BUKAN HANYA MUSLIMAH
YANG MEMAKAI JILBAB
Oleh : Dr. H. M. Nasim Fauzi
YANG MEMAKAI JILBAB
Oleh : Dr. H. M. Nasim Fauzi
Pendahuluan.
Di Indonesia hanya kaum muslimah yang mengenakan jilbab.
Namun sebenarnya, jilbab juga
dikenakan oleh para biarawati Kristen. Gambar dan patung Bunda Maria juga terlihat
berjilbab. Terkadang Dewi Kwan Im digambarkan memakai jilbab yang longgar.
SYARAT-SYARAT JILBAB DALAM AGAMA ISLAM
Syarat
pertama: pakaian
wanita harus menutupi seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan.
Syarat
kedua: bukan pakaian
untuk berhias, seperti banyak dihiasi gambar bunga apalagi yang warna-warni,
atau disertai gambar makhluk bernyawa
Syarat
ketiga: tidak tipis dan
tidak tembus pandang yang dapat menampakkan bentuk lekuk tubuh. Pakaian
muslimah juga harus longgar / tidak ketat.
Syarat
keempat: tidak memakai
wewangian.
Syarat kelima: tidak menyerupai pakaian pria atau pakaian
non muslim.
Syarat keenam: bukan pakaian untuk mencari ketenaran (baca: pakaian syuhroh). Pakaian syuhroh di sini bisa berupa pakaian yang mewah atau paling kere sehingga terlihat sebagai orang yang zuhud. Kadang pula pakaian syuhroh adalah pakaian yang berbeda dengan pakaian yang biasa dipakai di negeri itu dan tidak dipakai di zaman itu. Semua pakaian seperti ini terlarang.
Syarat keenam: bukan pakaian untuk mencari ketenaran (baca: pakaian syuhroh). Pakaian syuhroh di sini bisa berupa pakaian yang mewah atau paling kere sehingga terlihat sebagai orang yang zuhud. Kadang pula pakaian syuhroh adalah pakaian yang berbeda dengan pakaian yang biasa dipakai di negeri itu dan tidak dipakai di zaman itu. Semua pakaian seperti ini terlarang.
Syarat
ketujuh: pakaian
tersebut terbebas dari salib.
Syarat kedelapan: tidak terdapat gambar makhluk bernyawa
(manusia dan hewan). Gambar makhluk juga termasuk perhiasan. Jadi, hal ini
sudah termasuk dalam larangan bertabaruj pada syarat kedua di atas.
Syarat
kesembilan: pakaian
tersebut berasal dari bahan yang suci dan halal.
Syarat
kesepuluh: bukan
pakaian kesombongan.
Syarat
kesebelas: bukan
pakaian pemborosan .
Syarat keduabelas: bukan pakaian ahlu bid’ah. Seperti memakai pakaian hitam
ketika mendapat musibah seperti wanita Syi’ah Rofidhoh pada bulan Muharram.
Berikut ini kutipan dari artkel Abu Fahd
Negara Tauhid.
JILBAB MENURUT
AJARAN YAHUDI
Kitab
Talmud Yahudi menyatakan:
“Apabila
seorang wanita melanggar syariat Talmud, seperti keluar ke tengah-tengah
masyarakat tanpa mengenakan kerudung atau berceloteh di jalan umum atau
asyik mengobrol bersama laki-laki dari kelas apa pun, atau bersuara keras di
rumahnya sehingga terdengar oleh tetangga-tetangganya, maka dalam keadaan
seperti itu suaminya boleh menceraikannya tanpa membayar mahar padanya.” [“Al Hijab”, Abul A’la Maududi, h. 6].
Seorang
pemuka agama Yahudi, Rabbi Dr. Menachem M. Brayer, Professor Literatur Injil
pada Universitas Yeshiva dalam bukunya, The
Jewish woman in Rabbinic Literature, menulis bahwa baju bagi wanita Yahudi
saat bepergian ke luar rumah yaitu mengenakan penutup kepala yang terkadang bahkan harus menutup hampir seluruh
muka dan hanya meninggalkan sebelah mata saja.” [Sabda Langit Perempuan dalam
Tradisi Islam, Yahudi, dan Kristen, Sherif Abdel Azeem, (Yogyakarta: Gama Media, 2001),
cet. Ke-2, h.74].
Wanita-wanita Yahudi di Eropa menggunakan
kerudung sampai abad ke 19 hingga mereka bercampur baur dengan budaya sekuler.
Dewasa ini, wanita-wanita Yahudi yang shalih tidak pernah memakai penutup kepala
kecuali bila mereka mengunjungi sinagog (gereja Yahudi). [S.W.Schneider, 1984, hal. 238-239].
JILBAB MENURUT AJARAN NASRANI
…Menjelang senja Ishak sedang keluar
untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah
ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya
Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: “Siapakah laki-laki
itu yang berjalan di padang ke arah kita?” Jawab hamba itu: “Dialah tuanku
itu.” Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia.” (Genesis / Kejadian 24: 63-65)
Tetapi tiap-tiap perempuan
yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghinanya,
sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
|
|
Sebab jika perempuan tidak
mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi
jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau
dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.
|
|
Pertimbangkanlah sendiri:
Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?
|
Dalam kaitan ini, Abu Ameenah Bilal
Philips menegaskan bahwa dalam kanon
Gereja Katolik terdapat artikel hukum yang mewajibkan wanita untuk
menutup kepala mereka saat berada di Gereja. Bahkan sekte-sekte Kristen,
seperti kaum Amish dan Mennonite memelihara kerudung bagi kaum wanitanya hingga
saat ini. [“Agama Yesus Yang Sebenarnya”, Abu Ameenah Bilal Philips, (Jakarta : Pustaka Dai, 2004), h. 179].
Namun wanita kristen yang berada di Barat
atau di Eropa, atau juga di Indonesia sudah menanggalkan jilbabnya. Bahkan saat
datang ke Gereja pada setiap hari minggu tidak terlihat jemaat wanitanya
memakai jilbab atau kerudung. Berjilbab dalam kristen ternyata sudah dipraktekkan
oleh Ibu Yesus kristus atau Bunda Maria, seperti terlihat dalam gambar-gambar
Bunda Maria yang memakai jilbab.
JILBAB
MENURUT AJARAN HINDU
“Rama
berkata kepada Shinta, dia memerintahkan agar menundukkan pandangan dan
mengenakan kerudung.” [Mahavir Charitra
Act 2 Page 71].
Hal yang sama juga dilakukan dalam tradisi
orang-orang India yang sebagian besar penganut ajaran Hindu. Pakaian yang
panjang sampai menyentuh mata kaki dengan kerudung menutupi kepala adalah
pakaian khas yang dipakai sehari-hari. [http://cdnu.kaskus.us/34/pemwid9a.jpg].
JILBAB / CADAR MENURUT AJARAN BUDDHA
Pada masa Sang Buddha
beberapa wanita memakai cadar walaupun lebih sebagai [pelindung] yang sama
dengan topi daripada untuk menutupi wajah. Namun sekitar awal milenium pertama,
cadar mulai dianggap sebagai hal yang sepantasnya bagi wanita kelas atas dan
mereka yang berada dalam rumah tangga
kerajaan untuk menutupi diri mereka dengan cadar. Ini merupakan awal dari apa
yang disebut purdah, pengasingan para wanita dari khalayak ramai,
Sebuah trend yang menjadi lebih tersebar
luas di India dengan diperkenalkannya agama Islam pada abad ke-13. Para wanita
desa di India masih menarik kain sari
menutupi wajah mereka di hadapan pria yang tidak ada hubungan dengan
mereka.
Kesimpulan
Kewajiban memakai jilbab bagi kaum wanita
bukan monopoli tradisi Islam. Memakai jilbab juga bagian dari tradisi
keagamaan Yahudi, Nasrani, Hindu dan Buddha.
Dalam tradisi Yahudi, jilbab
merupakan simbol ketaatan dan kehormatan wanita terhadap suaminya, bentuk
ibadah kepada Tuhan, lambang kemewahan, kewibawaan, kebangsawanan, dan kesucian
wanita.
Meskipun
prakteknya tidak ideal, kewajiban memakai jilbab dalam tradisi kristen
tercermin dalam ungkapan Santo Paulus yang menyatakan bahwa wanita yang tidak
berjilbab harus dicukur rambutnya sampai gundul karena dianggap telah menghina
suaminya.
Islam menegaskan bahwa kaum wanita
diwajibkan untuk berjilbab dan berpakaian yang sopan dan terhormat,
tidak tipis dan ketat yang bisa menimbulkan rangsangan birahi dan fitnah.
Jilbab dalam Islam tidak mengekang dan membuat wanita menjadi terbelakang,
melainkan wanita menjadi terjaga kesucian dan kehormatannya, terjaga keamanan
dan kemuliaannya. Jadi, wanita muslimah yang berjilbab berarti membumikan syariat Ilahi dalam kehidupannya sehingga menimbulkan kepribadian yang tangguh
dan jati diri wanita yang shalihah.
Jember 2 April 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember