Kamis, 07 September 2017

Buku Menyingkap Tabir Ayat Mutasyabihat Seri ke-01

 
MENYINGKAP TABIR
AYAT MUTASYABIHAT

Oleh : Dr. H. M. Nasim Fauzi

Pendahuluan
Istillah Ayat Mutasyabihat ada di dalam QS. Ali Imron [3] : 7 yang bunyinya adalah sebagai berikut.

 هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
          
     Dialah yang menurunkan kepadamu Al Qur-an, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah dia pokok-pokok Al Qur-an. Sedang yang lainnya ayat-ayat yang mutasyabihat. Adapun orang yang di dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat dari padanya,untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”  (QS. Ali Imron [3]: 7).
Masalah pada QS. Ali Imron [3] : 7.
     Masalahnya adalah pada pernyataan bahwa: 
hanya Allohlah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
Asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat).
     Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrahim At Tustari, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosulullah Saw membaca ayat ini; (QS. Ali Imron [3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosulullah Saw bersabda: "Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian terhadap mereka!" (Shohih Bukhari nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).
Definisi-definisi
     Menurut HAMKA dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar:  
     Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai hukum, memerintahkan sembahyang, mengerjakan puasa, naik haji dan sebagainya  Demikian juga tentang pembagian waris harta pusaka. Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya yang laki-laki mendapat dua kali yang perempuan. Ayat-ayat muhkam disebut sebagai ibu dari kitab artinya menjadi sumber hukum, tidak bisa diartikan lain lagi
     Ayat mutasyabihat arti aslinya adalah bermacam-macam, tidak tepat pada satu arti.

     Panjang lebar perbincangan ulama tentang maksud mutasyabihat ini
     
     Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis:
     Para ulama mempunyai dua pendapat dalam menafsirkan dan membaca Surat Ali Imron ayat 7 ini:

1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqaf (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Allah) dan menjadikan perkataan war roosikhuuna ...., sebagai pembicaraan baru, yang maknanya “yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat hanyalah Allah sendiri.” 
     Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.”
     Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat 'Aisyah.
2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al ‘ibad. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai  pembicaraan baru. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas. Menurut dia, mereka yang berilmu tinggi (termasuk dirinya) mengetahui makna yang mutasyabihat.
     Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat kedua.
Komentar penulis
     Penulis setuju dengan pendapat 'Aisyah yaitu yang mengetahui arti ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri.  
     Masalah ini akan penulis bahas nanti.
     Kebanyakan para penafsir Al Qur’an setuju dengan pendapat kedua, dimana para penafsir Al Qur’an itu menyebut diri mereka termasuk dalam golongan ar-roosikhuuna (orang yang mendalam ilmunya), sehingga bisa menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat
     Semua penafsir beranggapan bahwa takwil mereka benar. Akibatnya Al Quran menjadi multi tafsir seperti sekarang..
     Ayat-ayat mutasyabihat tetap menjadi sengketa sampai sekarang, seperti yang terjadi pada tafsir Surat Al-Maidah [5] ayat 51 pada pemilihan Gubernur Jakarta tahun 2016.

Komentar penulis tentang Ayat mutasyabihat di Indonesia Lawyers Club
Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne, Selasa (11/10/ 2016), ucapan Nusron Wahid tentang tafsir QS.Ali Imron [5] :51 banyak menimbulkan reaksi.
Penulis mengomentari pendapat Nusron Wahid di atas bahwa para ulama yaitu MUI tidak berhak menafsiri kata wali yang ada di surat Al-Maidah [5] : 51. 
Pada ayat ini MUI menafsirkan “auliya” dengan “pemimpin-pemimpin” sesuai dengan yang tertulis di dalam Kitab Al-Quran dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama Republik Indonesia.
Menurut Nusron hanya Alloh dan Rosulnya saja yang berhak menafsirkan kata wali, bukan MUI.    
Yang dimaksud oleh Nusron Wahid adalah kata wali pada Surat Al Maidah [5] ayat 51 itu adalah termasuk ayat mutasyabihat dimana menurut pendapat 'Aisyah hanya Alloh saja yang mengetahui takwilnya.
Sedang para ahli tafsir Al Qur’an termasuk yang menerjemahkan Al-Quran dan Terjemahnya terbitan Depag RI ini setuju dengan pendapat kedua seperti yang penulis sebut tadi, bahwa mereka boleh menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat karena termasuk golongan ar-roosikhuun (orang yang mendalam ilmunya).
Komentar Penulis terhadap Pendapat Aisyah pada Tafsir QS. Ali Imron [3] : 7.
     Yang dimaksud dengan pendapat 'Aisyah pada judul di atas.adalah uraian Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy pada Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur tentang:Tafsir Surat Ali Imron [5] ayat 7 sebagai berikut : 
     Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Allah) dan menjadikan perkataan war roosikhuuna...., sebagai pembicaraan baru, yang maknanya “yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri.” Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.”
-----------------------------------------------------------------------------------
Karena hanya Alloh saja yang mengetahui 
takwil ayat mutasyabihat,
maka agar kita juga dapat mengetahuinya,
kita harus bertanya kepada Alloh.
-----------------------------------------------------------------------------------
Zaman manusia bisa bertanya langsung kepada Alloh Swt. sebagaimana Nabi Adam As. dan Nabi Musa As. sudah lewat.
Pada masa sekarang kita hanya bisa bertanya kepada Alloh Swt. lewat Kitab ciptaanNya yaitu Al Qur-an.
Bertanya kepada Al Qur-an
Pertama-tama kita bahas dahulu tentang bahasa Arob Al Qur-an
Kita bisa membagi Bahasa Arob atas 4 macam.
 1. Bahasa Arob pasaran yang dipakai oleh masyarakat sehari-hari.
 2. Bahasa Arob baku (bahasa Arob sastra) yang digunakan di tempat kerja, pemerintahan, dan media massa.
 3. Bahasa Arob klasik atau bahasa Arob kuno, yaitu bahasa Arob yang dipakai pada zaman Nabi Muhammad Saw pada abad ke 7 M.
 4. Bahasa Arob Al Qur-an. 
Ke-4 bagian itu dapat diringkas menjadi 2 yaitu:
    Bahasa Arob manusia dan Bahasa Arob Al Qur-an
.Pertanyaan
Samakah Bahasa (Arob) Al Qur-an dengan Bahasa Arob Manusia itu?
Mari kita bahas dahulu ciri-ciri Bahasa Arob manusia
Ciri-ciri Bahasa Arob manusia
Pada bahasa Arob manusia suatu kata sering mempunyai makna lebih dari satu (ganda) yang disebut polisemi dan homonim.
Dalam bahasa Arob, polisemi disebut juga Isytirak al-lafdzi. 
Artinya: “satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).
     Kata “الخالmisalnya, bisa berarti:paman, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk.
     Homonim atau dalam bahasa Arab diartikan dengan Al Mustarok al Lafdzi adalah beberapa kata yang sama, baik pelafalan dan penulisannya tetapi mempunyai makna yang berlainan. Ini merupakan pengertian Al Mustarok al Lafdzi secara umum   
     Adapun contoh Al Mustarok al Lafdzi dalam bahasa Arab adalah kata (غرب) dapat bermakna arah barat (الجهرة), dan juga bermakna timba (الدلو).
     Contoh lain kata (الجد) memiliki tiga makna yaitu (1) bapak dari ayah / ibu (ابو اللأب/ام) (2) bagian, nasib baik (البحث,الحظ) (3) tepi sungai (شاطئ النهر).
Bahasa Arob Al Qur-an.
Alloh Swt. berfirman : Sesungguhnya Kami menjadikannya (yakni kalam Alloh) berupa Qur-an yang berbahasa Arob agar kamu dapat memahami (pesan-pesannya).  
(QS. Az-Zukhruf [43] : 3).
Seorang Ahli Tafsir periode awal bernama Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Adzi al-Khurasani dikenal dengan nama Abu al-Hasan al-Balkhi. (w.150 H / 767 M) menegaskan bahwa kata-kata di dalam Kitab Al Qur-an di samping memiliki makna yang definitif, juga memiliki alternatif makna lainnya, yang harus diketahui oleh para Ahli Tafsir Al Qur-an.
Sampai sekarang pendapat ini masih dipakai.
     Maka para ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa sama halnya dengan Bahasa Arab manusia kata-kata yang terkandung di dalam Al Qur-an juga mempunyai beberapa makna (Homonim dan polisemi). 
     Karena suatu kata di dalam Al Qur-an mempunyai beberapa makna, dimana tidak tentu makna mana yang berlaku, maka bisa terjadi ketidak pastian, kerumitan bahkan pertentangan dalam makna dan tafsir Al Qur-an. Selanjutnya bisa menimbulkan ketidak pastian dan pertentangan hukum.

1. Pendapat Alloh Swt. tentang Bahasa Arob Al Qur-an
Berbeda dengan Bahasa Arob manusia, ayat-ayat Al Qur-an, adalah kalimat Ilahi, yang serupa kefasihan dan keindahan susasteranya antara satu ayat dengan ayat lainnya.
Alloh berfirman : Alloh telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur-an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.  
 (QS. Az-Zumar [39] : 23).

2. Pendapat Sayidina Ali bin Abi Tholib Kw. tentang Bahasa Arob Al Qur-an.
Sayyidina Ali Kw. bersabda : “Bisa jadi yang diturunkan Alloh (Al Qur-an) sepintas terlihat serupa dengan ucapan manusia, padahal itu adalah firman Alloh sehingga pengertiannya tidak sama dengan ucapan manusia. Sebagaimana tidak serupa perbuatan Alloh dengan perbuatan manusia. Firman Alloh adalah sifatNya, sedang ucapan manusia adalah perbuatan mereka. Karena itu juga jangan sampai engkau menyamakan firmanNya dengan ucapan manusia sehingga mengakibatkan engkau binasa dan tersesat.

     Ucapan Sayidina Ali Kw. itu secara logis dapat diringkas menjadi :
     Al Qur-an yang satu, diturunkan oleh Alloh yang satu, lewat malaikat yang satu yaitu Jibril As. kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw, maka setiap katanya hanya mempunyai satu arti.
3. Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu 
(Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993)
Prof. Toshihiko Izutsu adalah seorang pakar bahasa Arab kuno (zaman turunnya Al-Qur'an). Menurut Izutsu kata-kata di dalam Al-Qur'an berasal dari bahasa Arob kuno dengan makna tertentu.
a. Makna asli kata itu dapat diperoleh dari syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata bahasa Arob di dalam Al-Quran tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang sering berbeda dengan bahasa Arob kuno.
c. Kata-kata bahasa Arob kuno ini setelah dipakai oleh Al-Qur'an maknanya menjadi berubah dari aslinya. (yang takwilnya hanya diketahui oleh Alloh = Ayat mutasyabihat).
d. Untuk bisa memahami Al-Quran dengan tepat, kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu (dengan cara bertanya kepada Alloh).
4. Menurut Pandangan Penulis.
Sesuai dengan pendapat Alloh Swt., Sayidina Ali Kw. dan ProfesorToshihiko Izutsu, Bahasa Arob Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob manusia / Bahasa Arob klasik. Di antaranya adanya ayat mutasyabihat yang takwilnya hanya diketahui oleh Alloh Swt. saja 
Sebelumnya telah dibahas bahwa di dalam Bahasa Arob manusia, kata-katanya mempunyai beberapa makna (Homonim dan polisemia). serta tidak tentu makna mana yang berlaku, maka bisa terjadi ketidak-pastian, pertentangan dan kerumitan..  
Padahal Alloh Swt menyatakan bahwa tidak ada pertentangan di dalam Al Qur-an.
 Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur-an? Kalau kiranya Al Qur-an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa' [4] : 82).
Agar tidak terjadi hal itu, maka setiap kata di dalam Al Qur-an seyogjanya tidak bermakna ganda, melainkan bermakna tunggal, sehingga lebih sederhana.
Inilah keistimewaan Al Qur-an.
     Filsafatnya adalah. Al Qur-an yang satu, diturunkan oleh Alloh yang satu, lewat malaikat yang satu yaitu Jibril As. kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw, maka setiap katanya hanya bermakna satu (tunggal).

Karena Bahasa Al Qur-an berasal dari Bahasa Arob manusia, maka arti kata tunggal itu berasal dari salah satu arti Bahasa Arob manusia yang ganda.
Artii kata ganda itu dapat dicari dalam kamus-kamus dan Ensiklopedia Bahasa Arob. (Di antaranya Kamus Arab,Indoesia Abdullah bin Nuh, Kamus Arab, M Kasir Ibrahim, Kamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan, Kamus saku Arab Inggeris Indonesia, Elias A Elias dan Edward Elias, Ensiklopedi Al-Qur’an , H. Fachrudin Hs. Ensiklopedi Al-Qur’an, Prof. M . Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA. dan lain-lain.
Di dalam Kitab Al Qur-an, suatu kata (yang sama) sering jumlahnya lebih dari satu (banyak).
Berbeda dengan Bahasa Arob manusia, dimana suatu kata yang sama, di kalimat lain sering mempunyai arti yang berbeda, 
Di dalam Kitab Al Qur-an semua kata (yang sama) hanya mempunyai satu arti / tunggal. 
     Kita bisa mencari dan mengumpulkan ayat-ayat Al Qur-an yang mengandung kata.(yang bermakna tunggal) itu memakai Kitab-kitab yang ditulis untuk maksud itu. Di antaranya adalah buku Konkordansi Qur'an karangan Ali Audah, Indeks Al-Qur'an karangan Sukmajaya dkk, Indeks Al-Qur'an karangan N.A. Baiquni dkk..Kitab Fathurrrohman. Dan sebagainya
Contoh penggunaannya
Takwil (ayat mutasyabihat) tentang kata wali.
     Takwil kata wali khususnyaTafsir Surat Al-Maidah ayat 51 menjadi masalah besar dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2016 yang lalu.
     Terjadi demonstrasi beberapa kali yang diikuti oleh jutaan orang muslim menentang salah seorang Calon Gubernur yang dianggap telah melecehkan Surat Al-Maidah ayat 51.

    Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Wapres Jusuf Kalla berpayung saat aksi damai Demo 2 Desember 2016 Jakarta
     Telah disebutkan bahwa kata wali adalah termasuk Ayat mutasyabihat.
     Pendapat 'Aisyah menyatakan bahwa hanya Alloh yang mengetahui takwilnya.
     Sedang umat Islam umumnya percaya pada pendapat ibnu 'Abbas bahwa para ahli tafsir Al Qur-an boleh mentakwili Al Qur-an, dimana sebagian dari mereka berpendapat bahwa wali berarti pemimipin.
Terjemah QS. Al-Maidah [5] : 51 dalam Al-Quran dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama RI
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasroni menjadi pemimpin-pemimpin (auliya’)mu; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zolim.
Asbabun Nuzul (latar belakang turunnya ayat) QS. Al-Maidah [5] : 51
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan al-Baihaqi, yang bersumber dari ‘Ubadah bin ash-Shamit bahwa ‘Abdulloh bin Ubay bin Salul (tokoh munafik Madinah) dan ‘Ubadah bin ash-Shamit (salah seorang tokoh Islam dari Bani ‘Auf bin Khazroj) terikat oleh suatu perjanjian untuk saling membela dengan Yahudi Bani Qainuqo’. 
    
Ketika Bani Qainuqo’ memerangi Rosulullah saw. ‘Abdulloh bin Ubay tidak melibatkan diri. Sedangkan ‘Ubadah bin ash-Shamit berangkat menghadap Rosululloh saw. untuk membersihkan diri kepada Alloh dan RosulNya dari ikatannya dengan Bani Qainuqo’ itu, serta menggabungkan diri bersama Rosulullah dan menyatakan hanya taat kepada Alloh dan RosulNya. 
    
Maka turunlah ayat ini (al-Maaidah: 51) yang mengingatkan orang yang beriman untuk tetap taat kepada Alloh dan RosulNya, dan tidak mengangkat kaum Yahudi dan Nasroni menjadi pemimpin mereka.
Bertanya kepada Al Qur-an (BKA) tentang
takwil Ayat mutasyabihat dalam 6 tahap.
1. Mula-mula kita mencari arti suatu kata dari segi bahasa Arob.
2. Lalu kita mencari artinya di dalam Kamus / Ensiklopedia Bahasa Arob / Al-Quran.
3. Oleh karena di dalam Al-Quran setiap kata hanya mempunyai satu arti maka kita ambil salah satu artinya dari Kamus, yang kiita anggap paling cocok misalnya wali berarti pelindung..
4. Selanjutnya kita kumpulkan semua ayat di dalam Al Qur-an yang mengandung kata wali. Untuk mencari ayat-ayat tersebut kita bisa memakai Kamus, indeks atau konkordansi Al Quran.
5. Semua ayat yang kata walinya kita artikan dengan pelindung itu kita teliti apakah cocok dengan keseluruhan isi ayat. Bila cocok kita tulis (cocok) di belakang kalimat ayat itu. Bila tidak cocok kita tulis (tidak cocok).
6. Bila semua ayat yang kita teliti itu (cocok) maka itulah arti kata wali di dalam Al Quran menurut Alloh Swt...
(7. Bila (tidak cocok) maka kita ambil arti kata lainnya}.

Bertanya kepada Al Qur-an (BKA) dalam 6 tahap tentang takwil kata wali.
BKA 1. Kata yang kita tanyakan maknanya kepada Alloh Swt adalah kata Wali .
BKA 2. Makna kata wali itu kita cari di dalam Kamus dan Ensiklopedi Al Qur-an sebagai berikut:
BKA 3 arti kata wali yang kita anggap cocok adalah pelindung..
BKA 4 diketemukan 41 ayat di dalam Al Qu-an yang mengandung kata wali / auliya’

Daftar ayat-ayat Al Qur-an yang mengandung kata wali dan awliya’.
No.
Ayat
No.
Ayat
No
Ayat
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[2]:107
[2]:120
[2]:257
[3]: 68
[3]:122
[4]:45
[4]:75
[4]; 89
[4]:119
[4]:123
[4]:173
[5]:55
[6]:14
[6]:51
[6]:70 
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
(6]:127
[7]:155
[9]:74
[9]: 116 
[13]:37
[16]:63
[17]: 33
[17]:111
[18]:17
[18]:26 
[19]:5
[19]:45
[27]:49
[29]:22
[32]: 4 
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
[33]:17
[34]:41
[33]:65
[41]:34
[42]:8 
[42]:9
[42]:28
[42]:31
[42]:44
[45]:19 
[48]:22 

Daftar ayat yang mengandung kata wali dan auliya menurut Qamus Al Qur-an, Abdul Qadir Hasan penuiis tempatkan pada lampiran.
BKA 5.  Kita masukkan makna kata wali adalah pelindung di dalam kurung di belakang kata wali tadi.
    Semua ayat yang kata walinya kita artikan dengan pelindung itu kita teliti apakah cocok dengan keseluruhan isi ayat. Bila cocok kita tulis (cocok) di belakang kalimat ayat itu. Bila tidak cocok kita tulis (tidak cocok).:
BKA 6  Ternyata semua ayat yang kita teliti itu (cocok).
Kesimpulan
Arti kata wali di dalam Al Quran menurut Alloh Swt..adalah pelindung.

Maka terjemah Surat Al-Maidah [5] : 51 adalah :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasroni menjadi pelindung-pelindung (auliya’)mu; sebahagian mereka adalah pelindung  bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pelindung, maka sesungguhnya termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zolim.

Komentar Penulis terhadap Pendapat kedua pada Tafsir QS. Ali Imron [3] : 7.
     Yang dimaksud dengan Pendapat kedua pada judul di atas.adalah uraian Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy pada Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur tentang:Tafsir Surat Ali Imron ayat 7 sebagai berikut :     
     Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al ‘ibad. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai  pembicaraan baru. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas Ra.. Menurut beliau, golongan ar-rosikhun (mereka yang tinggi ilmunya, termasuk beliau sendiri) mengetahui makna ayat mutasyabihat.
   Selanjutnya pendapat beliau ini penulis sebut sebagai Pendapat kedua
       Sebenanya Pendapat kedua ini sudah dilarang oleh Alloh Swt. karena bisa menimbulkan fitnah (mencari-cari takwilnya).

Pendapat kedua bahwa para ahli tafsir adalah termasuk golongan ar-rosikhun, mengetahui takwil ayat mutasyabihat harus dikoreksi, karena hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.

Sesuai dengan peringatan Rosulullah Saw  pada hadis riwayat Aisyah Ra. tentang asbabun nuzul QS. Ali Imron [3] : 7 (pada halaman 1) yang berbunyi.   

"Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihat, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh (mencari-cari takwilnya yang bisa menimbulkan fitnah), maka waspadalah kalian terhadap mereka!. 
(Shohih Bukhori no. 4183, Fathul Bari no. 4547).

Maka penulis mengusulkan agar semua takwil Al Qur-an tentang ayat mutasyabihat sejak zaman Abdulloh ibnu ‘Abbas harus diwaspadai.

Demikian pula semua tulisan para ahli Tafsir Al Qur-an yang membahas tentang ayat mutasyabihat. sejak zaman klasik sampai zaman modern harus diwaspadai.

Jember, 9 September 2017


Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember



LAMPIRAN



1. QS. Ali Imron 68 Sesungguhnya orang yang berlindung (kepada Alloh) bersama (awla) Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Alloh adalah Pelindung (wali) semua orang-orang yang beriman. (cocok)
2. QS. Al-An’am 14 Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung (wali) selain dari Alloh yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Alloh), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik". (cocok)
3. QS. Al-An’am 51 Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung (wali) dan pemberi syafa'at pun selain daripada Alloh, agar mereka bertakwa. (cocok)
4. QS. Al-An’am 70  Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu, agar masung-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka. Tidak akan ada baginya pelindung (wali) selain Alloh dan semua tebusan untuk selamat dari siksaan tidak ada yang diterima. Orang-orang kafir yang ditahan di dalam siksaan akibat perbuatan jahat yang mereka lakukan itu, di neraka jahannam akan mendapatkan siksa berupa air yang sangat panas dan siksaan yang sangat pedih akibat kekufuran mereka. (cocok)
5. QS. Al-An’am 127 Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung (wali) mereka disebabkan amal-amal soleh yang selalu mereka kerjakan. (cocok)
6. QS. Al-Isro’ 33 Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharomkan Alloh (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zolim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada yang dilindungi (wali) (ahli waris)nya tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (cocok)
7. QS. Al-Isro’ 111 Dan katakanlah: "Segala puji bagi Alloh yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya. Dan Dia bukan pula hina yang memerlukan pelindung (wali) dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (cocok)
8. QS Fushilat 34 Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi orang yang saling melindungi (wali). (cocok)
9. QS Jatsiyah 19  Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari siksaan Alloh. Dan sesungguhnya orang-orang yang zolim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, Dan Alloh adalah pelindung (wali).orang-orang yang bertakwa. (cocok)
10. QS At-Taubah 74 Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Alloh, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, Dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, Dan mereka tidak mencela (Alloh dan RosulNya), kecuali karena Alloh dan RosulNya telah melimpahkan karuniaNya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka. Dan jika mereka berpaling, niscaya Alloh akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirot; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung (wali).dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (cocok)
11. QS At-Taubah 116  Sesungguhnya kepunyaan Alloh lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung (wali).dan penolong bagimu selain Alloh. (cocok)
12. QS Al-Ankabut 22 Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Alloh) di bumi dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung (wali).dan penolong selain Alloh. (cocok)
13. QS Asy-Syuro 8  Dan kalau Alloh menghendaki niscaya Alloh menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendakiNya ke dalam rohmatNya. Dan orang-orang yang zolim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun (wali).dan tidak pula seorang penolong. (cocok)
14. QS Asy-Syuro 9 Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung (awliya) selain Alloh? Maka Alloh, Dia lah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (cocok)
15. QS Asy-Syuro 28 Dan Dia lah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rohmatNya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung (wali) lagi Maha Terpuji. (cocok)
16. QS Asy-Syuro 31 Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Alloh) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung (wali) dan tidak pula penolong selain Alloh. (cocok)
17. QS Asy-Syuro 44 Dan siapa yang disesatkan Alloh maka tidak ada baginya seorang pelindung pun (wali) sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zolim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?" (cocok)
18. QS Ar-Ro’d 37 Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arob. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung (wali)  dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Alloh. (cocok)
19. QS Al-Kahf 17 Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Alloh. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkanNya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pelindung pun (wali) yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (cocok)
20. QS Al-Kahf 26  Katakanlah: "Alloh lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); tafsir Al Qur-an. Selanjutnya bisa menimbulkan ketidak pastian dan pertentangan hukum.
kepunyaanNya lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatanNya dan alangkah tajam pendengaranNya; Tak ada seorang pelindung pun (wali) bagi mereka selain dari padaNya; Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutuNya dalam menetapkan keputusan". (cocok)
21. QS As-Sajdah 4  Alloh lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang pelindung pun (wali) dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (cocok)
22. QS An-Nisa’ 45 Dan Alloh lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Alloh menjadi pelindung (wali) (bagimu). Dan cukuplah Alloh menjadi Penolong (bagimu) (cocok).
23. QS An-Nisa’ 75 Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zolim penduduknya dan berilah kami pelindung (wali) dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (cocok)
24. QS An-Nisa’ 89 Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijroh pada jalan Alloh. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung (wali), dan jangan (pula) menjadi penolong. (cocok)
25. QS An-Nisa’ 119 Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barang-siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung (wali), selain Alloh, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (cocok)
26. QS An-Nisa’ 123 (Pahala dari Alloh) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang-siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung (wali), dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Alloh. (cocok)
27. QS An-Nisa’ 173 Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Alloh akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karuniaNya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Alloh akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka pelindung (wali) dan penolong selain dari pada Allah. (cocok)
28. QS Al-Baqoroh 107 Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Alloh? Dan tiada bagimu selain Alloh seorang pelindung (wali), maupun seorang penolong. (cocok)
29. QS Al-Baqoroh 120 Orang-orang Yahudi dan Nasroni tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Alloh itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Alloh tidak lagi menjadi pelindung (wali) dan penolong bagimu. (cocok)
30. QS Al-Baqoroh 257 Allah pelindung (wali), orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaiton, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (cocok)
31. QS. Al-Ahzab 17 Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Alloh jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rohmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung (wali), dan penolong selain Alloh. (cocok)
32. QS. Al-Ahzab 65 Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun (wali), dan tidak (pula) seorang penolong. (cocok)
33. QS. Maryam 5 Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap yang kulindungi (mawali)ku (anak) sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, (cocok)
34. QS. Maryam 45 Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi orang yang dilindungi (wali) syaiton". (cocok)
35. QS An-Naml 49 Mereka berkata: "Bersumpahlah kamu dengan nama Alloh, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada yang dilindungi (wali) (waris)nya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar". (cocok)
36. QS. Ali Imron 122 Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Alloh adalah pelindung bagi kedua golongan itu (waliyuhuma). Karena  itu hendaklah kepada Alloh saja orang-orang mukmin bertawakkal. (cocok)
37. QS. Al-A’rof 155 Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang melindungi (wali) kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rohmat. Dan Engkau lah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya". (cocok)
38. QS.Saba’ 41 Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkau lah pelindung (wali) kami, bukan mereka; Bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu". (cocok)
39. QS. Al-Maidah 55 Sesungguhnya pelindung (wali) kamu hanyalah Allah, RosulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Alloh). (cocok)
40. QS  An-Nahl 63 Demi Alloh, sesungguhnya Kami telah mengutus rosul-rosul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaiton menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaiton menjadi pelindung (wali) mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (cocok)
41. QS. Al-Fath 22  Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka tiada memperoleh pelindung (wali) dan tidak (pula) penolong. (cocok)


Jember,
9 September 2017

Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar