MEMUPUK RASA TAQWA
(Takut Kepada Alloh Swt.)Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Pada makalah sebelumnya telah dibahas makna (ayat mutasyabihat) kata taqwa.
Pada makalah sebelumnya telah dibahas makna (ayat mutasyabihat) kata taqwa.
Taqwa bukan berarti memelihara diri dari siksaan Alloh dengan mengerjakan
segala perintah-perintahNya serta menjauhi segala larangan-laranganNya, tetapi
taqwa berarti takut
kepada Alloh Swt.
Sedangkan mengerjakan segala perintah-perintahNya serta menjauhi segala larangan-laranganNya adalah arti dari taat kepada Alloh Swt. Di antaranya adalah pada QS Ali Imron [3]:132, QS An-Nisa [4]:52 dan 64, QS Al-Maidah [5]:49, QS Al-Anfal [8]:2, QS An-Nur[24]:52 dan 54,QS. Al-Fath [48]:17
Sedangkan mengerjakan segala perintah-perintahNya serta menjauhi segala larangan-laranganNya adalah arti dari taat kepada Alloh Swt. Di antaranya adalah pada QS Ali Imron [3]:132, QS An-Nisa [4]:52 dan 64, QS Al-Maidah [5]:49, QS Al-Anfal [8]:2, QS An-Nur[24]:52 dan 54,QS. Al-Fath [48]:17
Selanjutnya kita bahas bagaimana penerapan taqwa tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri orang yang bertaqwa (takut kepada Alloh Swt.)
Taqwa atau takut
kepada Allah adalah salah satu bentuk ibadah yang tidak terlalu diperhatikan
oleh sebagian orang-orang mukmin, padahal itu menjadi dasar beribadah dengan
benar.
Firman Allah Ta'ala:
Firman Allah Ta'ala:
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
“Sesungguhnya
mereka itu tidak lain adalah setan dengan kawan-kawannya yang menakut-nakuti
kamu, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepadaKu
jika kamu benar-benar beriman.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 175)
Tanda-tanda bertaqwa (takut kepada Allah Swt.):
1. Pada
lisannya
Seseorang
yang bertaqwa (takut kepada Allah Swt.) mempunyai kekhawatiran atau ketakutan sekiranya
lisannya mengucapkan perkataan yang mendatangkan murka Allah. Sehingga dia menjaganya dari
perkataan dusta, ghibah dan perkataan yang berlebih-lebihan dan tidak
bermanfaat. Bahkan selalu berusaha agar lisannya senantiasa basah dan sibuk
dengan berdzikir kepada Allah, dengan bacaan Al Qur'an, dan mudzakarah ilmu.
Rosulullah Saw. bersabda, artinya:
"Barangsiapa yang dapat menjaga (menjamin) untukku mulut dan kemaluannya,
aku akan memberi jaminan kepadanya syurga".(HR.
Al Bukhari).
Rasulullah Saw. juga bersabda:"Tanda
sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu (perkataan) yang
tidak berguna". (HR. At Tirmidzi).
Kemudian dalam riwayat lain
disebutkan, artinya : "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah ia berbicara yang baik, atau (kalau tidak bisa) maka agar ia diam".
(HR. Al Bukhari dan Muslim).
Begitulah, sesungguhnya seseorang itu akan memetik hasil
ucapan lisannya, maka hendaklah seorang mukmin itu takut dan benar-benar
menjaga lisannya.
2. Pada
perutnya
Orang mukmin yang baik tidak akan
memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali dari yang halal, dan memakannya
hanya terbatas pada kebutuhannya saja.
Firman Allah
Ta'ala:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian lain di antara kamu dengan jalan yang batil". (QS. Al Baqarah [2]: 188).
Ibnu Abbas menjelaskan, memakan
dengan cara batil ini ada dua jalan yaitu; Pertama dengan cara zhalim seperti
merampas, menipu, mencuri, dll. Dan Kedua dengan jalan permainan seperti
berjudi, taruhan dan lainnya. Harta yang diperoleh dengan cara haram selamanya
tidak akan menjadi baik / suci sekalipun diinfaqkan di jalan Allah. Sufyan
Ats-Tsauri menjelaskan, "Barangsiapa menginfaqkan harta harom (di jalan
Alloh) adalah seperti seseorang mencuci pakaiannya dengan air kencing, dan
dosa itu tidak bisa dihapus kecuali dengan cara yang baik". Bahkan
dijelaskan dalam riwayat yang shahih bahwa Rasulullah Saw. menyatakan, setiap
jasad (daging) yang tumbuh dari harta haram maka neraka lebih pantas untuknya.
Jadi, itulah urgensi memperhatikan jalan mencari harta.
Sudahkah kita bertaqwa (takut kepada Allah Swt.) dengan menjaga agar jangan sampai perut kita
dimasuki harta yang diharamkan Allah?
Orang mukmin yang bertaqwa (takut kepada Allah Swt.)
akan menjaga tangannya agar jangan sampai dijulurkan kepada hal-hal yang
diharamkan Allah seperti; (sengaja) menyentuh wanita yang bukan muhrim,
berbuat zhalim, aniaya. Dan tidak bermain dengan alat-alat permainan syetan
seperti alat perjudian.
Orang mukmin selalu menggunakan
tangannya untuk melakukan ketaatan, seperti bershadaqah, menolong orang lain
(dengan tangannya) karena dia takut di akhirat nanti tangannya akan berbicara
di hadapan Allah tentang apa yang pernah dilakukannya, sedangkan anggota
badannya yang lain menjadi saksi atasnya.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan".(QS. Yasin [36]: 65).
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan".(QS. Yasin [36]: 65).
Bahkan salah seorang ulama salaf
berkata;
Sekiranya kulit saya ditempeli bara api yang panas, maka itu
lebih aku sukai daripada saya harus menyentuh perempuan yang bukan
muhrim".
Itulah gambaran orang mukmin sejati yang takut kepada Allah
di dalam menggunakan tangannya. Maka bagaimanakah dengan kita?
4. Pada
penglihatannya
Penglihatan merupakan nikmat Allah
Ta'ala yang amat besar, maka musuh Allah yaitu syetan tidak senang kalau nikmat
ini digunakan sesuai kehendakNya. Orang yang bertaqwa (takut kepada Allah Swt.) selalu menjaga
pandangannya dan merasa takut apabila memandang sesuatu yang diharamkan Allah,
tidak memandang dunia dengan pandangan yang rakus namun memandangnya hanya
untuk ibrah (pelajaran) semata.
Pandangan merupakan panah api yang dilepaskan oleh iblis
dari busurnya, maka berbahagialah bagi siapa saja yang mampu menahannya.
Allah berfirman:
Allah berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا
فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
يَصْنَعُونَ
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman; "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur [24]:30)
Jika kita teliti banyaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela, seperti; perzinaan dan pemerkosaan, salah satu penyebabnya adalah ketidak mampuan seseorang menahan pandangannya. Sebab, sekali seseorang memandang, lebih dari sepuluh kali hati membayangkan. Maka, sudahkah kita menjadi orang yang takut kepada Allah dengan menahan pandangan kepada sesuatu yang diharamkanNya?
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman; "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur [24]:30)
Jika kita teliti banyaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela, seperti; perzinaan dan pemerkosaan, salah satu penyebabnya adalah ketidak mampuan seseorang menahan pandangannya. Sebab, sekali seseorang memandang, lebih dari sepuluh kali hati membayangkan. Maka, sudahkah kita menjadi orang yang takut kepada Allah dengan menahan pandangan kepada sesuatu yang diharamkanNya?
5. Pada
pendengarannya
Ini perlu kita renungi bersama,
sehingga seorang mukmin akan selalu menjaga pendengarannya untuk tidak
mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah, seperti nyanyian yang mengundang
birahi beserta irama musiknya, dll.
Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan dimintai tanggung jawabnya". (QS. Al Israa'
[17]:36).
Dan seorang mukmin akan
menggunakan pendengarannya untuk hal-hal yang bermanfaat.
6. Pada
kakinya
Seseorang yang bertaqwa (takut kepada Allah Swt.)
akan melangkahkan kakinya ke arah ketaatan, seperti mendatangi shalat jama'ah,
majlis ta'lim dan majlis dzikir. Dan takut untuk melangkahkan kakinya ke
tempat-tempat maksiat serta menyesal bila terlanjur melakukannya karena ingat
bahwa di hari kiamat kelak kaki akan berbicara di hadapan Allah, ke mana saja
kaki melangkah, sedang bumi yang dipijaknya akan menjadi saksi.
Firman Allah Ta'ala:
إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَاقَّدُموا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ
Artinya: "Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang mereka kerjakan dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan". (QS. Yaasin [36]: 12).
Asbabun nuzul ayat ini adalah bahwa
seorang dari Bani Salamah yang tinggal di pinggir Madinah (jauh dari masjid)
merencanakan untuk pindah ke dekat masjid, maka turunlah ayat ini yang kemudian
Nabi Saw. menjelaskan bahwa bekas langkah (telapak) menuju masjid dicatat oleh
Allah sebagai amal shaleh.
Semua bekas langkah kaki akan dicatat oleh Alloh ke mana
dilangkahkan, dan tidak ada yang tertinggal karena bumi yang diinjaknya akan
mengabarkan kepada Allah tentang apa, kapan, dan di mana seseorang melakukan
suatu perbuatan. Jika baik maka baiklah balasannya, tetapi jika buruk maka buruk
pula balasannya. Ini semua tidak lepas dari kaki yang dilangkahkan, maka ke
manakah kaki kita banyak dilangkahkan ?
Seorang mukmin akan selalu menjaga
hatinya dengan selalu berzikir dan istighfar supaya hatinya tetap bersih, dan
menjaganya dari racun-racun hati.
Seorang mukmin akan takut jika dalam
hatinya muncul sifat jahat seperti buruk sangka, permusuhan, kebencian, hasad
dan lain sebagainya kepada mukmin yang lain. Karena itu semua telah dilarang
Allah dan RasulNya dalam rangka menjaga kesucian hati. Hati adalah penentu,
apabila ia baik maka akan baik seluruh anggota tubuh, tetapi apabila ia jelek
maka akan jeleklah semuanya.
Rasulullah Saw. bersabda: "Ketahuilah
bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik,
maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia jelek maka jeleklah seluruh
tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati". (HR.
Riwayat Al Bukhari dan Muslim).
Maka pernahkah kita merasa takut
bila hati kita menjadi gelap? Bahkan kita selalu merasa bahwa hati kita sama
sekali tidak ada kejelekannya? Naudzubillah. Dari ini semua sudahkah kita
termasuk orang yang takut kepada Allah ?
Memupuk rasa taqwa (takut kepada
Alloh Swt.)
Pernahkah kita tersadar bahwa lancangnya kita melakukan hal-hal yang dilarang agama, meninggalkan perintah agama, dan meremehkan ajaran-ajaran agama itu semua karena betapa minimnya taqwa (rasa takut kita kepada Allah Swt.). Bahkan kita terkadang lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah Ta’ala.
Padahal Allah berfirman (yang artinya)
dإِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Pernahkah kita tersadar bahwa lancangnya kita melakukan hal-hal yang dilarang agama, meninggalkan perintah agama, dan meremehkan ajaran-ajaran agama itu semua karena betapa minimnya taqwa (rasa takut kita kepada Allah Swt.). Bahkan kita terkadang lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah Ta’ala.
Padahal Allah berfirman (yang artinya)
dإِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh
orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena
itu janganlah
kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepadaKu. Dan janganlah
kamu menukar ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir. (QS. Al-Ma’idah [5]: 44).
Maka takut kepada Allah (al khauf minallah) adalah ibadah salah satu bentuk ibadah yang semestinya dicamkan oleh setiap mukmin.
Maka takut kepada Allah (al khauf minallah) adalah ibadah salah satu bentuk ibadah yang semestinya dicamkan oleh setiap mukmin.
1. Sifat
Orang Yang Bertaqwa
Takut kepada Allah adalah sifat
orang yang bertaqwa, dan ia juga merupakan bukti imannya kepada Allah. Lihatlah
bagaimana Allah mensifati para Malaikat, Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya) :
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka
dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)” (QS. 16 [An
Nahl]: 50).
Lihat juga bagaimana Allah Ta’ala berfirman tentang hamba-hambanya yang paling mulia, yaitu para Nabi As. (artinya)
Maka Kami memperkenankan doanya (Nabi Zakariya As.) dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” (QS. 21 [Al Anbiya]: 90)
Lihat juga bagaimana Allah Ta’ala berfirman tentang hamba-hambanya yang paling mulia, yaitu para Nabi As. (artinya)
Maka Kami memperkenankan doanya (Nabi Zakariya As.) dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” (QS. 21 [Al Anbiya]: 90)
2. Semakin Berilmu Semakin Takut Kepada Allah
Oleh karenanya, seseorang semakin ia
mengenal Rabbnya dan semakin dekat ia kepada Allah Ta’ala, akan semakin
besar rasa takutnya kepada Allah. Nabi kita Saw.bersabda: “Sesungguhnya aku yang paling mengenal Allah dan akulah yang
paling takut kepadaNya” (HR. Bukhari-Muslim).
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya) : “Sesungguhnya
yang takut
kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama” (QS. Fathir [35]:28)
Ya, karena para ulama, yaitu
memiliki ilmu tentang agama Allah ini dan mengamalkannya, mereka-lah orang-orang
yang paling mengenal Allah. Sehingga betapa besar rasa takut mereka kepada
Allah Ta’ala.
Karena orang yang memiliki ilmu
tentang agama Allah akan paham benar akan kebesaran Allah, keperkasaanNya,
paham benar betapa pedih dan ngeri adzabNya. Oleh karena itu, Nabi Saw. bersabda
kepada para sahabat beliau:
“Demi Allah, andai kalian tahu
apa yang aku ketahui, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Kalian pun akan enggan berlezat-lezat dengan istri kalian di ranjang. Dan akan
kalian keluar menuju tanah dataran tinggi, mengiba-iba berdoa kepada Allah”
(HR. Tirmidzi 2234, dihasankan Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi)
Demikian, sehingga tidaklah heran
jika sahabat Umar bin Khattab Ra., sahabat Nabi yang alim lagi mulia dan
stempel surga sudah diraihnya, beliau tetap berkata:
“Andai terdengar suara dari
langit yang berkata: ‘Wahai manusia, kalian semua sudah dijamin pasti masuk
surga kecuali satu orang saja’. Sungguh aku khawatir satu orang itu adalah aku”
(HR. Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, 138)
Yaitu karena rasa takut yang timbul
dari ma’rifatullah yang mendalam.
Orang yang paling banyak
meriwayatkan hadits dari Nabi Saw. Abu Hurairah Ra, beliau ulama di kalangan
para sahabat, yang tidak perlu kita ragukan lagi keutamaannya, beliau pun menangis
ketika sekarat menghadapi ajalnya dan berkata:
“Aku tidak menangis karena urusan
dunia kalian. Aku menangis karena telah jauh perjalananku, namun betapa
sedikit bekalku. Sungguh kelak aku akan berakhir di surga atau neraka, dan aku
tidak mengetahi mana yang diberikan padaku di antara keduanya” (HR Nu’aim bin Hammad dalam Az Zuhd,
159)
Maka orang-orang yang lancang berbuat maksiat, yang mereka
tidak memiliki rasa takut kepada Allah, adalah karena kurangnya ilmu mereka
terhadap agama Allah serta kurangnya ma’rifah mereka kepada Allah Ta’ala.
3. Memupuk
Rasa Taqwa (Takut Kepada Alloh Swt.)
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya,
adalah bagaimana kita memupuk rasa taqwa (takut kepada Allah Ta’ala)?
Mengingat betapa
lemahnya kita, dan betapa Allah Maha Perkasa
Sadarlah betapa kita ini kecil, lemah, hina
di hadapan Allah. Sedangkan Allah adalah Al Aziz (Maha Perkasa), Al
Qawiy (Maha Besar KekuatanNya), Al Matiin (Maha Perkasa), Al
Khaliq (Maha Pencipta), Al Ghaniy (Maha Kaya dan tidak butuh kepada
hamba).
Betapa lemahnya hamba sehingga
ketika hamba tertimpa keburukan tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali
Allah. Ia berfirman (yang artinya) :
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Jika Allah menimpakan suatu
kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri”
(QS. Al An’am [8]:17).
Betapa Maha Besarnya Allah, hingga
andai kita durhaka kepada Allah, sama sekali tidak berkurang kemuliaan Allah.
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang
di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada
orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada
Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di
langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji” (QS. An Nisa [4]: 131)
Dengan semua
kenyataan ini masihkah kita tidak bertaqwa (takut kepada Allah)?
Adzab Allah sangatlah pedih
Jika kedua hal di atas belum menyadarkan anda untuk takut
kepada Allah, cukup ingat satu hal, bahwa adzab Allah itu sangatlah pedih yang
disiapkan bagi orang-orang yang melanggar aturan agama Allah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ
بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ
لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ
تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
63.
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan
sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah
mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan
berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. 24 [An Nuur]: 63)
Pedihnya adzab Allah
sampai-sampai dikabarkan dalam Al Qur’an bahwa setan berkata:
وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ
وَقَالَ لاَ غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَّكُمْ
فَلَمَّا تَرَاءتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ
مِّنكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ إِنِّيَ أَخَافُ اللّهَ وَاللّهُ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
Dan ketika
syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak
ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan
sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu
telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang
seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya
saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Alloh".
Dan Allah sangat keras siksaNya. (QS. Al Anfal: 48)
Dan hendaknya
kita takut pada neraka Allah yang tidak bisa terbayangkan kengeriannya. Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya) :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.Ar-Tahrim [66]:6).
Sebagian orang merasa sudah banyak
beramal, sudah banyak berbuat baik, merasa sudah bertaqwa, merasa dirinya suci,
sehingga ia pun merasa Allah tidak mungkin mengadzabnya. Hilang darinya rasa
takut kepada Allah. Allah berfirman tentang manusia yang demikian (yang
artinya) :
“Apakah kalian merasa aman dari
makar Allah? Tidaklah ada orang yang merasa aman dari makar Allah kecuali
orang-orang yang merugi” (QS. Al
A’raf [7]:99)(
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Bagaimana mungkin seorang yang beriman merasa percaya diri dengan amalnya, merasa apa yang telah ia lakukan pasti akan membuatnya aman dari adzab Allah? Sekali-kali bukanlah demikian sifat seorang mukmin. Adapun orang beriman, ia senantiasa khawatir atas dosa yang ia lakukan, tidak ada yang ia anggap kecil dan remeh.
Bagaimana mungkin seorang yang beriman merasa percaya diri dengan amalnya, merasa apa yang telah ia lakukan pasti akan membuatnya aman dari adzab Allah? Sekali-kali bukanlah demikian sifat seorang mukmin. Adapun orang beriman, ia senantiasa khawatir atas dosa yang ia lakukan, tidak ada yang ia anggap kecil dan remeh.
Abdullah bin
Mas’ud Ra. berkata:
Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya bagai ia sedang
duduk di bawah gunung yang akan runtuh, ia khawatir tertimpa. Sedangkan orang
fajir (ahli maksiat), melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang melewati
hidungnya” (HR. Bukhari 6308)
4.
Tapi Jangan Putus Asa
Seorang mukmin senantiasa memiliki
rasa taqwa (takut kepada Allah Swt.). Namun bukan berarti rasa takut ini menyebabkan kita
putus asa dari rahmatNya, sehingga kita merasa tidak akan diampuni, merasa
amal kita sia-sia, merasa pasti akan masuk neraka dan bentuk-bentuk keputus-asaan
lain. Ini tidak benar. Keimanan yang sempurna kepada Allah mengharuskan kita
memiliki keduanya, rasa takut (khauf) dan rasa harap (raja’).
Dengan berputus-asa terhadap rahmat
Allah seakan-akan seseorang mengingkari bahwa Allah itu Ar Rahman (Maha
Pemberi Rahmat), Ar Rahim (Maha Penyayang), dan Al Ghafur (Maha
Pengampun). Ingatlah nasehat Nabi Yusuf As. kepada anak-anaknya:
Dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir” (QS. Yusuf [12]: 87).
يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
“Al Hasan Al Bashri berkata: “Raja’
dan khauf adalah kendaraan seorang mukmin”. Al Ghazali pun berujar: “Raja’
dan khauf adalah dua sayap yang dipakai oleh para muqarrabin
untuk menempati kedudukan yang terpuji”.
Demikian sedikit yang dapat kami
paparkan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut
kepadaNya, sehingga dengan itu kita enggan mengabaikan segala perintahnya dan
enggan melanggar segala larangannya.
(Penulis mengambil banyak faidah
dari tulisan Syaikh DR. Falih bin Muhammad As Shughayyir berjudul “Al Khauf
Minallah”)
Penulis: Yulian Purnama Artikel Muslim.Or.Id
Penutup
Demikianlah kutipan beberapa makalah
tentang masalah Takut Kepada Allah yang telah penulis unduh dari internet.
Wallohu Al Muwaffiq ilaa Aqwamith
Thoriq.
Jember, 10 Oktober 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar