Sabtu, 02 Desember 2017

Buku Menyingkap Tabir Ayat Mutasyabihat Seri Ke-20

 
ARTI NAFS WAHIDAH
DI DALAM AL QUR-AN

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

    
Pendahuluan

     Sebagai pembuka wacana pembahasan kata majemuk nafs wahidah, mari kita pelajari makalah di bawah ini.
Misteri Nafs Wahidah
Oleh : Nasaruddin Umar.
Dosen IAIN Jakarta
Redaktur Pelaksana Jurnal Pemikiran Islam Paramadina

     Dalam al-Qur’an tidak dijumpai ayat-ayat secara rinci menceritakan asal-usul kejadian perempuan. Kata Hawa yang selama ini dipersepsikan sebagai perempuan yang menjadi isteri Adam sama sekali tidak pernah ditemukan dalam al-Qur’an, bahkan keberadaan Adam sebagai manusia pertama dan berjenis kelamin pria masih dipermasalahkan.

     Satu-satunya ayat yang mengisyaratkan asal usul kejadian perempuan yaitu QS. al-Nisa’ {4):1 sbb:  


      Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari “diri” yang satu (a single self), dan dari padanya Allah menciptakan pasangan (pair)-nya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

     Akan tetapi maksud ayat ini masih terbuka peluang untuk didiskusikan, karena ayat tersebut menggunakan kata-kata bersayap. Para mufassir juga masih berbeda pendapat, siapa sebenarnya yang dimaksud dengan “diri yang satu(nafs wahidah), siapa yang ditunjuk pada kata ganti (dhamir) “dari padanya” (minha), dan apa yang dimaksud “pasangan” (zawy) pada ayat tersebut?

     Kitab-kitab tafsir mu’tabar dari kalangan jumhur seperti Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Mizan, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Bahr al-Muhith, Tafsir Ruh al-Bayan, Tafsir al-Kasysyaf, Tafsir al-Sa’ud, Tafsir Jami al-Bayan an Tafsir al-Maraghi, semuanya menafsirkan kata nafs wahidah dengan Adam, dan dhamir minha ditafsirkan dengan “dari bagian tubuh Adam”, dan kata zawj ditafsirkan dengan Hawa, isteri Adam. Ulama lain seperti Abu Muslim al-Isfahani, sebagai-mana dikutip al-Razi dalam tafsirnya (Tafsir al-Razi), mengatakan bahwa dlamir “ha” pada kata minha bukan dari bagian tubuh Adam tetapi “dari jins (gen), unsur pembentuk Adam”. Pendapat lain dikemuka-kan oleh ulama Syi’ah yang mengartikan nafs wahidah dengan “roh” (soul).

     Kedua pendapat terakhir yang berbeda dengan pendapat jumhur ulama cukup beralasan pula. Jika diteliti secara cermat penggunaan kata nafs yang terulang 295 kali dalam berbagai bentuknya dalam al-Qur’an, tidak satupun dengan tegas menunjuk kepada Adam. Kata nafs kadang-kadang berarti “jiwa” (QS.. al-Ma’idah [5]:32), “nafsu” (QS.. al-Fajr [89]:27), “nyawa / roh” (QS.. al-‘Ankabut [29]:57). Kata nafs wahidah sebagai “asal-usul kejadian” terulang lima kali tetapi itu semua tidak mesti berarti Adam, karena pada ayat lain, seperti QS.. al-Syu’ra [42]:11, nafs itu juga menjadi asal-usul binatang.




(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri (min anfusikum) pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikanNya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. 

     Kalau dikatakan nafs wahidah ialah Adam, berarti Adam juga menjadi asal-usul kejadian hewan dan tumbuh-tumbuhan?

     Perhatikan sekali lagi ayat ini menggunakan bentuk nakirah / indefinite “dari satu diri” (min nafsin), bukan dalam bentuk ma’rifah / definite (min al-nafs), berarti menunjukkan kekhususan (yufid al-takhshish) lalu diperkuat (ta’kid) dengan kata “yang satu(wahidah) sebagai shifat dari min nafsin. Semuanya ini menunjukkan kepada substansi utama (the first resource), yakni asal (unsur) kejadian Adam, bukan Adamnya sendiri sebagai secondary resources. Di samping itu, seandainya yang dimaksud pada kata nafs ialah Adam, mengapa tidak digunakan kata wahidin dengan bentuk gender laki-laki (mudzakkar), tetapi yang digunakan kata wahidah dalam bentuk perempuan (mu’annats). Walaupun kita tahu bahwa kata nafs masuk kategori mu’annats sebagaimana beberapa ism ‘alam lainnya tetapi dalam al-Qur’an sering dijumpai shifat itu menyalahi bentuk mawshufnya kemudian merujuk ke hakekat yang dishifati, jika yang dishifati itu hendak ditekankan oleh Si Pembicara (Mukhathab).

     Kata nafs wahidah dalam ayat itu boleh jadi suatu genus dan salah satu speciesnya ialah Adam dan pasangannya (pair / zawj-nya) (QS. al-A’raf [7]:189), sedangkan species lainnya ialah binatang dan pasangannya (QS. al-Syura [42]:11) serta tumbuh-tumbuhan dan pasangannya (QS. Thaha [20]:53).

Komentar penulis

     Penafsiran Nasaruddin Umar tentang arti kata nafs menunjukkan kesimpang-siuran karena kata nafs yang merupakan bahasa Al Quran (bahasa Alloh, yang hanya mempunyai satu arti yaitu diri / badan / sel manusia) diartikan seperti bahasa Arab (bahasa manusia) yang mempunyai bermacam-macam arti yaitu diri, jiwa, nafsu, nyawa, roh 

     
      Maka Nafs Wahidah berarti satu diri atau badan atau sel yang berjenis perempuan (muannats).

     Sebagaimana telah dibahas dalam makalah MTA, kita akan menanyakan makna Nafs Wahidah itu kepada Al Qur-an.

Menanyakan Makna Nafs Wahidah Kepada Al Qur-an.

     Prinsip yang kita pakai adalah setiap kata di dalam Al Quran hanya mempunyai satu arti berdasarkan sabda Sayidina Ali bin Abi Tholib Kw. dan pendapat Profesor Toshihiko Izutsu sebagai berikut.

Pendapat Ali bin Abi Tholib Kw.

Sayyidina Ali Kw. berkata : “Bisa jadi yang diturunkan Alloh sepintas terlihat serupa dengan ucapan manusia, padahal itu adalah ucapan (firman) Alloh. Sehingga pengertiannya tidak sama dengan pengertian yang ditarik dari ucapan manusia. Seba-gaimana tidak satu pun dari makhlukNya yang sama denganNya, demikian juga tidak serupa perbuatan Alloh dengan sesuatu pun dari perbuatan manusia. Firman Alloh adalah sifatNya, sedang ucapan manusia adalah perbuatan mereka. Karena itu juga jangan sampai engkau mempersamakan firmanNya dengan ucapan manusia, sehingga mengakibatkan engkau binasa dan tersesat / menyesatkan...

Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu. 

(Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993)Prof. Toshihiko Izutsu adalah seorang pakar bahasa Arab kuno (zaman turunnya Al Qur-an). Menurut Izutsu kata-kata di dalam Al Qur-an berasal dari bahasa Arob kuno dengan makna tertentu.
a. Makna asli kata itu dapat diperoleh dari syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata bahasa Arob di dalam Al Qur-an tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang sering berbeda dengan bahasa Arob kuno.
c. Kata-kata bahasa Arob kuno ini setelah dipakai oleh Al Qur-an maknanya menjadi berubah dari aslinya
 d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat, kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu
Mengapa seyogyanya setiap kata di dalam Al Qur-an hanya mempunyai satu arti.
Mengingat bahwa di dunia ini Kitab Al Qur-an jumlahnya hanya satu, diciptakan oleh Alloh Swt yang satu, diturunkan melalui malaikat yang satu yaitu Jibril As, kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw,. maka makna kata-kata di dalam Al Qur-an seyogjanya hanya satu.
Dimana menurut Profesor Izutsu arti kata itu diciptakan oleh Alloh Swt. sendiri
     Selanjutnya tahap-tahapnya sesuai makalah Menyatukan dan Menyederhanakan Tafsir Al Qur-an Dengan Cara Bertanya Kepada Al Qur-an
MTA) adalah sebagai berikut.
MTA 1. Kata yang kita tanyakan maknanya kepada Al Qur-an adalah Nafs Wahidah.
MTA 2. Makna kata Nafs Wahidah itu telah kita cari di dalam Kitab-kitab Tafsir Al Qur-an dan makalah sebagai berikut:
 
No.
Nama Kitab /
Ensiklopedia / makalah
Arti Nafs Wahidah
1
Semua Kitab Tafsir Al Qur-an
Adam As.
2
Rashid Ridha dan Al-Maraghi
bahan baku yang hakikatnya tak diketahui
3
Bertanya Kepada Al Qur-an T      entang Takwil (Ayat  Mutasyabiihat) Kata Nafs Dalam 6 Tahap
Nafs =diri / badan / sel
Wahidah = tunggal
Sel multipotensi
4
Wikipedia  (uraiannya ada di bawah)

Sel punca, sel induk,  stem cell (sel batang)

Sel punca, sel induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.] Saat sel punca terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak.

Saat ini Indonesia telah memiliki 2 lembaga yang dapat mengolah sel punca dengan harga hanya sepersepuluh sel punca impor, padahal dibutuhkan sampai 3 serum sel punca untuk penyembuhan suatu penyakit, tergantung tingkat kondisi penyakit-nya. Kedua lembaga tersebut telah dapat mencukupi kebutuhan nasional dan akan terus meningkatkan produksinya dengan menambah peralatan laborato-rium baru. Sel punca nasional telah dapat diterapkan pada 20 jenis penyakit, tetapi baru 5 jenis sel punca yang telah dapat dikembangkan secara massal.

     Sel punca memiliki dua sifat penting yang sangat berbeda dengan sel yang lain:

Sel punca belum merupakan sel dengan spesialisasi fungsi tetapi dapat memperbaharui diri dengan pembelahan sel bahkan setelah tidak aktif dalam waktu yang panjang

     Dalam situasi tertentu, sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi tertentu seperti sel jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri] Pada sumsum tulang dan darah tali pusar (bahasa Inggris: umbilical cord blood), sel punca secara teratur membelah dan memperbaiki jaringan yang rusak, meski demikian pada organ lain seperti pankreas atau hati, pembelahan hanya terjadi dalam kondisi tertentu.

     Peneliti medis meyakini bahwa penelitian sel punca berpotensi untuk mengubah keadaan penyakit manusia dengan cara digunakan memperbaiki jaringan atau organ tubuh tertentu] Namun, hal ini tampaknya belum dapat benar-benar diwujudkan dewasa ini
     Penelitian sel punca dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya penelitian oleh ilmuwan Kanada, Ernest A. McCulloch dan James E. Till

Ragam sel induk

     Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel tersebut maupun berdasarkan asalnya

Berdasarkan potensi

     Sel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu sel ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual.] Jenis sel ini dapat bertumbuh menjadi organisme baru bila diberikan dukungan maternal yang memadai. Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma

     Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak) adalah sel-sel yang dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun tidak dapat membentuk suatu organisme baru.
     Sel induk ber-multipotensi adalah sel-sel yang dapat berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel dewasa.]
     Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel induk yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk
     Sesuai dengan makalah MTA, bahwa setiap kata di dalam Al Qur-an hanya mempunyai satu makna maka kita misalkan memilih makna Nafs Wahidah adalah sel multipotensi.
MTA 3. Ayat-ayat Al Qur-an yang mengandung kata Nafs Wahidah  di dalam Al Qur-an jumlahnya ada 5 yaitu. QS. Al-Maidah [5]:32, QS. Al-A’rof [7]:89, QS.Luqman [31]:28, QS. Az-Zumar [39]:6).  
MTA 4. Kita masukkan makna kata Nafs Wahidah   adalah Satu sel multipotensi  di dalam kurung di belakang kata Nafs Wahidah tadi.
MTA 5. Kemudian dianalisa apakah kata Nafs Wahidah    bermakna Satu sel multipotensi itu sesuai dengan keseluruhan makna ayat.
    Di dalam Al Qur-an terdapat lima ayat yang mengandung kata majemuk nafs wahidah (Satu sel multipotensi) sebagai berikut:
  
01. QS An Nisa [4] :1 Hai sekalian manusia, bertakwa-lah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi), dan dari padanya Alloh menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Alloh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) namaNya kalian saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kalian. (cocok)

02. QS Al An'am [6] : 98. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi), maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
 (cocok)

03. QS  Al A'rof [7] : 189 Dialah yang menciptakan kami dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi) dan dari padanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang padanya. Maka setelah dicampurinya, maka mengandunglah dia kandungan yang ringan, dan teruslah ia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Alloh, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur. (cocok)

04. QS Luqman [31] : 28Tidaklah Alloh menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) nafs wahidah (Satu sel multipotensi) saja. Sesungguh-nya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (cocok)
05. QS. Az Zumar [39] : 6Dia menciptakan kamu dari nafs wahidah (Satu sel multipotensi) kemudian Dia jadikan daripadanya pasangannya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan, tidak ada Tuhan selan Dia, maka bagaimana kamu dapat dipalingkan ?  (cocok)
MTA 6. Ternyata semua kata nafs wahidah  berarti Satu sel multipotensi sesuai dengan keseluruhan makna ayat masing-masing.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Terbukti bahwa makna nafs wahidah di dalam Al Qur-an adalah Satu sel multipotensi.
-----------------------------------------------------------------------------------
Jember, 2 Desember 2017.
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar