Kamis, 29 Agustus 2013

Lubang Cacing dan Isro' Mi'roj




Teori Fisika Hawking
Mengungkap Perjalanan
Isro’ Mi’roj Rosululloh ?

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

Pendahuluan
Pada tanggal 24 Desember 2010, pada blog Kanzulqalam telah dimuat suatu makalah dengan judul seperti di atas.
Makalah ini disadur dari dua makalah saya berjudul : Asal Usul Manusia Seri 06 (25 April 2010) dan Wanita di Sorga dan Neraka (28 Mei 2010).
Kedua makalah itu bisa dibaca pada blog saya nasimfauzi@blogspot.com, yaitu Gagasan dan Pemikiran Dr. H.M. Nasim Fauzi.

Adapun isi lengkap makalah itu adalah sebagai berikut:

         Salah satu mukjizat Nabi Muhammad, adalah diperjalankannya beliau oleh Allah melalui peristiwa Isro’ Mi’roj.
         Banyak yang mencoba mengungkapkan peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.
Teori Lubang Cacing
         Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak.


         Kemudian dilanjutkan oleh  Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).


         Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.


         Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan popnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
         Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.

Berdasarkan teori Roger Penrose :
          “Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole).


Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :
         Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (Big Crunch) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.


         Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilan besaran yang tidak dapat diramalkan.
         Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
         Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan. Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.

Ilustrasi Lubang Cacing
         Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” (dengan kekuasaan Allah Swt) kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.
Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.

Dalam bahasa ilmu kalam :
         “Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah habis dituliskan di Luh Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes.”
         Menurut Dr. H.M. Nasim Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam). Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui “lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad, sewaktu menjalani isro’ dan mi’roj (Sumber : Gagasan dan Pemikiran, Dr. Nasim Fauzi).

Masjidil Aqsha: Dari sinilah Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT ke Sidrotul Muntaha.


 Sebagaimana firman Allah :
         Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal…
(QS. An Najm /53:13-15)

         Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isro', Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya (sumber : (Perhitungan Matematis) Kecepatan BURAQ), namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah…
         Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing (worm hole)” semesta, seperti yang di-utarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus di-ingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang  kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga).
         Rosulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang). Dan dengan mengambil teladan peristiwa Isro, kita bisa ambil kesimpulan :
1. Manusia dengan kekuasaan Alloh, dapat melakukan perjalanan lintas alam, untuk kemudian kembali kepada waktu normal.
2. Manusia yang melakukan perjalanan ke masa depan, namun masih pada ruang dimensi alam yang sama, tidak akan kembali kepada masa silam (sebagaimana terjadi pada Para Pemuda Kahfi).
3. Manusia sekarang, ada kemungkinan dikunjungi makhluk masa silam, tetapi mustahil bisa dikunjungi oleh makhluk masa depan.
     Hal ini semakin mempertegas, semua kejadian dimasa depan, hanya dipengaruhi oleh kejadian di masa sebelumnya…
WaLLohu a’lamu bisshowab…

Jember, 8 Agustus 2013

Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jl. Gajah Mada 118
Tlp. (0331) 481127
Jember