ARTI NAFS WAHIDAH
DI DALAM AL QUR-AN
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Sebagai pembuka wacana pembahasan kata majemuk nafs wahidah, mari kita pelajari makalah di bawah ini.
Misteri Nafs Wahidah
Oleh : Nasaruddin Umar.
Dosen IAIN Jakarta
Redaktur Pelaksana Jurnal Pemikiran Islam Paramadina
Misteri Nafs Wahidah
Oleh : Nasaruddin Umar.
Dosen IAIN Jakarta
Redaktur Pelaksana Jurnal Pemikiran Islam Paramadina
Dalam
al-Qur’an tidak dijumpai ayat-ayat secara rinci menceritakan asal-usul kejadian
perempuan. Kata Hawa yang selama ini dipersepsikan sebagai perempuan yang
menjadi isteri Adam sama sekali tidak pernah ditemukan dalam al-Qur’an, bahkan
keberadaan Adam
sebagai manusia pertama dan berjenis kelamin pria masih dipermasalahkan.
Satu-satunya ayat yang mengisyaratkan asal
usul kejadian perempuan yaitu QS. al-Nisa’ {4):1 sbb:
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari “diri” yang
satu (a single self), dan dari padanya Allah menciptakan pasangan (pair)-nya,
dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
Akan tetapi maksud ayat ini masih terbuka
peluang untuk didiskusikan, karena ayat tersebut menggunakan kata-kata
bersayap. Para mufassir juga masih berbeda pendapat, siapa sebenarnya yang
dimaksud dengan “diri yang satu” (nafs wahidah), siapa yang ditunjuk pada kata ganti
(dhamir) “dari padanya” (minha), dan apa yang dimaksud “pasangan” (zawy) pada
ayat tersebut?
Kitab-kitab
tafsir mu’tabar dari kalangan jumhur seperti Tafsir al-Qurthubi, Tafsir
al-Mizan, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Bahr al-Muhith, Tafsir Ruh al-Bayan,
Tafsir al-Kasysyaf, Tafsir al-Sa’ud, Tafsir Jami al-Bayan an Tafsir al-Maraghi,
semuanya menafsirkan kata nafs wahidah dengan Adam, dan dhamir minha ditafsirkan
dengan “dari bagian tubuh Adam”, dan kata zawj ditafsirkan dengan Hawa, isteri
Adam. Ulama lain seperti Abu Muslim al-Isfahani, sebagai-mana dikutip al-Razi
dalam tafsirnya (Tafsir al-Razi), mengatakan bahwa dlamir “ha” pada kata minha
bukan dari bagian tubuh Adam tetapi “dari jins (gen), unsur pembentuk Adam”. Pendapat lain dikemuka-kan oleh ulama Syi’ah yang mengartikan nafs wahidah
dengan “roh” (soul).
Kedua
pendapat terakhir yang berbeda dengan pendapat jumhur ulama cukup beralasan
pula. Jika diteliti secara cermat penggunaan kata nafs yang terulang 295 kali dalam
berbagai bentuknya dalam al-Qur’an, tidak satupun dengan tegas menunjuk kepada
Adam. Kata nafs
kadang-kadang berarti “jiwa” (QS.. al-Ma’idah [5]:32), “nafsu”
(QS.. al-Fajr [89]:27), “nyawa / roh” (QS.. al-‘Ankabut [29]:57). Kata nafs wahidah
sebagai “asal-usul kejadian” terulang lima kali tetapi itu semua tidak mesti
berarti Adam, karena pada ayat lain, seperti QS.. al-Syu’ra [42]:11, nafs itu
juga menjadi asal-usul binatang.
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu
dari jenis kamu sendiri (min anfusikum) pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikanNya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
Kalau
dikatakan nafs
wahidah ialah Adam, berarti Adam juga menjadi asal-usul kejadian
hewan dan tumbuh-tumbuhan?
Perhatikan sekali lagi ayat ini
menggunakan bentuk nakirah / indefinite “dari satu diri” (min nafsin),
bukan dalam bentuk ma’rifah / definite (min al-nafs), berarti menunjukkan
kekhususan (yufid al-takhshish) lalu diperkuat (ta’kid) dengan kata “yang satu” (wahidah)
sebagai shifat dari min nafsin. Semuanya ini menunjukkan kepada
substansi utama (the first resource), yakni asal (unsur) kejadian Adam, bukan
Adamnya sendiri sebagai secondary resources. Di samping itu, seandainya yang
dimaksud pada kata nafs ialah Adam, mengapa tidak digunakan kata wahidin dengan
bentuk gender laki-laki (mudzakkar), tetapi yang digunakan kata wahidah
dalam bentuk perempuan
(mu’annats). Walaupun kita tahu bahwa kata nafs
masuk kategori mu’annats sebagaimana beberapa ism ‘alam lainnya tetapi dalam
al-Qur’an sering dijumpai shifat itu menyalahi bentuk mawshufnya kemudian
merujuk ke hakekat yang dishifati, jika yang dishifati itu hendak ditekankan
oleh Si Pembicara (Mukhathab).
Kata nafs wahidah dalam ayat itu boleh jadi suatu genus
dan salah satu speciesnya
ialah Adam dan pasangannya (pair / zawj-nya)
(QS. al-A’raf [7]:189), sedangkan species lainnya ialah binatang dan
pasangannya (QS. al-Syura [42]:11) serta tumbuh-tumbuhan dan pasangannya (QS.
Thaha [20]:53).
Komentar
penulis
Penafsiran Nasaruddin Umar tentang arti kata nafs menunjukkan kesimpang-siuran
karena kata nafs
yang merupakan bahasa Al Quran (bahasa Alloh, yang hanya mempunyai satu arti
yaitu diri /
badan / sel manusia) diartikan seperti
bahasa Arab (bahasa manusia) yang mempunyai bermacam-macam arti yaitu diri, jiwa, nafsu, nyawa, roh
Maka Nafs Wahidah berarti satu diri atau badan atau sel yang berjenis perempuan (muannats).
Sebagaimana telah dibahas dalam makalah MTA, kita
akan menanyakan makna Nafs Wahidah itu kepada Al Qur-an.
Menanyakan Makna Nafs Wahidah
Kepada Al Qur-an.
Prinsip yang kita pakai adalah setiap kata di dalam Al Quran hanya
mempunyai satu arti berdasarkan sabda Sayidina Ali bin Abi Tholib Kw. dan
pendapat Profesor Toshihiko Izutsu sebagai berikut.
Pendapat Ali bin Abi Tholib Kw.
Sayyidina
Ali Kw. berkata : “Bisa jadi yang diturunkan Alloh sepintas terlihat serupa
dengan ucapan manusia, padahal itu adalah ucapan (firman) Alloh. Sehingga pengertiannya tidak sama dengan pengertian yang ditarik
dari ucapan manusia. Seba-gaimana
tidak satu pun dari makhlukNya yang sama denganNya, demikian juga tidak serupa
perbuatan Alloh dengan sesuatu pun dari perbuatan manusia. Firman Alloh adalah
sifatNya, sedang ucapan manusia adalah perbuatan mereka. Karena itu juga jangan
sampai engkau mempersamakan firmanNya dengan
ucapan manusia, sehingga mengakibatkan engkau binasa dan tersesat /
menyesatkan...
Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu.
(Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam
Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993).
Prof. Toshihiko Izutsu adalah seorang pakar bahasa
Arab kuno (zaman turunnya Al Qur-an). Menurut Izutsu kata-kata di dalam Al
Qur-an berasal dari bahasa Arob kuno dengan makna tertentu.
a. Makna asli kata itu dapat
diperoleh dari syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata bahasa Arob
di dalam Al Qur-an tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang sering
berbeda dengan bahasa Arob kuno.
c. Kata-kata bahasa Arob kuno ini setelah dipakai oleh
Al Qur-an maknanya menjadi berubah dari aslinya
d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat,
kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu
Mengapa seyogyanya setiap kata di dalam
Al Qur-an hanya mempunyai satu arti.
Mengingat
bahwa di dunia ini Kitab Al Qur-an jumlahnya hanya satu, diciptakan oleh Alloh Swt yang satu, diturunkan melalui malaikat yang satu yaitu Jibril As, kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw,. maka makna kata-kata
di dalam Al Qur-an seyogjanya hanya satu.
Dimana
menurut Profesor Izutsu arti kata itu diciptakan oleh Alloh Swt. sendiri
Selanjutnya tahap-tahapnya sesuai
makalah ”Menyatukan
dan Menyederhanakan Tafsir Al Qur-an Dengan Cara
Bertanya Kepada Al Qur-an”
MTA) adalah sebagai berikut.
MTA 1. Kata yang
kita tanyakan maknanya kepada Al Qur-an
adalah Nafs Wahidah.
MTA 2. Makna kata Nafs Wahidah itu telah kita cari di dalam Kitab-kitab Tafsir Al Qur-an dan makalah
sebagai berikut:
No.
|
Nama Kitab
/
Ensiklopedia / makalah |
Arti Nafs Wahidah
|
1
|
Semua
Kitab Tafsir Al Qur-an
|
Adam
As.
|
2
|
Rashid
Ridha dan Al-Maraghi
|
bahan baku yang
hakikatnya tak diketahui
|
3
|
Bertanya Kepada Al Qur-an T entang Takwil (Ayat Mutasyabiihat) Kata Nafs Dalam 6 Tahap |
Nafs =diri / badan / sel
Wahidah = tunggal
Sel multipotensi |
4
|
“Wikipedia (uraiannya ada di bawah)
|
Sel punca, sel induk, stem cell (sel batang) |
Sel punca, sel induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel
yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat
tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh.
Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh
yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.]
Saat sel punca terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi
sel punca atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus,
misalnya sel otot,
sel darah merah atau sel otak.
Saat ini Indonesia telah memiliki 2 lembaga
yang dapat mengolah sel punca dengan harga hanya sepersepuluh sel punca impor,
padahal dibutuhkan sampai 3 serum sel punca untuk penyembuhan suatu penyakit,
tergantung tingkat kondisi penyakit-nya. Kedua lembaga tersebut telah dapat mencukupi
kebutuhan nasional dan akan terus meningkatkan produksinya dengan menambah
peralatan laborato-rium baru. Sel punca nasional telah dapat diterapkan pada 20
jenis penyakit, tetapi baru 5 jenis sel punca yang telah dapat dikembangkan
secara massal.
Sel punca memiliki dua sifat penting yang
sangat berbeda dengan sel yang lain:
Sel punca belum
merupakan sel dengan spesialisasi fungsi tetapi dapat memperbaharui diri dengan
pembelahan sel bahkan setelah tidak aktif dalam waktu yang panjang
Dalam situasi tertentu,
sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi tertentu seperti sel
jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri] Pada sumsum tulang dan darah
tali pusar (bahasa Inggris: umbilical cord blood), sel punca secara teratur membelah dan memperbaiki
jaringan yang rusak, meski demikian pada organ lain seperti pankreas atau hati,
pembelahan hanya terjadi dalam kondisi tertentu.
Peneliti medis
meyakini bahwa penelitian sel punca berpotensi untuk mengubah keadaan penyakit manusia dengan cara digunakan
memperbaiki jaringan atau organ tubuh tertentu] Namun, hal ini
tampaknya belum dapat benar-benar diwujudkan dewasa ini
Penelitian sel punca dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah
dilakukannya penelitian oleh ilmuwan Kanada, Ernest
A. McCulloch dan James E.
Till
Ragam sel induk
Sel-sel induk dapat digolongkan
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel tersebut maupun berdasarkan asalnya
Berdasarkan potensi
Sel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu sel ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual.] Jenis sel ini dapat bertumbuh menjadi organisme baru bila diberikan dukungan maternal yang memadai. Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma
Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak) adalah sel-sel yang
dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun tidak dapat
membentuk suatu organisme baru.
Sel induk ber-multipotensi adalah sel-sel
yang dapat berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel dewasa.]
Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal)
adalah sel induk yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi
memiliki kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel
induk
Sesuai
dengan makalah MTA, bahwa setiap kata di
dalam Al Qur-an hanya mempunyai satu makna maka kita misalkan memilih makna Nafs Wahidah adalah sel multipotensi.
MTA 3. Ayat-ayat
Al Qur-an yang mengandung kata Nafs Wahidah di dalam Al Qur-an jumlahnya ada 5 yaitu. QS.
Al-Maidah [5]:32, QS. Al-A’rof [7]:89, QS.Luqman [31]:28,
QS. Az-Zumar [39]:6).
MTA 4. Kita
masukkan makna kata Nafs Wahidah adalah Satu sel multipotensi di dalam kurung di belakang kata Nafs Wahidah tadi.
MTA 5. Kemudian dianalisa apakah kata Nafs Wahidah bermakna Satu sel multipotensi itu sesuai dengan keseluruhan makna ayat.
Di dalam Al Qur-an terdapat lima ayat yang mengandung kata majemuk nafs wahidah (Satu sel
multipotensi) sebagai berikut:
01. QS An Nisa [4] :1 Hai sekalian
manusia, bertakwa-lah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi), dan dari
padanya Alloh menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Alloh memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan
(mempergunakan) namaNya kalian saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kalian. (cocok)
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kalian. (cocok)
02. QS Al An'am [6] : 98. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi), maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami
jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
(cocok)
(cocok)
03. QS Al A'rof [7] : 189 Dialah yang menciptakan
kami dari nafs
wahidah (Satu sel
multipotensi) dan dari padanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang
padanya. Maka setelah dicampurinya, maka mengandunglah dia kandungan yang
ringan, dan teruslah ia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Alloh, Tuhannya seraya
berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur. (cocok)
04. QS Luqman [31] : 28. Tidaklah Alloh menciptakan dan
membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti
(menciptakan dan membangkitkan) nafs
wahidah (Satu sel
multipotensi) saja. Sesungguh-nya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (cocok)
05. QS. Az Zumar [39] :
6. Dia menciptakan kamu dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi) kemudian Dia jadikan daripadanya
pasangannya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari
binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam
tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan, tidak ada Tuhan selan Dia, maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan ? (cocok)
MTA 6. Ternyata semua kata nafs wahidah berarti Satu sel multipotensi sesuai dengan keseluruhan
makna ayat masing-masing.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Terbukti bahwa makna nafs wahidah di dalam Al Qur-an adalah Satu sel multipotensi.
-----------------------------------------------------------------------------------
Jember, 2 Desember 2017.
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar