DI
DALAM AL QUR-AN
TAQWA
BERMAKNA TAKUT
Oleh : Dr. H.M.
Nasim Fauzi
Pendahuluan
Dalam setiap khutbah sholat Jumát, khotib selalu
menyerukan kepada kita untuk bertaqwa, karena seruan itu merupakan salah satu rukun
/ syarat sahnya sholat Jumát.
Selama hidup penulis, hanya ada dua orang khotib sholat
Jumát yang mengartikan taqwa dengan takut. Pertama adalah almarhum ayah penulis
sendiri, berpuluh-puluh tahun yang lalu di Masjid.Jami’Jember Yang kedua adalah
seorang khotib di Masjid Al-Huda beberapa tahun yang lalu.
Maraknya perzinaaan dan korupsi serta kejahatan lainnya yang terjadi sekarang adalah akibat manusia
tidak takut lagi kepada Alloh Swt. Terlalu banyak memikirkan dunia dan sangat
sedikit mengingat akan akhirot.
|
Biasanya
taqwa diartikan dengan : Memelihara diri dari
siksaan Alloh dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi
segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Mengartikan taqwa dengan istilah yang terlalu panjang
menjadi beban bagi pemikiran yang ada di otak besar.
Mengartikan taqwa dengan takut sangat mudah diingat dan
mudah meresap, karena takut adalah termasuk emosi yang ada di batang otak
(sistem limbik).
Emosi lainnya adalah : sedih, marah, gembira / puas, sex, lapar, haus
Emosi lainnya adalah : sedih, marah, gembira / puas, sex, lapar, haus
Taqwa
adalah sifat manusia yang paling mulia sesuai dengan sabda Alloh Swt..
“Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadi-kan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurot [49] : 13)
Taqwa
di dalam al Qur-an termasuk Bahasa Arob, karena Al Qurán diturunkan dalam
Bahasa Arab.
Arti Taqwa di dalam Kamus dan Ensiklopedia bahasa Arob :
Taqwa berarti: Takut kepada Tuhan, Menjaga, Berbakti, Memelihara diri / menjauhi bahaya, Kesalehan
karena kagum kepada Alloh, dsb.
Beragam arti taqwa di atas adalah dalam bahasa Arob manusia.
Sedangkan
Al Qur;an adalah wahyu atau firman Alloh Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw melalui malaikat Jibril As.
Bila
Al Qur-an dimaknai dengan bahasa Arob manusia yang beragam, maka ayat-ayat Al
Quran / wahyu Alloh itu ákan menjadi beragam pula, bahkan bisa bertentangan.
Hal
ini tidak mungkin terjadi, sesuai dengan sabda-Nya:
“Tidakkah mereka itu memikirkan Al-Qur’an? Seandainya Al Qur’an itu
tidak berasal dari Allah, maka mereka akan menemukan banyak pertentangan di
dalamnya.” (QS An- Nisa [4] : 82).
Sayyidina
Ali Ra bersabda : “Bisa jadi yang diturunkan Alloh sepintas terlihat serupa
dengan ucapan manusia, padahal itu adalah ucapan (firman) Alloh sehingga pengertiannya
tidak sama dengan pengertian yang ditarik dari ucapan manusia.
Sebagaimana
tidak satu pun dari makhluk-Nya yang sama dengan-Nya, demikian juga tidak
serupa perbuatan Alloh dengan sesuatu pun dari perbuatan manusia. Karena itu
jangan sampai engkau mempersamakan firman-Nya dengan ucapan manusia sehingga
mengakibatkan engkau binasa dan tersesat.’
Mencari arti Taqwa di dalam Al Qur-an
Agar
arti taqwa di dalam Al Qur-an itu seragam maka kita bisa mengambil salah satu
dari bermacam arti taqwa tadi, lalu kita pakai sebagai arti semua kata taqwa di
dalam Al Qur-an. Pertama-tama taqwa kita artikan dengan takut.
Lalu
kita kaji apakah arti taqwa pada masing-masing ayat itu sesuai dengan keseluruhan
konteks ayat.
Bila arti taqwa itu betul-betul sesuai pada semua ayat Al
Qur-an yang mengandung kata taqwa, maka itulah arti taqwa di dalam Al Qur-an.
Kata Taqwa di dalam Al Qur-an
1.
Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. kata taqwa dalam berbagai bentuk
dan konteksnya ada 258, tetapi penulis baru menemukan 216 buah. :
3. Daftar
216 ayat itu secara lengkap ada di internet pada makalah Tafsir Taqwa di dalam
Al Qur-an Seri ke 2. dalam blog nasimfauzi@blogspot.com
4.
Ternyata mengartikan taqwa dengan takut pada 215 ayat
tersebut semuanya sesuai dengan konteks ayat masing-masing.
-------------------------------------------------------------------
Maka taqwa di
dalam Al Qur-an berarti takut.
-------------------------------------------------------------
Definisi Taqwa
Dari ayat-ayat itu diperoleh definisi taqwa sebagai
berikut:
a. Takut terhadap kegoncangan yang dahsyat di hari
kiamat. Yaitu QS. Al-Haj [22] : 1.
b. Takut terhadap hari kita dibangkitkan dan dihimpun di
padang mahsyar. Yaitu QS. Al-An’am [6] : 51.
c. Takut terhadap
(pengadilan) hari Kiamat. Yaitu QS. Al-Baqoroh [2] : 48, QS. Al-Baqoroh
[2] : 123, QS Al-An’am [6] : 51 dan QS. Lukman [31] : 33.
d. Takut terhadap hari
pembalasan. Yaitu QS. Ali ’Imron [3]: 281.
e. Takut terhadap neraka. Yaitu QS. Al-Baqoroh [2] : 24 dan
QS. Ali Imron [3] :131:
Definisi panjang orang yang bertaqwa (مُتَّقِينَ)
:
Orang yang bertaqwa adalah orang yang takut terhadap
(saat menghadap) Tuhan yang Maha
Pemurah sedang dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat. Dijanjikan-Nya bagi mereka Syurga.
Yaitu QS. Qof [50] : 31-33.
Nama lain dari Taqwa adalah khouf.
Dengan membandingkan (QS. Ar-Rohman [55] : 46-76) dan (QS. Ad-Dukhon [44] :
51-56).
Secara logika, bila:
[Orang yang bertaqwa] =+ akan mendapat surga
[Orang yang takut saat menghadap Tuhannya] =+ akan
mendapat surga
Maka
: [Orang yang bertaqwa] = [Orang yang takut saat menghadap
Tuhannya] مِّن خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
Orang yang
bertaqwa juga berusaha agar keluarganya selamat dari
azab neraka (فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ) (QS. At-Tur
[52] : 17-28)
Apakah QS. Ali ’Imron [3] : 102 Takutlah engkau
kepada Alloh setakut-takutnya. Tidak bertentangan dengan QS.
At-Taghobun [64] : 16 bertakwalah (takut) kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu.
Takut kepada Alloh setakut-takutnya diperoleh dengan cara :
i. Beriman akan Alloh Swt. dan kepada adanya hari akhir.
ii. Membayangkan hari kiamat, hari kebangkitan,
penghimpunan manusia di padang Mahsyar, pengadilan Alloh, penimbangan amal,
shiroth dan neraka sehingga timbul rasa takut.
iii. Selalu membayangkannya setiap saat.
IV. Menambah ilmu tentang besarnya kekuasaan Alloh Swt. di
dunia dan akhirot, sesuai dengan sabda-Nya:
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang
berilmu)”. (QS. Fathir [35] : 28)
Bertakwalah (takut) kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu artinya :
Kemampuan orang membayangkan hari akhirot tidak sama.
Juga
sesuai dengan QS Al Baqoroh [2] : 286, Laa yukallifulloohu nafsan illaa
wus’aha (Alloh tidak membebani seseorang itu kecuali sesuai menurut
kemampuannya).
Apakah bedanya bertakwa kepada Alloh ( تَّقُوا اللَّهَ) (dan Takut kepada
Alloh (!$# |·øs) pada QS. An-Nuur [24] : 52 ?
Menurut Terjemah Al Qur-an
Kementerian Agama RI yang dimaksud
dengan takut ·øsu
kepada Allah
ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah
dikerjakannya, dan yang
dimaksud dengan takwalloh adalah takut kepada Alloh dari segala macam
dosa-dosa yang mungkin akan terjadi.
Tafsir lain adalah Yakhsya (·øs) takut terhadap barang yang kelihatan yaitu langit
dan bumi (alam semesta), yang amat besar, Alloh Swt. mampu menciptakannya,
tentu Alloh juga mampu menciptakan neraka di Akhirot.
Jangan kalah dengan setan, karena setan sangat Takut
kepada Alloh Swt
Di dalam Al Qur’an setan (iblis)
berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Alloh. Dan Alloh sangat keras
siksa-Nya” (QS. Al Anfal [8] : 48)
Nabi Muhammad Saw. paling Takut kepada Alloh
Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Sesungguhnya aku yang paling mengenal Alloh
dan akulah yang paling takut kepada-Nya” (HR. Bukhori - Muslim).
Nabi Saw. bersabda kepada para sahabat
beliau: “Demi Alloh, andai kalian tahu apa yang aku ketahui, sungguh kalian
akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian pun akan
enggan berlezat-lezat dengan istri kalian di ranjang. Dan kalian akan keluar
menuju tanah datar tinggi, mengiba-iba berdoa kepada Allah” (HR.
Tirmidzi 2234, dihasankan Al Albani dalam Shohih
At Tirmidzi)
Sebagai
penutup, marilah kita hanya Takut kepada Alloh
Swt. belaka. Janganlah Takut kepada manusia.
“Janganlah kalian takut kepada
manusia dan takutlah kalian kepada-Ku.” (QS.
Al Ma’idah [5] : 44).
Jember, 12 Juli 2015.
Dr.
H.M. Nasim Fauzi
Jalan
Gajah Mada 118
Tilpun
(0331) 481127, Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar