Senin, 20 Februari 2017

Makalah Pendek Penggurunan akibat ulah manusia




PENGGURUNAN AKIBAT ULAH MANUSIA

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Definisi
Penggurunan adalah proses perubahan lahan yang subur menjadi gurun, hilangnya badan air, tanaman, dan hewan liar. Umumnya merupakan hasil dari penggundulan hutan, atau praktik pertanian yang tidak layak. 
     Penggurunan juga disebabkan oleh perubahan iklim dan aktivitas manusia. Penggurunan adalah masalah lingkungan dan ekologis global yang signifikan.

Sejarah

Padang pasir yang diketahui saat ini terbentuk melalui proses alami dalam waktu yang sangat panjang. Selama waktu tersebut, padang pasir telah meluas dan menyusut tanpa peran campur tangan manusia. Padang pasir pra-sejarah berukuran lebih besar dibandingkan padang pasir terluas saat ini, yaitu Sahara, hingga dapat disebut sebagai lautan pasir, yang kini stabil karena adanya tanaman.
Penggurunan memainkan peran penting dalam sejarah manusia, yang berkontribusi pada keruntuhan beberapa kerajaan besar seperti Kartagena, Yunani dan Romawi dan menyebabkan perpindahan penduduk dalam skala besar
Lahan kering menutupi 40-41% luas lahan di bum dan menjadi rumah bagi 2 miliar penduduk. Diperkirakan 10-20% lahan kering telah terdegradasi. Hingga tahun 1998, ekspansi ke arah selatan Padang Pasir Sahara tak diketahui karena kurangnya pengukuran ekspansi ketika itu.
Tiga lokasi utama yang menjadi pusat peradaban pada zaman dahulu, yaitu Mediterania, Mesopotamia, dan dataran tinggi loessial di China sebelumnya merupakan kawasan padat penduduk hingga  terjadi penggurunan. 

Penyebab penggurunan.

Penyebab utama penggurunan adalah menghilangnya tanaman yang terjadi karena berbagai hal seperti kekeringan, perubahan iklim, aktivitas pertanian, penggembalaan hewan berlebih, dan penggundulan hutan. Tanaman memainkan peran penting dalam menentukan komposisi biologis dari tanah. Sebuah studi menunjukan bahwa di berbagai lingkungan, laju erosi dan aliran air permukaan berkurang secara signifikan dengan meningkatnya luas wilayah tanaman. Permukaan lahan kering yang tidak terlindungi akan tertiup oleh angin atau tercuci oleh banjir bandang, meninggalkan lapisan tanah yang tidak subur dan terpanggang oleh cahaya matahari dan tidak menjadi produktif.
 Namun sebuah penelitian lain menunjukan bahwa pergerakan hewan ternak dan hewan liar menjadi faktor penentu utama dalam mempertahankan tanaman dan kualitas tanah, dan menghilangnya hewan ternak dan hewan liar menjadi salah satu penyebab penggurunan .
Penggurunan di Sahel Afrika
 Hasil gambar untuk foto gurun di sahel
Manusia dan alam sekitarnya mempunyai hubungan yang erat antara satu sama lain. Hubungan ini akan menghasilkan dampak terhadap alam sekitar.
Pengaruh negatifnya ialah penggurunan yaitu meluasnya pinggiran gurun atau proses yang merubah kawasan yang sebelumnya bukan gurun menjadi gurun yang tandus dan gersang. Kawasan pinggiran gurun yang pada asalnya merupakan kawasan yang lembab, subur, dan banyak tumbuhan berubah menjadi kawasan gurun sepenuhnya akibat kerakusan aktivitas manusia. Wilayah Sahel akhirnya berubah menjadi gurun dan bergabung dengan gurun Sahara kira-kira 20 tahun yang lalu. Akibat daripada perubahan tersebut Gurun Sahel kehilangan banyak tumbuhan, air, dan tanah sebelum menjadi gersang. Akibat ketidakseimbangan kitaran air dan kehilangan kesuburan tanah berlaku di kawasan tersebut mengakibatkan tempat tersebut menjadi gurun terbesar di dunia ini.

Penggurunan di Gobi Mongolia
Hasil gambar untuk gambar gurun gobi
Mongolia, negara daratan kedua terbesar dunia, sangat rentan terhadap perubahan iklim karena lokasi dan geografinya. Dalam 60 tahun terakhir temperatur rata-rata dari negara itu telah meningkat 1,6 o Celsius. Gurun Gobi, gurun terbesar di seluruh Asia, mencakup sekitar 30% wilayahnya dan sisanya adalah dataran rumput teramat luas tanpa pohon yang disebut stepa. Presipitasi tahunan sekitar 50 milimeter di wilayah gurun, dan 400 milimeter di propinsi utara. Selama 40 tahun terakhir, perubahan iklim telah menghancurkan ekosistem Mongolia, seiring gurun meluas, dingin menusuk, gelombang panas, banjir, kebakaran hutan, badai pasir, mencairnya gletser gunung dan degradasi permafrost (wilayah beku) telah semakin luas.
Kira-kira 85% dari permukaan tanah di Mongolia telah dirusak oleh angin dan oleh kegiatan manusia termasuk pertambangan dan peternakan.
Tidaklah heran bila Mongolia tercatat sebagai salah satu dari 11 negara yang paling dipengaruhi oleh penggurunan, di antara 120 negara yang menderita dari penggurunan. Dari tahun 1970-2007, curah hujan rata-rata tahunan di daerah ladang rumput kering berkurang dari 236 milimeter menjadi 106 milimeter dan suhu udara rata-rata tahunan bertambah dari - 0.3 o  Celsius menjadi +0.3 o Celsius setelah 30 tahun kelebihan angonan. 
     Jenis-jenis tanaman telah digantikan oleh Cleistogenes squarrosa- Agropyron cristatum- Leymus chinensis. Produktivitas tanaman secara keseluruhan berkurang 10 kali, cakupan tumbuhan telah menciut 3 kali, menyebabkan keadaan  itu lebih mirip dengan komunitas ladang padang pasir.
Sebagai akibat langsung dan tak langsung dari pemanasan dan penggurunan, kebakaran hutan selama 25 tahun terakhir telah merusak 1,6 juta hektar dari keseluruhan luas hutan. Laporan menyatakan, antara 1971-1997, ada sekitar 2,700 insiden dari kebakaran hutan yang merusak 14 juta hektar baik ekosistem hutan dan stepa
Penggurunan di Amazon Brazil
    
     Menurut statistic, sebanyak 103,5 kilometer persegi hutan hujan hilang pada Maret dan April di wilayah Amazon Brazil, kira-kira seukuran kota Paris.  Penggurunan di Amazon Brazil meningkat sebanyak 95 persen dari tahun ke tahun selama masa itu. 
Negara bahagian Mato Grosso melaporkan jumlah penggurunan paling tinggi pada Maret dan April. Negara bagian tersebut kehilangan 76,4 kilometer persegi hutan hujan, atau 79 persen dari seluruh penggurunan yang terjadi pada tahun 2010. Situasi sesungguhnya bisa jadi lebih parah lagi, karena para insinyur hanya dapat mengamati 54 persen dari seluruh hutan Amazon Brazil pada Maret dan 56 persen pada April. Bahagian lain wilayah tersebut tertutup awan akibat musim hujan.
Mitigasi dan pencegahan penggurunan
Metode untuk mitigas atau membalikkan efek penggurunan telah diusulkan, namun terdapat halangan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah praktik pertanian berkelanjutan yang diketahui mampu memitigiasi penggurunan, terkadang membutuhkan biaya melebihi keuntungan petani. Masalah lainnya adalah rendahnya motivasi politik dan pembiayaan dalam reklamasi lahan dan program anti penggurunan
Penggurunan dikenal sebagai masalah utama terhadap keanekaragaman hayati. Beberapa negara telah mengembangkan Biodiversity Action Plan untuk mencegah efek tersebut, terutama demi melindungi spesies flora dan fauna yang terancam.
Penghutanan kembali mampu mencegah penggurunan dari akar permasalahannya, yaitu penggundulan hutan. Berbagai organisasi lingkungan seperti Eden Reforestation Projects bekerja pada ruang lingkup di mana penghutanan kembali dan penggrunan berkontribusi pada kemiskinan. Mereka fokus pada pembinaan masyarakat lokal mengenai penggundulan hutan dan memberdayakan mereka untuk menumbuhkan bibit yang ditanam pada musim hujan di lahan yang telah ditebang habis. 
Pelindung anti pasir di Sahara utara, Tunisia
Mitigasi dan pencegahan umumnya fokus pada dua aspek dasar, yaitu penyediaan air dan menyuburkan tanah. Penumbuhan tanaman rintisan sedikit membantu kedua hal tersebut, yang pada akhirnya akan diikuti oleh tanaman lain yang lebih besar dan memberikan manfaat lebih.                     
      Memperbaiki kondisi tanah dapat dilakukan dengan penggunaan tanaman pemecah angin. Tanaman pemecah angin dibangun dari tegakan pepohonan dan semak yang digunakan untuk mencegah erosi dan penguapan air tanah yang tinggi. Beberapa jenis tanah seperti tanah liat akan terkonsolidasi (penurunan volume curah tanah) akibat minimnya keberadaan air. Pembajakan mampu mengembalikan porositas dan tanaman pemecah angin dibangun dari tegakan pepohonan dan semak yang digunakan untuk mencegah erosi dan penguapan air tanah yang tinggi. Beberapa jenis tanah seperti tanah liat akan terkonsolidasi (penurunan volume curah tanah) akibat minimnya keberadaan air. Pembajakan mampu mengembalikan poroitas dan volume tanah.
Jember, 12 Pebruari 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar