PEMBANGUNAN
MASJIDIL AQSHO
MASJIDIL AQSHO
OLEH KHOLIFAH UMAR
Dikutip dari buku Keajaiban Yerusalem,
oleh Muh. Muhibuddin, Yogyakarta, 2014, hal. 152-155.
PENDAHULUAN
Dalam sejarah, Yerusalem berada dalam kekuasaan
Islam terjadi di era Kholifah Umar bin Khottob, kata Philip K. Hitti, yang
mempunyai peranan penting dalam membangun pemerintahan Islam. Di masa Umar
pemerintahan Islam meluas ke wilayah-wilayah lain, termasuk ke Yerusalem,
bahkan hingga ke Afrika utara. Di masa Umar inilah Masjid Al
Aqsho dibangun. Nah, sejak zaman Umar inilah Masjidil Aqsho Yerusalem baru bisa
dimaknai dengan masjid sebagai tempat ibadah umat Islam. Karena saat ini Islam
sudah tersebar di bumi Yerusalem.
Yerusalem ditaklukkan oleh Umar sekitar tahun 638
(Martin Gilbert, 1978, hlm. 7). Saat itu Yerusalem di bawah tanggung jawab
Uskup Sophronius, sebagai wakil kekaisaran Konstantinopel dan menjabat sebagai
kepala gereja Kristen Yerusalem. Umar memang selain dikenal sebagai panglima
perang dengan gelarnya yang terkenal Amir Al-Mukminin (Philip K. Hitti,
2002, hlm. 222). Dengan adanya penaklukan Arab, orang Yahudi diizinkan kembali
ke kota
(Gil: 1997, hlm. 70-71).
Pada
awalnya dalam ekspansi Islam ke Yerusalem tersebut, pasukan Islam di bawah
komando Khalid bin Walid dan Amr bin Ash. Di bawah komando dua jendral Islam
yang terkenal itu, pasukan Islam mengepung kota suci tersebut. Dengan
pengepungan umat islam itu, Yerusalem akhirnya jatuh ke tangan umat Islam.
Namun meski sudah di bawah kekuasaan umat Islam, Sophronius, sang Imam Agung Kristen
Yerusalem tetap menolak untuk menyerahkan Yerusalem kepada umat Islam, kecuali
jika Kholifah Umar bin Khottob yang datang langsung menerima penyerahan
darinya.
Umar
berangkat ke Yerusalem
Tentang
permintaan Sophronius tersebut, akhirnya disampaikan kepada Umar yang berada di
Madinah. Mendengar kabar tersebut Umar langsung berangkat dari Madinah menuju
Yerusalem. Sang Kholifah besar umat Islam tersebut berangkat ke Yerusalem
dengan hanya mengendarai keledai dengan ditemani hanya satu orang pengawal.
Tidak ada kesan sebagai raja atau penguasa besar dan mewah dalam diri Umar saat
itu. Padahal dia saat itu menjadi pemimpin tertinggi umat Islam seluruh dunia.
Setibanya di Yerusalem Umar disambut oleh Sophronius yang benar-benar merasa
takjub dan kagum dengan sosok pemimpin Muslim satu ini. Salah seorang yang
paling berkuasa di muka bumi kala itu, hanya menyandang pakaian sederhana yang
tidak jauh berbeda dengan pengawalnya. Saat di depan pintu gerbang Yerusalem,
Umar disambut oleh pendeta Sophronius bersama rombongannya. Di depan Gereja
Makam Suci Yesus (The Holy Sepulchure), Umar selanjutnya diajak berjalan-jalan
mengelilingi Yerusalem. Termasuk mengunjungi Gereja Makam Suci yang dalam
keyakinan Kristen, Nabi Isa dimakamkan di gereja ini. Saat mengunjungi gereja
itu, waktu sholat Dzuhur telah tiba.
Maka
Sophronius mempersilahkan Umar untuk sholat di gereja tersebut namun Umar
menolaknya. Sebab Umar khawatir kalau seandainya ia sholat di gereja tersebut,
nanti umat Islam akan merubah gereja itu menjadi masjid dengan dalih Umar
pernah sholat di situ sehingga menzolimi hak umat Nasrani. Umar akhirnya sholat
di luar gereja, lalu tempat Umar sholat itu dibangun “Masjid Umar bin Khottob”
atau yang dikenal dengan Dome of the Rock (Qubbatu shohroh atau Kubah Batu).
Ini terjadi ketika di zaman Daulah Umayyah berkuasa
Pembangunan Masjid Umar (Dome of the Rock)
Umar
memimpin sendiri pembangunan Yerusalem mulai dari batu fondasi di Bukit Bait,
yang sebelumnya ia bersihkan untuk mempersiapkan bangunan masjid. Menurut Uskup
Gaul Arculf, yang tinggal di Yerusalem dari 679 hingga 688, Masjid Umar
merupakan bangunan kayu persegi yang dibangun di atas sisa-sisa bangunan yang
dapat menampung 3.000 jamaah (Shalem, 2008).
Pembangunan
Yerusalem kemudian menjadi agenda Umar. Paska berhasil menguasai kota suci itu, Umar kemudian
merancang untuk menata kembali kota
tersebut sehingga menjadi kota
penting bagi umat Islam.
Pembangunan
Haikal Sulaiman III dari Puing-puing dan tumpukan sampah
Dalam
agenda penataan kembali (rebuilding) itu Umar memerintahkan agar lokasi yang
menjadi tempat Haikal Sulaman – sebuah tempat – bagi Nabi berangkat naik
(mikroj) menuju Sidrotul Muntaha dibersihkan dari berbagai tumpukan sampah yang
dibuang orang-orang Kristen sebagai upaya untuk menghina orang Yahudi.
Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut, benar kata sebagian orang atau
mufasir yang mengatakan bahwa saat Nabi Muhammad singgah di Yerusalem dalam perjalanan
Isro’ dan Mikrojnya, tempat yang disebut sebagai Masjidil Aqsho atau Haikal
Sulaiman atau Bait Allah itu masih berupa tumpukan sampah. Di masa Umar ini,
tempat itu dibersihkan bersama para tentaranya serta dibantu oleh beberapa
orang Yahudi, Umar membersihkan area tersebut, kemudian merenovasinya dan membangun
di atasnya komplek Masjid Al-Aqsho.
Perjanjian Kholifah Umar dengan Patriakh Yerusalem
Monofisit Sophronius
Umar sebagai Kholifah Islam juga menandatangani kesepakatan dengan
Patriakh Kristen Monofisit Sophro-nius di Yerusalem untuk meyakinkan dia bahwa
tempat-tempat suci dan umat Kristen Yerusalem akan dilindungi di bawah
kekuasaan orang Muslim (Runciman : 1951, hlm. 3-4).
ISRO’ MIKROJ
NABI MUHAMMAD SAW
Oleh : Dr. H. M.
Nasim Fauzi
Banyaknya Hadits-hadits Isro’ dan Mi’roj palsu menurut Abu Najdi Haroki
Abu Najdi
Haroki dalam buku “Misteri Isro’
Mi’roj”, DIVA Press, Jogjakarta, 2007, menilai hadits-hadits tentang isro’ mi’roj kurang
bisa dipercaya karena banyak hadits palsu. Karena waktu itu di kota Mekah
jumlah kaum muslimin masih sedikit dan posisinya terpencar-pencar, sehingga
para perowi hadits di sekitar Nabi Muhammad Saw. jumlahnya sangat sedikit.
Selain
itu, setelah Nabi Muhammad Saw. wafat timbul “Fitnah kubro” yaitu pertengkaran
kaum muslimin antara Sayidina Ali Kw. dan Muawiyah Ra., di mana untuk memperkuat
kedudukannya, masing-masing golongan sama-sama membuat hadits-hadits palsu
sehingga jumlah hadits tentang isro’ mi’roj itu menjadi berlipat ganda.
Hadits tentang Isro’ Mikroj
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam shohihnya.:Dari Anas bin Malik Ra bahwa
Rosululloh Saw bersabda : “Didatangkan kepadaku Buroq –
yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil
dari baghol, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Maka sayapun
menungganginya sampai tiba di Baitul
Maqdis, lalu
saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para
Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan sholat 2
rokaat. Setelah selesai aku terus keluar. Tiba-tiba aku didatangi
oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku pun
memilih susu. Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah memilih fitroh'. Lalu Jibril
membawaku naik ke langit ke-7 dan Sidrotil Muntaha guna menerima perintah sholat
5 waktu dari Alloh Swt. ....... dst.
Kritik terhadap
Hadits Isro Mi’roj yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik.
Telah disebutkan di atas bahwa Baitul Maqdis / Haikal Sulaiman II tinggal
reruntuhan bahkan dijadikan tempat sampah oleh orang Kristen.
Bagaimana mungkin Nabi Muhammad Saw bisa masuk ke dalam masjid ?
Tentu hadits ini palsu.
Maka, tujuan
Isro Mi’roj bukanlah untuk mene-rima perintah
sholat 5 waktu sebagaimana hadits (palsu) di atas, karena sebelum peristiwa
Isro Mikroj, Nabi dan Kaum Muslimin telah melaksanakan perintah sholat. Melainkan seperti
yang tertulis di dalam QS Al-Isro’ [17] :1-4 dan QS An-Najm [53]: 17
Maha Suci Alloh, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Men-dengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isro [17] : 1).
Tafsir Surat Al-Isro’ [17] : 1
Yang dimaksud dengan Masjidil Aqso yang diberkati
sekelilingnya adalah Tanah Suci bekas Haikal Sulaiman II di Yerussalem dan
sekitarnya. Tempat tinggal Nabi-nabi dimana mereka berdakwah kepada kaumnya,
dan kelak di hari kiamat di sinilah lokasi padang Mahsyar sesuai dengan hadits
Maimunah Ra.
Dari Masjidil
Aqso kemudian Nabi Muhamad Saw. dimi’rojkan Alloh Swt ke Sidrotil Muntaha.
Dan sesungguhnya Muhammad
telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada Jannatul Ma’wa (surga tempat
tinggal). Ketika Sidrotil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda
(kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm [53] :13-18).
Tafsir Surat An-Najm [53] :13-18
Nabi
Muhammad Saw. menyaksikan dengan pandangan langsung tanda-tanda kekuasaan Alloh Swt yang paling besar yaitu Jannatul Ma’wa (Surga
tempat tinggal) di Akhirot (termasuk Kiamat, Kebangkitan, Al-Hasyr, Hisab,
Mizan, Shiroth dan Neraka) yang ada di masa depan. Perjalanan menembus waktu dengan pintu masuknya di Sidrotil Muntaha.
Jember, 15
Januari 2016
Dr.
H. M. Nasim Fauzi
Jalan
Gajah Mada 118
Tlp.
(0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar