PEMERIKSAAN ABC
UNTUK PENDERITA
DIABETES
MELLITUS
DAN HIPERTENSI
Oleh : Dr. H. M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Banyak penderita
Diabetes Mellitus
(penyakit Kencing Manis)
dan Hipertensi
(penyakit Tekanan Darah Tinggi) yang
ada di masyarakat Bila tidak dikelola
dengan baik bisa menjadi cacat bahkan kematian.
Dengan
semakin banyaknya Tenaga kesehatan, Rumah Sakit, Laboratorium serta obat-obatan
dengan beaya yang terjangkau (bila dimanfaatkan dengan baik) bisa sangat mengurangi
kasus kematian kedua penyakit itu.
Maka
para penderiita Diabetes Mellitus
(DM) dan Hipertensi
(HT) harus selalu memeriksakan dirinya secara teratur, di antaranya dengan
pemeriksaan ABC.
Pemeriksaan ABC
A adalah singkatan dari A1c lebih lengkapnya pemeriksaan
kadar HbA1c
di dalam darah untuk penyakit Kencing manis,
B adalah singkatan dari Blood pressure atau
pemeriksaan Tekanan darah untuk penyakit Tekanan
darah tinggi, sedang
C adalah singkatan dari Cholesterol atau
pemeriksaan kadar Kolesterol
di dalam serum darah.
Penyakit Kencing Manis
Pancreas |
|
Diabetes mellitus atau
penyakit kencing manis adalah penyakit metabolik akibat kurangnya
insulin secara absolut (pada DM tipe 1) atau relatif (pada DM tipe 2) sehingga
mengganggu metabolisme karbohidrat serta lemak dan protein. Hormon insulin
diproduksi oleh sel-sel Beta / Islet of Langerhan di dalam kelenjar pan creas. Pada
DM tipe 2, tubuh kurang peka / resisten
terhadap insulin di antaranya akibat kegemukan, kadar kolesrerol darah yang tinggi dan DM yang disertai dengan hipertensi.
Jumlah penderita DM di
Indonesia sebanyak 1,5 – 2,3 % dari penduduk usia di atas 15 tahun, yang pada
tahun 2015 berjumlah sekitar 9,1 juta orang.
Pengendalian Penyakit DM
Ternyata 15 % penderita Diabetes
mellitus dapat dikendalikan dengan diet saja, 15 % memerlukan
insulin, sedang 70% memerlukan obat hipoglikemik oral (OHO), di samping
pengaturan makan (diet) dan olahraga.
Pengendalian gula darah
adalah hal yang terpenting dalam menurunkan resiko komplikasi.
------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan A atau A1c
------------------------------------------------------------------------------
A1C atau
lengkapnya Hemoglobin A1c atau HbA1c (A adalah singkatan dari adult), disebut juga Hemoglobin glycosilat adalah zat yang terbentuk
dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin (bagian dari sel darah merah). A1c yang terbentuk dalam tubuh akan disimpan di dalam
sel darah merah dan akan terurai secara bertahap bersama dengan berakhirnya
masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari).
A1c
menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama periode 1-3 bulan.
Jumlah A1c yang terbentuk sesuai dengan
konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan A1c
digunakan untuk mengontrol kadar glukosa jangka panjang pada penderita diabetes.
A1C
adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah penyakit DM
terkendali dengan baik atau tidak.
ADA (America Diabetic
Association) menetapkan Nilai normal A1c
adalah < 7%, namun IDF (International Diabetic
Federation) menetapkan A1c < 6,5% adalah angka yang paling ideal yang
harus dicapai oleh seorang penderita DM.
Kadar A1C
yang tinggi biasanya diikuti dengan kadar glukosa darah yang tinggi juga. Hal
ini dapat meningkatkan resiko komplikasi seperti jantung coroner / gagal jantung,
stroke, gagal ginjal, retinopati dan kebutaan, neuropati, disfungsi ereksi dan
gangren.
Kadar
A1c yang tinggi merupakan faktor resiko utama pada kejadian
penyakit jantung koroner (PJK) dan infarc jantung. Peningkatan kadar A1C 1
% akan meningkatkan PJK sebesar 11 %.
Perbedaan
Pemeriksaan A1c dan Pemeriksaan
Glukosa Darah
Pemeriksaan
glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan hanya dapat mencerminkan
konsentrasi glukosa darah pada saat diukur saja dan sangat dipengaruhi oleh
makanan, olahraga dan obat yang baru dikonsumsi. Jadi, tidak dapat
menggambarkan bagaimana pengendalian konsentrasi glukosa dalam jangka panjang.
Bila pemeriksaan
A1c tak normal (lebih dari 7 %)
1. Pertama-tama
yang dilakukan adalah mengatur pola makanan. Mengurangi obesitas sampai
lingkar perut mencapai 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita. Larangan makanan
harus ditaati yaitu menghindari makanan dan minuman yang mengandung gula yaitu gula dari tebu, gula kelapa dan gula aren. Diganti dengan pemanis
buatan yaitu saccorit, tropicana slim, equal, diasweet atau diabetasol. Berolahraga.
2. Bila kadar A1c
belum berhasil mencapai harga normal, maka dilakukan pengaturan dosis OAD-nya.
3. Bila cara ini belum berhasil mungkin perlu ditambahkan
injeksi insulin.
5, Selanjutnya pemeriksaan A1C dilakukan setiap
3 bulan sekali.
Pentalogi Diabetes
Mellitus:
1). Pengaturan
makan
2). Latihan fisik
3). Penyuluhan
4). Obat berkhasiat
hipoglikemik
5). Cangkok pankreas
------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan B atau Blood pressure
------------------------------------------------------------------------------
Hipertensi adalah naiknya
tekanan darah sistolik (bacaan atas) >
140 mmHg dan atau diastolik (bacaan bawah) > 90 mmHg pada 2 X
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure sebagai tekanan >
140 / 90 mmHg.
Diagnosis hipertensi
Diagnosa hipertensi dengan
pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan spyghmomanometer air raksa. Sebaiknya
dilakukan dengan > 1 X pengukuran dengan posisi lengan menekuk
di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan
sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien
diharapkan tidak mengonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dsb.
Komplikasi
/ penyulit hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi seperti stroke,
kelemahan jantung (decompensatio cordis), penyakit jantung koroner (PJK), gangguan
ginjal dll. Yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak,
ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau
yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko
paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular).
Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki
kontrol tekanan darah dan mengurangi
resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali
diperlukan bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak
cukup dan biasanya obat harus diminum seumur hidup
sampai dokter memutuskan tidak perlu lagi minum obat. Seseorang yang pernah
mengalami tekanan darah tinggi, dapat
mengalami tekanan darah tinggi lagi, banyak
kasus stroke terjadi saat seseorang lepas obat. Oleh karena itu pengontrolan tekanan darah secara rutin mutlak dilakukan. Pengukuran
itu dilakukan antara seminggu 1 X sampai satu bulan 1 X . Sedang orang yang
tekanan darahnya normal dikontrol setahun 1 X.
Klasifikasi JNC7 (Joint National Commitee)
Normal 90–119 / 60–79 mmHg
Prahipertensi (normal tinggi) 120–139 / 80–89 mmHg
Hipertensi Derajat 1 140–159
/ 90–99 mmHg
Hipertensi Derajat 2
≥160 / ≥100
mmHg
Hipertensi sistolik tersendiri ≥140 / <
90 mmHg
Hipertensi tergolong “resisten” bila obat penurun tekanan darah tertentu tidak mengurangi tekanan darah (menjadi normal) dan perlu mencoba
obat yang lain.
-------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan C
(Cholesterol)
-----------------------------------------------------------------------------
Diabetes
Mellitus dan Hipertensi dapat menyebabkan Penyakit jantung dan
Stroke yang merupakan penyebab utama kematian di dunia. Kedua penyakit ini selain
akibat dari DM dan HT juga disebabkan oleh atherosklerosis
akibat pengendapan Low Density Lipoprotein (LDL) cholesterol
yang disebut Kolesterol jahat.
LDL Cholesterol yang tinggi ditimbulkan
oleh konsumsi Minyak Buruk yaitu minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan
minyak-minyak yang mengandung asam lemak rantai panjang / Long Chain
Triglycerides (LCT) lainnya.
|
LCT ini setelah di konsumsi,
dalam bentuk Chiylomicron masuk ke saluran lemak dan limfe / cisterna chyli, lalu ke thoracic duct, selanjutnya
masuk ke vena jugularis interna dan subclavia, akhirnya masuk ke peredaran darah umum.
Kadar LCT yang tinggi akan meningkatkan
kadar kolesterol di antaranya LDL cholesterol yang bisa menimbulkan atherosklerosis.
Selain menghindari minyak buruk kita juga harus menghindari lemak jahat yaitu margarin yang mengandung lemak trans, yang selain menimbulkan
kanker juga bisa meningkatkan kadar kolesterol.
Sebagai gantinya kita memakai minyak baik, yaitu minyak kelapa,
yang mengandung asam lemak rantai sedang / Medium Chain Triglyceride (MCT).
Dari usus, MCT ini langsung masuk ke
hati dijadikan keton bodies dan ATP sebagai bahan bakar tubuh. Sangat sedikit
minyak / trigliserida dan kolesterol yang
masuk ke peredaran darah umum.
Contoh kasus
perubahan konsumsi minyak sawit ke minyak kelapa.
Tn. IM. 64 th. Pensiunan Puslit Kopi Kakao Jember.
Tanggal
|
14-04-2015
|
12-05-2015
|
Diet
|
Minyak
sawit
|
Minyak kelapa
|
TG
|
99
mg%
|
97
mg%
|
HDL
|
38
mg%
|
31
mg%
|
LDL
|
260
mg%
|
97
mg%
|
TG =
Triglyceride Harga
Normal < 150 mg%
HDL =
High Density Lipoprotein,
= Kolesterol
baik. Harga Normal > 35 mg%
LDL = Low Density Lipoprotein
= Kolesterol jahat Harga Normal
< 135 mg%
Ternyata konsumsi minyak kelapa dapat
menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) yang bisa
menimbulkan penyakit jantung koroner dan stroke, dari 260 mg% menjadi 97 mg%
Maka sangat bijaksanalah bila
kita tidak lagi mengonsumsi minyak kelapa sawit, kemudian beralih mengonsumsi
minyak kelapa.
Jember 02 Juni
2016
Dr. H. M. Nasim
Fauzi
Jalan Gajah
Mada 118Tilpun (0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar