Mengapa Konsumsi Minyak Kelapa
di Dunia Menurun ?
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Di negara-negara tropis kelapa adalah pohom yang
serba guna (The
tree of life / A truly superfood)).
Sebelum Perang Dunia ke-2 minyak kelapa adalah
minyak goreng yang terbanyak dikonsumsi di dunia. Waktu itu Indonesia adalah negara pengekspor kopra terbesar di dunia,
yaitu sebesar 565.000 ton pada tahun 1938.
No.
|
Jenis minyak goreng
|
Per 1000
Ton
|
%
|
1
|
Minyak sawit
|
42,500
|
26,6
|
2
|
Minyak kedelai
|
37,930
|
23,7
|
3
|
Minyak rapa*
|
19.725
|
12,3
|
4
|
Minyak bunga matahari
|
10.236
|
6,4
|
5
|
Minyak kelapa
|
3,142
|
1,9
|
6
|
Lainnya
|
45.907
|
28,7
|
D u n I a
|
159.53
|
100
|
*Minyak rapa = rape seed adalah sejenis kobis,
nama Latinnya adalah Brassica napus Linnaeus.
Penyebab menurunnya konsumsi
minyak kelapa adalah :
1. Pendapat Ancel Keys bahwa diet tinggi lemak
jenuh pada susu dan daging bisa menimbulkan penyakit jantung koroner, sedang
lemak tidak jenuh pada minyak sayur baik bagi kesehatan.
2. Perang dagang minyak sayur AS versus minyak
goreng tropis impor.
3. Kalah bersaing dengan minyak kelapa
sawit yang ongkos produksinya lebih rendah.
1. Pendapat Ancel Keys bahwa diet tinggi lemak jenuh
menimbulkan penyakit jantung koroner
Ancel Keys adalah seorang ahli fisiologi. Pada tahun
1955 di depan para ahli WHO di Jenewa, Keys membacakan hasil penelitiannya di
Jepang Italia, Inggris. Canada, Australia dan AS (diurut dari yang rendah) tentang
kematian akibat penyakit jantung koroner. Menurut Keys, diet rendah lemak hewan
di Italia bisa mencegah penyakit jantung koroner sehingga banyak yang berusia
lanjut. (Sedang di negara-negara Barat lainnya konsumsi tinggi lemak hewani
menaikkan kematian akibat penyakit jantung koroner).
Berdasar pendapat ini di AS, bahkan di seluruh dunia semua lemak terutama hewani dinyatakan tidak baik bagi kesehatan. Lemak hewan mengandung lemak jenuh yang tinggi. Karena minyak kelapa juga mengandung lemak jenuh tinggi maka akibatnya disamakan dengan minyak hewan.
Kritik terhadap
pendapat Ancel Keys
Dari
data kesehatan sebagai berikut: :
- Tahun 1900-an
serangan jantung di Barat hampir tidak ada, meskipun orang banyak makan lemak
hewan.
-Tahun 1930-an
serangan jantung di AS menimbulkan kematian sekitar 3.000 orang per tahun.
- Tahun 1960-an serangan jantung di AS
menimbulkan kematian sekitar 500.000 orang per tahun.
Dari
data-data di atas konsumsi lemak hewan bukanlah penyebab penyakit jantung. Penyebabnya
adalah karena konsumsi lemak buruk (minyak kacang dan jagung), serta lemak
jahat (margarin) yang mengandung lemak trans. (Mungkin juga akibat konsumsi
gula yang berlebihan).
2.
Perang dagang minyak sayur AS versus minyak goreng tropis
Sebelum Perang Dunia ke-2 orang
memakai lemak hewan dan minyak kelapa. AS mengimpor kopra dari Filipina dan
pulau-pulau di Pasifik. Ternyata insiden penyakit jantung koroner rendah.
Sewaktu Perang Dunia ke-2 wilayah
penghasil minyak kelapa di Pasifik dkuasai Jepang. AS tidak bisa meng-impor
kopra dari Filipina dan pulau-pulau lainnya. Maka penduduk AS memakai minyak sayur
produksi dalam negeri (minyak kedelai dan kacang) serta margarin (minyak jahat)
yang mengandung lemak trans. Sejak saat itu insiden penyakit jantung
koroner, stroke, diabetes,
hiperlipidemia dan kanker meningkat
tajam. Penyebabnya adalah dari konsumsi minyak sayur dan margarine (minyak
buruk dan jahat) itu
Setelah Perang Dunia ke-2 minyak kelapa masuk lagi ke AS. Terjadi per-saingan dagang antara minyak sayur (minyak kedelai dan kacang) dalam negeri dengan minyak kelapa impor.
Setelah Perang Dunia ke-2 minyak kelapa masuk lagi ke AS. Terjadi per-saingan dagang antara minyak sayur (minyak kedelai dan kacang) dalam negeri dengan minyak kelapa impor.
|
Produsen minyak sayur dan margarin yaitu Procter and Gamble (P&G), beserta petani kedelai yang tergabung dalam American Soybean Association (ASA) membuat kambing hitam bahwa naiknya insiden penyakit jantung koroner di AS diakibatkan oleh konsumsi minyak kelapa import tropis.
|
Bahkan Food and Drug Adminis-tration (FDA - Badan POM AS) dan American Heart Association (AHA – Persatuan Ahli Penyakit Jantung AS) serta mass media AS di antaranya The New York Times ikut mendukung tuduhan itu. Mereka menyurati pemerintah AS dan perusahaan makanan, memprotes penggunan minyak tropis yang mengandung minyak jenuh tinggi..
Berdasarkan pendapat Ancel Keys,
Perhimpunan Ahli Jantung AS (ASA) di TV menyatakan bahwa konsumsi mentega asli
dari susu dan lemak hewan secara berlebihan berbahaya bagi pembuluh darah koroner.
Pendapat-pendapat ini oleh para Dokter
AS dimasukkan ke dalam Buku Ajar Gizi Kedokteran yang berpengaruh terhadap para
dokter di seluruh dunia.
Namun pendapat ini mulai dibantah oleh sarjana AS sendiri, di antaranya
Dr. Bruce Five dengan bukunya Saturated
Fat May Save Your Life, yang
terbit pada tahun 1998.
3. Kalah bersaing
dengan minyak sawit yang ongkos produksinya lebih rendah
Kebun kelapa sawit terluas di dunia ada di Indonesia dan
Malaysia. Di Indonesia kelapa sawit ditanam secara komersial sejak tahun 1911.
Sejak tahun 1980-an area kebun kelapa sawit sangat meluas.
Minyak kelapa sawit yang
aslinya berwarna merah itu, disebut Red Palm Oil (RPO). Lalu dihilangkan warnanya
menjadi jernih sehingga disukai masyarakat.
Jumlah pohon kelapa di
Indonesia lebih banyak dari pohon kelapa sawit. Tetapi produksi minyak kelapa
sawit yang dilakukan secara massal dan mekanis menghasilkan minyak lebih banyak
dan lebih murah daripada minyak kelapa yang dilakukan secara manual. Beaya produksi
minyak kelapa sawit (beserta
bijinya) per ton adalah US$
200-220 sedabg beaya produksi minyak kelapa US$ 320-400 per tonnya. Sehingga harga minyak kelapa 2x lebih mahal daripada minyak kelapa
sawit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak
kelapa lebih baik dibanding minyak sayur (minyak kedelai dan jagung)
Pada awal
tahun 1960-an, Dr. Ian A. Prior, seorang pakar jantung dan pengajar di Pusat
Penyelidikan Wabah Penyakit di Hospital Wellington, New Zealand telah melakukan
penyelidikan di dua pulau yaitu Puka-puka dan Tokelau di Pasifik
Selatan. Dr. Ian memeriksa kesehatan penduduk setempat yang banyak memakan
buah kelapa sebagai diet harian.
Hasilnya kadar kolesterol rendah,
kesehatan fisik amat baik dan tidak ditemukan penyakit kronis seperti penyakit
jantung coroner, diabetes, hipertensi, kanker dan lain-lain.
Penelitian di India yang dibacakan pada simposium Coconut and Coconut Oil in Human Nutrition,
tanggal 27 Maret 1995, di Kochi India, menunjukkan bahwa pemakaian minyak
kelapa tidak mengganggu kesehatan. Tidak ada peningkatan total kolesterol, HDL,
LDL, rasio kolesterol atau trigliserida. Bahkan, keuntungan pemakaian minyak
kelapa mulai disebut-sebut. Penelitian lebih baru yang berasal dari India
menyata-kan bahwa penderita DM tipe II ternyata cenderung timbul atherosclerotic (pengkakuan dan
penyempitan pembuluh darah arteriola) setelah mereka meninggalkan diet minyak
kelapa (coconut oil) dan mengganti
diet mereka dengan diet yang kaya akan poly-unsaturated
vegetable oils, yang dipromosikan oleh Amerika sebagai sahabat jantung (“heart friendly”). Para dokter di sana
sekarang menyarankan untuk kembali memakai minyak kelapa atau VCO.
Maka sebaiknya kita kembali memakai minyak kelapa seperti zaman
dulu, karena menyehatkan. Tidak lagi memakai minyak kelapa sawit, minyak
kedelai dan minyak sayur lainnya, apalagi margarine yang bisa menimbulkan banyak
penyakit.
Jember, 2 Juni 2015
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan
Gajah Mada 118
Tilp.
(0331) 481127 Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar