Penciptaan Manusia Pertama
Teka-teki Surga Nabi Adam
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
....... lanjutan makalah bulan lalu.
F. Pemecahan Masalah
III. Dimanakah "Surga Nabi Adam” itu?
Pada makalah bulan lalu ditulis bahwa di dalam Kitab Taurat (Kitab Kejadian) dan Kitab Injil Barnabas, sebelum diturunkan ke bumi Nabi Adam dan Ibu Hawa ditempatkan di Taman Eden atau Taman Serba Cukup yang letaknya ada di bumi yaitu di Timur Tengah.
Bahkan Joesoef Sou’yb menafsirkan kata Al-Jannah (=taman) di dalam Al Qur-an -tempat Nabi Adam dan Ibu Hawa ditempatkan sebelum diturunkan ke bumi- bukanlah di “Surga” yang berada di “langit” melainkan di “Taman Serba Cukup” yang terletak di bumi.
Kemudian menjawab pertanyaan : Di manakah “Taman Serba Cukup” itu sekarang ? Berdasar lokasi “Taman Eden” menurut Kitab Kejadian ada di sebelah timur (dari Jerusalem) dan dari Taman itu berasal 4 sungai yang 2 di antaranya adalah Tigris dan Eufrat yang sekarang letaknya ada di Mesopotamia, seorang Arkeolog dari Universitas Missouri, Springfield, Dr. Juris Zarins membuat hipotesis bahwa “Taman Eden” itu sekarang tenggelam di Teluk Persia. Kelemahan teori ini adalah bila Taman Eden itu ada di Teluk Persia maka keempat sungai itu bukan “berasal” dari Taman Eden melainkan “bermuara” di Taman Eden, jadi teorinya salah.
Seusai menulis makalah Asal-usul Manusia Seri ke 05 penulis tertarik pada sebuah buku tentang Atlantis, benua yang hilang yang baru diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karangan Profesor Arysia Santos berjudul “Atlantis The Lost Continent Finally Found”. Di dalam bukunya itu Profesor Arysio Santos menyebutkan bahwa benua Atlantis itu dulu berada di Dangkalan Sunda di Indonesia yang sekarang tenggelam di antara Semenanjung Malaka, Sumatera, Pulau Jawa dan Kalimantan. Bahkan menurut beliau “Taman Eden” -dengan mengutip pendapat Thomas Aquinas, filosof besar Nashroni pada zaman pertengahan yang mengatakan bahwa “Taman Eden” itu berada di daerah Katulistiwa-, tempat Taman Eden itu identik dengan letak Atlantis yaitu di Dangkalan Sunda di Indonesia.
3. Tempat Adam As. dan Hawa Sebelum Diturunkan ke Bumi Menurut Profesor Arysio Santos.
Profesor Arysio Nunes dos Santos
Profesor Arysio Nunes dos Santos adalah seorang atlantolog, geolog dan fisikawan nuklir Brazil, telah melakukan penelitian selama 30 tahun terhadap literatur tentang Atlantis serta terhadap mitos-mitos di Yunani kuno, Mesir, India dan peradaban Indian kuno yang sangat maju yaitu Maya dan Inca, akhirnya menemukan bahwa Atlantis yang telah tenggelam itu ada di Dangkalan Sunda di Indonesia. Menurut beliau para peneliti sebelumnya telah salah menafsirkan tulisan Plato, filosof Yunani kuno tentang Atlantis dengan ciri-cirinya:
- Selat sempit menuju samudera.
- Pulau Atlantis yang luas dan setengah tenggelam membentuk beting-beting yang tak dapat dilalui di depan selat tersebut dan membuat wilayah tersebut “tak dapat dilayari”.
- Banyak pulau di luarnya (dilewati) dalam perjalanan menuju Benua Luar.
- Benua Luar di luar (yang dilewati), rupanya adalah wilayah Amerika.
Karena adanya nama Atlantis itu maka banyak peneliti yang menyelidiki tempat Benua Atlantis yang hilang itu di sekitar Samudera Alantik sekarang sehingga tidak ketemu. Padahal yang dimaksud dengan laut Atlantik pada zaman Plato adalah lautan yang berada di sebelah barat yang luasnya sampai ke Benua Atlantis. Karena benua Amerika waktu itu belum ditemukan maka lautan yang luas itu selain meliputi Samudra Atlantik juga meliputi Samudera Pasifik yang batasnya di katulistiwa di barat adalah Indonesia.
Benua Atlantis yang banyak penduduknya dengan peradabannya yang sangat maju itu merupakan kerajaan maritim yang kuat dengan wilayah kekuasaannya yang sangat luas sampai jauh di seberang laut yaitu Mesir, Yunani, India dan Kerajaan Indian kuno di benua Amerika. Tanahnya sangat subur karena dipupuk oleh debu vulkanis, dengan tanamannya berupa padi-padian yang dapat dipanen 3x setahun dapat memberi makan pada penduduknya yang banyak itu. Juga rempah-rempah dan buah-buahan serta bahan tambang yaitu emas, perak dan timah (yang merupakan bahan baku perunggu) dan lain-lainnya melengkapi kekayaannya itu. Sewaktu armada Atlantis bersiap-siap akan menyerang Athena terjadilah malapetaka itu.
Menurut Profesor Arysio Santos yang membuat teori bahwa Benua Atlantis yang berperadaban maju itu ada di Indonesia dan sekarang tenggelam di Dangkalan Sunda, kriteria yang dibuat oleh Plato sangat sesuai dengan teorinya itu.
- Selat sempit menuju samudera adalah selat Sunda menuju ke Samudera Hindia.
- Pulau Atlantis yang luas dan setengah tenggelam membentuk beting-beting yang tak dapat dilalui di depan selat tersebut dan membuat wilayah tersebut “tak dapat dilayari” adalah peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang terletak di Traphoban (Sumatera dan Jawa) mengeluarkan berton-ton batu apung yang memenuhi laut sehingga tak dapat dilayari.
- Banyak pulau di luarnya (dilewati) dalam perjalanan menuju Benua Luar adalah : dari pedalaman Atlantis menuju timur melewati kepulauan Maluku kemudian mengarungi Lautan Pasifik menuju ke Benua Amerika.
- Benua Luar di luar (yang dilewati), rupanya adalah wilayah Amerika.
Kejadian malapetaka yang menenggelamkan Benua Atlantis itu terjadi pada akhir zaman es (Pleistocene).
Zaman kita berada sekarang adalah zaman pasca glacial /zaman es, disebut Zaman Holocene yang dimulai 10.000 tahun yang lalu.
Bumi pada zaman Pleistocene
Pada kira-kira 2 juta tahun yang lalu suhu bumi menurun 5-7o Celcius, menjadikan Kutub Utara dan Selatan, belahan utara Eropa, Rusia, Siberia dan Amerika Utara (luasnya sekitar 8 juta km2), diliputi lapisan es ratusan sampai ribuan meter. Selain itu lapisan es ini juga meliputi puncak-puncak gunung yang tinggi di dunia, sehingga permukaan laut turun sampai 150 m. Pada saat itu laut-laut antara Semenanjung Malaka, Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan (dangkalan Sunda) mengering dan menjadi daratan. Zaman glasial yang dingin ini diselingi dengan beberapa kali masa kenaikan suhu sehingga sebagian dari lapisan es mencair, disebut masa interglasial. Zaman es berakhir pada 11.600 tahun yang lalu bersamaan dengan meletusnya gunung Krakatau.
Australopithecus africanus di Afrika Selatan
Pada zaman pra-glasial dan glasial inilah binatang menyusui berkembang, termasuk jenis-jenis kera dan manusia purba, di antaranya adalah Australopithecin.
Indonesia adalah negeri kepulauan yang merupakan sabuk gunung berapi paling aktif di dunia meliputi Pulau Sumatera, Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara. Gunung yang sangat aktif dan berperan pada zaman purba adalah (i.) Gunung Toba di bagian barat Sumatera yang meledak sekitar 30.000 tahun yang lalu melemparkan puncaknya ke angkasa dan menyebarkan debunya ke seluruh dunia. Saat ini yang tersisa adalah kaldera danau Toba. Saat meletusnya gunung Toba tersebut bersamaan dengan dimulainya zaman es terakhir (Pleistocene). Menurut Profesor Arysio Santos pada saat itu dan di tempat itulah zaman peradaban Atlantis itu berkembang dengan cuacanya yang sangat baik untuk tumbuhnya bermacam-macam tumbuh-tumbuhan.
Gunung Krakatau di Selat Sunda
(ii.) Gunung Krakatau di tengah Taprobane (Sumatera dan Jawa) pada zaman Purba telah pernah meletus 2x, dan letusan pada 11.600 tahun yang lalu adalah yang terhebat. Kehebatan letusan gunung Krakatau itu membelah Taprobane menjadi Pulau Sumatera dan Jawa menyisakan kaldera yang sangat luas di bawah permukaan laut di selat Sunda. Terjadi gelombang Tsunami yang sangat besar. Api dan cairan magma, batu, kerikil, batu apung dan abu serta asapnya mengepul sangat tinggi ke angkasa dan ke wilayah sekitarnya membuat bumi menjadi gelap gulita. Abu letusan gunung ini menyebar ke seluruh dunia dan setelah abu itu turun menjadikan permukaan es seluruh dunia menjadi hitam sehingga menyerap sinar matahari jauh lebih banyak dari sebelumnya yang mengakibatkan es-es itu mencair dengan cepat sehingga menimbulkan banjir besar di seluruh dunia. Selain itu air yang dilemparkan letusan gunung Krakatau itu turun kembali dalam bentuk hujan yang sangat lebat. Kedua peristiwa ini menaikkan permukaan air laut di seluruh dunia 130-150 meter sehingga dataran Sunda /Benua Atlantis tenggelam dengan cepat. Dangkalan Bering juga tenggelam memisahkan Benua Amerika dari Benua Asia. Benua Atlantis beserta sebagian besar penduduknya serta fauna dan flora yang berada di situ musnah. Sebagian kecil penduduknya yang selamat hijrah ke India tetapi ditolak oleh penduduknya sehingga mereka pergi ke Mesir dan Mesopotamia. Mereka juga hijroh ke timur ke Kepulauan Oceania dan sampai ke Benua Amerika. Teori peristiwa alam sebagai penyebab berakhirnya zaman es yang terakhir ini telah disetujui oleh NASA dan disebut sebagai peristiwa Heinrich.
Mammoth dan mastodon
Banjir besar di bagian dunia yang lain pada akhir zaman Pleistocene ini telah memusnahkan banyak spesies binatang di antaranya adalah mammoth, mastodon, harimau gigi-pedang, beruang gua, armadillo dan kukang raksasa, lusinan jenis camelid, cervid, cavalid dan –kemungkinan besar- manusia Homo erectus dan Homo Neanderthal.
Homo Neanderthalensis
(iii.) Gunung Tambora di Sumbawa juga pernah meledak menyisakan Kaldera dengan 3 danau yang berwarna warni, bagaimana dengan terjadinya Kaldera Gunung Tangkuban perahu, Bromo dan Kawah Ijen ?
Teori Profesor Arysia Santos bahwa Dangkalan Sunda adalah lokasi Benua Atlantis rupa-rupanya banyak kecocokannya. Lalu bagaimana dengan Dangkalan Sunda sebagai lokasi Taman Eden ?
4. Dangkalan Sunda di Indonesia sebagai lokasi Taman Eden.
Penciptaan Nabi Adam dan Ibu Hawa terjadi pada zaman es /Pleistocene dimana suhu bumi turun sekitar 5-7o Celcius. Wilayah Timur Tengah yang termasuk daerah subtropis tentu suhunya jauh lebih dingin dari sekarang. Sedang tanahnya pada zaman itu berupa gurun pasir sehingga tidak mendukung teori bahwa lokasi Taman Eden ada di sekitar Teluk Persia karena suhunya dan tanahnya kurang nyaman dihuni oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa yang sewaktu keduanya tinggal di Taman Eden tidak berpakaian.
Dangkalan Sunda
Di dasar laut dangkalan Sunda terdapat bekas empat sungai yang dulu semasih berbentuk daratan yaitu (i.) mengalir ke selat Malaka, (ii.) mengalir ke Laut Cina Selatan, (iii.) mengalir ke Laut Bali /Flores dan (iv.) ke Selat Sunda. Adanya 4 sungai yang mengalir dari Taman Eden yang tertulis di dalam Kitab Kejadian menunjukkan kemiripan dengan Dangkalan Sunda sebagai lokasi Taman Eden.
Di dalam Jewish Encyclopedia tertulis : Saadia Galon, dalam alih bahasa Arobnya, menerjemahkan “Pison” sebagai Nil, yang diketawakan oleh Ibn Ezra karena “sudah jelas-jelas diketahui bahwa Eden berada lebih jauh ke selatan, di Khatulistiwa” ....Obadiah dari Bertinono, yang mengulas Mishnah, dalam sebuah risalah yang mengisahkan perjalanannya dari Italia ke Yerusalem pada tahun 1949, mengisahkan cerita kedatangan orang-orang Yahudi di Yerusalem dari “Aden, tanah dimana Gan Eden yang masyhur dan ternama berada, yaitu di tenggara Assyria” ....
Thomas Aquinas
Bila kita menarik dua garis lokasi Taman Eden dari uraian di atas yaitu (i.) garis Khatulistiwa dan (ii.) garis yang ditarik dari Asyria ke arah tenggara maka kedua garis itu akan bertemu di Dangkalan Sunda, Indonesia.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari uraian di atas ternyata bahwa Dangkalan Sunda menjadi perebutan sebagai lokasi Taman Eden dan Benua Atlantis.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Bila kedua-dua dapat diterima maka kejadiannya adalah sebagai berikut :
Mula-mula Alloh Swt. menempatkan Nabi Adam As. dan Ibu Hawa di Taman Eden yang terletak di Dangkalan Sunda di Indonesia. Setelah keduanya memakan buah khuldi maka keduanya dikeluarkan dari Taman Eden ke Afrika, sesuai dengan Theory “Out of Africa”. Kedua putra mereka menjalankan pertanian dan peternakan di situ. Kemudian keturunannya keluar dari Afrika menyebar ke seluruh dunia, di antaranya akhirnya sampai di Dangkalan Sunda di Indonesia yang waktu itu berupa daratan. Mereka membentuk kebudayaan yang sangat maju di Benua Atlantis yang akhirnya tenggelam dan hilang tak berbekas seperti yang telah diuraikan di atas.
Atau hanya salah satu saja yang betul. Karena bukti-bukti yang terkuat adalah Dangkalan Sunda adalah bekas Benua Atlantis yang hilang maka teori bahwa Taman Eden berada di Dangkalan Sunda yang terletak di Indonesia bisa kita tolak.
Jadi Taman Eden itu tidak terletak di bumi melainkan di “langit”.
5. Surga Nabi Adam Menurut Penulis.
Dari Abu Huroiroh Ra., ia menceriterakan Rosululloh Saw. pernah bersabda : Adam dan Musa pernah saling berihtijaj. Musa berkata kepada Adam, : “Hai Adam engkau ayah kami, engkau telah menyengsarakan dan mengeluarkan kami dari surga.” Kemudian Adam menyahut, “Wahai Musa, engkau telah dipilih Alloh melalui qolam-Nya dan Dia telah menuliskan kitab Taurot untukmu dengan tangan-Nya, apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah ditetapkan Alloh melalui qolam-Nya. Diriwayatkan Bukhori (XI/6614). Abu Dawud (IV/4701). Ibnu Majah (I/80). Dan Ahmad dalam Musnadnya (II/48).
Bila kita fikirkan isi hadits ini tersirat adanya keinginan Nabi Musa As., andaikata Nabi Adam As. tidak memakan buah khuldi tentunya kedua nenek moyang kita itu akan tetap berada di dalam sorga, berkawin dan beranak pinak di dalamnya sehingga kita keturunannya ini tidak bersusah-payah hidup di bumi seperti sekarang.
Anggapan bahwa bila kedua nenek moyang kita itu tetap tinggal di surga akan kawin dan beranak pinak terjadi karena para ulama mengira bahwa jenis kelamin Nabi Adam As. adalah laki-laki dan Ibu Hawa perempuan sehingga bisa terjadi perkawinan antara keduanya.
Kalau “Sorga Nabi Adam” itu adanya di dunia ini (sekeping “Taman Serba Cukup” yang ada di bumi) tidak mungkin Nabi Musa As. membayangkan bahwa semua anak cucu Adam dan Hawa (bila keduanya kawin dan beranak pinak) yang jumlahnya bermilyard-milyard itu dapat ditampung di dalam kawasan sekecil itu. Maka tentunya Nabi Musa As. berkeyakinan bahwa “Surga Nabi Adam” itu cukup luas untuk bisa menampung semua anak keturunan Nabi Adam. As.
Maka “Surga Nabi Adam” itu bukan semacam “Taman Eden” yang ada di Timur Tengah seperti yang disebutkan di dalam Kitab Kejadian ataupun “Taman Serba Cukup” yang disebutkan oleh Injil Barnabas, atau seperti teori Profesor Arysio Santos bahwa Taman Eden itu terletak di Dangkalan Sunda Indonesia, melainkan adalah “Surga Alloh Swt." yang sangat luas.
Adapun jawaban dari pertanyaan “Mengapa meskipun keduanya telanjang tetapi tidak terjadi perkawinan” –seperti tertulis pada makalah sebelum ini- karena di dalam “Surga Nabi Adam”, jenis kelamin Nabi Adam As. adalah XY atau X yang mempunyai Y (= perempuan yang mempunyai testis) dan jenis kelamin Ibu Hawa adalah XX atau X yang tidak mempunyai Y (= perempuan yang tidak mempunyai testis alias perempuan asli). Karena keduanya sama-sama berjenis kelamin perempuan maka tidak mungkin terjadi kehamilan.
Isaac Newton
Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak, yaitu ilmu fisika klasik yang kita pelajari di pendidikan dasar dan menengah. Teori Newton ini berlaku pada benda-benda dengan kecepatan dan gravitasi rendah seperti pada kejadian sehari-hari. Newton menduduki posisi puncak di Universitas Cambridge, Inggris sebagai : Lucasian Chair of Mathematics.
Kemudian raksasa ilmu fisika yang kedua adalah Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).
Raksasa fisika selanjutnya adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942; umur 68 tahun) adalah seorang ahli fisika teoritis.
Pada umur 17 tahun Hawking memasuki University College jurusan ilmu fisika di Oxford selama 3 tahun. Kemudian pasca sarjananya dia memilih bidang studi kosmologi. Selanjutnya dia masuk Universitas Cambridge untuk program doktor. Waktu itu dia mulai terserang penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) penyakit syaraf yang belum ada obatnya, menyerang pusat gerak yang menimbulkan kelumpuhan. Penderitanya biasanya akan meninggal dunia dalam waktu 2-3 tahun. Tetapi pada Hawking ternyata perjalanan penyakitnya melambat, dan untungnya dia bertemu dengan calon isterinya Jane Wilde yang memberinya dorongan dan semangat hidup untuk menghasilkan sesuatu yang berharga. Namun untuk kawin dengannya terlebih dulu dia harus memperoleh gelar doktornya sebagai syarat untuk bisa bekerja. Setelah memperoleh gelar doktornya, maka pada pada usianya yang ke-23 Hawking mendapat beasiswanya dan menikah.
Stephen Hawking
Sementara itu penyakitnya memaksanya berjalan dengan menggunakan tongkat serta mengalami kesukaran berbicara. Akhirnya Hawking lumpuh total yang untungnya otot pernafasannya masih dapat bekerja, bisa mengedipkan mata serta menggerakkan ujung jari telunjuknya. Dia duduk di kursi roda dengan komputer khusus yang menolongnya menulis dengan menggunakan ujung jarinya serta mesin pembuat suara. Selama 24 jam dia dirawat oleh isterinya dan perawat yang memandikan, menyuap makanan dan minuman serta membersihkan ludahnya yang selalu menetes dari mulutnya. Di dalam kelumpuhan totalnya itu ternyata otak dan pikirannya yang brilian itu sama sekali tidak terpengaruh. Bahkan penyakitnya itu di satu segi memberinya berkah. Bagi rekan-rekannya sesama guru besar, jabatan itu berarti pekerjaan yang menumpuk : mengajar, membimbing, mengikuti seminar-seminar dan menjadi panitia bermacam-macam acara yang menghabiskan waktu, di samping menjadi kepala rumah tangganya sendiri. Untuk Hawking, karena kondisinya itu dia tidak pernah diserahi tugas kepanitiaan, dan tugas membimbing hanya terbatas untuk para doktoral saja, sehingga dia mempunyai banyak waktu untuk berfikir dan menghasilkan ide-ide yang cemerlang, jauh melebih rekan-rekannya. Pemikirannya ini berkembang terus selama lebih dari 25 tahun sampai sekarang. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan popnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum. Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.
Dia pernah membaca teori Roger Penrose tentang bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole).
Berawal dari situ (keruntuhan lubang hitam), dengan membalik prosesnya : Lebih kurang 15 milyard tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang, peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang). Tidak ada peristiwa yang terjadi sebelum dentuman besar. Sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat, pen.) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Teori Keruntuhan Besar
Menurut Hawking jagat kita sekarang adalah suatu “jagat raya” balon atau ruang seperti permukaan bumi. Bumi tidak mempunyai batas / pinggiran (kalau kita berkeliling bumi tidak pernah akan jatuh ke tepi jurang), tetapi luasnya terbatas (yaitu luas permukaan bumi dapat diukur) dan setiap titik di atas bumi bisa dianggap sebagai pusat bumi. Demikian juga “jagat raya” kita, tidak mempunyai batas / pinggiran (sehingga kita tidak mungkin bisa terbang menembus “gelembung” jagat raya, keluar ke alam kosong), volumenya terbatas (yaitu volumenya dapat diukur), serta semua tempat di “jagat raya” bisa dianggap sebagai pusat “jagat raya”.
Teori Relativitas tidak dapat dipakai pada kondisi singularitas awal jagat raya, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilan besaran yang tidak dapat diramalkan. Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum. Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia, pen.) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan. Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan, pen.) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan. Jadi masa depan dan kiamat -dalam waktu maya- menurut Hawking sudah ada dan sudah selesai sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” (dengan kekuasaan Alloh Swt, pen.) kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.
Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam bahasa ilmu kalam : Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah habis dituliskan di Luh Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes.
6. Model Alam Semesta Dunia dan Akhirot serta Dimana Nabi Adam As. dan Ibu Hawa Tinggal Sebelum Diturunkan ke Bumi.
Alam semesta dunia dan akhirot terbagi atas 3 bagian.
(a) Bagian dunia (langit dan bumi)
Terbagi atas :
(i.) Sebelum kiamat
(ii.) Saat kiamat.
(iii.) Setelah kiamat (masa kebangkitan).
Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (QS. Az Zumar /39:68)
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS. Al A’rof / 7:25)
(b) Yang termasuk bagian dari (a) dan (c) yaitu neraka dan shiroth.
Setelah sebagian manusia dan jin dimasukkan ke dalam neraka dan sebagian lagi ditempatkan di shiroth maka bumi kosong dari manusia dan jin. Maka fungsi bumi sebagai tempat kediaman manusia dan jin sudah selesai. Karena sudah tidak berguna lagi maka oleh Alloh Swt. langit dan bumi digulung seperti menggulung permadani.
(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit (bumi dan langit dunia diganti oleh bumi dan langit surga, pen.), dan mereka semuanya berkumpul (di shiroth bukan di padang mahsyar, lihat hadits berikut, pen.) menghadap ke hadirot Alloh yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrohim / 14:48)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah Ra., dia berkata, “Aku adalah orang yang pertama-tama menanyakan kepada Rosululloh Saw. Tentang maksud ayat,
“(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirot Alloh yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrohim / 14:48)
Aisyah berkata: Aku bertanya, “Di manakah manusia pada waktu itu, ya Rosul Alloh ?”
Rosul menjawab, “Di atas Shiroth (jembatan).”
(c) Di tempat bumi dan langit ada sebelumnya tadi diciptakan surga, yang luasnya = langit dan bumi.
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul-rosul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid / 57:21)
Sesuai dengan teori Stephen Hawking, ketiga bagian itu sudah ada pada awal penciptaan. Manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam). Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Alloh Swt. bisa memasuki waktu maya (waktu Alloh Swt.) maka manusia melalui “lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad Saw. sewaktu menjalani isro’ dan mi’roj.
ÙˆَÙ„َÙ‚َدۡ رَØ¡َاهُ Ù†َزۡÙ„َØ©ً Ø£ُØ®ۡرَÙ‰ٰ (١٣) عِندَ سِدۡرَØ©ِ ٱلۡÙ…ُنتَÙ‡َÙ‰ٰ (١٤) عِندَÙ‡َا جَÙ†َّØ©ُ ٱلۡÙ…َØ£ۡÙˆَÙ‰ٰٓ (١٥)
[1430] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang Telah dikunjungi nabi ketika Mi'raj.
Nabi Adam dan Ibu Hawa setelah diciptakan di bumi kemudian oleh Alloh Swt. dibawa ke masa depan dalam waktu maya ke surga. Setelah dikeluarkan dari surga lalu kedua nenek moyang kita itu beserta iblis dikembalikan ke masa lalu (waktu kini waktu itu) ke bumi yaitu ke Afrika (sesuai dengan “Teori Ibu Hawa” dan “Theory Out of Africa” – lihat makalah Asal-usul Manusia 01).
G. Kesimpulan
Masalah-masalah yang telah kita bicarakan sejak makalah Asal-usul Manusia Seri ke 04 adalah :
I. Mengapa di dalam "sorga Nabi Adam" tidak terjadi perkawinan di antara Adam dan Hawa, meskipun konon mereka berdua telanjang bulat ?
II. Apa sebenarnya pohon larangan itu ? Mengapa setelah buahnya dimakan tampaklah aurat keduanya, sehingga mereka merasa malu dan menutupi aurat mereka dengan daun-daun sorga ?
III. Dimanakah "surga Nabi Adam itu" ?
Telah dibicarakan dengan tuntas.
Di antara ke 3 masalah itu, masalah ke 3 yaitu : Di manakah “Surga Nabi Adam” lah yang paling berat. Kemudian dari dua jawabannya yaitu
(i.) “Surga Nabi Adam” terletak di bumi ini dan
(ii.) Surga nabi Adam ada di “langit” yaitu di surga Alloh Swt. Tepatnya ada di masa depan setelah “Langit dan bumi dunia” digulung kemudian diganti oleh “Langit dan bumi surga”, yang dapat dijangkau melalui “waktu maya” yaitu waktu Alloh Swt. Seperti halnya perjalanan Nabi Muhammad Saw. sewaktu peristiwa isro’ dan mi’roj.
Dengan demikian makalah-makalah asal-usul manusia sejak seri 01 sampai seri 06 telah selesai dengan kesimpulan :
Bahwa kita manusia Homo sapiens adalah termasuk Bani Adam yakni keturunan Nabi Adam yang diciptakan Alloh Swt. di bumi secara “nafsin wahidah” yaitu ditumbuhkan di luar ibu (in vitro).
Selanjutnya Nabi Adam As. ditempatkan di surga Alloh Swt seperti di atas. Di dalam surga Alloh itu diciptakan Alloh Swt. pasangannya secara kloning dari sebuah sel yang diambil dari tubuh Nabi Adam As.
Meskipun keduanya telanjang bulat namun keduanya tidak berkawin, karena jenis kelamin keduanya adalah sama-sama perempuan yaitu Nabi Adam adalah seorang perempuan (X) yang mempunyai testis (Y), sedang Ibu Hawa adalah perempuan sempurna (XX). Setelah Nabi Adam As dan Ibu Hawa atas bujukan iblis memakan “Buah khuldi” maka Nabi Adam As. berubah menjadi laki-laki.
Karena surga tidak mungkin ditempati oleh laki-laki dan perempuan bumi karena keduanya akan kawin dan beranak pinak, maka keduanya beserta iblis diturunkan ke bumi yaitu di Afrika sesuai dengan Teori Ibu Hawa atau “Theory Out of Africa”.
Selanjutnya mereka kawin dan beranak pinah menyebar ke seluruh permukaan bumi sampai hari kiamat.
Penyebaran manusia ke seluruh bumi
Penulis yakin bahwa makalah-makalah ini tidak sempurna. Bila para pembaca menemukan kesalahan mohon diberitahukan kepada penulis untuk dilakukan koreksi. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, Wallohul muwaffiq ila aqwamittoriq.
Wassalamu ‘alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Jember, 25 April 2010
Dr. H.M. Nasim Fauzi
nasimfauzi.Blogspot.Com
JI. Gajah Mada 118,
Tlp. (0331)481127 Jember
Kepustakaan
01. A. Khozin Afandi, Pengetahuan Modern Dalam Islam, Al Ikhlas, Surabaya, 1995.
02. A. Qusyairi Ismail dan M. Achyat Ahmad, Menelaah Pikiran Agus Mustofa, Pustaka Sidogiri, Pasuruan, 1430 H.
03. Abdulqadir Hassan, Qamus Al-Quran, Yayasan Al-Muslimun, Bangil, 1991.
04. Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru, @ 1974, Lembaga Alkitab Indonesia.
05. Ali Audah, Konkordansi Quran, Utera AntarNusa dan Mizan, Bogor, 1997.
06. Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.
07. Arthur E. Guyton M.D., Function of The Human Body, W.B. Saunders Company, Philadelphia and London, 1964.
08. Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam Al-Quran, PT Almaarif, Bandung, 1971.
09. David Bergamini, Alam Semesta, Tira Pustaka, Jakarta, 1979.
10. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, CV Asy-Syifa, Semarang, 1999.
11. Dr. Drh. Mangku Sitepoe, Rekayasa Genetika, Grasindo, Jakarta, 2001.
12. Dr. Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran Sains, Mizan, Bandung, 1986
13. Dr. Maurice Bucaille, Bibel, Qur-an dan Sains Modern, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
14. Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Penerbit Mizan, Bandung, 1992.
15. Felix Pirani dan Christine Roche, Mengenal Alam Semesta, Mizan "For Beginners", Bandung, 1997.
16. M. Nurchalis Bakry dkk, Bioteknologi dan Al Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
17. Ibnu Katsir, Huru-hara Hari Kiamat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta , 2005.
18. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tamasya ke Surga, Darul Falah, Jakarta, 1419 H.
19. John W. Kimball, Biologi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.
20. Larry Gonick & Mark Wheelis, Kartun Biologi Genetika, KPG Gramedia, Jakarta, 2001.
21. Majalah “Aku Tahu” Nomor 54 Tahun 1987, Jakarta.
22. N. Glinka, General Chemistry, Peace Publisher, Moscow, tanpa tahun. Sunday, January 13, 2008
23. Richard Leakey, Asal Usul Manusia, KPG, Jakarta, 2003.
24. Sandi Setiawan, Theory of Everything, Andi Offset, Yogyakarta, 1991.
25. Sukmadjaja Asyarie dkk, Indeks Al-Qur’an, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984.
26. Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993.
27. T.W. Sadler, Embryologi Kedokteran Langman, Edisi ke-7, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
28. William A. Haviland, Antropologi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.
29. Joesoef Sou’yb, Adam dan Hawa Bukan Manusia Pertama di Bumi, Penerbit Rimbow, Medan, 1987.
-----------------------------------------------
Buku-buku tentang Stephen Hawking
------------------------------------------------
30. Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala, Grafiti, Jakarta, 1994.
31. Stephen Hawking, Black Hoes and Baby Universe dan Esai-esai lain, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
32. J.P. McEnvoy dan Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners, Mizan, Bandung, 1998.
33. Kitty Fergusson, Stephen Hawking Pencarian Teori Segala Hal, Grafiti, Jakarta, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar