Jumat, 04 Mei 2018

Arti Wildanun Mukholladun Dalam Al-Qur-an




ARTI WILDANUN 
MUKHOLLADUN
(PELAYAN SURGA)
DALAM AL QUR-AN
Oleh : Dr. H. M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Kata majemuk Wildanun Mukholladun termasuk  Ayat Mutasyabihat.
Kata Mutasyabihat ada di dalam QS. Ali Imron [3] : 7 yang bunyinya adalah sebagai berikut.
      
    







     
     Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat mutasyabihat dari padanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imron [3] : 7).
Asbabun nuzul (penyebab turunnya ayat).
     Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrohim At Tustari, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qosim bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosululloh Saw. membaca ayat ini; (QS. Ali Imron [3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosululloh Saw. bersabda: "Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihat, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian terhadap mereka!"  (Shohih Bukhori nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).
Definisi-definisi
     Menurut HAMKA dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar.  Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai hukum, memerintahkan sembahyang, mengerjakan puasa, naik haji dan sebagainya  Demikian juga tentang pembagian waris harta pusaka. Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya yang laki-laki mendapat dua kali yang perempuan. Ayat-ayat muhkam disebut sebagai ibu dari kitab artinya menjadi sumber hukum, tidak bisa diartikan lain lagi
     Ayat mutasyabihat artinya bermacam-macam.
     Panjang lebar perbincangan ulama tentang maksud mutasyabihat ini
     Teungku Muh. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis:
     Para ulama mempunyai 2 pendapat dalam hal ini:
1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Alloh) dan menjadikan perkataan war-roosikhuuna .., sebagai pembicaraan baru, yang maknanya “yang mengetahui ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri.” Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.”
     Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Aisyah
2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ibad. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai  pembicaraan baru. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang berilmu tinggi (termasuk beliau) mengetahui makna ayat mutasyabihat.
    Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai  pendapat kedua.
     Kebanyakan para penafsir Al Qur’an setuju dengan pendapat kedua, dimana para penafsir Al Qur’ an itu memasukkan diri mereka dalam golongan ar-roosikhuna (orang yang mendalam ilmunya), sehingga boleh menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.. Karena semua penafsir itu berpendapat bahwa takwilnya benar, maka akibatnya Al Qur-an menjadi multi tafsir seperti keadaannya sekarang.
     Penulis setuju dengan pendapat Aisyah yaitu yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Karena hanya Alloh Swt. saja yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat itu, agar kita juga dapat mengetahuinya, kita harus bertanya kepada Alloh Swt.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
  Zaman manusia bisa bertanya langsung kepada Alloh Swt. sebagaimana Nabi Adam As. dan Nabi Musa As. sudah lewat. Maka pada masa sekarang kita hanya bisa bertanya kepada Alloh Swt. lewat Kitab ciptaanNya yaitu Al Qur-an.
Bertanya kepada Al Qur-an
Pertama-tama kita bahas dahulu tentang bahasa Arob Al Qur-an
Kita bisa membagi Bahasa Arob atas 4 macam.
 1. Bahasa Arob pasaran yang dipakai oleh masyarakat sehari-hari.
 2. Bahasa Arob baku (bahasa Arob sastra) yang digunakan di tempat kerja, pemerintahan dan media massa.
 3. Bahasa Arob klasik atau bahasa Arob kuno, yaitu bahasa Arob yang dipakai pada zaman Nabi Muhammad Saw pada abad ke 7 M.
 4. Bahasa Arob Al Qur-an. 
    Ke-4 bagian itu dapat diringkas menjadi 2 yaitu:
   Bahasa Arob manusia dan Bahasa Arob Al Qur-an.
Pertanyaan
Samakah Bahasa (Arob) Al Qur-an dengan Bahasa Arob Manusia itu?
     Ciri-ciri Bahasa Arob manusia
Pada bahasa manusia suatu kata bisa mempunyai makna lebih dari satu yang disebut polisemi dan homonim.
 Dalam bahasa Arob, polisemi disebut juga  Isytirak al-lafdzi.
Artinya: “satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).
     Kata “الخالmisalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk.
     Homonim atau dalam bahasa Arab diartikan dengan Al Mustarok al Lafdzi adalah beberapa kata yang sama, baik pelafalan dan penulisannya tetapi mempunyai makna yang berlainan. Ini merupakan pengertian Al Mustarok al Lafdzi secara umum        
     Contoh kata (غرب) dapat bermakna arah barat (الجهرة), dan juga bermakna timba (الدلو).
      Contoh lain kata (الجد) memiliki tiga makna yaitu
(1) bapak dari ayah / ibu (ابو اللأب/ ام)
(2) bagian, nasib baik (البحث,الحظ)
(3) tepi sungai (شاطئ النهر).
Bahasa Arob Al Qur-an.
Alloh berfirman : Sesungguhnya Kami menjadikannya (yakni kalam Alloh) berupa Qur-an yang berbahasa Arob agar kamu dapat memahami (pesan-pesannya). (QS. Az-Zukhruf [43] : 3).
  Seorang Ahli Tafsir periode awal bernama Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Adzi al-Khurasani dikenal dengan nama Abu al-Hasan al-Balkhi (w.150 H / 767 M) mengatakan bahwa kata-kata di dalam Kitab Al Qur-an di samping memiliki makna yang definitif, juga memiliki alternatif makna lainnya, yang harus diketahui oleh para Ahli Tafsir Al Qur-an.
 Sampai sekarang pendapat ini masih dipakai.
Maka para ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa sama halnya dengan Bahasa Arab manusia kata-kata yang terkandung di dalam Al Qur-an juga mempunyai beberapa makna (Homonim dan polisemi).
1. Pendapat Alloh Swt. tentang Bahasa Arob Al Qur-an
Berbeda dengan Bahasa Arob manusia, ayat-ayat Al Qur-an, adalah kalimat Ilahi, yang serupa kefasihan dan keindahan susasteranya antara satu ayat dengan ayat lainnya.
Alloh berfirman : Alloh telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur-an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.  (QS. Az-Zumar [39] : 23).
2. Pendapat Sayidina Ali bin Abi Tholib Kw. tentang Bahasa Arob Al Qur-an.
  Sayyidina Ali Kw. bersabda : “Bisa jadi yang diturunkan Alloh (Al Qur-an) sepintas terlihat serupa dengan ucapan manusia, padahal itu adalah firman Alloh sehingga pengertiannya tidak sama dengan ucapan manusia. Sebagaimana tidak serupa perbuatan Alloh dengan perbuatan manusia. Firman Alloh adalah sifatNya, sedang ucapan manusia adalah perbuatan mereka. Karena itu juga jangan sampai engkau menyamakan firmanNya dengan ucapan manusia sehingga mengakibatkan engkau binasa dan tersesat.
3. Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu 
(Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993)
Prof. Toshihiko Izutsu adalah seorang pakar bahasa Arab kuno (zaman turunnya Al Qur-an). Menurut Izutsu kata-kata di dalam Al Qur-an berasal dari bahasa Arob kuno dengan makna tertentu.
a. Makna asli kata itu dapat diperoleh dari syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata bahasa Arob di dalam Al Qur-an tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang sering berbeda dengan bahasa Arob kuno.
c. Kata-kata bahasa Arob kuno ini setelah dipakai oleh Al-Qur'an maknanya berubah dari aslinya (yang takwilnya hanya diketahui oleh Alloh = Ayat mutasyabihat)                                                              
d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat, kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu (dengan cara bertanya kepada Alloh Swt.).
4. Menurut Pandangan Penulis.
Sesuai dengan pendapat Alloh Swt., Sayidina Ali Kw. dan Prof. Toshihiko Izutsu, Bahasa Arob Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob manusia / Bahasa Arob klasik. Di antaranya adanya ayat mutasyabihat yang hanya Alloh Swt. sajalah yang mengetahui takwilnya
Sebelumnya telah dibahas bahwa di dalam Bahasa Arob manusia, kata-katanya mempunyai beberapa makna (Homonim dan polisemia). serta tidak tentu makna mana yang berlaku. Maka bisa terjadi ketidakpastian, pertentangan dan kerumitan..  
Padahal Alloh Swt menyatakan bahwa tidak ada pertentangan di dalam Al Qur-an.
 Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur-an? Kalau kiranya Al Qur-an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa' [4] : 82).
Agar tidak terjadi hal itu, maka setiap kata di dalam Al Qur-an seyogjanya tidak bermakna ganda, tetapi hanya bermakna tunggal, sehingga lebih sederhana..Inilah keistimewaan Al Qur-an.
     Filsafatnya adalah. Al Qur-an yang satu, diturunkan oleh Alloh yang satu, lewat malaikat yang satu yaitu Jibril As. kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw, maka setiap katanya hanya bermakna satu (tunggal).
Karena Bahasa Al Qur-an berasal dari Bahasa Arob manusia maka arti kata tunggal itu berasal dari salah satu arti Bahasa Arob manusia yang ganda. 
Arti kata ganda itu dapat dicari dalam kamus-kamus dan Ensiklopedia Bahasa Arob.
(di antaranya Kamus Arab Indonesia Abdullah bin Nuh, Kamus Arab, M Kasir Ibrahim, Kamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan, Kamus saku Arab Inggeris Indonesia, Elias A Elias & Edward Elias, Ensiklopedi Al-Qur’an, H. Fachrudin Hs. Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA. dan lain-lain).
Di dalam Kitab Al Qur-an, suatu kata (yang sama) sering jumlahnya banyak (lebih dari satu).
Berbeda dengan Bahasa Arob manusia dimana suatu kata yang sama, dalam kalimat lain sering mempunyai arti yang berbeda-beda.
------------------------------------------------------------------------------------------------
   Di dalam Kitab Al Qur-an semua kata (yang sama) hanya mempunyai satu arti / tunggal
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Kita bisa mencari dan mengumpulkan kata-kata yang bermakna tunggal itu memakai Kitab-kitab yang ditulis untuk maksud itu. Di antaranya adalah buku Konkordansi Qur'an karangan Ali Audah, Indeks Al-Qur'an karangan Sukmajaya dkk, karangan N.A. Baiquni dkk..Kitab Fathurrohman dsb
Bertanya kepada Al Qur-an (BKA) tentang takwil (ayat mutasyabihat) wildan dalam 7 tahap.
BKA 1. Kata yang kita tanyakan maknanya kepada Al Qur-an adalah kata wildan .
BKA 2. Makna kata wildan itu kita cari di dalam Kamus dan Ensiklopedi Al Qur-an adalah sebagai berikut.:
Nama Kamus
Arti Wildan
Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan
Zaid Husein Alhamid, Kamus Al-Muyassar,
Tafsir Al Qur-an oleh Prof. Dr. H. Mahmud Yunus
Anak-anak


Al-walidu, jamak wildanun = anak kecil       
Anak-anak (yang berkekalan)

BKA 3 arti dari kata wildan yang kita anggap paling cocok adalah yang berarti anak-anak.
BKA 4 diketemukan 6 ayat di dalam Al Qu-an yang mengandung kata wildan
No.
Ayat
No
Ayat
01
02
03
QS. An-Nisa’ [4]:75
QS. An-Nisa’ [4]:127
QS. An-Nisa’ [4]:98
04
05
06
QS Al-Waqi’ah [56]:17
QS. Al-Muzammil [73 ]:17
QS Al-Insan [76]:19
     Uraian lengkap ke-6 ayat itu adalah sbb.
1. QS. An-Nisa’ [4]:75

. 





      
     Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak (wildan) yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisiMu, dan berilah kami penolong dari sisiMu". (Cocok).
2. QS. An-Nisa’ [4]:127










       


     127. Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang perempuan. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang perempuan yatim yang tidak kamu berikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin menikahi mereka, dan tentang anak-anak (wildan) yang masih dipandang lemah. (Allah menyuruh kamu) agar mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Cocok).
3. QS. An-Nisa’ [4]: 98

   


  
     kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak (wildan) yang tidak mam-pu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), (Cocok).
4. QS Al-Waqi’ah [56]:17

      



      Mereka dikelilingi oleh anak-anak (wildan) yang kekal (dalam sosoknya yang kecil seperti anak-anak)
     Dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir" (Cocok).
5. QS. Al-Muzzammil [73]:17

      


     Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak (wildan) beruban. (Cocok).
6. QS Al-Insan [76]:19
 

    

      Dan mereka dikelilingi oleh anak-anak (wildan) yang kekal (dalam sosoknya yang kecil seperti anak-anak). Apabila kamu melihat mereka, maka kamu mengira mereka itu mutiara yang bertaburan. (Cocok)
BKA 5 Kita masukkan makna kata wildan adalah anak-anak di dalam kurung di belakang kata wildan tadi. Semua ayat yang kata wildannya kita artikan dengan anak-aak itu kita teliti apakah cocok dengan keseluruhan isi ayat. Bila cocok kita tulis (cocok) di belakang kalimat ayat itu. Bila tidak cocok kita tulis (tidak cocok).
BKA 6  Ternyata semua ayat yang kita teliti itu (cocok).
BKA 7  Kesimpulan :
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Arti kata wildan di dalam Al Quran menurut  Alloh Swt. adalah anak-anak.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Arti kata wildanun mukholladun.
     Ibnu Abbas Ra. berkata bahwa wildanun mukholladun adalah pelayan-pelayan surga.
     Sabda Alloh Swt. dalam QS Al-Insan [76]:19 Apabila kamu melihat mereka (pelayan-pelayan surga), maka kamu mengira mereka itu mutiara yang bertaburan.    
     Para pelayan surga itu tidak pernah menganggur. Mereka mondar-mandir di surga dalam rangka berkhidmad kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka.
     Menurut Ibnu Qutaibah mereka (pelayan-pelayan surga) adalah anak-anak (ghilmanun) yang diciptakan Allah di surga sebagaimana halnya Allah menciptakan bidadari-bidadari bermata jelita di surga.
     Hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik Ra. dari Nabi Muhammad Saw. yang bersabda,"Aku adalah orang yang pertama kali keluar ketika manusia dibangkitkan (lalu masuk ke dalam surga). Ada seribu pelayan laksana mutiara berjalan mengelilingiku."
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelayan-pelayan surga itu bentuknya kecil-kecil seperti anak-anak.
--------------------------------------------------------------------------------------    

Kesimpulan akhir / Penutup    
     Dari uraian di atas penulis menyimpulkan keadaan para pelayan sorga itu adalah sebagai berikut ;

1. Bentuk para pelayan sorga itu kecil seperti sosok anak-anak.

2. Mereka dibuat di sorga seperti halnya bidadari.

3. Allah Swt. mengibaratkan para pelayan ini dengan mutiara-mutiara yang bertebaran (ada dimana-mana), Mereka itu tidak pernah menganggur, mondar-mandir di surga dalam rangka berkhidmad kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka.

4. Dalam pandangan modern para pelayan tersebut adalah robot manusia ciptaan Allah Swt. berbentuk kecil dan cerdas (seperti dalam Film Star Wars), yang diprogram khusus untuk melayani para penghuni sorga.

    Alloh membuat bentuk mereka kecil agar berbeda dengan penghuni sorga dan isterinya (bidadari).
Jember, 5 Mei 2018
Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar