Minggu, 11 April 2021

Leaflet Takwil Ayat Mutasyabihat 03

3. AYAT MUTASYABIHAT

Antara bacaan Aisyah dan

bacaan Abdullah ibnu Abbas.

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

Kata Mutasyabihat ada di dalam QS. Ali Imron [3] :7 sbb.

3:7

 Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok- pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-oramg yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat daripadanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yg mengetahui takwilnya melainkan Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imron [3] : 7).

Asbabun nuzul (penyebab turunnya ayat).

     Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrohim At Tustari, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qosim bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosululloh Saw. membaca ayat ini; (QS. [3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosululloh Saw bersabda  "Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihat, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian terhadap mereka!" (Shohih Bukhori nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).

Definisi-definisi

    Menurut HAMKA dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar.Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai hukum, memerintahkan sholat, melakukan puasa, naik haji dsb  Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya yang laki-laki mendapat dua kali yang wanita.

     Ayat mutasyabihat artinya bermacam-macam.

     Teungku M. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis : Para ulama mempunyai 2 pendapat :             

1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Alloh) dan menjadikan perkataan warroosi-khuuna .., sebagai pembicaraan baru, yang maknanya “yang mengetahui ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri ” Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.” Selanjutnya kita menyebutnya sebagai bacaan Aisyah. Bacaan Aisyah ada di makalah bagian pertama.  

2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ilm. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai pembicaraan baru. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang berilmu tinggi (termasuk beliau) mengetahui makna ayat mutasyabihat. Selanjutnya kita menyebutnya bacaan kedua.

Bacaan Abdullah ibnu Abbas adalah.

Komentar penulis

     Penulis tak setuju dengan bacaan ibn Abbas dengan alasan

     Dengan diperbolehkannya arroosikhuuna menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, jelas bertentangan dengan asbabun nuzul / hadits Nabi Muhammad Saw. ("Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihat, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian terhadap mereka !"). (Shohih Bukhori nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).     Apa

Apakah ibnu Abbas Ra. tak mengetahui hadist ini ?  Beliau pasti mengetahuinya. Penulis menduga beliau memutus ayat itu pada lafal al-‘ilm agar tafsir ayat itu tak mati (bukan hanya Alloh yang mengetahui takwilnya, karena arrosikhuna juga mengetahui takwilnya sehingga boleh mentakwilnya).  Dengan bacaan Aisyah (tiada yang mengetahui takwilnya kecuali Alloh),para penafsir tidak bisa mantakwil ayat mutasyabihat (takwilnya mati).

 Bila hanya Alloh yg mengetahui takwilnya, kita pun bisa mengetahuinya dengan bertanya kepada Alloh. Padahal para ahli taf-sir Al Qur-an itu tidak tahu cara bertanya kepada Alloh Swt. Dengan metode penulis  Bertanya tentang takwil ayat mutasyabihat kepada Alloh melalui Al Qur-an, maka takwilnya dapat dihidupkan lagi.

Mengapa para penafsir Al Qur-an setuju dengan bacaan ibnu Abbas ? 

   bAbdullah bin Abbas adalah anak dari Al-Abbas bin Abdul Muththalib paman Nabi. Kebanyakan para penafsir Al Qur’an setuju dengan pendapat Ibnu Abbas karena percaya akan tingginya ilmu beliau. Rosulullah Saw., pernah mendoakannya (ibnu Abbas) “Ya Allah, berilah ia kepahaman agama dan Alqur-an  ” Maka beliau berkembang menjadi ahli tafsir Al Quran. Para muridnya menjuluki beliau Al-Bahr (lautan ilmu) dan Al-Habr tinta).”   Dn

     Maka para penafsir Al Qur’an, dengan mengikuti bacaan beliau berarti memasukkan diri mereka ke dalam golongan arrosikhuna (orang yg mendalam ilmunya), maka boleh menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Karena semua penafsir itu berpendapat bahwa takwilnya benar maka akibatnya ayat-ayat mutasyabihat  menjadi multi tafsir seperti keadaannya sekarang. 

Bisakah kita memakai bacaan Aisyah (QS. [3] : 7) ?

     Kita bisa memakai bacaan Aisyah karena beliau ahli dalam tafsir Al Qur-an. Berhubung beliau adalah istri rosululloh tentu pendapat beliau sama dengan pendapat Nabi..

     Namun, dengan menggunakan bacaan Aisyah, maka kita setuju dengan pendapat bahwa hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat. 

DalDalam pandangan penulis,

Bila hanya Alloh Swt. saja yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat, untuk bisa mengetahuinya kita bisa bertanya kepada Alloh Swt. melalui Al Qur-an

      Zaman bertanya kepada Alloh Swt. secara langsung seba-gaimana Nabi Adam As. dan Nabi Musa As. sudah lewat.

     Maka kita bisa bertanya kepada Alloh secara tak langsung melalui Kitab ciptaannya yaitu Al Qur-an.

Menanyakan takwil ayat-ayat mutasyabihat kepada Al Qur-an.

     Untuk bisa bertanya kepada Al Qur-an ada pertanyaan : Benarkah Al Qur-an berbahasa Aeab ?.

     Umumnya para ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa Al Qur-an diturunkan Alloh Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arob

     Alasannya berdasarkan QS. Yusuf [12] : 2 yang diterjemahkan oleh Al Qur-an terbitan Kemenag RI sbb.
12:2

                   Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an berbahasa Arob (Arobiyyan), agar kamu memahaminya.   (QS. Yusuf [12] : 2)

     Semua kitab tafsir Al Qur-an di Indonesia menerjemahkan Qur’aanan Arobiyyan berarti Al Qur-an berbahasa Arob.

    Maka Bahasa Al Qur-an menggunakan prinsip-prinsip / kaidah yang sama dengan Bahasa Arab.

Ciri-ciri Bahasa Arob

Pada bahasa Arob suatu kata bisa memiliki makna lebih dari satu yamg disebut polisemi dan homonim.

Polisemi Artinya: “satu kata mengandung beberapa arti yg masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz). Kata “الخال, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk.

     Homonim adalah beberapa kata yang sama, baik pelafalan dan penulisannya, tetapi mempunyai makna yang berlainan. Contoh kata (غرب) dapat bermakna barat (الجهرة), juga timba.

Pengertian para ahli tafsir tentang bahasa Al Qur-an

Seorang Ahli Tafsir periode awal, Muqatil bin Sulaiman al-Khurasani (w.150 H / 767 M) mengatakan bahwa kata-kata di dalam Kitab Al Qur-an di samping memiliki makna yang definitif, juga memiliki alternatif makna lainnya, yang harus diketahui oleh para Ahli Tafsir Al Qur-an.

Bahasa Al Qur-an bukan Bahasa Arab                 Dal

     Dalam makalah Benarkah Al Qur-an berbahasa Arob ? disimpulkan bahwa                

Al Qur-an bukan berbahasa Arab.

Bahasa Al Qur-an adalah bahasa ciptaan Alloh Swt. yang serumpun dengan Bahasa Arab

Beda bahasa Al Qur-an dengan bahasa Arob adalah

Pada bahasa Arob setiap kata memiliki beberapa arti (polisemi dan homonim) akibat dari pengaruh budaya manusia

Pada bahasa Al Qur-an setiap kata di dalam Al Qur-an masing- masing hanya memiliki satu arti karena diciptakan Alloh.

Menanyakan Takwil Suatu Kata Di Dalam Al Qur-an (MTA) Kepada Alloh Swt.

MTA 1. Tentukan Kata yg kita tanyakan maknanya kepada Alloh Swt. contoh kata taqwa

MTA 2. Makna kata itu kita cari di dalam Kamus dan Ensiklopedia Al Qur-an sbb:

No.

Nama kamus / Ensiklopedia

Arti taqwa

01.

 

Kamus Al-Qur’an, Drs. M. Zainul Arifin

Menahan diri, patuh pada perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya

02

Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan

Bakti, taqwa

03

Ensiklopedia Al-Quran Prof. M. Dawam Rahardjo

Takut (kepada Alloh)

04

Ensiklopedia Al-Qur-‘an H. Fachrudin Hs

Memelihara diri dari bahaya

05

Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA

Menjaga diri, menghindari menjauhi, takut, taat.

Sesuai dengan pernyataan sebelumnya, bahwa setiap kata di dalam Al Qur-an hanya mempunyai satu makna maka kita misalkan memilih makna taqwa adalah takut.

MTA 3. Kita kumpulkan semua ayat yg mengandung kata taqwa di dalam Al Qur-an

1. Dengan memakai Buku-buku Index Al Qur-an yaitu:

    a. Indeks Al-Qur’an, Sukmajaya dan Rosy Yusuf

b. Indeks Al-Qur’an, N.A. Baiquni dkk.

c. Konkordansi Qur’an, Ali Audah

2. Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. kata taqwa dalam berbagai bentuk dan konteksnya di dalam Al Qur-an ada 258

MTA 4  Kita masukkan makna kata taqwa adalah takut di dalam kurung di belakang  kata taqwa tadi.

MTA 5  Kemudian dianalisa apakah makna kata taqwa adalah takut itu sesuai dengan konteks ayat.

MTA 6 Semua ayat yang kata wali dan awliya nya kita artikan dengan pelindung itu kita analisa apakah cocok dengan keseluruhan isi ayat. Bila cocok kita tulis (cocok) di belakang kalimat ayat itu. Bila tidak cocok kita tulis (tidak cocok).

Dari 258 ayat tadi penulis mengambil contoh dari QS. Ali ‘Imron [3] ayat 15, 28, 50, 76, 102 dan 115 sbb :

1. QS. Ali ‘Imron [3] : 15. Katakanlah: "Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yg lebih baik dari yg demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertaqwa (takut) (kepada Alloh), pada sisi Tuhan mereka ada surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridoan Alloh.dan Alloh Maha Melihat akan hamba-hambaNya. (cocok).

2. QS. Ali ’Imron [3]: 28. Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Alloh, kecuali karena taqwa (takut) terhadap sesuatu. (cocok).

3. QS. Ali ‘Imron [3]: 50. Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yg telah diharomkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah (takut) kepada Alloh dan taatlah kepadaku. (cocok).



 

4. QS. Ali ’Imron [3]: 76. (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertaqwa (takut) (kepada Alloh), maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa (takut) (kepada Alloh).(cocok).

 5QS. Ali ’Imron [3]: 102.  Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah (takut) kepada Alloh sebenar-benar taqwa (takut) kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (cocok).

6. QS Ali ‘Imron [3]:115. Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan. Maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)nya. Dan Alloh Maha mengetahui orang-orang yang bertaqwa (takut) (kepada Alloh). (cocok).

MTA 6. Ternyata mengartikan taqwa dengan takut pada 258 ayat di dalam Al Qur-an serta 6 ayat contoh di atas semuanya sesuai dengan konteks ayat masing-masing.

-------------------------------------------------------------------------

Maka taqwa di dalam Al Qur-an adalah bermakna takut.

-------------------------------------------------------------------------

Jember, 11 Pebruari 2021

Dr. H.M. Nasim Fauzi

Jalan Gajah Mada 118

Tilpun (0331) 481127

Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar