ARTI WILDANUN
MUKHOLLADUN
MUKHOLLADUN
(PELAYAN SURGA)
DALAM AL QUR-AN
Oleh : Dr. H. M. Nasim
Fauzi
Pendahuluan
Kata majemuk Wildanun Mukholladun termasuk
Ayat Mutasyabihat.
Kata Mutasyabihat
ada di dalam QS. Ali Imron [3] : 7 yang bunyinya adalah sebagai berikut.
Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat mutasyabihat dari padanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imron [3] : 7).
Asbabun nuzul (penyebab turunnya ayat).
Telah menceritakan kepada kami Abdulloh
bin Maslamah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrohim At Tustari, dari
Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qosim bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosululloh
Saw. membaca ayat ini; (QS. Ali Imron
[3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosululloh Saw. bersabda: "Apabila
kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihat,
maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah
kalian terhadap mereka!" (Shohih Bukhori
nomor 4183, Fathul Bari
nomor 4547).
Definisi-definisi
Menurut HAMKA
dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar. Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai
hukum, memerintahkan sembahyang, mengerjakan puasa, naik haji dan
sebagainya Demikian juga tentang
pembagian waris harta pusaka. Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya
yang laki-laki mendapat dua kali yang perempuan. Ayat-ayat muhkam disebut
sebagai ibu dari kitab artinya menjadi sumber hukum, tidak bisa diartikan lain
lagi
Ayat
mutasyabihat artinya bermacam-macam.
Panjang lebar perbincangan ulama tentang
maksud mutasyabihat
ini
Teungku Muh. Hasbi
Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis:
Para ulama mempunyai 2 pendapat dalam hal
ini:
1.
Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal
Alloh) dan menjadikan perkataan war-roosikhuuna .., sebagai pembicaraan baru,
yang maknanya “yang mengetahui ayat mutasyabihat
hanyalah Alloh sendiri.” Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat,
seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.”
Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Aisyah
2.
Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ibad.
Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna
aamannaa, sebagai pembicaraan baru.
Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh
Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang berilmu tinggi (termasuk beliau)
mengetahui makna ayat mutasyabihat.
Selanjutnya penulis
menyebutnya sebagai pendapat kedua.
Kebanyakan
para penafsir Al Qur’an setuju dengan pendapat kedua, dimana para penafsir Al Qur’ an
itu memasukkan diri mereka dalam golongan ar-roosikhuna (orang yang mendalam
ilmunya), sehingga boleh menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.. Karena semua penafsir itu berpendapat bahwa takwilnya
benar, maka akibatnya Al Qur-an menjadi multi tafsir seperti keadaannya sekarang.
Penulis setuju dengan pendapat Aisyah yaitu yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat hanyalah
Alloh sendiri.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Karena
hanya Alloh Swt. saja yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat itu, agar kita juga dapat mengetahuinya, kita harus bertanya
kepada Alloh Swt.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Zaman manusia bisa bertanya langsung kepada
Alloh Swt. sebagaimana Nabi Adam As. dan Nabi Musa As. sudah lewat. Maka pada
masa sekarang kita hanya bisa bertanya kepada Alloh Swt. lewat Kitab ciptaanNya
yaitu Al Qur-an.
Bertanya kepada Al Qur-an
Pertama-tama kita bahas dahulu tentang
bahasa Arob Al Qur-an
Kita bisa membagi Bahasa Arob atas 4 macam.
1. Bahasa
Arob pasaran yang dipakai oleh masyarakat sehari-hari.
2. Bahasa
Arob baku (bahasa Arob sastra) yang digunakan di tempat kerja, pemerintahan dan
media massa.
3. Bahasa
Arob klasik atau bahasa Arob kuno, yaitu bahasa Arob yang dipakai pada zaman
Nabi Muhammad Saw pada abad ke 7 M.
4. Bahasa Arob Al Qur-an.
Ke-4 bagian itu dapat diringkas menjadi 2 yaitu:
Bahasa Arob manusia dan Bahasa
Arob Al Qur-an.
Pertanyaan
Samakah Bahasa (Arob)
Al Qur-an dengan Bahasa Arob Manusia itu?
Ciri-ciri
Bahasa Arob manusia
Pada bahasa manusia suatu kata bisa mempunyai makna lebih dari
satu yang disebut polisemi dan homonim.
Dalam
bahasa Arob, polisemi disebut
juga Isytirak al-lafdzi.
Artinya: “satu
kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna
yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).
Kata
“الخال”
misalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang
gemuk.
Homonim
atau dalam bahasa Arab diartikan dengan Al Mustarok al Lafdzi adalah
beberapa kata yang sama, baik pelafalan dan penulisannya tetapi mempunyai makna
yang berlainan. Ini merupakan pengertian Al Mustarok al Lafdzi secara
umum
Contoh kata (غرب) dapat
bermakna arah barat (الجهرة), dan juga bermakna timba (الدلو).
Contoh lain kata (الجد)
memiliki tiga makna yaitu
(1) bapak dari ayah /
ibu (ابو اللأب/ ام)
(2) bagian, nasib
baik (البحث,الحظ)
(3) tepi sungai (شاطئ النهر).
Bahasa Arob Al Qur-an.
Alloh
berfirman : Sesungguhnya Kami menjadikannya (yakni kalam
Alloh) berupa Qur-an yang berbahasa Arob agar kamu dapat memahami (pesan-pesannya).
(QS. Az-Zukhruf [43] : 3).
Seorang Ahli Tafsir periode awal
bernama Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Adzi al-Khurasani
dikenal dengan nama Abu al-Hasan al-Balkhi (w.150 H / 767 M) mengatakan bahwa
kata-kata di dalam Kitab Al Qur-an di samping memiliki makna yang definitif,
juga memiliki alternatif makna lainnya, yang harus diketahui oleh para Ahli
Tafsir Al Qur-an.
Sampai sekarang pendapat ini masih
dipakai.
Maka para
ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa sama halnya dengan Bahasa Arab manusia
kata-kata yang terkandung di dalam Al Qur-an juga mempunyai beberapa makna (Homonim dan polisemi).
1. Pendapat Alloh Swt. tentang Bahasa Arob Al Qur-an
Berbeda
dengan Bahasa Arob manusia, ayat-ayat Al Qur-an, adalah kalimat Ilahi, yang
serupa kefasihan dan keindahan susasteranya antara satu ayat dengan ayat
lainnya.
Alloh
berfirman : Alloh
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur-an yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak
ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar [39] : 23).
2. Pendapat Sayidina Ali bin Abi Tholib Kw. tentang Bahasa Arob
Al Qur-an.
Sayyidina Ali Kw. bersabda : “Bisa jadi
yang diturunkan Alloh (Al Qur-an) sepintas terlihat serupa dengan ucapan
manusia, padahal itu adalah firman Alloh sehingga pengertiannya tidak sama
dengan ucapan manusia. Sebagaimana tidak serupa perbuatan Alloh dengan
perbuatan manusia. Firman Alloh adalah sifatNya, sedang ucapan manusia adalah
perbuatan mereka. Karena itu juga jangan sampai engkau menyamakan firmanNya
dengan ucapan manusia sehingga mengakibatkan engkau binasa dan tersesat.
3.
Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu
(Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam
Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993).
Prof. Toshihiko Izutsu adalah
seorang pakar bahasa Arab kuno (zaman turunnya Al Qur-an). Menurut Izutsu
kata-kata di dalam Al Qur-an berasal dari bahasa Arob kuno dengan makna
tertentu.
a. Makna asli kata itu dapat
diperoleh dari syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata bahasa Arob
di dalam Al Qur-an tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang
sering berbeda dengan bahasa Arob kuno.
c. Kata-kata bahasa Arob kuno ini setelah dipakai oleh
Al-Qur'an maknanya berubah dari aslinya (yang takwilnya hanya diketahui oleh
Alloh = Ayat mutasyabihat)
d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat, kita
harus mengetahui makna baru kata-kata itu (dengan cara bertanya kepada Alloh Swt.).
4.
Menurut Pandangan Penulis.
Sesuai dengan
pendapat Alloh Swt., Sayidina Ali Kw. dan Prof. Toshihiko
Izutsu, Bahasa Arob Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob manusia / Bahasa Arob
klasik. Di antaranya adanya ayat mutasyabihat yang hanya Alloh Swt. sajalah yang
mengetahui takwilnya
Sebelumnya
telah
dibahas bahwa di dalam Bahasa Arob manusia,
kata-katanya mempunyai beberapa makna (Homonim dan polisemia). serta tidak
tentu makna mana yang berlaku. Maka bisa terjadi ketidakpastian, pertentangan
dan kerumitan..
Padahal
Alloh Swt menyatakan bahwa tidak ada pertentangan di dalam Al Qur-an.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Qur-an? Kalau kiranya Al Qur-an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa' [4] : 82).
Agar tidak
terjadi hal itu, maka setiap kata di dalam
Al Qur-an seyogjanya tidak bermakna ganda, tetapi hanya bermakna tunggal, sehingga
lebih sederhana..Inilah keistimewaan Al
Qur-an.
Filsafatnya adalah. Al Qur-an yang satu,
diturunkan oleh Alloh yang satu, lewat malaikat yang satu yaitu Jibril As.
kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw, maka setiap katanya hanya bermakna satu (tunggal).
Karena Bahasa Al Qur-an berasal dari Bahasa Arob manusia
maka arti kata tunggal itu berasal dari salah satu arti Bahasa Arob manusia
yang ganda.
Arti kata ganda itu dapat dicari
dalam kamus-kamus dan Ensiklopedia Bahasa Arob.
(di antaranya Kamus Arab Indonesia
Abdullah bin Nuh, Kamus Arab, M Kasir Ibrahim, Kamus Al-Quran, Abdul Qadir
Hasan, Kamus saku Arab Inggeris Indonesia, Elias A Elias & Edward Elias, Ensiklopedi
Al-Qur’an, H. Fachrudin Hs. Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. M. Dawam Rahardjo,
Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA. dan lain-lain).
Di dalam Kitab Al Qur-an, suatu kata
(yang sama) sering jumlahnya banyak (lebih dari satu).
Berbeda dengan Bahasa Arob manusia
dimana suatu kata yang sama, dalam kalimat lain sering mempunyai arti yang
berbeda-beda.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Di dalam
Kitab Al Qur-an semua kata (yang sama) hanya mempunyai satu arti /
tunggal
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Kita bisa mencari dan mengumpulkan kata-kata yang bermakna
tunggal itu memakai Kitab-kitab yang ditulis untuk maksud itu. Di antaranya
adalah buku Konkordansi Qur'an karangan Ali
Audah, Indeks Al-Qur'an karangan Sukmajaya dkk, karangan N.A. Baiquni dkk..Kitab
Fathurrohman dsb
Bertanya
kepada Al Qur-an (BKA)
tentang takwil (ayat mutasyabihat) wildan dalam 7
tahap.
BKA 1. Kata yang kita tanyakan maknanya kepada Al
Qur-an adalah kata wildan .
BKA 2. Makna kata wildan itu kita cari di dalam Kamus dan Ensiklopedi Al
Qur-an adalah sebagai berikut.:
Nama Kamus
|
Arti Wildan
|
Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan
Zaid
Husein Alhamid, Kamus Al-Muyassar,
Tafsir Al Qur-an oleh Prof. Dr. H. Mahmud Yunus |
Anak-anak
Al-walidu, jamak wildanun
= anak kecil
Anak-anak (yang berkekalan) |
BKA 3 arti dari kata wildan yang kita anggap paling cocok adalah yang berarti
anak-anak.
BKA 4 diketemukan
6 ayat di dalam Al Qu-an yang mengandung kata wildan
No.
|
Ayat
|
No
|
Ayat
|
01
02
03
|
QS. An-Nisa’ [4]:75
QS. An-Nisa’ [4]:127
QS. An-Nisa’ [4]:98
|
04
05
06
|
QS Al-Waqi’ah [56]:17
QS. Al-Muzammil [73 ]:17
QS Al-Insan [76]:19
|
Uraian lengkap ke-6 ayat itu adalah sbb.
.
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak (wildan) yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisiMu, dan berilah kami penolong dari sisiMu". (Cocok).
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak (wildan) yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisiMu, dan berilah kami penolong dari sisiMu". (Cocok).
2. QS. An-Nisa’ [4]:127
127. Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang perempuan. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang perempuan yatim yang tidak kamu berikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin menikahi mereka, dan tentang anak-anak (wildan) yang masih dipandang lemah. (Allah menyuruh kamu) agar mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Cocok).
3. QS. An-Nisa’ [4]: 98
kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak (wildan) yang tidak mam-pu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), (Cocok).
4. QS
Al-Waqi’ah [56]:17
Mereka dikelilingi oleh anak-anak (wildan) yang kekal (dalam sosoknya yang kecil seperti anak-anak)
Dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala)
berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir" (Cocok).
5. QS. Al-Muzzammil [73]:17
Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak (wildan) beruban. (Cocok).
6. QS Al-Insan [76]:19
Dan mereka dikelilingi oleh anak-anak (wildan) yang kekal (dalam sosoknya yang kecil seperti anak-anak). Apabila kamu melihat mereka, maka kamu mengira mereka itu mutiara yang bertaburan. (Cocok)
BKA 5 Kita masukkan
makna kata wildan adalah
anak-anak di dalam kurung di belakang kata wildan tadi. Semua ayat yang kata wildannya kita artikan dengan
anak-aak itu kita teliti apakah cocok dengan keseluruhan isi ayat. Bila cocok kita tulis (cocok) di belakang kalimat ayat itu. Bila tidak
cocok kita tulis (tidak cocok).
BKA 6 Ternyata semua ayat yang kita teliti itu (cocok).
BKA 7 Kesimpulan :
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Arti kata wildan di dalam Al Quran menurut Alloh Swt. adalah anak-anak.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Arti kata wildanun mukholladun.
Ibnu Abbas Ra. berkata bahwa wildanun mukholladun
adalah pelayan-pelayan
surga.
Sabda Alloh Swt. dalam QS Al-Insan [76]:19 Apabila kamu melihat mereka (pelayan-pelayan surga), maka
kamu mengira mereka itu mutiara yang bertaburan.
Para pelayan surga itu tidak pernah menganggur. Mereka
mondar-mandir di surga
dalam rangka berkhidmad kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan
mereka.
Menurut Ibnu Qutaibah mereka (pelayan-pelayan
surga) adalah anak-anak (ghilmanun) yang
diciptakan Allah di surga sebagaimana halnya Allah menciptakan
bidadari-bidadari bermata jelita di surga.
Hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik Ra.
dari Nabi Muhammad Saw. yang bersabda,"Aku adalah orang yang pertama kali keluar ketika manusia dibangkitkan (lalu masuk ke dalam surga). Ada seribu pelayan laksana mutiara berjalan
mengelilingiku."
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelayan-pelayan
surga itu bentuknya kecil-kecil seperti anak-anak.
--------------------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan akhir / Penutup
Dari uraian di atas penulis
menyimpulkan keadaan para pelayan sorga itu adalah sebagai berikut ;
1. Bentuk para pelayan sorga itu
kecil seperti sosok anak-anak.
2. Mereka dibuat di sorga seperti
halnya bidadari.
3. Allah Swt. mengibaratkan para
pelayan ini dengan mutiara-mutiara yang bertebaran (ada dimana-mana), Mereka
itu tidak pernah menganggur, mondar-mandir di surga dalam rangka berkhidmad
kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka.
4. Dalam pandangan modern para pelayan tersebut adalah robot
manusia ciptaan Allah Swt. berbentuk kecil dan cerdas (seperti dalam Film Star
Wars), yang diprogram khusus untuk melayani para penghuni sorga.
Alloh membuat bentuk mereka kecil agar
berbeda dengan penghuni sorga dan isterinya (bidadari).
Jember, 5 Mei
2018
Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar