TAFSIR CAK
NUN
TENTANG HADITH
Bila mati
anak Adam …
(Bahasa Jawa)
Oleh : Dr. H. M. Nasim Fauzi
Bunyi hadis
Dari Abu Huroiroh Ra.
bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati,
putuslah amalnya, kecuali tiga perkara : sedekah jariah, atau ilmu yang
memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang berdoa untuknya." (HR.
Muslim dll.)
Definisi / keterangan
1. Sedekah Jariah
Segala bentuk sedekah
bahan yang dikeluarkan oleh si mati semasa hayatnya termasuk sedekah uang, makanan,
harta benda dan termasuk juga harta yang di waqafkan oleh si mati semasa
hidupnya. Orang yang hidup atau ahli waris boleh juga bersedekah bagi pihak si
mati, bila sedekah itu hasil dari uang, harta, peninggalan si mati atau uang ahli
waris sendiri.
2. Doa
Selain dari doa anak-anak yang soleh / solehah
terhadap ibu bapanya, doa antara sesama kaum muslimin pun bermanfaat untuk si
mati. Ini berdasarkan kepada ayat Al Qur-an berikut : Dan orang-orang
(Islam) yang datang kemudian daripada mereka (berdoa dengan) berkata: ”Wahai
Tuhan kami! Ampunilah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului
kami dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami perasaan hasad
dengki dan dendam terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami!
Sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas Kasihan dan RahmatMu”. (QS.
Al-Hasyr [59] : 10).
Ibadah sholat
jenazah yang berisi doa bagi jenazah juga dilakukan oleh sesama kaum
muslimin (yang bukan termasuk anak kandung).
3. Ilmu yang
bermanfaat
"Ilmu yang bermanfaat
yang di ajarkan kepada orang lain," yang tersebut dalam hadith ialah ilmu
yang berhubungan dengan agama Islam secara khusus dan juga yang berhubungan
dengan ilmu-ilmu kemajuan di dunia secara umum, melalui pengajaran kepada
murid-muridnya dan orang ramai, atau melalui buku-buku karangannya. Selagi
ilmu yang diajarkannya atau buku-buku karangannya masih wujud dan dinikmati
faedahnya oleh umum, maka ia akan terus mendapat pahalanya semasa ia hidup dan
sesudah ia mati.
Riwayat Cak Nun (Emha Ainun Najib)
Muhammad Ainun Nadjib
atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun (lahir di Jombang,
Jawa Timur,
27 Mei 1953; umur 63 tahun)
adalah seorang tokoh
intelektual
berkebangsaan Indonesia yang mengusung napas Islami. Menjelang kejatuhan
pemerintahan Soeharto,
Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana
Merdeka untuk dimintakan nasihatnya yang kemudian kalimatnya diadopsi oleh
Soeharto berbunyi "Ora dadi presiden ora patheken". Emha juga
dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang menularkan
gagasannya melalui buku-buku yang ditulisnya.
Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan
memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensi rakyat. Di samping aktivitas
rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, ia juga berkeliling ke
berbagai wilayah Nusantara, rata-rata 10 sampai 15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40 sampai 50 acara massal, yang umumnya
dilakukan di area luar gedung. Kajian-kajian islami yang diselenggarakan oleh Cak Nun
antara lain:
1. Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi
budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, non partisan, ringan dan
dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang diadakan di Jakarta setiap
satu bulan sekali,
2. Mocopat Syafaat Yogyakarta ,
3. Padhang mbulan Jombang,
4. Gambang Syafaat Semarang ,
5. Bang-bang Wetan Surabaya,
6. Paparandang Ate Mandar,
7. Maiyah Baradah Sidoarjo,
8. Obro Ilahi Malang, Hongkong dan Bali ,
9. Juguran Syafaat Banyumas Raya,
10. Maneges Qudroh Magelang.
Bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan
Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik,
penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa
besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau
nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa,
dan negara.
ACARA TANYA JAWAB CAK NUN
Pertanyaan
Pada suatu
acaranya, ada seorang gadis sambil menangis mengutarakan permasalahannya kepada
Cak Nun. Katanya “Saya mau meminta masukan dari Cak Nun untuk saya pribadi. Ini
adalah pengalaman saya pribadi. Di keluarga besar saya ada tradisi yang menganggap
kalau orang yang sudah meninggal itu, amalan yang masih bisa sampai kepadanya
hanya ada 3 yaitu
1. amal
jariyah,
2. ilmu yang
bermanfaat, dan
3. doa anak
yang soleh.
Seorang Istri
(janda yang ditinggal mati suamnya} di keluarga besar saya, tidak pernah
berkunjung ke makam (suaminya). Saya ingin berkunjung ke makam, sekedar melepas rindu; dan
saya ingat besok akan menjadi seperti mereka. Tapi keluarga besar saya melarang
saya untuk berkunjung ke makam, untuk menjenguk (makam) kakak, menjenguk (makam) kakek dan keluarga
lainnya dari keluarga besar yang sudah meninggal. Sampai saya sedih sekali,
karena Pak De saya bilang begini : “Dongamu marang mbakyumu ki ora bakal
tekan”.
Kakak saya sendiri belum
menikah (sehingga belum punya anak soleh yang mendoakannya), dan dia belum punya
penghasilan untuk memberikan sebagian uangnya guna beramal jariyah Ada pertentangan dalam hati
saya terhadap pendapat keluarga besar saya itu. Tiap kali saya rindu kepada
mereka (yang sudah meninggal itu) saya merasa sendirian. Bagaimana saya
mengatasi masalah ini.”
Jawaban
Cak Nun
“Langsung saja, ada
hadits Rosululloh Saw. yang bunyinya : Idza matabnu Adam inqotoa amaluhu
illa min tsalatsin, awake dewe iki anak putune Adam, yen kapendet Alloh,
amalnya akan berhenti, kecuali 3 hal,
sodaqotin jariyatin,
sodaqoh jariyah,
aw ilmin yantafa u bihi,
ilmu yang bermanfaat,
aw waladin solihin yad u
lah, nek ono anake sing soleh sing ndongakke.
Kanjeng Nabi ngendiko yen
kowe mati wis ora bisa nggawe apik meneh, inqotoa
amaluhu, terputus amalnya, bukan tidak terkabul doanya, bukan kalau kita ndoain
dia tidak terkabul, yang terjadi dalam kalimat itu, wis ora biso nggawe apik
meneh, wis leren.
Opo njur ono wong mati
metu (soko makam)
weh weh (memberikan sesuatu), ono wong mati awan-awan melu mulang. Wis ora biso
nggawe amal meneh, ning isih tetep nduwe berkat saka gusti Alloh, kecuali 3
hal, yen biyen tau ngekeki sodakoh sifate jariyah, njur kowe tau nduwe elmu
dienggo wong okeh, bermanfaat, karo nduwe anak sing ndongakke.
Jadi tidak ada hukum, nek
kowe ndongakke wak Jan karo wak Mo kuwi ora dikabulke, ora ono hukum kuwi. Sing
dimaksud gusti Rosululloh, ora biso nggawe apik maneh, boso Arabe inqotoa
amaluhu.
Dadi kowe yo ronoo. Opo
nek aku ndongakke beliau mesti ora kabul , mergo ora duwe hubungan
darah. Dadi, nek ngono kang Jan ora usah dikirimi donga. Saudara-saudara ndak
usah doa ya, ra kabul ! Mergo kowe dudu
bapakku, dudu anakku. Ora usah ndonga. Pokoke ndonga mung kanggo bapake tok.
Nek tonggone ora kabul Ora usah ndonga.
Kanjeng Nabi kan doanya : Minal
muslimin wal muslimat, minal mukminin wal mukminat Al ahya i minhum wal amwat. Doanya Kanjeng
Nabi itu untuk semua muslim, mukmin, muslimin, muslimat, mukminin, mukminat,
sing isih urip lan sing wis mati, didongakke kabeh.
La sing ngarani ora kabul kuwi, opo deweke ki
stafe Gusti Alloh opo piye. Staf ahli opo piye. Okeh banget Firaon ning ndonya
saiki iki. Orang yang mengeklim-ngeklim Alloh mengabulkan atau tidak
mengabulkan itu tidak ada lain kecuali Firaon. Sak karepe Gusti Alloh ngabulke
utowo ora ngabulke, menengo kowe ! Gusti Alloh diatur-atur. Yen aku Gusti Alloh
langsung tak untir gulune. Nek aku ngono langsung cangkeme tak lakban.
Jadi kalimatnya bukan tak
terkabul doanya, tapi terputus amalnya, mergo wis mati, ora iso ngepit
(naik sepeda), ora iso nganggo montor, ora iso dodolan bakso, ngono lo. Sing
ngarani njur ra kabul ki sopo.
Aku nek ndongakke aku
dewe yo entuk, yo apik, wong ndongakke wong mati yo entuk. Kita kalau lewat makam mengucap : Assalamu alaikum ya ahlil kubur. Ngono kok ora entuk.
Opo ora gendeng wong wis mati kok di salami Assalamu
alaikum. Rak ora krungu. Kanjeng Nabi setiap lewat makam mengucap Assalamu
alaikum, piye to iki. Nganggo utek sitik. Yo, wis ceto yo.
Dadi kowe ziaraho. Piye carane ? Bung
Karno isih ono ora. (Jawabe hadirin : Ora ono). Isih ono ora. Isih ono. Dadi
kowe ngarani Bung Karno wis ora ono. Ada . Cuma dia tidak di
susunan jagad ini bersama kita. La Kanjeng Nabi isih ono ora. Ono ora ! Haa,
tak sentak kowe yo. Yen anggepanmu Kanjeng Nabi wis ora ono, nyang opo moco
Allohumma solli ala Muhammad. Sopo Muhammad la iyo, iki wong edan opo. Iyo opo
piye. Rosululloh masih ada. Bapakmu, mbahmu masih ada. Cuman dia berada di
dimensi yang berbeda dengan kita. La yen kowe sowan (makame) mbahmu kuwi apik,
sopan, lan dialem Gusti Alloh, oleh berkah. Dadi wong sing nglarang kowe nang makam
kuwi nganggep yen wong sing wis mati kuwi wis ora ono. Yen wonge isih
ono, ning dunia lain, tidak masalah (yen disowani). Dadi yen kowe sowan piye.
Apik kuwi.
Kuwi sing omong ngono
sapa. Apamu. Om mu, mbahmu opo.
Jawab gadis itu : Pak
de saya. Tapi terus memberi tahu bude-bude.
Ngene lo. Sesuk yen
diomongi meneh, omongo : Yo wis Pak de. Kowe tak
dongakke mlebu neroko. Karo malaikat diancup-ancup, diidak-idak. Kondo ngono.
Terus dek-e yen takok :
Kok kowe ndongakke aku mlebu neroko. Njawabo : Tenang Pak de, ora kabul . Wong sing kabul ki, aw waladin solihin
yad u lah. Nek kulo niki anak panjenengan, iso kabul . Aku mung Pak de (keponakan)
kok. Ngono yo. Jadi jelas ya. Jelas secara hukum ya.
Jawab gadis itu : “Mending
tidak usah memberi tahu. Mending saya nglakoni sendiri saja.” Lakukan saja.
Kalau ditegur. Awas ! Tak dongakke mlebu neroko lo. Wong ora kabul miturut deweke kok. Bar
ngono pas ngguyuo. Menyang kuburan kuwi apik, kok ora entuk. Yen diwajibkan,
yang salah yang mewajibkan itu. Wis beres to. Cuma jangan
demonstratip. Jangan menyolok, tetap sopan sama Pak de. Mung nek wis kepekso ngono kuwi mau.
Yen ora omongo : Matur kesuwun
Pak de, ning nuwun sewu kulo bade tetep mriko. Wong niko (makame) mbah kulo kok. Niko (makame) bapak kulo. Wis lego to atimu. Wis , sesuk dadi tenang
atine, (mandar) cepet oleh jodo.
Demikianlah jawaban Cak
Nun, terhadap pertanyaan gadis tadi.
Jember, 17 Juni 2016
Dr.
H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada No. 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
. Itu yang mendoakan Kaum Muslimin dan mukminin ada yang kurang kta ktanya. (iki ono terusane aKhire) Kanjeng Nabi kan doanya : Minal muslimin wal muslimat, minal mukminin wal mukminat Al ahya i minhum wal amwat. Doanya Kanjeng Nabi itu untuk semua muslim, mukmin, muslimin, muslimat, mukminin, mukminat, sing isih urip lan sing wis mati, didongakke kabeh. ~> Sa Asu Asune, Sa pitik ~ pitike. :v
BalasHapus> Punten