MARILAH KITA DIRIKAN
SHOLAT YANG KHUSU’
Oleh Dr. H.M.
Nasim Fauzi
Pendahuluan
Sholat termasuk Rukun
Islam yang ke-2 sesuai dengan sabda Rosululloh Saw. sebagai berikut. :
”Islam dibangun
atas 5 perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar
untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya, (2)
mendirikan sholat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitulloh (bagi yang
mampu), (5) berpuasa di bulan Romadhon.”
(Lafadz ini adalah lafadz Muslim nomor 122)
Amal yang pertama-tama dihisab
Dari Abu Huroiroh,
ia berkata : Saya mendengar Rosululloh Saw. bersabda, “Sesungguhnya
pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari qiyamat, adalah sholat
wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya (maka selesailah persoalannya).
Tetapi apabila tidak sempurna sholatnya, dikatakan (kepada malaikat), “Lihatlah
dulu, apakah ia pernah mengerjakan sholat sunnah Jika ia mengerjakan sholat sunnah, maka
kekurangan dalam shplat wajib disempurnakan dengan sholat sunnahnya”. Kemudian
semua amal-amal yang wajib diperlakukan seperti itu”. [HR. Khomsah, dalam Nailul Author juz 1, halaman 345]
Sholat
wajib 5 waktu
“Dari Jabir bin Abdulloh, bahwa Nabi Saw didatangi oleh Jibril As, lalu Jibril mengatakan kepadanya, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat zhuhur ketika matahari sudah tergelincir. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu ‘ashor, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ashor ketika bayangan sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu maghrib, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat maghrib ketika matahari terbenam. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu ‘isya’, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat ‘isya’ ketika cahaya merah telah lenyap. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu fajar, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat shubuh ketika fajar menyingsing, atau ia berkata ketika fajar memancar. Kemudian esok harinya Jibril mendatangi (Nabi) kembali pada waktu zhuhur, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat zhuhur ketika bayangan segala sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu ashor, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat ashor ketika bayangan segala sesuatu menjadi 2 X. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu maghrib dalam waktu yang = yang pertama, tidak bergeser daripadanya. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu ‘isya’, ketika pertengahan malam telah lewat atau ia berkata: 1/3 malam telah lewat, lalu Nabi sholat ‘isya’. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu sudah terang benderang, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat shubuh. Kemudian Jibril berkata: Apa-apa yang di antara kedua waktu ini, itulah waktu sholat .” (HR. Ahmad dan Al-Nasa’i. Dan Al-Tirmidzi meriwayatkan seperti itu. Al-Bukhori berkata: Hadits ini adalah hadits yang paling shoh dalam menerangkan waktu-waktu sholat). Dikutip dari Nailul Author jilid 1 halaman 685.
“Dari Jabir bin Abdulloh, bahwa Nabi Saw didatangi oleh Jibril As, lalu Jibril mengatakan kepadanya, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat zhuhur ketika matahari sudah tergelincir. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu ‘ashor, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ashor ketika bayangan sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu maghrib, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat maghrib ketika matahari terbenam. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu ‘isya’, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat ‘isya’ ketika cahaya merah telah lenyap. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu fajar, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat shubuh ketika fajar menyingsing, atau ia berkata ketika fajar memancar. Kemudian esok harinya Jibril mendatangi (Nabi) kembali pada waktu zhuhur, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat zhuhur ketika bayangan segala sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu ashor, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat ashor ketika bayangan segala sesuatu menjadi 2 X. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu maghrib dalam waktu yang = yang pertama, tidak bergeser daripadanya. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu ‘isya’, ketika pertengahan malam telah lewat atau ia berkata: 1/3 malam telah lewat, lalu Nabi sholat ‘isya’. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu sudah terang benderang, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat shubuh. Kemudian Jibril berkata: Apa-apa yang di antara kedua waktu ini, itulah waktu sholat .” (HR. Ahmad dan Al-Nasa’i. Dan Al-Tirmidzi meriwayatkan seperti itu. Al-Bukhori berkata: Hadits ini adalah hadits yang paling shoh dalam menerangkan waktu-waktu sholat). Dikutip dari Nailul Author jilid 1 halaman 685.
Pengertian Khusyu’
Secara bahasa, khusyu’
berasal dari kata khosya’a--yakhsya’u--khusyuu’an yang artinya tunduk,
merendahkan diri, takluk. Biasanya dikenakan
untuk anggota badan yaitu mata, kepala dan suara. Sesuai QS. Al-Isro’ [17]:109 :
“Dan mereka.menyungkurkan muka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.
“Dan mereka.menyungkurkan muka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.
Kata khusyu’ memiliki kedekatan makna dengan kata khosy-yah yang artinya
takut. Misalnya dalam QS Fathir [35] : 28,
Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Oleh karena itu, tidak salah bila kata khusyu’
diartikan sebagai khosy-yah, sebab biasanya orang yang khusyu’ adalah orang yang takut kepada Alloh Swt.
Umumnya kita memahami
kata khusyu’
ketika disandingkan dengan kata sholat, sebagaimana firman Alloh Swt.,
“Dan mintalah pertolongan (kepada Alloh) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`” (QS. Al-Baqoroh [2] : 45).
Apa itu al-khoosyi’iin (orang-orang yang khusu’) ? Alloh Swt. menjelaskan,
“Dan mintalah pertolongan (kepada Alloh) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`” (QS. Al-Baqoroh [2] : 45).
Apa itu al-khoosyi’iin (orang-orang yang khusu’) ? Alloh Swt. menjelaskan,
“Yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa
mereka akan menemui Robbnya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya” (QS Al-Baqoroh [2]: 46).
Mengomentari
ayat ini, Abul Aliyah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-khoosyi’iin
adalah orang
yang takut kepada Alloh Swt..
Ibnu Katsir mengartikan
khusu’
dengan ‘rasa takut kepada Alloh Swt. dan tenang melakukan sholat (kho’ifun sakinun)‘, yaitu memusatkan perhatian
kepada perbuatan yang dilakukan.
Di dalam QS. Al-Hashr [59] : 21
disebutkan:
Keutamaan Sholat Khusyu’
Adapun
keutamaan sholat khusyu’ antara lain :
1. Beruntunglah orang-orang yang khusyu’
2. Memperoleh ampunan dariNya.
3. Mendapatkan pahala yang besar
4. Merasa selalu diawasi Alloh Swt.
5. Khusyu’ adalah jalanmu menuju Surga
2. Memperoleh ampunan dariNya.
3. Mendapatkan pahala yang besar
4. Merasa selalu diawasi Alloh Swt.
5. Khusyu’ adalah jalanmu menuju Surga
6. Khusyu’
adalah kokoh di atas Manhaj Alloh Swt. (jalan yang terang)
Dan sifat-sifat sholat khusyu’ antara lain :
1. Takut kepada Alloh Swt.
2. Menangis karena takut kepada Allah Swt.
3. Bersabar terhadap yang menimpa mereka
4. Mendirikan Sholat
5. Mengeluarkan Zakat
2. Menangis karena takut kepada Allah Swt.
3. Bersabar terhadap yang menimpa mereka
4. Mendirikan Sholat
5. Mengeluarkan Zakat
6.
Mengagungkan Syi’ar-Syi’ar Alloh Ta’ala dan Ayat-ayatNya
7.
Beriman kepada Alloh Swt. dan Kitab-kitabNya
8. Yakin terhadap perjumpaan
dengan Alloh Swt. dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya..
Sifat-sifat itu tertera di
dalam QS. Al-Mu’minun [23] : 1 - 11.
Dengan Nama Alloh Yang Pengasih dan Penyayang.
(1) Sesungguhnya menanglah orang-orang yang beriman.
(2) Orang-orang yang khusyu`
di dalam melakukan sembahyang.
(3) Dan orang-orang yang
terhadap segala laku yang sia-sia menampik dengan keras.
(4) Dan orang-orang yang mengerjakan zakat
(5) Dan orang-orang yang selalu menjaga faraj (kelamin)
mereka.
(6) Kecuali terhadap isterinya atau hamba-sahayanya, maka tidaklah mereka
tercela
(7) Tetapi barangsiapa yang masih memilih jalan di luar
itu, itulah orang-orang yang telah melanggar garis
(8) Dan orang-orang yang menjaga dengan baik terhadap
amanat dan janjinya.
(9) Dan orang-orang yang memelihara dan menjaga semua
waktu sembahyangnya.
(10) Mereka itulah yang akan mewarisi.
(11) Yang akan
mewarisi syurga Firdaus dan di sanalah mereka mencapai khulud (kekal) selama-lamanya.
Hukum
khusu’ di dalam sholat
Karena hanya orang yang khusu’ sholatnya saja
yang bisa masuk sorga, sedang kita wajib mencapainya, maka sholat khusu’
hukumnya wajib.
Tanda hilangnya khusyu’ di
dalam sholat
Tanda
hilangnya khusyu’ dalam sholat adalah seseorang ketika dalam sholatnya
terburu-buru sehingga seseorang itu disebut sebagai pencuri sholat oleh Rosululloh
Saw.
Abu Qotadah Ra. berkata bahwa Rosululloh Saw.
bersabda :
“Sejelek-jelek pencuri adalah orang yang mencuri sholat”.
Mereka (para shohabat) bertanya, “Wahai Rosululloh,
bagaimana seseorang itu dikatakan mencuri sholatnya?”. Rosululloh Saw
menjawab,”Dia tidak menyempurnakan ruku’
dan sujudnya”, atau ia (Rosululloh Saw.) berkata,”tidak menegakkan tulang punggungnya ketika ruku’ dan
sujud (terburu-buru)”. (HR.
Ahmad).
Cara Mengembalikan Sholat
Khusu’
Rosululloh
Saw berpesan,
“Sholatlah
seperti sholatnya orang-orang yang akan berpisah (dengan dunia – orang
yang mau mati)”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Abu Nu’aim).
Jember, 1 Januari 2018
Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar