Minggu, 17 Desember 2017

Mengapa Tafsir Qur-an modern berbeda dengan Tafsir klasik ?



MENGAPA TAFSIR  
AL QUR-AN MODERN 
BERBEDA DENGAN TAFSIR 
AL QUR-AN KLASIK ? 

Pengaruh Virus pikiran
mata-mata Inggris
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Definisi-definisi
     Tafsir Al Qur-an Modern adalah Tafsir Al Qur-an yang dikarang setelah masuknya Inggris ke Timur Tengah, sebagai berikut.
1. Kitab Tafsir Al-Manar oleh M. Rasyid Ridho.
2  Kitab Tafsir Al-Maraghi oleh A. Musthafa Al-Maraghi
3  Kitab Tafsir Fii Dzilali Al-Qur’an oleh Sayid Quthub
4. Kitab Tafsir Al-Misbakh oleh M. Quraisy Shihab
5. Kitab Tafsir An-Nur oleh M. Hasbi Ash-Shiddiqy
6. Kitab Tafsir Al-Azhar oleh HAMKA
7. Kitab Tafsir Departemen Agama RI.
Kitab Tafsir Al Qur-an Klasik adalah Tafsir Al Qur-an yang dikarang sebelum masuknya Inggris ke Timur Tengah yaitu :
1. Kitab Tafsir Al-Jalalain dikarang tahun 1455 M.
2. Kitab Tafsir Ibnu Katsir dikarang tahun 1372 M.
Sejak abad ke 18, Inggris sudah mengirimkan mata-matanya ke Timur Tengah.
Beberapa Contoh Perbedaan
1. Masalah poligami. Pada Kitab Tafsir Al Qur-an Klasik poligami dan monogami dinilai sama baiknya, pada Kitab Tafsir Al Qur-an Modern, monogami dinilai baik sedang poligami dinilai buruk.  Uraian lengkapnya dapat dibaca pada makalah “Tafsir Analisa Surat An-Nisa Ayat 1 dan 2.”
2. Pemakaian jilbab bagi wanita muslimah. Di dalam Kitab Tafsir Al Qur-an Klasik pemakaian jilbab diwajibkan, sedang di dalam Kitab Tafsir Al Qur-an Modern termasuk masalah khilafiyah.
3. Jihad. Di dalam Kitab Tafsir Klasik jihad berarti perang membela agama, sedang di dalam Kitab Tafsir Modern jihad berarti berjuang membela kebenaran
Sumber-sumber Hukum Islam
     Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Qur-an dan Al-Hadits. Pengambilan hukum dari Al Qur-an dilakukan oleh para Ahli Hukum Islam, utamanya para Imam madzhab dan para ulama penganut madzhab.
     Di Indonesia Golongan Islam Tradisional menganut Madzhab Syafi’i.
     Maka kita perlu mengetahui perihal Madzhab ini.
Madzhab Imam Syafi'i (767-820 M.)
Muhammad Ibn Idris Al-Syafi'i lahir di Ghazza Palestina pada tahun 767 M. berasal dari suku bangsa Quraisy. Setelah bapaknya wafat ia dibawa ke Mekkah, dimana beliau belajar pada beberapa orang guru. Selanjutnya beliau pindah ke Medinah dan belajar pada Malik Ibn Anas (pendiri Madzhab Maliki) sampai Imam ini meninggal dunia.
Kemudian beliau diberi jabatan oleh pemerintah Yaman. Tetapi karena fitnah politik beliau berhenti, lalu tinggal di Baghdad mempelajari ajaran-ajaran hukum yang ditinggalkan oleh Abu Hanifah (pendiri madzhab Hanafi). Dengan demikian ia kenal baik pada fikih Malik dan fikih Abu Hanifah. Pada tahun 814 M. beliau pindah ke Mesir dan wafat pada tahun 820 M. Al-Syafi'i meninggalkan karangan kitab-kitab Al-Risalah, Al-Umm dan Al-Mansur.
Dalam pemikiran hukumnya beliau berpegang pada lima sumber,
(1) Al Qur-an,  
(2) sunnah Nabi, 
(3) ijma' atau konsensus,      
(4) pendapat Shohabat  dan
(5) qias atau analogi                   
Madzhab Syafi’i dianut di Mesir, Syria, Kurdistan, Hijaz, Yaman, India, Ceylon dan Asean.
Madzhab Syafi’i di Indonesia
      Di pondok-pondok pesantren diajarkan fikih berdasarkan Madzhab Syafi’i, yang termasuk Aliran Ahlus-sunnah wal-jama’ah (disingkat Aswaja). 
Kitab-kitab yang dipakai pada tingkat pendidikan dasar dan menengah di antaranya adalah : Sullam at-Taufiq, Safinatunnaja, Taqrib / Fath Al-Qorib, Kifayatul Akhyar dan Fath al-Muin.
     Kitab-kitab itu disebut “kitab kuning”, karena dibuat dari kertas murah yang warnanya kuning. 
Pendidikan Mazhab Syafii di Timur Tengah     
      Sebelum Perang Dunia ke-2 para santri yang beraliran madzhab Syafi’i belajar ilmu agama dari pusat-pusat pendidikan di jazirah Arabia yang beraliran madzhab Syafi’i.
      Setelah berdirinya kerajaan Saudi Arabia yang beraliran Salafiyah Wahabi, pendidikan agama islam selain mazhab Hambali dilarang. Maka para santri pindah sekolah ke Mesir, Yaman dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
      Selain kitab Fiqh mazhab, di pondok pesantren juga diajarkan Tafsir Al Qur-an “kitab kuning”.yang beraliran Aswaja. Contohnya Kitab Tafsir Al-Jalalain yang dikarang pada tahun 1455 dan Kitab Tafsir Ibnu Katsir yang dikarang pada tahun 1372.
     Sedang di sekolah-sekolah agama di luar pondok pesantren digunakan pelajaran dari “kitab putih” yaitu kitab-kitab yang dikarang oleh para ulama modern setelah Perang Dunia ke-2.  
Organisasi Islam di Indonesia
     Organisasi Islam terbesar di Indonesia adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama atau NU. Maka kita hanya membahas tentang keduanya.
Muhammadiyah



 Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H.).
Beliau memelopori pemurnian dan pembaruan Islam di Indonesia.
Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang Kedua kalinya, pada tahun 1903 Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh beliau setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi
dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya dan Kyai Fakih dari Maskumambang. dan Rosyid Ridho.
      Data Amal Usaha Muhammadiyah
No
Jenis Amal Usaha
Jumlah
No
Jenis Amal Usaha
Jumlah
1
TK/TPQ
4.623
8
Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll.
318
2
SD / MI
2.252
9
Panti jompo
54
3
SMP / MTs
1.111
10
Rehabilitasi Cacat
82
4
SMA /SMK / MA
1.291
11
Sekolah Luar Biasa (SLB)
71
5
Pondok Pesantren
67
12
Masjid
6.118
 6
Perguruan Tinggi Muhammadiyah
171
13
Musholla
5.080
7
RS, Rumah Bersalin, BKIA, BP.
2.119
14
Tanah
20.94        5.504   M²
     Juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh.
     Sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan membawa ide dan gerakan pembaruan untuk dilak-sanakan di Indonesia..
Sejarah Lahir dan Berdirinya Nahdlatul Ulama
     
 
      Di kalangan pesantren dalam merespon kebangkitan nasional, membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian pada tahun 1918 mendirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum santri. Dari Nahdatul Fikri kemudian mendirikan Nahdatut Tujjar (pergerakan kaum saudagar).
     Serikat ini dijadikan basis untuk memperbaiki ekonomi rakyat. Dengan adanya Nahdatut Tujjar, maka Tasyfirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Munculnya Komite Hijaz.
      Di antara penyebab munculnya komite Hijaz adalah jatuhnya Kholifah di Turki pasca Perang Dunia Ke-I, dan masuknya Ibnu Sa’ud yang beraliran Wahabi dengan menguasai Makkah yang menjadi sentral ibadah umat Islam. Ketika itu Saudi berkeinginan menegakkan kembali khilafah yang jatuh itu dengan menggelar konferensi umat Islam se dunia, dan dipusatkan di Mekah.
Utusan dari Indonesia yang diakui adalah : HOS. Cokroaminoto dan K.H. Mas Mansur, tetapi ikut pula berangkat H.M. Suja’ (Muhammadiyah), H. Abdullah Ahmad (Sumatera Barat), H. Abdul Karim Amrullah (Persatuan Guru Agama Islam).
Kemudian K.H. Abdul Wahab Hasbullah dicoret keanggotaannya dengan alasan tidak mewakili organisasi. Akhirnya para Ulama Pesantren membentuk tim Komite Hijaz dengan mengatasnamakan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, meski secara resmi organisasinya belum didirikan. Utusan para ulama pesantren dengan nama Komite Hijaz itu menuai hasil gemilang, Raja Arab Saudi menjamin kebebasan beramaliyah dalam madzhab empat di Tanah Haram. Serta tidak ada penggusuran makam Nabi Muhammad Saw. dan para shohabatnya.
Sepulang dari Mekah K.H. Abdul Wahab Hasbullah bermaksud membubarkan Komite itu karena dianggap tugasnya sudah selesai. Tapi keinginan itu dicegah oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Komite tetap berjalan, namun dengan tugas yang baru, yaitu membentuk organisasi Nahdlatul Ulama, sebagaimana isyarat yang diberikan oleh Syaikhona Cholil yang dikirimkan melalui salah seorang santrinya, K.H. R. As’ad Syamsul Arifin.
Sewaktu K.H. Wahab Hasbullah akan mengumpulkan para Ulama di Surabaya, tampaknya intelijen Belanda sudah mencium tanda-tanda peristiwa besar akan terjadi di kota Surabaya. Karenanya mereka tidak memberikan idzin pertemuan. Tetapi para Ulama tidak kehabisan cara untuk bisa mengadakan pertemuan tersebut.                                  
     Dengan alasan acara “Tahlil” dalam rangka Haul Syaikhona Cholil Bangkalan, para Ulama berkumpul di rumah K.H. Ridwan Abdullah di Jalan Bubutan VI Surabaya. Di luar rumah para undangan membaca Tahlil, sedangkan di dalam rumah para Kyai menggelar pertemuan untuk mendirikan jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama’.  
     Selesai Tahlil itulah, tepatnya pada tanggal 16-Rajab-1344 H. / 31-Januari-1926 lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Pengaruh Mata-mata Inggris di Timur Tengah.
 Informasi ini dikutip dari buku Confession of a British Spy”  karangan Hempher alias M. Siddiq Gumus dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul “Pengakuan Mata-mata Inggris dalam Menghancurkan Kekuatan Islam”.
Kutipan dari buku “Confession of a British Spy”

 
   
Pada tahun 1710, mata-mata Hempher dikirim ke Mesir, Irak, Hijaz dan Istambul untuk memecah-belah Islam. Selain dia, ada 9 mata-mata lagi yang dikirim oleh penjajah Inggris.





     Hempher pergi ke Istambul, ibu kota Kekhalifahan Turki ‘Utsmani hingga tahun 1712. Namun setelah tugas mereka usai, hanya 6 orang saja yang kembali ke London. Kemudian Hempher diberi cuti selama 6 bulan, yang dipakanya untuk menikah.
Hempher lalu diberi tugas yang ke-2 Yaitu :
     Menemukan berbagai titik lemah kaum Muslimin  yang dapat dipakai untuk memecah-belah mereka.  Kelemahan ini langsung digunakan untuk menimbulkan perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.                          
Untuk tugas ke-2 ini dia berangkat ke Bashrah, Irak. Di Baghdad Hempher berjumpa dengan Muhammad Ibnu Abdul Wahab Annajd. Hempher melihat bahwa beliau ini sangat potensial. Maka dibinanya pemuda itu. Di belakang hari Muhamad ibn Abdul  Wahhab An-Najd ini bersekutu dengan Muhamad Ibnu Saud mendirikan Kerajaan Saudi Arabia dengan bantuan Inggris.   

  
      Faham mereka disebut Wahabi, yang sangat  radikal.  Dalam pandangan Wahabi, hanya mereka saja yang benar.
     Golongan lain dianggap sesat dan kafir sehingga boleh dibunuh  Maka pada awal berdirinya negara itu banyak terjadi pembunuhan di Saudi Arabia.
Sekretaris Persemakmuran sangat puas dengan tugas Hempher yang dianggap sebagai mata-mata Inggris yang paling sukses.
Hempher dihadapkan ke menteri yang sangat senang dengan keberhasilannya membina Muhammad Ibnu Abdul Wahab An-Najd. Sekretaris membawanya ke sebuah ruangan dimana ada 10 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Ada yang menyamar sebagai khalifah Turki, sebagai Syaikhul Islam di Istambul, sebagai Syah Iran, sebagai Perdana Menteri Iran dan sebagai Ulama besar Syi'ah di Najaf. Masing-masing dengan asisten yang memberikan informasi yang diperlukan, dari Istambul, Iran dan Najaf.  
Sekretaris berkata, "Kami berani menjamin penyamaran ini 70 % sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.” Hempher mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Ulama Najaf palsu tersebut. Semua jawabannya sangat sesuai dengan yang dia terima dari Ulama Syi'ah di Najaf, Iraq.
Kemudian sekretaris memberinya sebuah buku setebal 1000 halaman berisi hasil penelitian lima perwakilan di atas. Buku itu berisi rencana Inggris untuk menghancurkan kekhilafahan Turki Usmani dalam waktu kurang dari satu abad.
Demikianlah, Inggris telah berhasil menciptakan mata-mata yang sangat pandai, yang menyamar sebagai ulama dan pejabat di Timur Tengah. 
Kemudian mata-mata yang menyamar sebagai Ulama tadi disusupkan ke sentral pendidikan Al-Azhar, Istambul, Najaf, dan Karbala.
 
Kutipan dari buku “Devil’s Game” karangan Robert Dreyfus.


      Pada tahun 1885, seorang aktivis Persia-Afghon bertemu dengan para pejabat Kerajaan Inggris di London  untuk menawarkan suatu ide kontroversial  Apakah Inggris bersedia mengorganisir sebuah aliansi Pan-Islamisme antara Mesir, Turki, Persia dan Afghanistan untuk melawan kaum Czarist diktator Rusia?  Waktu itu Inggris telah menguasai India, kemudian Mesir pada tahun 1881. Kekaisaran Turki Utsmani yang mencakup Irak, Syria, Libanon, Yordania, Israel, Saudi Arabia dan negara-negara Teluk sedang goyah. Kekaisaran Turki sangat potensial untuk dianeksasi. Inggris yang ahli dalam memanipulasi afiliasi suku, etnik, agama dan ahli dalam membuat kelompok-kelompok minoritas agar saling menyerang tertarik dengan ide untuk membangkitkan spirit revivalisme Islam.  
     Rusia  dan Prancis juga memiliki ide yang sama. Namun selanjutnya Inggris dengan puluhan juta warga muslim di Timur Tengah dan Asia Selatan yang diuntungkan. Aktivis Persia-Afghon yang mengajukan ide Pan Islamisme di bawah kendali Inggris pada tahun 1885 adalah Jamaluddin al-Afghoni. Sejak1870-an sampai 1890-an, Afghoni memperoleh dukungan Inggris.
     Menurut sebuah arsip rahasia badan intelijen pemerintah India, Afghoni secara resmi menawarkan diri untuk pergi ke Mesir sebagai agen intelijen Inggris.    
     Bila kita ingin membuat geneologi biblikal Islamisme sayap kanan, maka akan terbaca seperti berikut: 
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeCUdZ9KYz-4q-kVY8mRKpprAgw4hRjP0v_7Ndf1SSpd_KKbpULAaiOSLzCxPVtlFQ3iZgE9qzV2Bqp2zEMq1eYDtXh8xEbK4UOvLIKMjKmODztIZpKL7Uoq8W5Ld4WAilJ5tNxyBTALE/s1600/6+Orang+Tokoh+Modern.png
  
Afghoni (1838-1897) menurunkan Muhammad  Abduh (1849-1905), seorang aktivis Pan-Islamisme dari Mesir, murid utama serta penyebar ajaran-ajaran Afghoni 
 Abduh menurunkan Muhammad Rosyid Ridlo (1865-1935), murid Abduh dari Syria, berpindah ke Mesir dan membuat majalah al-Manar, mengkampanyekan ide-ide Abduh dalam mendukung sebuah Republik Islam. Rosyid Ridlo menurunkan Hassan al-Banna (1906-1949), yang mempelajari Islamisme dari majalah al-Manar dan mendirikan al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir pada 1928. 

 https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/17/Muslim_Brotherhood_Logo.png

     Banna menurunkan banyak keturunan, antara lain adalah menantunya, Said Romadon, organisator al-Ikhwan al-Muslimun internasional yang berkantor pusat di Swiss. Banna juga menurunkan Abul A'la al-Maududi, pendiri Jamaati Islami di Pakistan, sebuah partai politik Islam pertama yang banyak terilhami oleh karya-karya Banna. Para pewaris Banna lainnya mendirikan cabang-cabang Ikhwan di setiap negara Muslim, Eropa, bahkan di Amerika Serikat.
  Seorang keturunan ideologis Banna lainnya adalah Osama bin Laden, seorang warga Saudi yang terlibat Jihad Afghonnya Amerika yang paling dikambing-hitamkan dari keluarga genealogi biblikal Islamisme sayap kanan tersebut.
Selama kurun setengah abad, dari 1875 hingga 1925, building block kanan Islam dibangun Inggris. Afghoni membuat pondasi intelektual bagi gerakan Pan-Islamisme dengan patronase Inggris dan dukungan dari orientalis Inggris terkemuka, E.G. Browne. Abduh, murid utama Afghoni, dengan bantuan proconsul London untuk Mesir, Evelyn Baring Lord Cromer, mendirikan gerakan Salafiyyah, sebuah gerakan arus fundamentalis kanan radikal yang berprinsip "kembali ke dasar" yang masih eksis hingga kini. Abduh menjalin hubungan dengan penguasa Inggris di Mesir. Dia juga membina al-Ikhwan al-Muslimun yang mendominasi kanan Islam pada abad ke-20.  Inggris juga mendukung Abduh kala pra Perang Dunia I beliau memobilisasi semangat Islam. 

 Flag of Saudi Arabia

      Di Jazirah Arob, Inggris membantu kelompok di bawah pimpinan keluarga Ibnu Saud yang berhasil menciptakan negara fundamentalis Islam pertama di dunia yaitu Saudi Arabia. Pada saat yang sama, Inggris juga mendukung Hasyimiyyah dari Makkah -keluarga Arab kedua dengan klaim palsu sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw. - di mana anak-anaknya dipasang oleh London sebagai raja Irak dan Yordania.
Masuknya Virus fikiran ke dalam Kitab-kitab Tafsir Al Qur-an yang berorientasi Universitas Al-Azhar
Fenomena Jamaluddin Al-Afghoni dan ulama-ulama palsu ciptaan Inggris itu menciptakan faham Islam yang menyimpang. Fenomena ini penulis namakan Virus fikiran. Tujuannya adalah memecah belah ummat Islam, merusak moralnya serta memadamkan api semangat jihad melawan Inggris.
Virus fikiran ini disebarkan ke kalangan akademis dan masyarakat umum di seluruh dunia Islam dalam bentuk Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Islam.  
Virus pikiran itu menyusup ke dalam buku-buku referensi di Perguruan tinggi di Mesir, Iraq dan Iran. Maka para Civitas Academica itu secara tidak sadar menyerap pemikiran yang merusak Islam itu.
Termasuk para sarjana Indonesia yang belajar di Timur Tengah. Sehingga menjadikan buku-buku karangan mereka di antaranya Kitab Tafsir Al Qur-an Modern berbeda dengan Kitab Tafsir Al Qur-an Klasik.
Jember, 1 Oktober 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 114
Tilpun (0331) 481127
 Jember
 
Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar