TAKDIR, ISRO’ MI’ROJ
DAN FISIKA MODERN
DAN FISIKA MODERN
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Salah satu mukjizat Nabi Muhammad,
adalah diperjalankannya beliau oleh Alloh melalui peristiwa Isro’
Mi’roj.
Banyak yang mencoba mengungkapkan
peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling
mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.
Teori Lubang Cacing (Worm Hole)
Raksasa
di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac
Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang
konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi
dan hukum Gerak.
Kemudian
dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan
Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas
Umum (1907).
Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoretis. Dr. Stephen Hawking di-kenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya menge-nai kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan
Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoretis. Dr. Stephen Hawking di-kenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya menge-nai kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan
ulisan-tulisan popnya di mana ia
mem-bicarakan teori-teori dan
kosmologinya secara umum.
Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang
tercantum dalam daftar best-seller di Sunday Times London selama 237 minggu
berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.
Berdasarkan teori Roger Penrose “Bintang
yang telah kehabisan bahan bakarnya akan
runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan
rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi
sebuah
singularitas di
pusat lubang hitam (black hole).“
Dengan cara membalik
prosesnya, maka diperoleh teori berikut.
Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta di-mulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini di-sebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (Big Crunch) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Dalam
kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas karena rapatan dan
kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilan besaran yang
tidak dapat diramalkan.
Menurut Hawking, bila kita tidak
bisa menggunakan teori relativitas pada
awal penciptaan jagat raya,
padahal tahap-tahap pengembangan jagat
raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini
kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan
alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
Pada kondisi waktu nyata
(waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti,
besok, seminggu, sebulan, setahun lagi
dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.
Menurut Hawking, pada
kondisi waktu maya (waktu
Tuhan) melalui “lubang
cacing (Worm Hole)” dengan kekuasaan Allah, kita
bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke
masa depan.
Hal
ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya)
menurut Hawking “telah
ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang
cacing” (dengan kekuasaan Allah) kita bisa pergi ke
manapun di seluruh alam semesta dengan seketika. Jadi, dalam
pandangan Hawking takdir
itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam bahasa ilmu kalam :
“Tinta takdir yang jumlahnya
lebih banyak daripada seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah
habis dituliskan di Luh
Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta)
untuk menuliskan perubahannya barang setetes.”
Sesuai dengan teori Stephen
Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan
masa silam). Tetapi bila manusia
dengan kekuasaan Allah,
bisa memasuki waktu maya (waktu Alloh) maka manusia melalui lubang cacing bisa pergi ke masa depan
yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebang-kitan, neraka dan
shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang
terjadi pada Nabi Muhamad, sewaktu
menjalani isro’ dan mi’roj.
Peristiwa
Isro’ Mi’roj Nabi Muhamad Saw.
Salah satu dari enam rukun iman yang harus kita percayai
adalah : Iman akan adanya hari akhirot.
Di dalam Al Qur-an sangat banyak diberitakan tentang peristiwa
di akhirot yang akan terjadi setelah hari Kiamat di masa depan.
Sebagai seorang Nabi yang menerima wahyu Al Qur-an Nabi Muhammad Saw. harus bisa
menerangkan segala kejadian di akhirot itu.
Untuk itu beliau harus pernah melihatnya dengan mata beliau
sendiri, mendengar suaranya, mencium baunya dan meraba dengan tangannya.
Agar bisa mengalaminya maka Alloh Swt. membawa beliau pergi ke
akhirot yang ada di masa depan dalam bentuk Isro’ Mi'roj.
Mula-mula beliau menjalani Isro’
atau perjalanan malam dari Masjidil Harom di Mekah ke Masjidil Aqsho di
Palestina.
Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil
Harom ke Al Masjidil Aqsho yang telah Kami ber-kahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al-Isro [17] :1)
Dari situ kemudian Nabi Muhammad
Saw. menjalani miroj ke Sidrotil Muntaha, dimana beliau bisa melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya
Dan
Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (QS.
An Najm [53] : 13-15)
Sidrotulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatan (Muhammad) tidak menyimpang dari
yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sungguh, dia telah melihat
sebagian tanda-tanda kebesa ran Tuhannya yang paling besar” (surga).
Seluk Beluk Sidrotul Muntaha
Sidr berarti pohon bidara, pohon yang
tumbuh di Asia, Afrika dan Australia. Dipakai sebagai sumber makanan,
obat-obatan dan bahan bangunan. Termasuk pohon yang sa-ngat berguna, tetapi bukan merupakan
pohon yang istimewa. Fungsi pohon bidara ini
di Sid-rotil Muntaha adalah sebagai batas terjauh perjalanan di langit dan
bumi dalam waktu nyata, yang dapat ditempuh oleh mahluk Alloh
Swt. yaitu manusia, jin dan malaikat, termasuk Malaikat Jibril. Di seberang
pohon pembatas ini terdapat Jan-natul Ma’wa (sorga) yang letaknya ada di
masa depan. Maka Sidrotul Muntaha selain sebagai batas jarak atau ruang
terjauh, juga merupakan batas antara waktu nyata dan waktu maya. Merupakan
pintu masuk ke lubang cacing / Worm
Hole (terowongan waktu)) yang berada di
wak-tu maya. Melalui jalan inilah Nabi Muhammad Saw. sewaktu mi’roj di-perjalankan
Alloh Swt. ke masa depan, yaitu hari kiamat, hari kebang-kitan dan pengadilan
di padang Mahsyar. Pergi ke neraka dan shiroth, kemudian pergi ke
surga. Dengan perjalanan itu Nabi Muhammad Saw. adalah satu-satunya
manusia di muka bumi (selain Nabi Adam dan Siti Hawa) yang pernah pergi ke akhirot dengan
jasad dan ruh beliau. Sehing-ga beliau
bisa menerangkannya kepada kita dalam hadis-hadith beliau.
Waktu yang digunakan oleh Nabi
Muhammad Saw. untuk pergi ke akhirot tidak terbatasi
oleh waktu mi’roj yang hanya semalam, tetapi bisa berhari-hari,
karena waktu di akhirot tidak diikat oleh waktu di dunia. Kemudian Nabi Muhammad kembali melalui jalan
yang sama ke Sidrotil Muntaha, kembali masuk ke waktu nyata
pada waktu yang sama dengan waktu berangkatnya, selanjutnya pulang kembali ke
Mekah.
Jember, 8 Agustus 2015
Dr. H.
M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada
118
Tilp. (0331)
481127
Jember
Bila
Takdir Itu Bersifat Kekal
DAPATKAH DOA
MERUBAH TAKDIR ?
Oleh : Dr. H.M. Nasim
Fauzi
A. Latar Belakang Masalah
Pendahuluan
Percaya kepada takdir adalah termasuk salah satu dari rukun Iman yang
enam. Tidak percaya kepada takdir menjadikan seseorang menjadi kafir (tidak
beriman).
Hadits
01. Dari sohabat
Jabir bin ‘Abdulloh Ra ia mengatakan bahwa Nabi Saw. bersabda : “Tidaklah
beriman seseorang sehingga ia ber-iman kepada takdir baik dan buruk, dan
meyakini bahwa yang telah ditakdirkan menimpanya dia tidak akan meleset
darinya; dan yang di-takdirkan tidak menimpanya, tentu tidak akan menimpanya”.
(Shohih Sunan at-Tirmidzi).
Hadits 02. Umar mengisahkan, suatu hari tatkala ia dan para sahabat
duduk bersama Rosululloh Saw. tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang mengenakan pakaian sangat putih,
rambutnya hitam legam dan tidak ada bekas melakukan perjalanan. Lalu lelaki
itu duduk tepat di hadap-an Nabi Saw. Ia rapatkan kedua lututnya pada kedua
lutut beliau dan kedua tangannya bertumpu di atas lututnya.
“Ya Muhammad,” ucap lelaki itu. “Beritahukan kepadaku
tentang agama Islam.” Muhammad Rosululloh saw. bersabda:
“(A.) Islam
itu adalah
(i.) kesaksiannya bahwa sesungguhnya tiada Tuhan
selain Alloh dan Muhammad adalah RosulNya. Lalu
(ii.) engkau tegakkan sholat,
(iii.) engkau bayar zakat,
(iv.) engkau puasa pada bulan Romadhon, dan
(v.) engkau haji ke Baitulloh jika kamu mampu."
"Benarkah engkau," komentar lelaki itu.
Para
sahabat tampak heran, lelaki itu yang bertanya dan ia juga yang membenarkannya.
"Beritahukan
kepadaku tentang Iman," pinta lelaki itu lagi. Muham-mad Rosululloh Saw.
bersabda:
"(B.)
Iman itu adalah
(i.) engkau
beriman kepada Alloh,
(ii.)
para malaikatNya,
(iii.)
kitab-kitabNya,
(iv.)
para RosulNya, dan
(v.)
hari kiamat.
(vi.) Engkau juga beriman kepada qodar yang baik dan yang buruknya." "Benarlah engkau,"
komentar lelaki itu lagi.
"Beritahukan
kepadaku tentang Ikhsan." Muhammad Rosululloh Saw. bersabda: Engkau sembah
Alloh seakan-akan engkau melihatNya. Sebab sekalipun engkau tidak dapat
melihatNya, Dia pasti melihatmu."
"Beritahukanlah
kepadaku tentang hari kiamat." "Orang yang ditanya tidak lebih tahu
dari yang bertanya," jawab Rosulullloh Saw. "Beritahukan kepadaku
tentang tanda-tandanya." Muhammad Rosu-lulloh Saw. bersabda:
"Tanda-tandanya hamba wanita melahirkan majikannya. Lalu orang-orang
miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam pembangunan gedung."
Setelah lelaki itu pergi, Rosululloh
saw. bertanya, "Hai Umar, tahukan engkau siapa lelaki yang bertanya
tadi?" "Hanya Alloh dan RosulNya yang paling mengetahui."
Muhammad Rosululloh Saw. bersabda: "Sesungguhnya dia itu Jibril. Dia
hendak mengajarkan agama kalian." (H.R. Muslim).
Dalam pembahasan berikutnya
diterangkan bahwa qodar / takdir adalah perencanaan (penulisan di
Luh Mahfuzh). Tinta yang digunakan untuk menulis takdir di Luh Mahfuzh tadi sudah habis sehingga pena telah kering. Maka takdir
tidak bisa dirubah lagi.
Sedang qodho adalah
hukum Alloh atau sunnatulloh (hukum alam) yang dapat diubah dengan
doa.
Hadits
03 : Rosululloh Saw.
bersabda, “Pena telah kering dengan yang sudah tetap sampai Hari Kiamat”. (H.R.
Thobroni dan Ahmad).
B. Permasalahan
Permasalahan tentang takdir yang ada
di dalam pemikiran para sarjana Islam adalah sebagai berikut :
I.
Apa definisi dan makna takdir itu.
II.
Bagaimana pandangan golongan-golongan dalam Islam tentang takdir itu.
III.
Bagaimana tahap-tahap dan mekanisme takdir itu.
IV.
Bagaimana kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
V.
Apakah do’a bisa merubah takdir
C. Pemecahan Masalah
I. Definisi Takdir
Pada hadits 01 dan 02 di
atas yang dimaksud beriman kepada takdir adalah beriman kepada qodar
yang baik dan buruknya.
Definisi Qodar.
Menurut Umar Hasyim dalam bukunya “Memahami
Seluk beluk Takdir”, qodar atau takdir adalah pembatasan Alloh pada
sesuatu perkara pada zaman ‘azali (sebelum terjadi sesuatu) menurut
pengetahuan dan kehendakNya.
Atau dengan arti lain: qodar atau
takdir adalah rencana yang telah ditentukan oleh Alloh Swt. pada zaman ’azali
dan segala sesuatu akan terjadi menurut ukuran dan kehendakNya.
Imam Nawawi
rohimahulloh mendefinisikan takdir / qodar
sebagai: “Sesungguhnya
segala sesuatu yang maujud ini oleh Alloh Ta’ala sudah digariskan sejak
zaman dahulu
kala. Dia Swt. Maha Mengetahui apa saja yang akan terjadi atas segala sesuatu tadi dalam waktu-waktu yang telah ditentukan, sesuai
dengan garis
yang ditetapkan olehNya. Jadi terjadinya itu nanti pasti akan
cocok menurut sifat-sifat dan keadaannya yang khu-sus, tepat seperti yang
digariskan oleh Alloh Swt.
“Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari
dalam buku “Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” menyebutkan tentang
takdir / qodar
sebagai Segala sesuatu
yang baik ataupun buruk, terjadi dengan takdir / qodar dan ketentuan Alloh. Alloh Maha berbuat yang Dia kehendaki.
Segala sesuatu terjadi atas kehendakNya dan tidak akan keluar dari kehendak dan
kekuasaanNya. Dia mengetahui segala suatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi sebelum
hal tersebut terjadi dalam
(ilmuNya) yang azali.
Dia mentakdirkan segala
ketentuan untuk
alam semesta
ini sesuai
dengan ilmu dan hikmahNya. Alloh
mengetahui keadaan manusia, rizki, ajal, amal perbuatan dan segala perkara mereka. Maka segala yang terjadi adalah di bawah pengetahuan, kekuasaan dan kehendak Alloh.
Penulis setuju
dengan definisi-definisi takdir / qodar yang diutarakan oleh Umar Hasyim, Imam Nawawi dan Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari di atas.
Sedang definisi-definisi takdir
menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dan Sayid Sabiq di bawah lebih cocok dikenakan
bagi definisi qodho.
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak
dalam buku “Dienul Islam”, qodar (yang dimaksud adalah qodho) adalah
suatu peraturan umum yang telah diciptakan Alloh untuk menjadi dasar alam ini,
dimana terda-pat hubungan sebab
akibat. Telah menjadi
undang-undang alam (sun-natulloh) yang abadi dimana manusia juga terikat pada
sunnatulloh itu.
Menurut Sayid Sabiq dalam bukunya “Aqidah
Islam”, kodar atau takdir (yang dimaksud adalah qodho) ialah suatu peraturan yang
tertentu yang telah dibuat oleh Alloh Swt. untuk segala yang ada dalam alam
semesta yang maujud ini.
Jadi peraturan-peraturan tersebut
adalah yang merupakan hu-kum atau undang-undang umum atau kepastian-kepastian
yang diikat-kan di dalamnya antara sebab dengan musababnya, juga antara sebab
dan akibatnya (yaitu
sunnatulloh atau hukum alam)..
Sinkatnya qodho adalah hukum alam.
II. Beberapa pandangan
dalam Islam tentang takdir
Uraian Drs. Sidi Gazalba dalam
bukunya “Sistematika Filsafat” tentang qodar atau takdir adalah sebagai berikut:
Pandangan para sarjana tentang
takdir / qodar
terbagi dua.
(I.) Determinisma teologi beranggapan
Tuhanlah yang menciptakan segala-galanya, tiap gerak dan kejadian, tiap laku
perbuatan manusia, yang baik dan buruknya.
(II.) Indeterminisme teologik mengingkari bahwa manusia didiktekan Tuhan dalam
laku perbuatan. Manusia memiliki kemauan bebas. Ia pen-cipta laku perbuatannya.
Karena itu ia sendirilah yang menentukan tindakannya, yang baik dan buruknya.
Yang pertama (I.) mempercayai kodrat dan qodar
mutlak Tuhan.
Yang kedua (II.) :
kodrat atau qodar
mutlak manusia.
Yang pertama (I.) dianut oleh paham Jabariah, yang
kedua (II.) oleh paham Qodariyah yang didirikan oleh Al-Juhaeny Al-Bishry
(wafat 699 M.). Yang terakhir (II.) merupakan bagian filsafat dari kaum Mu’tazilah
yang dibangun oleh Washil ibn ‘Athon.
Masing-masing paham itu
adalah ekstrim. Paham ketiga, penengah antara kedua paham yang bertentangan,
dianut oleh mayoritas pemikir Islam, yang disebut ahlussunnah wal jama’ah.
Kebenaran, kata paham ketiga, terletak antara kedua paham yang ekstrim itu.
Manusia bukan mahluk yang mutlak ditentukan, juga bukan yang mutlak bebas dalam
laku perbuatannya. Tetapi dari pemikir-pemikir itu banyak yang selanjutnya mengarah kepada determinisma (kemutlakan takdir / qodar) dengan dalilnya : manusia itu
hanya lahiriyah saja yang bebas, tetapi batiniyah ia ditentukan oleh Allah Swt..
Seorang ulama Sy’ah bernama
Syaikh Ja’far Subhani dalam buku-nya “Menyiasati Takdir” menyatakan
bahwa bila Allah Swr. telah membuat Lauh Mahfudz (yang merupakan makhluknya),
kemudian mendasarkan semua pekerjaanNya sesuai dengan yang tertulis
didalamnya, maka kekuasaan Alloh Swt. berada dibawah kekuasaan Lauh Mahfudz.
Hal itu tidak mungkin terjadi.
III. Tahap-tahap dan
Mekanisme Takdir
“Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari mengatakan bahwa beriman ke-pada takdir / qodar tidak akan sempurna kecuali dengan empat hal, yang dinamakan “Marotibul Qodar” (tingkatan takdir / qodar) atau disebut juga rukun takdir / qodar.
“Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari mengatakan bahwa beriman ke-pada takdir / qodar tidak akan sempurna kecuali dengan empat hal, yang dinamakan “Marotibul Qodar” (tingkatan takdir / qodar) atau disebut juga rukun takdir / qodar.
Tingkatan Pertama :
Al-Ilmu
Yaitu beriman bahwa Allah Ta’ala
Maha mengetahui segala se-suatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan belum
terjadi, serta seandainya terjadi. Dia Maha mengetahui bagaimana akan terjadi
secara global dan rinci. Dia mengetahui yang dilakukan makhluknya sebelum
diciptakan; Dia mengetahui rizki, ajal, amal perbuatan, gerak gerik mereka dan
mengetahui siapa saja yang bahagia dan sengsara. Hal tersebut berdasarkan
ilmuNya yang qodim (dahulu), yang menjadi sifatNya sejak zaman azali. Alloh
Ta’ala berfirman:
Dan Allah sekali-kali
tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada
mereka hingga dijelaskanNya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Ma-ha Mengetahui
segala sesuatu. (Q.S. At-Taubah [9]:115).
Tingkatan Kedua : Al-Kitabah
(Pencatatan).
Yaitu mengimani bahwa Alloh telah
mencatat segala apa yang telah diketahui sebelumnya dari semua takdir / qodar
makhlukNya dalam Lauhul Makhfuzh, yaitu
kitab yang tidak ada suatu apapun luput darinya. Maka se-gala sesuatu
yang telah
terjadi, sedang
terjadi dan akan terjadi. Dari semula sampai hari Kiamat telah tertulis di sisi Alloh Ta’ala dalam
Ummul Kitab (ki-tab induk yang dinamakan adz-Dzikr, al-Imaam dan al-Kitaabul Mubiin.
Alloh Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan
dalam Kitab Induk yang nyata (Lohmahfuz). (Q.S. Yaasin [36]:12).
Lohmahfud berisi takdir
/ qodar segala sesuatu.
Hadits 04: Dari sohabat ‘Ubadah bin ash-Shamit
bahwa Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Alloh
adalah al-Qolam (pena). Lalu Alloh berfirman: ‘Tulislah!’ Pena tersebut
bertanya, ‘Apa yang harus saya tulis’. Alloh menjawab: “Tulislah takdir (semua
makhluk) apa yang telah terjadi dan akan terjadi sampai akhir zaman!”. (Shohih Sunan at-Tirmidzi).
Al-Qolam menulis takdir / qodar semua makhluk.
Tingkatan Ketiga : Al-Irodah wal
Masyi’ah (Keinginan dan Kehendak).
Yaitu segala sesuatu
yang terjadi di alam ini adalah dengan kei-nginan dan kehendak Alloh, dan
berporos pada rohmat dan hikmahNya. Dialah yang memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki karena rohmatNya
dan menyesatkan orang yang
dikehendaki karena hikmahNya. Dia tidak ditanya tentang yang dilakukanNya,
karena ke-sempurnaan hikmah dan kekuasaanNya, akan tetapi para hambaNya akan
diminta pertanggung-jawaban. Apa yang telah terjadi dari hal tersebut, maka sesungguhnya semua
itu sesuai
dengan ilmuNya yang
azali (dahulu), yang telah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Dengan demikian, ke-hendak
Alloh itu pasti terjadi, kekuasaanNya meliputi segala sesuatu. Sedang yang
tidak dikehendakNya tidak akan terjadi, maka tidak ada sesuatu apapun yang
lepas dari kehendakNya. Alloh Ta’ala berfirman :
“Dan kamu tidak dapat menghendaki
(menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Alloh, Robb semesta alam.” (QS. At-Takwir [81]:29).
Qodar semua kejadian tertulis di Lauhul Mahfuzh sesuai dengan
ke-hendak Alloh Swt.
Hadits 05. Dari sohabat ‘Abdulloh bin Amr bin
al-‘Ash bahwa Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya semua hati anak keturunan Adam
pada dua jari di antara jari-jemari
Ar-Rohman, bagaikan satu hati. Dia merubahnya (membolak-balikkan ke mana saja) menurut kehendakNya.” (H.R. Muslim).
Alloh Swt. berkuasa membolak-balik
semua hati anak
keturunan Adam menurut kehendaknya..
Tingkatan Keempat : Al-Kholq
(Penciptaan).
Maksudnya beriman bahwa sesungguhnya
Alloh Pencipta segala sesuatu. Tiada Pencipta dan tiada Robb selain Dia. Segala
sesuatu selain Dia adalah makhluk. Dialah yang menciptakan makhluk yang ber-buat
sekaligus perbuatannya, serta semua yang bergerak sekaligus gerakannya. Alloh
Ta’ala berfirman:
Yang kepunyaanNyalah kerajaan langit
dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Q.S. Al-Furqon [25]:2).
Segala yang terjadi, berupa
perbuatan baik atau jelek, iman atau kufur dan ta’at atau maksiat telah
dikehendaki, ditentukan dan dicipta-kan oleh Alloh. Alloh Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada seorang pun akan beriman
kecuali dengan izin Alloh ... (Q.S. Yunus [10] :100).
Sesungguhnya Alloh menyukai ketaatan
dan membenci kemaksiatan; memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki
dengan karuniaNya dan menyesatkan orang-orang yang dikehendaki karena ke-adilanNya.
Alloh Ta’ala berfirman:
Alloh Swt. menciptakan makhluk yang
berbuat sekaligus perbuat-annya yang baik atau yang jelek
Jika
kamu kafir maka sesungguhnya Alloh tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak
meridoi kekafiran bagi hambaNya. Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhoi
bagimu kesyukuranmu itu. Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain....” (Q.S. Az-Zumar [39] : 7).
Tidak ada hujjah dan alasan bagi
yang telah disesatkan Alloh, ka-rena Alloh telah mengutus para RosulNya untuk
mematahkan alasan (agar manusia tidak tidak dapat membantah Alloh). Alloh tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Alloh Ta’ala
berfirman:
“Pada
hari ini tiap orang diberi balasan sesuai dengan yang diusa-hakannya. Tidak ada
yang dirugikan pada hari ini . Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.”
(Q.S. Al-Mu’min [40] : 17).
“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan
jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Q.S. Al-Insan [76] : 3).
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisa’ [4] : 165).
[2.286] Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerja-annya.
(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.
Ya Tuhan kami, janganlah Eng-kau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Namun, keburukan tidak boleh
dinisbatkan kepada Alloh karena kesempurnaan rohmatNya. Karena Dia telah
memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan. Tetapi keburukan itu terjadi
dalam hal-hal yang telah menjadi ketentuanNya dan sesuai dengan
kebijaksanaanNya.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri .Kami mengutusmu menjadi
Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (Q.S.
An-Nisa’ [4] : 79).
Alloh Ta’ala Maha suci dari
kezholiman dan bersifat Maha adil, maka Alloh tidak akan pernah sekali-kali
menzholimi seseorangpun dari hambaNya walau hanya sebesar biji sawi. Semua
perbuatanNya adalah keadilan dan rohmat. Alloh Ta’ala berfirman:
“.Keputusan di
sisiKu tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya
hamba-hambaKu (Q.S. Qoof [50] : 29)
Sesungguhnya Alloh tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarroh ...”. (Q.S. An-Nisaa’ [4] : 49).
[18.49] Dan diletakkanlah kitab,
lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang
(tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab
apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar,
melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka
kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun".
Alloh Ta’ala tidak
ditanya tentang apa yang diperbuat dan dike-hendakiNya, berdasarkan firmanNya:
“Dia tidak
ditanya tentang yang diperbuatNya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (Q.S. Al-Anbiya’ [21] : 23).
Maka Allah Ta’alalah yang
menciptakan manusia dan perbuatan-nya. Dia memberikan kepadanya kemauan,
kemampuan, ikhtiar dan kehendak yang telah Alloh berikan kepadanya agar segala
perbuatan-nya itu benar-benar berasal darinya. Kemudian Alloh menjadikan bagi
manusia akal untuk membedakan antara baik dan buruk. Alloh tidak menhisabnya
melainkan atas amal yang ia perbuat dengan kehendak dan ikhtiarnya sendiri. Maka
manusia tidak dipaksa, tetapi dia mempu-nyai ikhtiar dan kehendak, maka dia
bebas memilih dalam segala per-buatan dan keyakinannya. Hanya saja kehendak
manusia itu mengikuti kehendak Alloh. Dan segala yang Alloh kehendakiNya pasti akan
terjadi, dan yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi. Jadi Alloh
sebagai Pencipta segala perbuatan hambaNya, dan mereka yang melakukan perbuatan
itu. Intinya perbuatan itu diciptakan, diadakan dan ditakdir-kan oleh Alloh,
namun diperbuat dan dilakukan oleh manusia.
Alloh Ta’ala berfirman:
“(Al Qur-an sebagai peringatan) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” (Q.S. At-Takwir [81] : 28-29).
Alloh telah membantah
orang-orang musyrikin ketika mereka ber-hujjah dengan takdir. Mereka berkata:
“Orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan
bapak-bapak kami tidak mempersekutukanNya dan tidak (pula) kami mengharamkan
barang sesuatu apapun". Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah
mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. ”.
Maka Alloh membantah
kebohongan mereka dalam firmanNya:
“Katakanlah (hai Muhammad): ‘Adakah kamu
mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakan kepada kami?’
Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya
berdusta.” (Q.S.
Al-An’am [6] : 148).
Tahap-tahap takdir menurut Al-Hakami
Menurut Syekh al-Hakami
dalam buku “Benarkah Aqidah Ahlus-sunnah Wal jama’ah” taqdir / qodar manusia ada lima, dimana menurut Ibnul Qoyyim
kelima macam
taqdir / qodar ini isinya persis sama (seperti
kita mengkopi paste data komputer secara digital), yaitu :
a. Taqdir azali yang ditulis dengan al-qolam,
b. Taqdir umuri (seumur hidup), yaitu tatkala
makhluk yang keluar dari sulbi Adam diambil sumpahnya : “Bukankah Aku ini
Tuhanmu ?”,
c. Taqdir umuri sewaktu Alloh menciptakan
nuthfah di dalam rohim ibunya dan
d. Taqdir houli sewaktu malam Qodar,
dan terakhir
e. Taqdir harian : “Setiap waktu Dia dalam
kesibukan”, demikian juga catatan Malaikat Rokib dan Atid perihal amal baik
dan buruk manusia.
a. Taqdir azali yang ditulis dengan al-qolam
Katakanlah : “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dtulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi / 18:109).
Katakanlah : “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dtulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi / 18:109).
“Tiada suatu bencana
pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya ...” (Al-Hadid / 57: 22).
Hadis
06 = Hadits 04: Sesungguhnya
yang pertama Alloh ciptakan adalah al qolam (pena), lalu Dia berkata kepadanya,
“Tulislah!’ “Ya Robb, apa yang harus aku tulis? Alloh menjawab, ‘Tulislah ketetapan-ketetapan tentang segala
sesuatu hingga hari kiamat.” “Hai Abu Huroiroh, qolam telah kering ....” (HR. Bukhori).
Hadis
07 : Rosululloh Saw.
bersabda : Alloh Ta’ala telah menetapkan segala ketetapan (takdir) bagi seluruh
mahluk, lima puluh ribu tahun sebelum
diciptakannya langit dan bumi; dan (ketika itu) ‘Arasy Alloh Ta’ala berada di
atas air.” (HR.
Muslim).
Hadis
08 : Dari Ibnu
Umar r.a. dikatakan : “Rosululloh Saw. keluar me-nemui kami sedang di kedua
tangannya ada dua kitab. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian tentang dua
kitab ini? Kami serempak menjawab, ‘Tidak wahai Rosululloh, kecuali jika Tuan
memberitahu-kannya
kepada kami.’
Lalu beliau berkata, ‘Kitab yang ada di tangan kananku ini adalah kitab dari
Robb semesta alam yang di dalamnya terdapat nama ahli surga, nama-nama bapak mereka, dan suku-suku mereka, kemudian dihimpunlah satu sama lainnya dan tidak ditambah atau dikurangi selama-lamanya.”
Lalu beliau bersabda, ‘Kitab yang ada di tangan kiriku ini adalah kitab catatan
Robb semesta alam yang di dalamnya terdapat nama-nama ahli neraka, nama bapak
mereka, dan nama-nama suku mereka, kemudian satu sama lain disatukan (di dalam
kitab ini) dengan tidak bertambah atau pun ber-kurang jumlahnya
selama-lamanya.’ Lalu para sohabat berkata, ‘Jika semuanya telah beres
(ditetapkan keputusannya) untuk apa kita beramal (di dunia ini)?’ Nabi Saw.
bersabda, “Tingkatkan amalmu dengan baik dan lebih dekatlah dengan kebaikan
sebab penghuni surga itu mengakhiri hidupnya dengan amal ahli surga sekali-pun
beramal apapun. Dan ahli neraka mengakhiri hidupnya dengan amal ahli neraka sekalipun beramal apapun.’
Kemudian, beliau mencampakkan kedua kitab tadi dan bersabda, ‘Robb kamu telah menyudahi dari hamba-hamba ini, sebagian ada di surga dan
sebagian ada di neraka.” (Menurut Turmudzi, Hadits ini hasan, shohih, dan ghorib).
Komentar penulis
Pada
waktu menjalani mikroj Nabi Muhammad Saw. telah melihat surga. Di sana beliau melihat
10 orang sahabat, dalam hadis berikut ini.
Hadis
09 Dari Abdurrahman bin ‘Auf dia berkata;
Rasulullah Saw. ber-sabda: “(1) Abu Bakar masuk surga, (2) Umar masuk surga,
(3) Utsman masuk surga, (4) Ali masuk surga, (5) Thalhah masuk sur-ga, (6)
Zubair masuk surga, (7) Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga, (8) Sa’ad masuk
surga, (9) Sa’id masuk surga dan (10) Abu Ubai-dah bin Jarah masuk surga.” (Hadits Tirmidzi Nomor 3680)
Ke
10 orang sahabat itu tidak terpengaruh oleh berita hadis ini, tetap berbuat amal
kebaikan.
b.
Taqdir umuri (seumur hidup), yaitu tatkala makhluq yang keluar dari sulbi Adam diambil sumpahnya :
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”,
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A'raf [7]:172).
Hadis
10 : Umar bin
Khottob ditanya seseorang tentang surat Al A’rof ayat 172 (di atas). Dia
menjawab : “Saya telah mendengar Rosulul-loh Saw. bersabda: ‘Sesungguhnya Alloh
menjadikan Adam As. kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kananNya dan
mengeluarkan daripadanya keturunan. Lalu Alloh berfirman ; ‘Ini untuk surga dan
akan mengamalkan amal ahli surga.’ Kemudian mengusap kembali punggung Adam dan
mengeluarkan keturunan lalu dikatakan ini bagian neraka dan dengan amal neraka
mereka beramal.’ Lalu ada orang bertanya, ‘Ya Rosululloh, jika demikian adanya,
untuk apakah amalan itu? Jawab beliau, ‘Jika Alloh men-jadikan seorang hamba
untuk (masuk) surga, maka digunakan untuk mengerjakan amal ahli surga sehingga
mati mengerjakan amal ahli surga dan masuk surga. Dan jika menjadikan seorang
hamba untuk (masuk) neraka digunakan untuk mengerjakan amal ahli neraka
sehingga mati mengerjakan amal ahli neraka, maka masuklah ia ke dalam neraka.” (HR Ahmad, Abu Daud,
An-Nasa’i, dan Turmudzi).
c. Taqdir umuri sewaktu Alloh
menciptakan nuthfah di dalam rohim ibunya.
Hadits
11 : Umar bin
Zubair memberitahukan hadits dari Aisyah Ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda :
“Sesungguhnya ketika Alloh hendak menciptakan seorang makhluk, Dia mengutus
satu ma-laikat, lalu ia memasuki rohim seraya berkata
(i.): ‘Ya Tuhanku untuk apa?’ Maka Alloh bertutur,
‘Laki-laki atau pe-rempuan atau terserah Aku menciptakan di dalam rohim
tersebut.’
(ii.) Lalu berkata, ‘Ya Tuhanku apakah akan sengsara
atau bahagia?’ Alloh berkata, ‘Sengsara atau bahagia.’
(iii.) Malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana ajalnya?’
Dia menjawab, “Begini dan begitu.’
(iv.)
Malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana bentuk dan akhlaknya?’ Dia menjawab, ‘Begini
dan begitu, ‘Tidak ada sesuatu pun melainkan Dia menciptakannya di dalam
rohim.” (HR.
Al-Bazzar dengan tingkat dapat dipercaya).
d. Taqdir houli sewaktu malam Qodar
Haa
miim
Demi
Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
sesungguhnya
kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah
yang memberi peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah [1370], (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.
Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul, (QS. Ad-Dukhon [44]: 1-5).
[1370] yang dimaksud dengan
urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan
makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.
e. Taqdir harian “Setiap waktu Dia dalam kesibukan” dan hasil
perbuatan manusia yang dicatat / ditulis oleh Rokib dan Atid.
Semua yang ada di langit dan bumi selalu
meminta kepadanya. setiap waktu Dia dalam kesibukan [1445]. (QS. Ar-Rohman [55]:29)
[1445] Maksudnya: Allah senantiasa
dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezki
dan lain lain.
Alloh
menciptakan Malaikat Pencatat Yang Mulia (Kirooman Kaatibiin) dan
menugaskan mereka menjaga dan mencatat perbuatan, ucapan dan niat kita. Setiap orang diikuti oleh dua malaikat : sisi kanan mencatat kebaikan sedangkan sisi kiri mencatat kejelekan. Dan dua malaikat yang lain menjaga dan membentengi
kita, yang satu berada di belakang dan yang lain berada di depan.
Menurut Ibnul Qoyyim amalan yang dikerjakan oleh seorang ham-ba Alloh
kemudian ditulis
oleh kedua malaikat
tadi isinya persis sama de-ngan taqdir yang telah direncanakan Alloh Swt.
sebelumnya.
Padahal sesungguhnya
bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di
sisi Allah) dan mencatat (pe-kerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Infithor [82]:10-12).
Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perin-tah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. (QS.
Ar-Ra’d /13:11)
[767]
bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara
bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan
yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran
itu, disebut malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah
keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
IV. Kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
Di dalam Ensiklopedia Indonesia tertulis sebagai berikut:
Gereja Katolik Roma: Predestination
(Ing. Takdir; ditentukan sebe-lumnya). Dalam teologi Kristen: Doktrin yang
menyatakan kepercayaan bahwa takdir abadi umat manusia ditentukan Tuhan.
Kepercayaan terhadap takdir ini
didasarkan pada kata-kata Paulus (Rom. 8:28-30), Santo Agustinus (354-430) dan
Santo Thomas Aquinas (354-430), dan Santo
Thomas Aquinas
telah mengembangkan doktrin ini. John Calvin kemudian menegaskannya.
Kepercayaan terhadap bentuk takdir tertentu juga dikenal dalam agama-agama kuno
di Yunani, Cina, India dan Mesir.
VI. Apakah do’a bisa merubah takdir?
Menurut Abu Ezza dalam bukunya
“Sudah Benarkah Doa Anda?”
a.
Makna doa:
Doa menurut bahasa artinya menyeru
dan meminta sesuatu. Seorang hamba yang berdoa kepada Tuhan artinya ia sedang
menyeruNya dengan beribadah dan meminta serta berharap sesuatu dariNya.
Menurut Al-Qur-an, doa mengandung
dua makna.
Pertama, bermakna ibadah. Berdoa artinya
beribadah kepada Alloh. Hal tersebut sesuai dengan firman Alloh Swt.:
“Maka sembahlah (fad’uu) Alloh dengan memurnikan ibadah kepadaNya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.” (Q.S. Ghofir [40] :14).
Dan Tuhanmu
berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahanam
dalam keadaan yang hina.” (Q.S. Ghofir [40]:60).
Hadits 12 : Sabda Rosululloh s.a.w.: “Doa adalah
ibadah.” (H.R.
Ah-mad, Ibnu Abi Syaibah, Bukhori, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Ma-jah, Ibnu Hibban,
Al-Hakim dan Baihaqi).
Kedua, bermakna memohon dan meminta hajat
kepada Alloh. Orang yang meminta adalah orang yang menginginkan tercapainya manfaat
atau menolak bahaya dengan cara atau ungkapan seorang yang meminta dan mencari.
Misalnya, doa Nabi Zakariya As.:
“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya, seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”’ (QS. Ali ‘Imron [3]: 38).
“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya, seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”’ (QS. Ali ‘Imron [3]: 38).
Alloh telah menunjukkan kepada
hamba-hambaNya yang mukmin agar senantiasa meminta pertolongan kepadaNya dan
tidak selainNya. FirmanNya:
“Hanya kepada kami
menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Q.S. Al-Fatihah [1]:5).
Alloh akan murka jika manusia tidak
mau berdoa dan berpaling dariNya. Sabda Nabi Saw. menjelaskan:
Hadits
13 : “Barangsiapa
tidak mau berdoa kepada Alloh, maka Alloh akan murka kepadanya.´ (H.R. Tirmidzi).
b.
Do’a Bisa Merubah Qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam).
Bahwa doa bisa merubah qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam) terdapat pada hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut:
Hadits
14 : Nabi Saw.
bersabda: “Tidaklah menolak qodho kecuali doa, dan tidaklah menambah umur kecuali kebaikan.” (H.R. Tirmidzi, Rauyani, dan
Thobroni).
Hadits
15 : Nabi Saw.
bersabda: “Doa
itu mampu menolak qodho.” (H.R. Al-Hakim).
Hadits
16 : Nabi Saw.
bersabda: “Berbuat baik kepada kedua orang tua itu menambah umur. Kebohongan
itu mengurangi umur, sedangkan doa itu mampu menolak qodho. Dan Alloh punya dua qodho
untuk makhluknya, yakni qodho yang baru (telah diubah) dan qo-dho yang berlaku (aselinya).” (H.R. Ibnu ‘Ady, Ibnu Shorsory
dalam Kitab Amalinya, Ibnu Najjar dan Daelami).
Sedangkan
ayat Al-Qur-an yang sebagian ulama menafsirkan sebagai perubahan qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam) adalah
pada ayat berikut :
Alloh Swt. berfirman: “Bagi
tiap-tiap masa ada kitab. Alloh meng-hapuskan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisiNya terdapat Ummul Kitab (Lauh
Mahfudz).” (Q.S. Ar-Ra’d [13] 38-39).
Dengan disebutkanNya di dalam ayat
itu Lauh Mahfudz yang tidak dapat diubah, tentunya yang diubah bukanlah Lauh
Mahfudz (qodar
/ takdir) tetapi qodho (hukum Alloh Swt.
atau hukum alam).
Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dalam bukunya
“Qadha
dan Qadar,
Ulas-an Tuntas Masalah Takdir” menyebutkan bahwa percaya kepada takdir
berarti percaya kepada qodho dan qodar.
c. Perbedaan qodho dengan qodar
Menurut Drs. K.H.
Nasrudin Razak dalam bukunya “Dienul Islam”, di dalam Al Qur-an qodho
mempunyai beberapa arti yaitu:
1. Hukum (hukum Alloh Swt. atau
hukum alam).
Sebab itu hakim dalam
Islam bernama qodhi. Artinya dipakai dalam Q.S An-Nisa’ [4] :65.
“Demi Tuhanmu (Muhammad) bahwa
mereka tidak dianggap beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya
sesuatu keberatan terhadap sesuatu hukum (qodho yaitu kepu-tusan atau
ketentuan Alloh) yang engkau berikan. Dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
2. Perintah.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Al-Isro
[17] :23.
“Dan Tuhanmu
memerintahkan (memutuskan atau menentukan), janganlah kamu menyembah kecuali
kepadaNya saja.dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya.
3. Memberitakan.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Al-Isro
[17] :4.
“Dan
Kami telah memberitakan (memutuskan atau menentukan, pen.) kepada Bani Isroil
dalam Al-Kitab: ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua
kali’”.
4. Menghendaki.
Arti ini dipakai dalam
Q.S. Ali Imron [3] :47.
“Apabila
Alloh menghendaki (memutuskan atau menentukan) sesuatu urusan, maka Dia
cukup mengatakan: ‘Jadilah!’ lalu jadilah dia.”
5. Menjadikan.
Arti ini dipakai dalam Q.S.
Fushshilat [41] :12.
“Dan Alloh menjadikan
(memutuskan atau menentukan.) tujuh petala langit dalam dua periode.”
Menurut
Umar Hasyim dalam bukunya “Memahami Seluk Beluk Takdir”, qodho berarti keputusan atau
ketentuan.
Maka pada pendapat penulis qodho
pada semua ayat di atas hanya mempunyai satu arti yaitu hukum / keputusan
(execution) atau ketentuan Alloh (sunnatulloh atau hukum alam).
H. Imam Sucahyo dalam bukunya “Menyingkap
Takdir” membagi qodho atau keputusan / ketentuan Alloh ini menjadi 2 yaitu :
Pertama, qodho kauni
atau keputusan / ketentuan Alloh dalam bentuk penciptaan alam dan manusia.
Kedua, qodho syar’i
diniy adalah keputusan atau ketentuan Alloh berkenaan dengan aturan dan syariat
(hukum agama).
Maka pada pendapat
penulis, qodho
kauni yaitu keputusan atau ketentuan Alloh Swt. dalam bentuk
penciptaan alam dan manusia itu dapat diartikan sebagai sunnatulloh atau hukum alam.
Ini sesuai
dengan definisi Drs. K.H. Nasrudin Razak dan Sayid Sabiq di atas, dimana kata qodar telah
penulis ganti dengan kata qodho yaitu:
Menurut Drs. K.H.
Nasrudin Razak dalam buku “Dienul Islam”, qodar (yang dimaksud adalah qodho
atau hukum alam) adalah suatu peraturan umum yang telah diciptakan Alloh untuk
menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab akibat. Telah menjadi
undang-undang / hukum Alloh Swt. (sunnatulloh atau hukum alam) yang abadi
dimana manusia juga terikat pada sunnatulloh itu
Menurut Sayid Sabiq
dalam bukunya “Aqidah Islam”, qodar (yang dimaksud adalah qodho)
ialah suatu peraturan (hukum) yang tertentu yang telah dibuat oleh Alloh Swt.
untuk segala yang ada dalam alam se-mesta yang maujud ini. Jadi
peraturan-peraturan tersebut adalah yang merupakan undang-undang / hukum atau
kepastian-kepastian yang dii-katkan di dalamnya antara sebab dengan musababnya.
Pada zaman modern ini hukum alam
telah dipelajari dengan inten-sif dan ekstensif melalui pengamatan dan
percobaan (experiment). Hukum-hukum alam ini secara systematis terbagi atas
Ilmu Pengetahu-an Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
d. Mekanisme perubahan qodho dengan
doa.
Menurut qodho Alloh Swt. (hukum
alam) api bersifat panas dan dapat membakar tubuh manusia yang berada di dalam
kobaran api.
Sebagai
hukuman atas Nabi Ibrohim karena merusak berhala-berhala sembahan kaumnya, Raja
Namrud memutuskan Nabi Ibrohim dihukum bakar.
Sewaktu berada di dalam
tumpukan kayu yang akan dibakar Nabi Ibrohim berdoa agar beliau diselamatkan dari
panasnya api. Dan doa ini dikabulkan Alloh sehingga qodho (sifat) api yang
panas itu berubah menjadi dingin. Sabda Alloh Swt.:
“Kami
berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ibrohim.” (Q.S. Al-Anbiya [21] :69).
Peristiwa tidak mempannya Nabi
Ibrohim dibakar api adalah merupakan mukjizat yang diberikan Alloh Swt.kepadanya.
Air
menurut ilmu ilmu fisika yang merupakan qodho Alloh (hukum alam), bersifat
permukaannya rata. Nabi Musa As. beserta Bani Isroil, sewaktu keluar (exodus)
dari tanah Mesir dan dikejar oleh Fir’aun be-serta balatentaranya, sampailah ke
tepi Laut Merah sehingga terancam oleh bala tentara
Fir’aun. Nabi Musa kemudian berdoa kepada Alloh Swt.
agar diselamatkan dari kejaran Fir’aun itu. Alloh Swt.
memerintahkan ke-pada Nabi Musa agar menyentuhksn tongkatnya ke laut, maka
membe-lahlah laut itu, berlawanan dengan
qodhonya (sifatnya) yang
seharusnya permukaannya rata. Kemudian Bani Isro’il melewati belahan itu
selamat sampai ke seberang. Sedang Fir’aun dan pengikutnya yang ikut di bela-kangnya
tenggelam karena air laut itu menutup kembali, sesuai dengan qodhonya
(sifatnya) yaitu berpermukaan rata. Peristiwa membelahnya laut itu termasuk mukjizat
yang diberikan Alloh kepada Nabi Musa.
Mukjizat-mukjizat yang diberikan
kepada para Nabi dan Rosul, kecuali mukjizat Al-Qur’an kepada Nabi Muhamad,
dipahami oleh kebanyakan ulama sebagai peristiwa luar biasa
atau keajaiban yang melanggar sunna-tulloh (qodho)
yang berlaku
bagi peristiwa-peristiwa yang diciptakan Tuhan.
======================================================
Mukjizat adalah contoh-contoh dari doa yang bisa merubah
qodho (hukum alam)
======================================================
Imam
Al-Ghozali dalam “Ihya ‘Ulumiddin” menjelaskan “Jika qodho (qodar atau takdir,
pen.) itu tidak ada yang bisa menolaknya, lalu apa manfaat dari doa?
Ketahuilah! Merupakan bagian dari qodho (yang di-maksud adalah qodar atau
takdir) adalah menolak bala (termasuk sun-natulloh atau qodho akibat dosa
manusia) dengan do’a. Dengan itu, doa adalah sebab yang bisa menolak bala
(qodho) dan mendatangkan rohmat, sebagaimana tameng yang bisa digunakan untuk
menolak anak panah hingga keduanya saling mendorong. Maka demikian pula doa dan
bala saling berkelahi.
======================================================
Maka doa bisa menolak / merubah
qodlo (hukum Alloh Swt. / hukum alam) dan do’a termasuk bagian dari qodar / takdir.
======================================================
Contoh lain dari penulis
Ada seseorang yang pergi ke luar kota. Di perjalanan terdapat po-hon yang
miring ke jalan. Sewaktu ada angin kencang secara hukum alam (qodho) tentunya
pohon itu roboh ke jalan dan menimpa mobil itu (bala’). Karena sebelum
berangkat orang itu berdo’a kepada Alloh Swt. maka Alloh merubah arah angin ke
arah luar jalan sehingga pohon itu itu roboh tetapi tidak menimpa mobil itu.
Telah disebut di atas
bahwa do’a bisa merubah qodho (hukum alam) dan doa termasuk bagian dari takdir
atau qodar.
Maka ditulislah di dalam
Lauh Mahfud bahwa orang itu ditakdirkan berdoa sebelum berangkat sehingga qodho
(sifat) pohon itu yang seha-rusnya rohoh ke jalan menimpa mobil, dirubah
menjadi roboh keluar jalan sehingga orang itu selamat.
Peran doa yang bisa
merubah qodho (hukum alam) dalam cerita ajaib berikut ini dapat diterangkan
dengan cara yang sama.
Sayyid
Imani, menuturkan kebersamaannya dengan Ghulam Hu-sayn Malik, salah seorang
pedagang Busyahr (Iran), bahwasanya dia berkata: "Aku
bepergian untuk menunaikan ibadah haji. Kami bersama-sama Syaikh Muhammad Jawad
al-Bayadabadiy. Di tengah perjalanan itu, banyak pencoleng yang menjarah
barang-barang bawaan sebagian jamaah haji. Di samping itu, penyakit pes juga
menyerang sebagian jamaah hingga menimbulkan kematian sebagian
di antara mereka. Semua orang merasa ketakutan."
"Al-Bayadabadiy
mengatakan: 'Barangsiapa yang ingin selamat dari bahaya penyakit pes, maka
hendaklah dia bersedekah sebesar seratus empat puluh tuman, atau seribu empat
ratus tuman. Barang siapa yang tidak mampu untuk membayar uang sejumlah itu,
maka hendaklah dia bersedekah sesuai dengan kemampuannya. Aku akan bermohon
kepada Allah bagi kalian.
"Malik
mengatakan: 'Aku akan membayar seratus empat puluh tuman', begitu pula para
jamaah haji yang lain. Karena uang sejumlah itu pada saat itu cukup besar, maka
banyak orang yang tidak bisa mem-bayarnya. Kemudian Malik membagikan hartanya
kepada para jamaah haji yang telah dirampas hartanya oleh para perampok di
tengah jalan. Mereka masih bersedih dan ketakutan".
"Dalam
perjalanan itu semua orang yang membayar uang sejum-lah itu selamat, dan
kembali ke negerinya dalam keadaan selamat pula. Adapun orang-orang yang tidak
mau membayar sedekah, semuanya terserang penyakit pes dan meninggal dunia,
termasuk keponakan dan juru tulis saya yang enggan membayar sedekah."
D. Kesimpulan / Penutup
Demikianlah telah diuraikan
masalah-masalah tentang:
I. Apa definisi dan makna takdir itu.
II. Bagaimana pandangan golongan-golongan dalam Islam
tentang takdir itu.
III. Bagaimana tahap-tahap dan mekanisme takdir itu.
IV. Bagaimana kepercayaan tentang takdir dalam agama selain
Islam
V. Apakah do’a bisa
merubah takdir.
Dalam pembahasan di atas
disimpulkan bahwa do'a bisa merubah sunnatulloh atau hukum alam yaitu qodho.
Namun doa termasuk bagian dari takdir atau qodar maka doa tidak bisa merubah
takdir.
Hadits 03 : Rosululloh Saw. bersabda, “Pena
(penulis takdir di Lauh Mahfudz) telah kering dengan yang sudah tetap sampai
Hari Kiamat”. (H.R. Thobroni dan Ahmad).
Kami yakin tulisan ini
tidak sempurna, bagi pembaca yang mene-mukan kekurangannya dan kesalahannya
sudilah memberitahukan kepada kami untuk diadakan perbaikan seperlunya. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wal ‘lloohu ‘lmuwaffiq
ilaa aqwamith thorieq.
Jember, 29 Nopember 2010
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Kepustakaan
01. Departemen Agama RI, Al
Qur-an dan Terjemahnya, CV Dipone-goro, Bandung, 2000.
02. Abdullah bin ‘Abdil Hamid
al-Atsari, “Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”, Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, Jakarta, 2006.
03. Abu Ezza, “Sudah benarkah Doa
Anda?”, QultumMedia, Jakarta, 2010.
04. Bey Arifin, “Rangkaian Cerita
dalam Al-Qur-an”, Alma’arif, Bandung, 1997.
05. Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, “Jawaban
Tuntas Masalah Takdir”, Al Islahy Press, Jakarta, 1986.
06. Drs. Sidi Gazalba, “Sistematika
Filsafat, Buku III”, Bulan Bintang, Jakarta, 1981.
07. Hasan Shadily, “Ensiklopedia
Indonesia”, P.T Ichtiar Baru – van Hoeve, Jakarta.
08. H. Imam Sucahyo, “Menyingkap
Takdir”, Samudra Ilmu, Jakarta, 2001.
09. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Kun
Faya Kun”, Mitrapress, Jakarta, 2008.
10. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Qadha
dan Qadar”, Pustaka Azzam, Jakarta, 2003.
11. Prof. Dr. H. Harun Nasution dkk.
“Ensiklopedia Islam Indonesia”, Djambatan Jakarta, 1992.
12. Sayyid Abdul Husein Dastghib, “Catatan
Dari Alam Gaib”,Pustaka Hidayah, Bandung, 1990.
13. Sayid Sabiq, “Aqidah Islam”,
CV. Diponegoro, Bandung, 1997.
14. Syaikh Ja’far Subhani,
“Menyiasati Takdir”, Pustaka Hidayah, Bandung, 2006.
15. Syekh Hafidz Ahmad Al Hakami, “Benarkah
Aqidah Ahlussunnah Wal jama’ah”, Gema Insani Press, Jakarta, 1994.
16. Umar Hasyim, “Memahami
Seluk-Beluk Takdir”, CV. Ramadhani, Solo, 1992.
RIWAYAT
MASJIDIL AQSHO
Oleh
: Dr. H.M. Nasim Fauzi
Riwayat Bangsa Yahudi dan Arab
Bangsa Arab dan Yahudi
adalah keturunan Nabi Ibrohim As. Beliau lahir di Negeri Babilon (Irak
sekarang) kemudian hijrah ke Kanaan /Palestina. Dari 3 orang isterinya Saroh,
Hajar dan Qanthura Nabi Ibrohim As. mempunyai 8 orang anak, tetapi yang
terkenal hanya 2 orang yaitu Nabi Ismail As. dari Hajar, bertempat tinggal di
Mekah yang menurunkan bangsa Arob dan Nabi Ishak As. dari Saroh yang tinggal di
Hebron Palestina, menurunkan bangsa Yahudi.
Nabi
Ishak As. dari Ribka isterinya mempunyai 2 orang anak kembar, yaitu Esau
dan Nabi Yakub As. yang wataknya sangat berbeda.
Dari beberapa orang istrinya Nabi Yakub As. memiliki 12 orang putra dan 2
orang putri.
Di bawah ini adalah daftar nama mereka berdasarkan urutan kelahirannya: (1) Rubin, (2) Syam 'un, (3) Lawway, (4) Yahuda, (5) Zabulaon, (6) Yasakir, (7) Dann, (8) Gad, (9) Asyar, (10) Naftali, (11) Yusuf As. dan (12) Bunyamin. Sedangkan kedua putrinya adalah Dinah dan Yathirah kembaran Benyamin.
12 anak laki-laki inilah cikal bakal dari 12 suku Israel, kemudian mereka tinggal dan beranak pinak di Mesir karena Nabi Yusuf As. menjadi pembesar di sana. Namun kehidupan mereka di Mesir lama kelamaan mulai dirasakan mengganggu oleh penduduk asli Mesir dan mereka mulai tidak disukai. Akhirnya generasi berikutnya ditindas dan diperbudak oleh bangsa Mesir. Puncaknya pada masa Ramses II (Firaun).
Di bawah ini adalah daftar nama mereka berdasarkan urutan kelahirannya: (1) Rubin, (2) Syam 'un, (3) Lawway, (4) Yahuda, (5) Zabulaon, (6) Yasakir, (7) Dann, (8) Gad, (9) Asyar, (10) Naftali, (11) Yusuf As. dan (12) Bunyamin. Sedangkan kedua putrinya adalah Dinah dan Yathirah kembaran Benyamin.
12 anak laki-laki inilah cikal bakal dari 12 suku Israel, kemudian mereka tinggal dan beranak pinak di Mesir karena Nabi Yusuf As. menjadi pembesar di sana. Namun kehidupan mereka di Mesir lama kelamaan mulai dirasakan mengganggu oleh penduduk asli Mesir dan mereka mulai tidak disukai. Akhirnya generasi berikutnya ditindas dan diperbudak oleh bangsa Mesir. Puncaknya pada masa Ramses II (Firaun).
Kemudian ke-12 suku ini diselamatkan Tuhan melalui Nabi Musa As.
dan Harun As. Mereka keluar dari Mesir dan diperintahkan oleh Tuhan merebut daerah yang dijanjikan untuk mereka
dengan berperang. Namun mereka takut berperang maka daerah tersebut diharamkan
oleh Tuhan untuk mereka selama 40 tahun. Setelah
mengembara selama 40 tahun di padang pasir (sekitar Yordania), akhirnya mereka bisa masuk ke daerah yang dijanjikan (Palestina) di
bawah pimpinan Tholut (dibantu oleh pemuda Daud).
Lalu mereka mendirikan kerajaan Israel kuno dengan rajanya Tholut, kemudian digantikan oleh Nabi Daud As. Nabi/ Raja Daud As. inilah yang memperluas kerajaan Israel kuno hingga menguasai daerah dari Sungai Efrat sampai perbatasan Mesir. Kemudian daerah tersebut dibagi-bagi kepada 12 suku Israel yang ada. Nabi Daud As. digantikan oleh Nabi /Raja Sulaiman As. yang terkenal itu.
Setelah pemerintahan Raja Sulaiman As., yaitu pemerintahan raja Rehabeam sekitar 931 SM, 10 suku Bani Isroil menolak aturan pajak yang tinggi dari Nabi Sulaiman As., lalu mereka memberontak dan mendirikan kerajaan baru di utara dengan Jereboam I sebagai raja mereka. Jadi di sebelah selatan adalah kerajaan Judah /Yudea beribu-kota di Jerusalem dengan rajanya Rehabeam, beranggotakan 2 suku yaitu suku Judea dan Benyamin, sedangkan di utara adalah kerajaan Israel utara beribu kota di Samaria dengan 10 suku.
Pada tahun 721 SM, Samaria sebagai ibukota Kerajaan Israel Utara diserbu oleh pasukan Asyur (Assyria) yang dipimpin oleh Shalmaneser V dan dilanjutkan oleh Sargon II. Setahun kemudian Samaria takluk dan dihancurkan. Akhirnya, penduduk Kerajaan Israel Utara yang dihuni oleh 10 suku israel dibunuh, ditahan, diperbudak, diasingkan dan dibuang ke Khorasan, yang sekarang merupakan bagian dari Iran Timur dan Afghanistan Barat. Riwayat suku-suku ini kemudian tidak pernah terdengar lagi dan hilang dari sejarah. Beberapa bangsa diduga adalah mereka yaitu Pathans /Pasthun (Afghanistan-Pakistan), Kashmir (India), Shin-lung atau Bene Menashe (di sekitar perbatasan India-Myanmar).
Lalu mereka mendirikan kerajaan Israel kuno dengan rajanya Tholut, kemudian digantikan oleh Nabi Daud As. Nabi/ Raja Daud As. inilah yang memperluas kerajaan Israel kuno hingga menguasai daerah dari Sungai Efrat sampai perbatasan Mesir. Kemudian daerah tersebut dibagi-bagi kepada 12 suku Israel yang ada. Nabi Daud As. digantikan oleh Nabi /Raja Sulaiman As. yang terkenal itu.
Setelah pemerintahan Raja Sulaiman As., yaitu pemerintahan raja Rehabeam sekitar 931 SM, 10 suku Bani Isroil menolak aturan pajak yang tinggi dari Nabi Sulaiman As., lalu mereka memberontak dan mendirikan kerajaan baru di utara dengan Jereboam I sebagai raja mereka. Jadi di sebelah selatan adalah kerajaan Judah /Yudea beribu-kota di Jerusalem dengan rajanya Rehabeam, beranggotakan 2 suku yaitu suku Judea dan Benyamin, sedangkan di utara adalah kerajaan Israel utara beribu kota di Samaria dengan 10 suku.
Pada tahun 721 SM, Samaria sebagai ibukota Kerajaan Israel Utara diserbu oleh pasukan Asyur (Assyria) yang dipimpin oleh Shalmaneser V dan dilanjutkan oleh Sargon II. Setahun kemudian Samaria takluk dan dihancurkan. Akhirnya, penduduk Kerajaan Israel Utara yang dihuni oleh 10 suku israel dibunuh, ditahan, diperbudak, diasingkan dan dibuang ke Khorasan, yang sekarang merupakan bagian dari Iran Timur dan Afghanistan Barat. Riwayat suku-suku ini kemudian tidak pernah terdengar lagi dan hilang dari sejarah. Beberapa bangsa diduga adalah mereka yaitu Pathans /Pasthun (Afghanistan-Pakistan), Kashmir (India), Shin-lung atau Bene Menashe (di sekitar perbatasan India-Myanmar).
Perang pun terus berlanjut di Timur Tengah. Bangsa-bangsa kuat saling
beradu satu sama lain memperebutkan kawasan Timur Tengah.
Pada tahun 603 SM. kekuasaan bangsa Assyria diganti oleh bangsa Babel (Babylonia). Di masa kekuasaan Babel, Kerajaan Selatan Yehuda jatuh dan Jerusalem dihancurkan (597 SM.) dan semua penduduknya diperbudak oleh bangsa Babilonia. Berlangsunglah masa pembuangan di Babel.
60 tahun kemudian, 538 SM, Kerajaan Persia di bawah raja Cyrus II merebut kekuasaan Babel. Sebagian suku Jehuda dan Benyamin yang tersisa di Babilon dibebaskan dan kembali ke Yudea lalu membangun kembali kuil mereka yaitu Kuil Sulaiman ke-2 (Masjidil Aqsho ke-2).
Pada tahun 603 SM. kekuasaan bangsa Assyria diganti oleh bangsa Babel (Babylonia). Di masa kekuasaan Babel, Kerajaan Selatan Yehuda jatuh dan Jerusalem dihancurkan (597 SM.) dan semua penduduknya diperbudak oleh bangsa Babilonia. Berlangsunglah masa pembuangan di Babel.
60 tahun kemudian, 538 SM, Kerajaan Persia di bawah raja Cyrus II merebut kekuasaan Babel. Sebagian suku Jehuda dan Benyamin yang tersisa di Babilon dibebaskan dan kembali ke Yudea lalu membangun kembali kuil mereka yaitu Kuil Sulaiman ke-2 (Masjidil Aqsho ke-2).
Sekitar 600 tahun kemudian, sekitar 70 M, bangsa Romawi menghancurkan
Kuil Sulaiman ke-2 (Masjidil Aqsho ke-2) itu, membunuh + 1 juta orang
Bani Isroil (suku Jehuda dan Benyamin). Sisanya tercerai berai ke mana-mana. Di
antaranya ada yang menetap di Madinah, sampai munculnya Zionisme pada abad ke
20.
RIWAYAT MASJIDIL-AQSO
Pembangunan
Masjidil Aqso I
970 SM Raja Daud As membangun Masjidil Aqso I
(Haikal Sulaiman I) di Gunung Moria, dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman As. Di
dalamnya di-simpan Tabut Perjanjian (berisi 10 Firman Tuhan yang diterima oleh
Nabi Musa As.) dan Kitab Taurot yang diturunkan kepada Nabi Musa As. serta
Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud As.
10
Firman Tuhan
1. Jangan ada padamu
Allah lain di hadapanKu
2. Jangan membuat patung untuk disembah
3. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan
4. Kuduskanlah hari Sabat
2. Jangan membuat patung untuk disembah
3. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan
4. Kuduskanlah hari Sabat
5. Hormatilah orang
tuamu
6. Jangan membunuh
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
8. Jangan mencuri
9. Jangan berdusta
10. Jangan
mengingini milik orang lain.
931 SM. Nabi Sulaiman As.
wafat. Israel pecah menjadi
Negara Yahuza
di selatan dan
Kerajaan Israel di utara.
722 SM. Bangsa Assyria menaklukkan
Kerajaan Israel dan Yerusalem
Kehancuran
Hikal Suliman I
Kerusakan yang pertama ialah Bani Isroil
menyembah dewa-dewa kaum kafir. Serta merasa sombong akan kemuliaan mereka
terhadap bangsa lainnya..
Kerusakan
Masjidil Aqso I
586. Raja Nebuchadnezzar II menaklukkan dan mengasingkan Bani
Isroil ke Babilonia, serta menelantarkan Masjidil Aqso I (Haikal Sulai-man I)
sehingga segala isinya hilang sampai sekarang.
Masjidil Aqso II (Haikal Sulaiman II) di Zaman Raja Herodes
Masjidil Aqso II (Haikal Sulaiman II) di Zaman Raja Herodes
Pembangunan Masjidil Aqso II
538 SM. Raja Persia Koresh Agung melepas Bani Isroil
dari Babilonia. Di Yerusalem mereka membangun Masjidil Aqso ke-II (Haikal
Sulaiman II) yang selesai tahun 516 SM
455 SM. – 198 SM. Yerusalem
dan Yudea dijajah Aleksander Agung dari Macedonia, lalu jatuh ke kekuasaan
Dinasti Ptolemaik selanjutnya ke bangsa Seleukus di bawah Antiochus III.
166 SM. – 37 SM. Yahudi Makkabe
mendirikan kerajaan di Yerusalem.
35 SM - 96 M. Dinasti Herodes
Jenderal
Romawi Pompey mendirikan
provinsi Romawi Siria pada 64 SM dan menaklukan
Yerusalem pada 63 SM. Julius Caesar
menaklukan Aleksandria pada kr. 47 SM dan mengalahkan Pompey pada 45 SM.
6 SM. Kelahiran Yesus atau Nabi Isa As.
Pembangunan
kembali Masjidil Aqso II
6 M. Romawi makin kuat, Herodes
diangkat sebagai raja boneka Yahudi. Herodes Agung membangun Masjidil Aqso II secara besar-besaran. Kota dan
wilayahnya dijadikan Provinsi Yudea, dan keturunan Herodes masih
memangku gelar raja boneka Yudea hingga 96 M.
33 M. Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus
Kejahatan kedua yang dilakukan oleh Bani
Isroil di antaranya adalah membunuh Nabi
Yahya As. (Yahya pembaptis). Menyalib Yesus Kristus dan menuhankan beliau
Kehancuran Masjidil Aqso II. Lihat halaman 5
Pembangunan Masjidil Aqso III. Lihat halaman 4
Hadis-hadis
Isro’ Mi’roj
(Sanad = Periwayat Hadis
Matan = Isi
Hadis)
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Di dunia Islam, Hadis-hadis tentang
riwayat Isro’ dan Mi’roj sangat terkenal. Para ulama umumnya menafsirkan
Hadis-hadis itu akan pentingnya sholat 5 waktu, sehingga Alloh Swt. perlu
memanggil langsung Nabi Muhammad Saw. ke langit untuk menerima perintah
pelaksanaannya.
Sedang ibadah lainnya cukup melalui Al Qur-an yang
diturunkan melalui malaikat Jibril As.
|
Termasuk Hadis-hadis sohih
Hadis-hadis tentang Isro’ dan Mi’roj ada di dalam
Kitab-kitab Riwayat Hadis yang ditulis oleh Imam Bukhori dan Muslim serta
Imam-imam Hadis lainnya. Termasuk Hadis-hadis sohih. Hadis-hadis sohih yang
diriwayatkan oleh ke-2 Imam Hadis ini bernilai hukum tertinggi ke-2 setelah Al
Qur-an. Sangat terpercaya, sehingga umat Islam tidak berani mengritik
Hadis-hadis tentang Isro’ mi’roj itu.
Fungsi Hadis dalam hukum Islam
Fungsi hadis sebagai sumber hukum Islam ada 3 :
1. Sebagai penguat bagi dalil yang
sudah tertera dalam Al Qur-an (muakkadah),
2. Sebagai
penafsir bagi ayat-ayat Al Qur-an (mubayyinah).
3. Mendatangkan hukum-hukum yang tidak tercantum dalam Al Qur-an.
Definisi
Hadis Sohih
Ibnu As-Sholah mendefinisikan Hadis
Sohih sebagai Hadis Musnad (tersambung sampai ke Nabi Muhammad Saw.) yang
bersambung sanadnya dengan perowi yang adil (jujur) dan dhabit
(kuat hafalannya), (yang diterima) dari perowi lain yang adil dan
dhabith hingga ke akhir sanad, serta tidak syadz (bertentangan dengan perowi
lain) dan tidak ber’illat (cacat).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nyata
disini bahwa kesohihan hadis terutama ditekankan pada segi sanad (periwayat)nya (bukan pada
matan / isinya).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesohihan Hadis dari segi
matan (isi)nya.
Menurut sebagian ahli hadis,
kriteria kesohihan matan hadits se-hingga dapat dinyatakan maqbul
(diterima) apabila memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
2. Tidak bertentangan dengan hukum Al Qur-an yang telah muhkam
(ketentuan hukum yang telah tetap).
3. Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir.
4. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama
masa lalu (Ulama Salaf)
5. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti.
6. Tidak bertentangan dengan hadits ahad yang kualitas kesohihannya
lebih kuat.
Pendapat
ulama bila terjadi perbedaan antara
Al-Hadis dan
Al Qur-an
Imam Syafii (pendiri madzhab Syafii) mengatakan : Al-Hadits berangkat dari dhonni / duga-duga atau
kontroversi, sedangkan Al Qur-an berangkat dari
qoth’i (mutlak kebenarannya). Suatu
hadis yang sanadnya sohih, tetapi matannya bertentangan dengan Al Qur-an, tidak
ada jalan lain kecuali mempertahankan wahyu yang diterima seca-ra meyakinkan
(Al Qur-an) dan mengabaikan yang tidak meyakinkan (hadis).
Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Al-Sunnah Al-Nabawiyyah Baina Ahl Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadits, menyatakan bahwa "Para imam fiqih menetapkan hukum-hukum dengan ijtihad yang luas berdasarkan Al Qur-an terlebih dahulu. Apabila mereka menemukan riwayat (hadits) yang sejalan dengan Al Qur-an, mereka menerimanya, tetapi kalau tidak sejalan, mereka menolaknya karena Al Qur-an lebih utama untuk diikuti."
Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Al-Sunnah Al-Nabawiyyah Baina Ahl Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadits, menyatakan bahwa "Para imam fiqih menetapkan hukum-hukum dengan ijtihad yang luas berdasarkan Al Qur-an terlebih dahulu. Apabila mereka menemukan riwayat (hadits) yang sejalan dengan Al Qur-an, mereka menerimanya, tetapi kalau tidak sejalan, mereka menolaknya karena Al Qur-an lebih utama untuk diikuti."
Adapun
alasannya adalah
Al Qur-an sudah ditulis menjadi mushaf
tunggal pada zaman Kholi-fah Abu Bakar Ra. satu tahun setelah Nabi Muhammad
Saw. wafat (tahun 632 M.). Dikutip dari tulisan-tulisan dan hafalan para sohabat. Kemudian Kholifah Utsman bin
Affan Ra. pada tahun 647 M. memerin-tahkan Zaid bin Tsabit Ra. dan tiga sohabat
yang lain menyalin mushaf pertama tadi menjadi beberapa mushaf dan mengirimkannya
ke berba-gai propinsi di wilayah kekuasaan Islam (Kufah, Basra, Madinah, Me-kah,
Mesir, Suriah, Bahrain, Yaman dan Al-Jazirah).
Sedangkan Al-Hadis baru dikumpulkan dan ditulis dua abad (empat
generasi) setelah Nabi Muhammad Saw. wafat oleh para Imam Hadis yaitu (i) Imam
Al-Bukhori (814-876 M.), (ii) Al-Muslim (824-881 M.), (iii) An-Nasa'i (835-923
M.), (iv) Abu Daud (820-895 M.), (v) At-Turmudzi (829-899 M.) dan (vi) Ibnu
Majah (829-893 M.) melalui penyaringan hadis.
Penyaringan
Hadis
Hadis-hadis itu disaring dari
ratusan ribu hadis yang dihafalkan oleh para perowinya (periwayat hadis).
Contohnya Imam Bukhori bersama
gurunya Syekh Ishaq, meng- himpun Hadis-hadis sohih
dalam satu kitab, dari satu juta hadis yang diriwayatkan oleh 80.000 perowi lalu disaring menjadi 7.275
hadis.
Imam Muslim dalam Kitab Sohih Muslim, dari
sekitar 300.000 hadis beliau saring menjadi 4.000 Hadis sohih selama 15 tahun.
Penyaringan itu terutama dilakukan terhadap periwayatnya
(sanad Hadis), sedikit dari isi (matan) Hadis.
Demikian banyaknya hadis-hadis yang
disaring sehingga ada ke-mungkinan lolosnya hadis yang isi (matan)nya tidak
sohih.
Kritik terhadap matan (isi)
Hadis riwayat Isro’ dan Mi’roj
Akhir-akhir ini ada beberapa sarjana yang mengritisi
Hadis-hadis ri-wayat Isro’ dan Mi’roj. Penulis tidak menemukan kritik terhadap Sanad
(periwayat) Hadis, semua kritik ditujukan kepada matan (isi) Hadis-hadis
itu.
Hadis riwayat Isro’ dan Mi’roj, ditulis pada abad ke-9 (12
abad yang lalu). Selama itu telah berkembang ilmu-ilmu yang waktu itu belum ada
atau keadaannya sederhana.
Di antaranya adalah Ilmu sejarah,
ilmu astronomi (perbintangan), ilmu fisika modern, ilmu Tafsir Al Qur-an, ilmu
perbandingan agama dll.
Beberapa hal yang dikritik
1. Para Imam
Hadis tidak mengetahui sejarah Masjidil Aqso
a. Masjidil
Aqso sekarang (abad ke-21)
Masjidil Aqso terletak di kota Yerusalem Timur atau dikenal dengan nama wilayah Al-Harom Asy-Syarif bagi umat Islam atau Har Ha-Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount / Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasroni. Panjang bangunannya sekitar 83 m. lebar 56 m. Sekitar 5.000 orang mampu ditampung masjid ini. Jika ditambah dengan daerah sekelilingnya, luasnya sekitar 144.000 m2. Muat untuk 400.000 jamaah.
Masjidil Aqso terletak di kota Yerusalem Timur atau dikenal dengan nama wilayah Al-Harom Asy-Syarif bagi umat Islam atau Har Ha-Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount / Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasroni. Panjang bangunannya sekitar 83 m. lebar 56 m. Sekitar 5.000 orang mampu ditampung masjid ini. Jika ditambah dengan daerah sekelilingnya, luasnya sekitar 144.000 m2. Muat untuk 400.000 jamaah.
Di sebelah utara masjid ini terdapat Masjid As-Sakhro (The Dome of the Rock) yang bukan sebuah masjid. Melainkan
sebuah bangunan pe-ringatan untuk tapak lokasi peristiwa malam Isro’ Mi’roj.
The Dome of the Rock dibangun antara tahun 687 M.
hingga tahun 691M. (abad ke-7) oleh Kholifah Abdul Malik bin Marwan,
kholifah Bani Umaiyyah.
Al-Harom Asy-Syarif
Masjid As-Sakhro
Al-Harom Asy-Syarif
Masjid As-Sakhro
/ The Dome of the
Rock
Masjid Al-Aqsho
/ Baitul Maqdis
b. Masjidil
Aqso pada zaman Imam Hadis Bukhori dan Muslim (abad ke-9)
Keadaan Masjidil Aqsho (dan As-Sakhro / The Dome of the Rock) sama dengan
keadaannya sekarang.
Banyak orang (termasuk para Imam
Hadis) yang mengira, masjid inilah yang dikunjungi oleh Nabi Muhammad Saw. di
waktu beliau Isro’ pada tahun 620
M.
c. Masjidil
Aqso pada waktu Nabi Muhammad Isro’ pada tahun 620
M. (abad ke-7)
Maha Suci (Alloh) yang telah mem-perjalankan
hambaNya (Muhammad) pada malam hari, dari Masjidil Harom (di Mekah) ke Masjidil
Aqso (di Yerusalem) (QS. Al-isro’ [17] : 1)
Pada waktu Nabi Muhammad Saw. Isto’, Baitul Maqdis berupa
puing-puing karena telah dihancurkan oleh Tentara Romawi pada tahun 70 M.
(abad ke-1) Yang dimaksud dengan
Masjidil Aqsho
pada ayat ini adalah keseluruhan lapangan Al-Harom Asy-Syarif. Nabi Muhammad Saw. turun
di lapangan sebelah utara
puing-puing Masjid (di lokasi Masjid
As-Sahro / The
Dome of the Rock)
d. Masjidil Aqso pada zaman
Kholifah Umar bin Khottob, 5
tahun setelah Nabi wafat tahun 637 M.
(abad ke-7)
Kholifah Umar bin Khottob datang ke Yerusalem untuk menerima
penyerahan kota itu dari Kepala Pendeta Yerusalem. Beliau melihat reruntuhan Masjidil Aqso, yang oleh
orang Kristen -yang benci pada orang Yahudi karena telah menyalib Yesus
Kristus- dijadikan tempat sampah. Maka setelah dibersihkan oleh tentara Islam,
didirikanlah Masjidil Aqso yang kecil di arah kiblat Masjidil Aqso sebelumnya. Masjid ini direnovasi oleh kholifah Bani Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan
oleh putranya Al-Walid tahun 705 M.
Setelah gempa bumi tahun 746 M.,
masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh kholifah Bani Abbasiyah
Al-Mansur pada tahun 754 M., dan
dikembangkan lagi oleh penggantinya Al-Mahdi pada tahun 780 M..
Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Masjid Al-Aqso pada tahun 1033 M., namun dua tahun kemudian kholifah Bani Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga sekarang. Pada zaman Kholifah Turki Usmaniyah nama Masjidil Aqsho diberikan kepada Baitul Maqdis.
Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Masjid Al-Aqso pada tahun 1033 M., namun dua tahun kemudian kholifah Bani Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga sekarang. Pada zaman Kholifah Turki Usmaniyah nama Masjidil Aqsho diberikan kepada Baitul Maqdis.
1a. Hancurnya Baitul Maqdis / Temple of Solomon sebelumnya.
Hancurnya
Masjid ini tertulis di dalam Al Qur-an sbb.
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri.
Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu
sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan
musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu me-reka masuk ke dalam masjid (Baitul Maqdis
II pada
tahun 70 M.) sebagaimana mereka memasukinya pertama
kali (tahun 586 SM.) dan ereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al-isro’ [17] : 7)
66 M. pemberontakan ke-1
Yahudi vs Romawi, zaman Kaisar Nero yang mengirim Jendral Vespasianus
69 M. Kaisar Nero diganti
Kaisar Vespasianus yang mengirim
putera-nya Jendral Titus untuk menumpas pemberontakan Yahudi
70 M. Jendral Titus
menghancurkan Baitul Maqdis II / Bait
Sulaiman II di Yerusalem.
Kutipan dari Kitab Tafsir
Al Qur-an Departemen Agama RI.
Di dalam Kitab
Tafsir Al Qur-an yang diterbitkan oleh Depar-temen Agama RI tahun 2009
disebutkan bahwa Tentara Romawi memasuki Baitul Maqdis II (Haikal Sulaiman II)
secara paksa dan sewenang-wenang, merampas kekayaan di dalamnya dan menghan-curkan
bangunannya, hanya tembok barat (tembok ratapan) yang masih
ada.
2. Tujuan Nabi Isro’ ke Masjidil Aqso
Tujuan Nabi Isro’ sudah tertulis
pada QS.Al-isro’ : 1
Maha Suci (Alloh) yang telah
memperjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari, dari Masjidil Harom (di
Mekah) ke Masjidil Aqso (di Yerusalem) yang telah Kami berkahi sekeliling-nya,
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguh-nya Dia (Alloh) Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Al-isro’ [17] : 1)
Perjalanan Nabi Saw. berIsro’ adalah
hal yang luar biasa sehingga ayat itu didahului oleh kata Maha Suci Alloh
(sub-hana). Sehingga tujuannya juga luar biasa yaitu diperlihatkan bukti
kebesaran (ayat-ayat) Alloh..
Bukan sekedar mampir ke masjid lalu
sholat 2 rokaat .
2a. Baitul
Maqdis adalah lokasi Padang Mahsyar pada hari kiamat. Semua
orang akan diisro’kan ke sana.
|
buah pernyataan tentang Baitul Maqdis.’ Nabi menjawab, ‘Dia
adalah tanah tempat manusia dibangkitkan dan dikumpulkan.” (HR. Ahmad)
Dan ditiuplah sangkakala (kedua), maka
tiba-tiba mereka keluar dari kuburnya (menuju) ke Robb mereka. (QS.
Yaasiin [36] : 51).
Semua manusia dibangkitkan di tempat mereka dikubur di
seluruh dunia. Lalu masing-masing dibawa terbang (isro) oleh seorang malaikat ke padang mahsyar yang lokasinya di Baitul
Maqdis untuk diadili oleh Alloh Swt.
Pada mulanya padang mahsyar itu gelap gulita karena
matahari telah padam. Kemudian Alloh Swt. menampakkan diriNya sehingga menjadi
terang benderang.
Isro’ adalah rekonstruksi kebangkitan di hari kiamat.
3.
Penggambaran langit dalam hadis ini tidak sesuai dengan ilmu astronomi
Dalam Hadis ini langit digambarkan dengan sangat sederhana, se-perti
gedung 7 tingkat, dimana tiap tingkatnya dihuni oleh seorang Nabi (yang sudah
wafat, lalu dihidupkan lagi) untuk menyambut Nabi Mu-hammad Saw. yang
bermi’roj.
Gambaran Ilmu Bumi dan Astronomi
Panas matahari dan angin membentuk siklus hidrologi, awan dan hujan.
Panas matahari dan angin membentuk siklus hidrologi, awan dan hujan.
Bumi yang bulat
berputar pada porosnya dengan disinari matahari dalam 24 jam membuat siang dan
malam. Adanya bulan membentuk pasang surut air laut.
Bulan mengitari bumi dalam 30 hari membuat hitungan bulan.
Bumi dalam posisi miring 23,44o mengelilingi matahari dalam 365 hari membentuk hitungan tahun dan 4 musim untuk daerah subtropis atau 2 musim untuk daerah katulistiwa (musim hujan dan kemarau).
Matahari bersama 9 planetnya berputar mengelilingi pusat galaksi Bimasakti.
Di alam semesta sangat banyak gugus bintang / galaksi mirip Bima-sakti. Galaksi-galaksi itu membentuk Cluster.
Bulan mengitari bumi dalam 30 hari membuat hitungan bulan.
Bumi dalam posisi miring 23,44o mengelilingi matahari dalam 365 hari membentuk hitungan tahun dan 4 musim untuk daerah subtropis atau 2 musim untuk daerah katulistiwa (musim hujan dan kemarau).
Matahari bersama 9 planetnya berputar mengelilingi pusat galaksi Bimasakti.
Di alam semesta sangat banyak gugus bintang / galaksi mirip Bima-sakti. Galaksi-galaksi itu membentuk Cluster.
Dalam ilmu astronomi besarnya langiit sangat luar biasa. Penam-pangnya
adalah 14 milyard tahun cahaya. Jarak ini mustahil
ditempuh
hanya dalam semalam. Dengan piring terbang Alien saja yang kecepatannya 6 x
cahaya ditempuh bermilyard-milyard tahun (mustahil).
Sangat berbeda dengan
jarak Masjidil Harom ke Masjidil Aqso yang sekarang dapat ditempuh dengan pesawat jet dalam waktu 1 jam.
Maka perjalanan ke langit itu mustahil / irrasional.
4. Ruh para Nabi sekarang ada di alam kubur. Tidak mungkin berada di langit.
Dalam hadits ini
digambarkan bahwa para Nabi yang sudah wafat itu berada di langit dengan
jasadnya.
Sedangkan di dalam Al Qur-an disebutkan bahwa seluruh
manusia, termasuk para Nabi yang sudah wafat berada di alam Qubur / Barzakh /
dinding yang membatasi Alam Dunia dan Akhirot. Ulama menyebutnya dalam genggaman
Alloh Swt. atas dasar QS.Az-Zumar [39] : 42 me-nunggu datangnya Hari Berbangkit
Allah
mematikan manusia
/ anfusu (secara tetap bila sudah
mati, dan mematikan manusia untuk sementara di waktu tidurnyai; maka Dia
tahanlah [ruh] yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan [ruh] yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang
berfikir. (QS. Az-Zumar
[39] : 42).
5. Salah
memahami kalimat “Bila Alloh menghendaki”
Umumnya fihak yang
setuju dengan hadis ini berhujjah: Bila Alloh Swt. menghendaki bisa saja
menghidupkan kembali para Nabi itu lalu menempatkan mereka di langit untuk
menyambut kedatangan Nabi Mu-hammad Saw. sewaktu mikroj.
Bila demikian halnya,
boleh kita sanggah pula: “Itu kalau Alloh Swt mau, kalau tidak mau kan tidak mungkin terjadi”. Nah itu
debat kusir atau pokrol bambu yang tidak punya dasar hukum.
Al Qur-an menggunakan kata “Kalau Alloh Menghendaki” (Wa lau Syaa-a,
walau Syi-naa dan walau Yasyaa) dalam 23
ayat,
Pada ayat-ayat
tersebut ternyata
Allah TIDAK menghendaki.
Kita lihat salah satu contoh ayat di bawah ini:
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) me-maksa
manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (QS Yunus [10] : 99)
Lalu apa
kenyataannya? Berimankah kepada Alloh semua orang di muka bumi ini ?
Ternyata, sebagian besar ummat manusia di bumi ini tidak meng-imaniNya.
Dengan pernyataan satu ayat ini saja, sebaiknya janganlah mengeluarkan
argumentasi: “Kalau Allah Swt. Menghendaki…….”, karena Alloh Swt. memiliki
aturan / takdir (sunnatulloh) yang tidak pernah berubah.
6. Alloh Swt. tidak berada di langit
Dikatakan bahwa sewaktu Mi’roj, Nabi Muhammad Saw. menjemput
atau menerima perintah sholat dari Alloh Swt., kemudian sesudah ber-jumpa
dengan Nabi Musa As., beliau naik kembali berulang-kali mene-mui Alloh Swt.
untuk memohon keringanan. Hal ini menyimpulkan bahwa Alloh Swt. tidak berada
di bumi atau di langit tempat Nabi Musa As. itu berada.
Sungguh keadaan demikian bertentangan dengan Firman Alloh Swt. yang
tidak hanya berada di langit,
Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qoof [50] : 16)
”Dan kepunyaan
Allohlah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap maka di situlah wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha luas (kekuasaanNya)
lagi Maha mengetahui”. (QS.
Al-Baqoroh [2] : 115)
7. Sebelum
Isro’ Mi’roj Nabi telah sholat bersama Khodijah dan Ali
|
7a. Penegasan waktu solat dalam Al Quran
“Dirikanlah sholat dari sesudah
matahari tergelincir (zhuhur dan ashar) sampai gelap malam (maghrib dan isya')
dan (dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat).
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji.”
(QS. Al Isra’ [17] : 78-79).
7b. Jibril mengajari Nabi sholat 5 waktu
(di luar Isro’ dan Mi’roj)
“Dari Jabir
bin Abdulloh, bahwa Nabi Saw didatangi oleh Jibril As, lalu Jibril mengatakan kepadanya, “Berdirilah,
lalu sholatlah”, Kemudian Nabi sholat zhuhur ketika matahari sudah tergelincir.
Kemudian Jibril men-datanginya di waktu ‘ashar, lalu ia berkata, “Berdirilah,
lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ashar ketika bayangan sesuatu menjadi
sama. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu maghrib, lalu ia berkata,
“Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat maghrib ketika mata-hari
terbenam. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu ‘isya’, lalu ia berkata,
“Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ‘isya’ ketika cahaya merah
telah lenyap. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu fajar, lalu ia berkata ,
“Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat shubuh keika fajar
menyingsing, atau ia berkata ketika fajar memancar. Kemudian esok harinya
Jibril mendatangi (Nabi) kembali pada waktu zhuhur, lalu ia berkata,
“Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat zhuhur ketika bayangan
segala sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu
ashar, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ashar
ketika bayangan segala sesuatu menjadi dua kali. Kemudian Jibril
mendatangi kepadanya di waktu magh-rib, dalam waktu yang sama dengan yang
pertama, tidak bergeser daripadanya. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di
waktu ‘isya’, ketika pertengahan malam telah lewat, atau ia berkata : sepertiga
malam telah lewat, lalu Nabi sholat ‘isya’. Kemudian Jibril mendatangi
kepadanya di waktu sudah terang benderang,
lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholat-lah”, kemudian Nabi sholat shubuh.
Kemudian Jibril berkata: Apa-apa yang di antara kedua waktu ini, itulah waktu
sholat.” (HR. Ahmad dan Al-Nasa’i. Dan Al-Tirmidzi meriwayatkan seperti itu.
Al-Bukhori ber-kata: Hadits ini adalah hadits yang paling
shah dalam menerangkan waktu-waktu sembahyang). Dikutip dari Nailul Author
jilid 1 hal. 685.
8. Para Nabi juga melaksanakan sholat
8a. Nabi Ibrohim As. memohon agar keturunannya tetap
mendirikan sholat.
Ya Robbku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Robb kami, perkenankan
do’aku. (QS.
Ibrohim [14] : 40)
8b. Nabi Ismail As. melaksanakan sholat
Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al Qur-an). Dia benar-benar seorang
yang benar janjinya, seorang rosul dan nabi.”
“Dan dia menyuruh keluarganya untuk
(melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridoi di
sisi Tuhannya (QS. Maryam [19] : 54-55)
8c. Nabi Isa ibnu Maryam As. mendirikan sholat
Dan dia menjadikan aku seorang yang
berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (QS. Maryam [19] : 31)
9. Bani Isroil solat 7x/ hari, bukan
50x
1.
Di dalam Kitab Zabur / MAZMUR 119:164 Indonesian -
Terjemahan Lama (TL) tertulis sbb. :
Maka tujuh kali
dalam sehari memujilah aku akan Dikau, karena sebab segala hukum kebenaranMu
itu
2. Buku To Pray As A Jew: A Guide To The Prayer Book And The Synagogue
Service karangan Hayim Halevy
Donin, seorang rabbi (pendeta) Yahudi
Amerika di Congregation B'nai David, Southfield, Michigan. Dalam
buku itu ada gambar tata cara
sembahyang kaum Yahudi yang sikap dan gerakannya sangat mirip dengan sholatnya
umat Islam Ritual sholat Yahudi
ini dilakukan 3 x sehari yaitu pada malam hari (Ma'ariv), di pagi hari (Shacharit),
dan pada sore hari (Minchah)..
Gambar sembahyang Yahudi dalam buku
Rabbi Hayim Halevy Donin
Pada mulanya sholatnya
Yahudi adalah 7 x /hari sbb..
1 = Solat Subuh, 2 = Solat Dhuha, 3 = Solat Zuhur, 4 = Solat Ashor, 5 = Solat Maghrib, 6 = Solat Isya', 7 = Solat Al-Lail
Pada tahun 586 SM. Nebukadnezar, raja Babel menduduki Yerus-salem
dan negara Yuda. Bangsa Yahudi dibawa ke Babil dijadikan bu-dak sehingga
mereka tidak leluasa melakukan sholat. Maka sholat me-reka dibuat 3 x / hari
sampai kini. (= sholat jamak qosor zhuhur + asar, maghrub + isya’ dan subuh)
10. Tujuan Mi’roj Nabi Muhammad Saw.
Maka tujuan Mi’roj Nabi Saw. bukanlah menerima perintah sholat 5 waktu
karena Nabi Muhammad Saw. telah melaksanakannya bersama Khodijah dan Ali, melainkan seperti yang tertulis
pada bagian akhir hadis mi'roj riwayat Imam Bukhori (halaman 58).
Jibril lalu pergi bersamaku sampai
ke Sidrotul Muntaha dan Sidrotul Muntaha itu tertutup oleh warna-warna yang aku
tidak mengetahui apa-kah itu sebenarnya? Aku lalu dimasukkan ke surga.
Tiba-tiba di sana ada kail dari mutiara dan debunya adalah kasturi.'” (HR. Bukhori No. 193, 194)
10a. Hadis
ini sesuai dengan ayat Al Qur-an (QS. An-Najm [53] :13-18)
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal (Jannatul
Ma’-wa). (QS.
An Najm [53]: 13-15).
Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian
tanda-tanda (kebe-saran) Tuhannya yang paling besar (surga). (QS. An Najm [53]:16-18).
11. Surga
bukan berada di langit tetapi ada di masa depan
Dalam
menguraikan masalah Mi’roj ini penulis menggunakan Fisika Modern yaitu Mekanika
Kuantum yang dikembangkan oleh Stephen Hawking, Ahli Fisika Inggris.
Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam
semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
Pada
kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa ber-jalan maju dengan laju
tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak
bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.
Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan)
melalui terowongan waktu kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi,
bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa
depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking
“telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain
itu melalui terowongan waktu (dengan kekuasaan Allah Swt.) kita
bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.
11 a. Seluk Beluk Sidrotul
Muntaha
Sidr
berarti pohon bidara, pohon yang tumbuh di Asia, Afrika dan Australia. Dipakai sebagai sumber
makanan, obat-obatan dan bahan bangunan. Termasuk pohon yang sangat berguna,
tetapi bukan merupakan pohon yang istimewa. Fungsi pohon bidara ini di Sidrotil
Muntaha adalah adalah sebagai batas terjauh perjalanan di langit dan
bumi
dalam waktu nyata, yang dapat di-tempuh oleh makhluk Alloh Swt. yaitu manusia,
jin dan malaikat termasuk Ma-laikat Jibril Di seberang pohon pembatas ini terdapat Jannatul Ma’wa (sorga)
yang letaknya ada di masa depan. Maka Sidrotul Muntaha selain sebagai batas
ja-rak atau ruang terjauh, juga merupakan batas antara waktu nyata dan waktu maya. Merupakan pintu masuk ke terowongan
waktu yang berada di waktu maya menuju ke masa
depan. Melalui jalan inilah Nabi Muhammad Saw. sewaktu mi’roj diperjalankan
Alloh Swt. ke masa depan, yaitu hari kiamat, hari kebangkitan dan pengadilan di
pa-dang mahsyar, mizan, pergi ke neraka dan shiroth, kemudian pergi ke surga. Dengan
perjalanan itu Nabi Muhammad Saw. adalah satu-satu-nya manusia di muka bumi
(kecuali Nabi Adam dan Siti Hawa), yang pernah pergi ke akhirot dengan jasad
dan ruh beliau. Sehingga beliau bisa menerangkannya kepada kita dalam
hadis-hadis beliau.
Waktu yang digunakan oleh Nabi Muhammad
Saw. untuk pergi ke akhirot tidak terbatasi oleh waktu mi’roj yang hanya
semalam, tetapi bisa berhari-hari, karena waktu di akhirot tidak diikat oleh waktu di dunia. Kemudian Nabi Muhammad kembali melalui
jalan yang sama ke Sidrotil Muntaha, kembali masuk ke waktu nyata pada waktu yang sama dengan waktu
berangkatnya, selanjutnya pulang kembali ke Mekah.
Kesimpulan pertama
Ternyata matan (isi)
Hadis-hadis riwayat Isro’ dan mi’’roj
Tidak sejalan
dengan Al Qur-an pada
1a (pada QS. Al-Isro ayat 7 disebutkan bahwa
Baitul Maqdis II yang lama / Temple of Solomon II telah dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 M.
Sehingga Nabi Muhammad Saw. tidak mungkin sholat di dalamnya)
2. (Tujuan Isro’ adalah rekonstruksi kejadian di hari kiamat di
mana se-mua manusia dan jin dari seluruh dunia dikumpulkan / diisro’kan di
Baitul Maqdis)
4. (Ruh para Nabi ada di alam kubur, bukan di langit)
6. (Alloh Swt tidak berada di langit tapi berada di mana-mana)
7a (sholat 5 waktu ada di dalam Al Qur-an QS. Al Isra’
[17]:
78-79)
8a, 8b dan 8c (Nabi–nabi Ibrohim As., Ismail As., Isa
ibnu Maryam As. dll. melakukan sholat)
Tidak sejalan dengan Hadis lain yang mutawatir
2a (Baitul Maqdis adalah tempat Padang Mahsyar, bukan tempat sholat).
7 (Nabi Muhammad Saw.
sudah sholat berjamaah dengan Khodijah dan Ali sebelum Isro’ dan mi’’roj)
7b (Nabi Muhamad Saw.
diajari sholat 5 waktu oleh Malaikat Jibril As di luar waktu Mi’roj)
Tidak
sejalan dengan Alkitab / Bibel
9 (Bani Isroil sholat 7
waktu bukan 50 waktu)
Tidak sejalan dengan ilmu sejarah
1a (Masjidil Aqso yang ada
pada zaman para Imam Hadis didirikan oleh Umar bin Khottob Ra),
Tidak
sejalan dengan ilmu astronomi / perbintangan
|
Kesimpulan akhir
Terbukti bahwa matan Hadis-hadis Isro’ dan
mi’roj ini tidak sohih.
Termasuk Hadis mauduk atau palsu atau paling tidak termasuk hadis dhoif (lemah) dan mualal (sisipan) karena isinya diselipkan cerita–cerita
Israiliyat dari kaum Bani Israil, yang sengaja secara tersirat ingin
mengagungkan bangsa mereka, serta mengecilkan peran Nabi Muhammad Saw. beserta
pengikutnya.
Tujuan Isro’ Nabi Muhammad Saw.
Isro’ adalah rekonstruksi kejadian di hari
kiamat.
Semua manusia dibangkitkan di tempat mereka dikubur di seluruh dunia. Lalu masing-masing dibawa terbang (isro) oleh seorang malaikat ke padang mahsyar yang lokasinya di Baitul Maqdis untuk diadili oleh Alloh Swt.
Semua manusia dibangkitkan di tempat mereka dikubur di seluruh dunia. Lalu masing-masing dibawa terbang (isro) oleh seorang malaikat ke padang mahsyar yang lokasinya di Baitul Maqdis untuk diadili oleh Alloh Swt.
Tujuan Mi’roj Nabi Muhammad Saw
Diperlihatkan surga yang ada di masa
depan, masuk Terowongan Waktu melalui Sidrotul
Muntaha.
Selain surga Nabi Muhammad Saw. juga diperlihatkan peristiwa Kiamat, Kebangkitan, pengadilan di Padang Mahsyar, Mizan dan Penimbangan Amal, Shiroth, dan Neraka.
Sehingga Nabi Muhammad Saw. bisa menerangkan kepada kita tentang kejadian di Akhirot karena beliau pernah diperjalankan ke sana sewaktu Mi’roj.
Selain surga Nabi Muhammad Saw. juga diperlihatkan peristiwa Kiamat, Kebangkitan, pengadilan di Padang Mahsyar, Mizan dan Penimbangan Amal, Shiroth, dan Neraka.
Sehingga Nabi Muhammad Saw. bisa menerangkan kepada kita tentang kejadian di Akhirot karena beliau pernah diperjalankan ke sana sewaktu Mi’roj.
Jember, 5 Nopember 2017
Dr. H.
M. Nasim Fauzi
Jalan
Gajah Mada 118
Tilp. (0331) 481127 Jember
Kepustakaan
01. Abu Najdi Haraki,
Misteri Isra’ Mi’raj”, DIVA Press, Jogjakarta, 2007
02.
Al Imam Muhammad Asy Syaukani, Nailul Authar, Penerjemah Drs.
Hadimulyo dkk. Penerbit Asy Syifa, Semarang, 1994, jilid 1 hal.
685.
03. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Djakarta, 1960.
04. Alkitab
Elektronik 2.0.0,
Alkitab Terjemahan Baru, @ 1974, Lembaga Alkitab Indonesia.
05. Bey Arifin, Rangkaian
Cerita dalam Al-Quran, PT Almaarif, Bandung, 1971
06. Departemen Agama
RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, CV. Asy-Syifa, Semarang, 1999.
07. Departemen
Agama RI, Tafsir Al Qur-an Jilid 2, Jakarta, 2009
08. Felix Pirani dan
Christine Roche, Mengenal Alam Semesta, Mizan "For Beginners",
Bandung, 1997.
09. J.P. McEnvoy dan
Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners, Mizan, Bandung, 1998.
10. Muhammad
Muhibuddin, Keajaiban Yerusalem, Araska, Yogyakarta, 2014, halaman 152-156.
11. Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala, Grafiti, Jakarta, 1994
12. Thomas McElwain, Bacalah
Bibel, Penerbit Citra, Jakarta, 2006
13. http://www.goodreads.com/book/show/949979
To_Pray_As_A_Jew
15. https://kanzunqalam.com/2011/10/09/meninjau-kembali-kisah-isra-miraj-rasulullah
16. www.oocities.org/maurice_osborn/Serpo.htm
(planet asal piring terbang)
17.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits
18. https://id.wikipedia.org/wiki/
isra_Mikraj
19. https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Abdullah_
Muhammad_i al-Bukhari
LAMPIRAN
Hadis-hadis tentang Isro’
dan Mi’roj
Dari beberapa Hadis tentang Isro’ dan Mi’roj yang ada, penulis mengutip
dua buah Hadis sebagai berikut..
1. Hadis Sohih Muslim yang sangat
panjang sbb.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: bahwa Rosulullah Saw.
bersabda :
Isro’ ke Baitul-Maqdis
Aku didatangi Buraq. lalu
aku menunggangnya sampai ke Baitul Makdis. Aku mengikatnya pada pintu mesjid
yang biasa digunakan meng-ikat tunggangan oleh para nabi. Kemudian aku masuk ke
mesjid dan mengerjakan sholat dua rakaat. Setelah aku keluar, Jibril datang mem-bawa
bejana berisi arak dan bejana berisi susu. Aku memilih susu, Jibril berkata:
Engkau telah memilih fitroh.
Mi’roj
ke langit
Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril minta dibukakan, ada
yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang
bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab
Jibril: Ya, ia telah diutus. Lalu dibukakan bagi kami. Aku bertemu dengan Adam. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.
Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril as. minta dibukakan. Ada yang bertanya:
Siapakah engkau? Jawab Jibril: Jibril. Ditanya lagi: Siapakah yang bersamamu?
Jawabnya: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah
diutus. Pintu pun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Isa bin Maryam As. dan
Yahya bin Zakaria As. Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ketiga. Jibril
minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa ber-samamu?
Muhammad saw. jawabnya. Ditanyakan: Dia telah diutus? Dia telah diutus, jawab
Jibril. Pintu dibuka untuk kami. Aku bertemu Yusuf As. Ternyata ia telah dikaruniai sebagian keindahan.
Dia menyam-butku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit
keempat. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa
ini? Jibril menjawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab
Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jibril menjawab: Dia telah diutus.
Kami pun dibukakan. Ternyata di sana ada Nabi Idris As.
Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Alloh Taala berfirman Kami
mengangkatnya pada tempat (martabat)
yang tinggi. Aku dibawa naik ke langit ke-5. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa? Dija-wab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Dijawab:
Muhammad. Di-tanya: Apakah ia telah diutus? Dijawab: Dia telah diutus. Kami
dibuka-kan. Di sana aku bertemu Nabi Harun As. Dia menyambutku dan men-doakanku dengan
kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ke-6. Jibril As. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa
ini? Jawabnya: Jibril. Di-tanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril.
Ditanya: Apa-kah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan.
Di sana ada Nabi Musa As. Dia menyambut dan mendoakanku dengan kebaikan. Jibril
membawaku naik ke langit ke-7. Jibril minta dibukakan. Lalu ada yang bertanya:
Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Jawabnya: Muhammad.
Ditanyakan: Apakah ia telah di-utus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami
dibukakan. Ternyata di sana aku bertemu Nabi Ibrahim As. sedang menyandarkan punggungnya pada Baitul-makmur. Ternyata setiap
hari ada 70.000 malaikat masuk ke Baitul-makmur dan tidak kembali lagi ke sana.
Pergi ke Sidrotul-Muntaha
menerima wahyu
Kemudian aku dibawa pergi ke Sidrotulmuntaha yang dedaunannya seperti
kuping-kuping gajah dan buahnya sebesar tempayan. Ketika atas perintah Alloh,
Sidrotul-muntaha diselubungi berbagai macam ke-indahan, maka suasana menjadi
berubah, sehingga tak seorang pun di antara makhluk Alloh mampu melukiskan keindahannya. Lalu
Alloh mem-berikan wahyu kepadaku. Aku diwajibkan sholat 50 X dalam sehari
se-malam. Tatkala turun dan bertemu Nabi saw. Musa As., ia bertanya: Apa yang
telah difardukan Tuhanmu kepada umatmu? Aku menjawab: Salat 50 X. Dia berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringa-nan, karena umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku pernah men-cobanya pada Bani Israel. Aku pun kembali
kepada Tuhanku dan ber-kata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas umatku.
Lalu Alloh me-ngurangi 5 sholat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa As. dan
aku katakan: Alloh telah mengurangi 5 waktu sholat dariku. Dia berkata: umatmu
masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah
keringanan lagi. Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa As. sampai Alloh berfirman: Hai Muham-mad. Sesungguhnya
kefarduannya adalah lima waktu sholat sehari se-malam. Setiap sholat mempunyai nilai sepuluh.
Dengan demikian, lima sholat sama dengan lima puluh sholat. Dan barang siapa yang
berniat untuk dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barang siapa yang
berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak sesuatu pun dicatat.
Kalau ia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu ke-jahatan. Aku turun
hingga sampai kepada Nabi Musa As., lalu aku beri-tahukan padanya. Dia masih
saja berkata: Kembalilah kepada Tuhan-mu, mintalah keringanan. Aku menyahut:
Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepadaNya. (Shohih Muslim No. 234)
2. Ada beberapa Hadis pendek Sohih Bukhori.
Penulis mengambil 1 hadisnya yang berisi mi’roj Nabi Muham-mad Saw. ke surga
Ibnu Hazm dan Anas bin Malik berkata
bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda,
Menerima perintah solat (di
langit)
‘Alloh Azza wa Jalla lalu mewajibkan atas umatku 50 sholat (dalam sehari
semalam). Aku lalu kembali dengan membawa kewajiban itu hingga kulewati Musa, kemudian ia (Musa) berkata
kepadaku, ‘Apa yang diwajibkan Alloh atas umatmu?’ Aku menjawab, ‘Dia
mewajibkan lima 50 X sholat (dalam sehari semalam).’ Musa berkata, ‘Kembalilah kepa-da
Tuhanmu karena umatmu tidak kuat atas yang demikian itu.’ Alloh lalu memberi
dispensasi (keringanan) kepadaku (dalam satu riwayat: Maka aku kembali dan mengajukan usulan
kepada Tuhanku), lalu Tuhan membebaskan separonya. ‘Aku lalu kembali
kepada Musa dan aku kata-kan, ‘Tuhan telah membebaskan separonya.’ Musa
berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu karena sesungguhnya umatmu tidak kuat atas
yang demikian itu. ‘Aku kembali kepada Tuhanku lagi, lalu Dia membebaskan
separonya lagi. Aku lalu kembali kepada Musa, kemudian ia berkata, ‘Kembalilah
kepada Tuhanmu karena umatmu tidak kuat atas yang demikian itu.’ Aku kembali kepada Tuhan, kemudian Dia
berfirman, ‘Sholat itu lima (waktu) dan lima itu (nilainya) sama dengan 50 (kali), tidak ada firman yang
diganti di hadapanKu.’ Aku lalu kembali kepada Musa, lalu ia berkata,
‘Kembalilah kepada Tuhanmu.’ Aku jawab, ‘(Sungguh) aku malu kepada Tuhanku.’
Pergi ke Sidratul Muntaha
dan ke Surga
Jibril lalu pergi
bersamaku sampai ke Sidratul Muntaha dan Sidratul Muntaha itu tertutup oleh
warna-warna yang aku tidak mengetahui apa-kah itu sebenarnya? Aku lalu dimasukkan ke surga. Tiba-tiba
di sana ada kail dari mutiara dan
debunya adalah kasturi. (HR. Bu-khari no. 193, 194)
3. Hadis Sohih Riwayat Imam Tirmidzi
Dari Ibnu Abbas, ia telah
berkata: Ketika Nabi Saw. diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa
nabi, dan bersama mereka ada banyak orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi,
dan bersama me-reka beberapa orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan ber-sama
mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar. Aku
berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan tetapi
angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang
memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umat-mu
dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000)
orang yang akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan amal).” Kemudian beliau
masuk (ke kamar beliau) dan mereka (para sahabat) tidak menanyai beliau dan
beliau tidak mene-rangkan kepada mereka. Maka mereka berkata: "Kami adalah
mereka itu tadi". Dan ada pula yang berkata: "Mereka adalah anak-anak
kami yang lahir dalam fitroh dan Islam". Kemudian Nabi Saw. keluar, lalu
ber-sabda: "Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan besi
panas, tidak meruqyah, dan tidak pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka
bertawakal kepada Tuhan mereka.” Lantas Ukasyah bin Mih-shan berdiri lalu
berkata: “Saya termasuk mereka wahai Rosulullah?” Beliau menjawab: “Ya.”
Kemudian yang lain lagi berdiri lalu berkata pula: “Saya termasuk mereka?"
Beliau menjawab: “Kamu telah didahu-lui oleh Ukasyah (dalam bertanya
demikian).” (HR at-Tirmidzi 2446).
Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shohih".
Dalam hadits ini terdapat
tambahan seorang sohabat lagi yang men-dapat kabar gembira akan masuk surga,
yaitu Ukasyah bin Mihshan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar