SALAH FAHAM ARTI ADIL
DI DALAM AL QUR-AN
CONTOH KASUS NABI IBROHIM AS.
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Adil atau keadilan perannya sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak dari
kehidupan rumah tangga, pergaulan masyarakat, hukum agama dan negara. Kita ingat kata adil atau keadilan ada di dalam
Pancasila, yaitu sila ke-2 dan ke-5.
Arti adil dalam
bahasa Indonesia
Dalam
bahasa Indonesia adil berarti tidak berat sebelah, sepatutnya,
tidak sewenang-wenang dan tidak memihak (W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
Arti kata
‘adl (عَدَل) dan qisth (قِسْط) di dalam bahasa Arob dan Al-Quran
Pengertian adil di dalam bahasa Arob dan Al-Qur-an yang
terpenting adalah kata ‘adl (عَدَل) dan qisth (قِسْط). Kata-kata lainnya
adalah haq, ahkam, qowam, amtsal, iqtashoda, shiddiq.
(Ensiklopedi Al-Qur’an, Prof. M. Dawam Rahardjo)
Biasanya
kata ‘adl (عَدَل) dan qisth (قِسْط) dianggap
sebagai padanan (sinonim). Tetapi di beberapa ayat di dalam Al Qur-an, kedua
kata itu ada secara bersama-sama. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa keduanya mempunyai
arti yang berbeda. Ayat-ayat tersebut adalah:
1. QS.
Al-Baqoroh [2] : 282,
2. QS.
An-Nisa [4] : 3,
3. QS.
An-Nisa [4] : 135,
4. QS.
Al-Maidah [5] : 8,
5. QS.
Al-An’am [6]:152,
6. QS.
Al-Hujurot [49] : 9.
Perbedaan arti itu kita temukan pada
Kamus saku Arab Inggeris Indonesia, Elias A Elias &
Edward Elias dan Ensiklopedia Al Qur-an, di mana :
Qisth (قِسْط).diartikan sebagai sama (equal)
dan seimbang (just). Justru kata qisth ini yang artinya adalah adil (justice)
|
‘Adl (عَدَل) diartikan sebagai lurus
(straight = jujur)
|
Kata qisth di dalam Al
Qur-an
Istilah al-qisth dengan berbagai bentuk turunannya di dalam al-Qur-an secara umum
berbicara mengenai keadilan, terutama pada aspek terselenggaranya hak-hak yang menjadi milik
seseorang secara proporsional.
Kata
qisth (قِسْط) di dalam Al Qur-an jumlahnya ada 22 yaitu.
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
|
[2] : 282
[3] : 18 [3] : 21
[4] : 3
[4] : 127
[4] : 135
[5] : 8
[5] : 42
|
09.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
16.
|
[6] : 152
[7] : 29
[10] : 4
[10] : 47
[10] : 54 [11] : 85
[21] : 47
[33] : 5
|
17.
18.
19.
20.
21.
22.
|
[49] : 9
[55] : 9
[57] : 25
[60] : 8
[72] : 14
[72] : 15
|
15. Kata ‘adl di dalam Al Qur-an
Kata ‘adl (عَدْل) dalam berbagai
bentuknya terulang sebanyak 28 kali di dalam Al-Quran. Kata ‘adl sendiri di-sebutkan 13 kali, yakni pada Q.S
Al-Baqarah (2): 48, 123, dan 282 (dua kali), Q.S An-Nisa’ (4): 58, Q.S
Al-Ma’idah (5): 95 (dua kali) dan 106, Q.S Al-An‘am (6): 70, Q.S An-Nahl (16):
76 dan 90, Q.S Al-Hujurat (49): 9, serta Q.S Ath-Thalaq (65): 2.
‘Adl / al-‘Adl (عَدْل َ/ اَلْعَدْل) juga
merupakan salah satu al-asma’ul husna, yang menunjuk kepada Alloh sebagai
pelaku. Dalam kaidah bahasa Arab, apabila kata jadian (mashdar) digunakan untuk
menunjuk kepada pelaku, maka hal tersebut mengandung arti “kesempurnaan”.
Demikian halnya jika dinyatakan Allah adalah Al-‘Adl (اَلْعَدْل = keadilan), maka ini berarti bahwa Dia adalah pelaku keadilan yang
sempurna.
Komentar penulis
Berbeda dengan pembahasan tentang kata qisth
(قِسْط)
sebelumnya yang hanya mempunyai satu arti yaitu adil = (sama, seimbang), kata ’adl / al-‘adl (عَدْل اَلْعَدْل) menurut Prof Dr. M. Quraish Shihab, MA.
mempunyai beragam arti (ada 7 arti). Berarti
beliau menyamakan bahasa Arob Al Qur-an yang sejatinya adalah firman Alloh Swt.
dengan bahasa Arob manusia.
Padahal menurut Sayidina Ali bin Abi Tholib Ra. berbeda.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali Ra pernah mengingatkan bahwa:
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali Ra pernah mengingatkan bahwa:
“Bisa jadi yang diturunkan Alloh sepintas terlihat
serupa dengan ucapan manusia, padahal itu adalah ucapan (firman) Alloh sehingga pengertiannya tidak
sama dengan pengertian yang ditarik dari ucapan manusia. Sebagaimana
tidak satu pun dari makhlukNya yang sama denganNya, demikian juga tidak serupa
perbuatan Alloh dengan sesuatu pun dari perbuatan manusia. Firman Alloh adalah
sifatNya, sedang ucapan manusia adalah perbuatan / aktivitas mereka. Karena itu
juga jangan sampai engkau mempersamakan firmanNya dengan ucapan manusia sehingga
mengakibatkan engkau binasa dan tersesat / menyesatkan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bila
bahasa Arob di dalam Al Qur-an dimaknai sesuai dengan bahasa Arob kuno (pada
zaman Nabi) maka Al Quran menjadi multi tafsir sebagaimana yang telah terjadi
sekarang. Sehingga tidak ada kepastian.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Maka makna
kata-kata di dalam Al Qur-an seyogjanya masing-masing hanya satu.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Kata ’adl / al-‘adl (عَدْل\اَلْعَدْل) di
dalam Al Qur-an jumlahnya ada 22 sebagai berikut.
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
|
[2]
: 48
[2]
: 123
[2]
: 282
[2]
: 282
[4]
: 3
[4]
: 58
[4]
: 129
[4]
: 135
|
09.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
16.
|
[5]
: 8
[5]
: 95
[5[
: 95
[5]
: 106
[6]
: 115
[6]
: 152
[7]
: 159
[7]
: 181
|
17.
18.
19.
20.
21.
22.
|
[16]
: 76
[16]
: 90
[42]
: 15
[49]
: 9
[65]
: 2
[82]
: 7
|
Tafsir lengkapnya ada di makalah ’’Adil di dalam Al Qur-an” di nasimfauzi@Blogspot.Com
dimana ditemukan arti kata al-adl di
dalam Al Qurän adalah jujur.
=====================================================
Kesimpulan : di dalam Al Qur-an arti kata qisth adalah = kata adil dalam bahasa Indonesia.
Sedang kata ’adl berarti jujur.
======================================================
Riwayat Nabi Ibrohim As.
Ibrahim As. lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, yang
merupakan salah satu kota terpenting saat itu di Timur Tengah yaitu dataran
Mesopotamia (sekitar Iraq sekarang).. Pada saat lahir, Ibrahim belum bernama
"Ibrahim", tetapi "Abram". Namanya kemudian dirubah oleh
Alloh.
Di negerinya Ibrohim bersengketa dengan Raja Namrud
yang akhirnya beliau dibakar olehnya, tetapi diselamatkan Alloh Swt.
Karena keselamatannya terancam, maka pada suatu
hari Alloh Swt. meminta Ibrahim untuk pergi meningga-kan negeri dan
masyarakatnya, menuju ke suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah
masyarakat baru di sana. Waktu itu Abram As. berusia 75 tahun, melakukan
perjalanan bersama istrinya yang mandul bernama Sarai - yang kemudian dikenal
dengan nama "Sarah" yang berarti puteri raja - dan anak dari
saudaranya yang bernama Lut As. (terkenal dengan peristiwa Sodom dan Gomoroh di
tepi Laut Mati).
Dalam perjalanan menuju ke "Tanah yang Terpilih
(Chosen Land)" mereka singgah / tinggal di Harran untuk sementara waktu
dan kemudian melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di Kanaan, mereka diberi
wahyu oleh Alloh bahwa tempat tersebut secara khusus dipilih dan dianugerahkan
buat mereka. Ketika itu Abram berusia 99 tahun, namanya kemudian dirubah
menjadi Ibrahim (Abraham) As.
Pada suatu hari Kanaan dilanda kekeringan. Maka
beliau dengan isrerinya Sarah hijrah ke Mesir. Di sana setelah terjadi beberapa
peristiwa, Pharao menghadiahkan Sarah seorang budak negro bernama Hagar.
Setelah masa kekeringan lewat, mereka kembali ke
Kanaan, namun mereka tidak kunjung dikaruniai putera. Maka Sarah menyarankan kepada
Ibrahim untuk mengawini Hagar budaknya itu. Alhamdulillah Hagar bisa memberinya
putera yang dinamakan Ismail. Saking gembiranya Ibrahim tidak pulang-pulang ke isterinya
Sarah karena asik menunggui puteranya yang diidam-idamkannya itu. Maka timbul
rasa cemburu di hati Sarah sehingga menyuruh Ibrahim membawa Hagar dengan
anaknya pergi ke tempat yang jauh dari
Kanaan.
Maka Ibrahim As. membawa keduanya ke Mekah di
jazirah Arab yang jaraknya kira-kira 1000 km dari Kanaan Ibrahim meninggakan Hagar
beserta puteranya Ismail di Mekah selama 12 tahun. Sewaktu ditinggal Ibrohim
As. di Mekah Hagar mendapat banyak kesulitan, karena Mekah tanahnya tandus,
tidak ada air dan pepohonan. Maka Hagar melakukan sai antara bukit Sofa dan
Marwa mencari air. Sementara bayinya Ismail ditinggal sendirian. Segera
datanglah pertolongan Alloh Swt. Dari arah ujung kaki Ismail Alloh menerbitkan
sumur Zamzam yang airnya mengalir sampai sekarang. Sehingga sekitar sumur itu
menjadi subur yang menjadi daya tarik orang-orang Arob berkumpul di situ,
membentuk kota Mekah sampai sekarang.
Sedang Ibrahim As. sendiri pulang ke Kanaan untuk menyertai
isterinya Sarah. Alhamdulillah Sarah meskipun sudah tua oleh Alloh Swt. dikaruniai
seorang putera yang diberi nama Ishaak. Dari Ishaak dan anaknya Yakub alias
Isroil yang mempunyai 12 orang anak dari 2 orang isteri, mereka menurunkan Bani
Isroil yang terdiri dari 12 suku.
Sewaktu Ismail berumur 12 tahun Ibrohim As. pergi ke Mekah mengunjungi Hagar dan puteranya
Ismail. Ibrohim As. dan Ismail diperintahkan Alloh Swt. membangun Ka’bah sebagai Baitulloh. Juga Alloh
menguji Ibrohim As. untuk menyembelih puteranya yang disayanginya itu. Ibrohim As.
lulus dengan ujiannya. Sebagai gantinya Ibrohim As. disuruh menyembelih seekor
kambing korban pemberian Alloh Swt. Setelah kedua peristiwa itu Ibrohim As.
pulang kembali ke Kanaan menyertai isterinya Sarah dan puteranya Ishaak. Ibrohim
As. meninggal pada usia 175 tahun dan dikubur di gua Macpelah yang berdekatan
dengan kota Hebron (el-Kalil) di West Bank (tepi barat).
Sedang
Hagar beserta puteranya tetap tinggal di Mekah. Setelah dewasa Ismail As. kawin
dengan orang Arob Mekah. Salah satu keturunannya adalah Nabi Muhammad Saw.
Pertanyaan,
adilkah perbuatan Nabi Ibrahim As. meninggalkan Hagar beserta bayinya Ismail di
Mekah yang gersang itu ?
Bila adil adalah sinonim dari qisth dalam Bahasa Arob yang berarti sama (equal) dan seimbang (just), maka perbuatan
Ibrohim As. jelas tidak adil.
Bila ’adl sebagai Bahasa Al Qur-an
yang berarti lurus (straight = jujur) maka perbuatan Ibrohim As. adalah adil atau jujur, memberi
tahu Hagar bahwa di Mekah salah seorang keturunannya kelak akan menjadi Nabi
yaitu Muhammad Saw. Hal itu tidak mungkin terjadi bila Hagar tetap tinggal di
Kanaan.
Jember, 26 Juni
2016
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar