januari adalah hari kemerdekaan Sudan, yang dida-pat dari Inggris dan Mesir pada tahun 1956 M.
     Sebelum Sudan Selatan menyatakan untuk berpisah dengan Sudan Utara pada Juli 2011, Sudan adalah Negera terluas di Afrika dan dae-rah Arab. Pasca pisahnya Sudan Selatan, Sudan berada di urutan ketiga sebagai negara terbesar di Afrika setelah Aljazair dan Kongo. Terlepas dari berbagai konflik dan embargo ekonomi yang bertahun-tahun lamanya. Sudan yang masih masuk dalam kawasan Timur Tengah, tidak bisa dikesampingkan begitu saja dari dunia islam. Walaupun khazanah keislamannya tidak semewah Mesir dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
     Sudan adalah negara yang unik, karena mempertemukan dua kebudayaan, yaitu Arab dan Afrika. Sudan dalam dunia Internasional terkenal dengan bahasa Arabnya yang fusha (bahasa Arab yang sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan gramatikal bahasa Arab, bukan bahasa Arab kasar yang sulit dipahami). Dan beberapa tahun terakhir, Sudan menjadi destinasi Mahasiswa Internasional untuk melanjutkan perjalanannya dalam menuntut ilmu, tidak terkecuali Mahasiswa dari Indonesia.
     Walaupun Sudan memiliki cuaca yang ekstrim, karena hanya ada musim panas yang suhunya bisa sampe 45 derajat lebih dan musim dingin. Namun tidak menyurutkan minat para pelajar internasional untuk melanjutkan studinya ke negara Sudan. Mereka ingin menikmati rasanya belajar bahasa Arab fusha, yang digunakan sehari-hari dalam berbagai hal. Tanpa harus datang ke acara-acara yang bersifat formal.
     Bahasa Arab fusha yang merupakan bahasa Al-Qur’an, selain sebagai bahasa yang digunakan untuk forum-forum resmi, seperti seminar, juga merupakan bahasa yang digunakan untuk melahirkan karya-karya ilmiah dan pemikiran, serta pemersatu bangsa Arab. Karena pada kenyataannya, setiap negera Arab mempunyai logat atau cara pengucapan antara satu negara dengan negara lainnya.
     Sejarah penggunaan bahasa Arab di Sudan pada dasarnya di awali ketika Dinasti Funj berkuasa setelah sukses mengalahkan kerajaan Kristen Alwa pada tahun 1504 M. Dinasti Funj berkuasa di Sudan bagian Utara dan berbatasan langsung dengan Masyarakat Arab-Muslim. Dalam perkembangannya, kemudian Dinasti Funj mengadakan hubungan perdagangan dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa bangsa mereka.
     Dari sinilah bahasa Arab menjadi bahasa persatuan, bahkan dokumen-dokumen negara pun berbahasa Arab. Kekuasaan Dinasti Funj mengakibatkan banyaknya para elit negara dan pedagang masuk Islam, serta mengakibatkan adanya migrasi orang-orang suci muslim ke wilayah Sudan ini.
     Kesuksesan Dinasti Funj ini menarik minat ulama-ulama dari negeri tetangga seperti Mesir, Saudi Arabia, Yaman, untuk migrasi ke Sudan. Maka ketika berkunjung ke Sudan, jangan heran kalau di Sudan juga ada yang berkulit putih, bukan hanya kulit hitam yang merupakan ciri khas Sudan. Itu semua karena hasil perkawinan silang yang memper-temukan antara Arab dan Afrika.
     Migrasi ulama-ulama dari negeri tetangga, yang merupakan ahli dalam berbagai bidang seperti fikih, hadis, qira’ah al-Qur’an, kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan untuk mengajarkan Al-Quran, teologi, tasawuf dan lain sebagainya kepada para pemuda sejak dini. Dari sinilah pengembangan dan penjagaan terhadap bahasa Arab fusha semakin kuat.
     Sudan sebagai negara yang mempertemukan dua tradisi antara Arab dan Afrika, mempunyai peran besar dalam menjaga keotentikan bahasa Arab fusha agar tidak terkontaminasi dengan logat lokal.
     Adanya tempat khalwah Al-Qur’an (Pondok Tahfidz Al-Qur’an ala Sudan) di berbagai wilayah yang ada di Sudan yang menggunakan metode menulis ayat Al-Qur’an di atas papan dan juga menghafal langsung, secara tidak langsung membantu untuk menjaga kemurnian bahasa Arab yang ada di Sudan.
     Penggunaan terhadap bahasa Arab fusha bukan hanya di kampus, yang menjadikannya sebagai pengantar kuliah, tetapi di pasar, terminal, kebun, supermarket dan tempat-tempat birokrasi yang ada di Sudan juga menggunakan bahasa Arab fusha dalam pelayanannya, khususnya kepada orang-orang asing.
     Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk belajar bahasa Arab fusha ke negeri Sudan. Belum lagi asrama mahasiswa, yang menjadikan kita selalu wajib untuk berbahasa Arab fusha setiap hari.
     Selain itu, orang-orang Sudan, yang kemudian disebut Sudanis, ketika berdialektika dengan pendatang atau orang asing, mereka tetap menggunakan bahasa Arab fusha, walaupun di pelosok desa sekalipun.
     Inilah yang menjadikan Sudan istimewa, karena ketika kita berdialog dengan orang awam, mereka akan menggunakan bahasa fusha, yang menurut mereka sebagai bahasa yang santun bagi para pendatang di bumi Sudan. Dari sinilah Sudan menjadi terkenal, dengan pembelajaran bahasa Arabnya yang fusha.
     Kultur Sosial Budaya di Sudan tidak jauh berbeda dengan Indone-sia, karena mayoritas penduduk Sudan adalah penganut sufi yang ber-madzhab Maliki. Dalam beribadahpun lebih luwes dibanding dengan madzhab syafi’i yang lumayan ketat. Walaupun di ibu kota Khartoum, mulai banyak aliran-aliran puritanisme, Sudan tetap menjadi negara mayoritas para penganut sufi, sehingga negara ini mempunyai julukan sebagai “Negara Seribu Darwish”.
     Dalam enam tahun terakhir ini, Sudan mulai menjadi destinasi baru para pelajar internasional untuk melanjutkan studinya. Karena selain keistimewaan Sudan tentang penggunaan bahasa Arab fusha. Negara ini juga relatif aman dan jauh dari konflik, dibanding dengan negara-negara lain yang ada di Timur-Tengah.
     Akhir-akhir ini mulai banyak lembaga-lembaga pendidikan, khusus-nya dari Indonesia, yang menjalin kerja sama dengan kampus-kampus yang ada di Sudan. Beberapa kampus besar yang menjadi tujuan ma-hasiswa internasional, tak terkecuali Indonesia, adalah IUA (Interna-tional University of Africa), KIIFAL (Khartoum International Institute of Arabic Language), Al-Qur’an University and Islamic Science, Omdur-man Islamic University, dan Al-Jazeera University.
Kepustakaan
1. Abdul Qadir Hasan, Qamus Al-Quran, Yayasan Al Muslimun. Bangil, 1991.
2. Abdulloh bin Nuh dan Umar Bakri, Kamus Arab Indonesia karangan, Percetakan Mutiara, Jakarta, Tahun 1979,
3. Ali Audah, Konkordansi Qur’an, Penerbit Mizan, Bandung, 1997.
4. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, CV. Asy-Syifa, Semarang, 1999.
5. Drs. M. Zainul Arifin Kamus Al-Qur’an, Penerbit Apollo, Surabaya, 1997.
6  Elias E. Elias, Kamus Saku Arab Inggris Indonesia, PT. Maarif, Bandung.
7. N.A Baiquni dkk. Indeks Al-Qur-an, Penerbit Arkola Surabaya, 1996
8. Prof. Dr. HAMKA, Tafsir Al Azhar, Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1981,
9. Prof. Dr.  M. Quraish Sihab M.A. Ensiklopedia Al-Qur’an, Kajian Kosakata, Jakarta, Lentera Hati, 2007.
10. Prof. M. Dawam Rahardjo Ensiklopedi Al-Qur’an, Penerbit Paramadina, Jakarta, 1997.
11. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir Al Quranul Majid An-Nuur, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000.
14. https://www.facebook.com/notes/muhajir-isnaini/alquran-bukan-bahasa-arab/696802973705630
15. www.Hajij.Com/