Apakah Alam Jagat Raya Ini
Diciptakan Hanya untuk
Ras Adam?
Oleh : Ir. Agus
Haryo Sudarmojo *
Semua
kejadian astronomi, kosmologi sebelum alam jagat raya (langit) ini terbentuk
sempurna, kelihatannya hanya proses menunggu kehadiran sebuah debu di alam semesta,
yaitu planet yang bernama Bumi .
Apabila kita menelaah dan memahami dimulainya cikal
bakal alam semesta ini sejak ± 18 miliar tahun lalu (?), yang diikuti oleh
sebuah dentuman besar (Big Bang) ± 13,67 miliar tahun lalu dan seterusnya,
sampai terbentuknya bintang-bintang (najm), yang kemudian terkumpul menjadi gugusan-gugusan
bintang (burujin) karena terkendali oleh jejaring gravitasi yang telah
terbentuk sejak awal ledakan, kita tahu sejak itu, langit terus mengembang
dengan kecepatan yang mengherankan dan menakjubkan.
Perkembangan Alam Semesta dari Big Bang
Kemudian, kejadian itu dilanjutkan dengan terbentuknya
Bintang Matahari (Asy-Syams) lima miliar tahun lalu di antara 200 miliar
bintang dalam Galaksi Bimasakti (Milky Way). Dan ternyata bintang Matahari kita
terletak di posisi yang sangat strategis yang disebut "Galactical Habitable Zone (GHZ)", yaitu zona
tepat huni di pinggiran Galaksi, zona yang kaya dengan unsur besi (Fe) dan
nikel (Ni). Zona tersebut berbentuk melingkar mengikuti pusaran Galaksi. Adapun
luas zona tersebut masih menjadi perdebatan di antara para ahli astronomi dan
kosmologi.
Selanjutnya, bila ditelaah terus kita tahu bahwa
karena di posisi pinggiran Galaksi itulah, Bintang Matahari terselamatkan dari
benturan-benturan dengan 200 miliar bintang lainnya di dekat pusat Galaksi.
Bintang Matahari kita terselamatkan. Matahari
berjalan seolah-olah di jalur lambat sebuah "highway* yang penuh dengan
kendaraan yang berjalan dengan kecepatan tinggi dan saling senggol, dan
hebatnya lagi masing-masing membawa bom nuklir, sehingga sering terjadi ledakan
di antaranya. Bahkan karena sudah "uzur", sering ada kendaraan yang
meledak sendiri di tengah jalur cepat "highway" tersebut.... Sungguh
mengerikan!
Baru sampai cerita di sini saja, kita sudah mulai
bertanya-tanya, mengapa lokasi bintang Matahari di antara 200 miliar bintang
dalam sistem Galaksi Bimasakti begitu istimewa: tepat dari segi ruang maupun
waktu. Sehingga, langit kita dapat menjadi objek penelitian astronomi,
kosmologi, astrobiologi dengan mudah. Apakah ini hanya sebuah kemujuran? Ataukah
suatu hasil rancangan yang cerdas? Mari kita telaah firman Allah Swt. di bawah
ini.
16. Dan
Sesungguhnya kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan
kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya). (Q.S. Al-Hijr [15] : 16)
Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa gugusan
bintang-bintang itu diciptakan untuk "menghiasi" langit bagi
orang-orang yang "memandang"-Nya. Yang dapat kami pahami bahwa untuk
memandang Sang Pencipta, tentu kita harus meneliti ciptaan-Nya (karena mata kita
tidak mampu menangkap dzat-Nya), antara lain yaitu gugusan bintang-bintang
tersebut. Itu semua dapat diteliti karena posisi bintang Matahari dan planet
Bumi kita terletak di pinggiran Galaksi Bimasakti dalam GHZ yang sangat
strategis, di tempat yang terbuka.
Posisi Sistem
Tatasurya di Galaxi Bimasakti
ada di Area Orion (jam 12)
ada di Area Orion (jam 12)
Gambar 45. Gugusan bintang Galaksi Bimasakti
(Milky Way).
Tampak
bintang Matahari kita terletak di pinggir.
Apakah semua ini hanya sebuah kebetulan? Apakah
proses tersebut terjadi begitu saja? Seperti pendapat teman-teman non-Muslim
dari Jepang yang berpendapat bahwa ini semua memang terjadi alamiah. Bahkan
mereka mengejek dengan kalimat, "Anata wa kawaiso ne!" yang dapat
diartikan "Kasihan deh lo!" Kok percaya-percayanya ada Tuhan yang
menciptakan semua ini.... Astaghfirulloohal Adziim.
Bila kita teruskan pemahaman di atas, ternyata
karena bintang Matahari berada di posisi GHZ itulah, planet kita menjadi planet
yang kaya akan besi sehingga bumi dapat membuat selubung magnetosfer. Ini
membuat seluruh makhluknya dapat terselamatkan dari badai dan radiasi
bintangnya sendiri akibat sering meledak-ledak.
Sabuk Radiasi van Allen
The Van Allen radiation belt is a torus of energetic charged particles around Earth, trapped by Earth’s magnetic field.
Coba kita bayangkan, bila bintang Matahari tidak
berada di pinggiran Galaksi Bimasakti dan tidak di jalur GHZ, apakah bisa
selubung magnetosfernya terbentuk? (baca buku kami sebelumnya menyibak rahasia
sains Bumi dalam Al-Quran). Selubung magnet tersebut terbentuk karena
asteroid-asteroid yang kaya akan besi dan nikel pernah menyerbu masuk menumbuk
planet kita. Akibatnya, mereka masuk ke dalam inti Bumi dalam kurun waktu ± 1
miliar tahun, dan hingga saat ini lelehan besi dan nikel tersebut menetap dalam
inti planet kita. Itulah yang menyebabkan planet kita ini mempunyai perisai
magnetik. Bagaimana bila kita tidak mempunyai selubung magnet tersebut? Mungkin
setiap tahunnya kita akan terbakar berpuluh-puluh kali karena radiasi ledakan
di bintang Matahari.
Kita pun bersyukur bahwa bintang Matahari itu
ternyata masih dalam kisaran umur dewasa (5 miliar tahun) alias belum
"uzur" (10 miliar tahun). Jika kita hidup disinari oleh bintang yang
hampir "uzur", tahukah anda apa akibatnya? Temperaturnya akan
berlipat 10.000 kali dari temperatur Matahari sekarang karena Matahari uzur itu
sedang berproses untuk meledak. Maka bisakah kita hidup di planet sekitarnya?
Mungkin planet-planet di sekitarnya akan lenyap menjadi gas. Maka, apalagi kita?
Maa syaa Alloh....
Gambar 46. Lokasi strategis planet Bumi, yakni
terletak tepat
secara ruang dan waktu, sehingga di
dalamnya
dapat berkembang segenap makhluk ciptaan
Alloh.
Bila kita teruskan penelusuran pemahaman kita
tentang keberadaan planet bumi ini, ternyata planet ini terbentuknya ± 4,56
miliar tahun lalu. Ini berselisih ± 500 juta tahunan dengan Bintang Matahari.
Planet bumi ini terletak juga di posisi strategis dalam sistem Tata Surya kita
yang disebut "Circumstelar Habitable Zone (CHZ)", yaitu zona sempit
tepat hunian dalam sistem Tata Surya kita.
Seperti
pernah dijelaskan detail dalam buku sebelumnya, bahwa jika posisi Bumi 5% saja
lebih dekat ke Matahari maka Bumi akan mempunyai nasib yang sama dengan Venus
yang mempunyai efek rumah kaca tidak terkendali, kemudian suhu akan meningkat
beberapa puluh kali. Sebaliknya, bila Planet Bumi 20% lebih jauh dari bintang
utamanya Matahari, awan karbondioksida (CO2) akan terbentuk dalam
lapisan atmosfer bagian atasnya. Sehingga, itu dapat memicu siklus es dan hawa
dingin yang pernah memandulkan Planet Mars.
Mengapa
lokasi planet Bumi dalam sistem Tatasurya begitu istimewa: tepat secara ruang
maupun waktu. Apakah ini hanya sebuah kemujuran? Ataukah ada suatu rancangan
yang cerdas?
Selanjutnya,
Planet Bumi, ± 4 miliar tahun lalu, mendapat serangan lagi berupa asteorid
tunggal sebesar Planet Mars. Asteroid itu menumbuk Bumi. Hal ini membuat planet
kita ini berotasi miring 23,5°. Jadi, tidak tegak lurus lagi terhadap porosnya,
dan kulitnya tersobek serta terlepas ke angkasa raya. Tetapi, karena gaya
gravitasi Bumi, maka robekan-robekan kulit tersebut berputar mengelilingi
Planet Bumi yang akhirnya robekan-robekan kulit Bumi tersebut bersatu menjadi
satelit Bulan.
Bumi dan satelit Bulan
Mulai muncul lagi pertanyaan dalam lubuk hati
kita, apa kejadian ini hanya sebuah kebetulan? Kenapa harus ada tumbukan
asteorid di atas sehingga berakibat terbentuknya satelit Bulan dan Planet Bumi
menjadi berotasi tidak tegak lurus alias miring 23,5°.
Ternyata bila itu semua tidak terjadi, maka
satelit bulan tidak pernah terbentuk. Akibatnya, setiap hari di lautan Planet
Bumi akan terjadi tsunami, setiap hari akan terjadi angin tornado yang akan
menghabisi daratan dan lautan di semua belahan bumi, dan seterusnya. Bayangkan,
baru satu badai Kathrina saja sudah mampu memorak-porandakan Pantai Timur
Amerika. Bagaimana bila puluhan bahkan ratusan tornado setingkat Kathrina
(angin puting beliung dengan kecepatan 200-300 km/jam yang pernah menerjang
Benua Amerika) terjadi bersamaan di semua belahan bumi?
Planet Bumi berotasi miring 23,5° membentuk 4 musim di Bumi
Bila tumbukan di atas tidak terjadi, Planet
Bumi berotasi pada porosnya tegak lurus, alias tidak miring 23,5°. Akibatnya,
ada belahan bumi yang membeku karena tidak pernah merasakan siang hari dan ada
belahan bumi yang mendidih karena tidak pernah merasakan malam hari.
Dan
kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan
bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi
kebanyakan mereka tidak Mengetahui. (Q.S. Ad-Dukhon [44] : 38-39).
Subhanallah, firman Allah
Swt. di atas singkat tetapi padat dan sangat jelas. Ternyata semua peristiwa
proses pembentukan alam jagat raya (langit) ini, memang secara sengaja dan
tidak bermain-main. Semuanya melalui sebuah rencana yang tepat, akurat, dan
saling bersinergi.
Semua
kejadian di atas, (masih banyak lagi puluhan hingga ribuan kejadian lainnya)
menjadikan Planet Bumi kita ini penuh dengan keberkahan.
Semua
kejadian tersebut, membuat kita terheran-heran, terharu bahkan menangis....
karena kita sadar bahwa kelihatannya alam jagat raya ini memang dipersiapkan
untuk menyambut kedatangan sesuatu.
Tidaklah
mungkin semua kejadian tersebut hanya sebuah kebetulan belaka. Semuanya
terlihat secara sains terencana dan akurat, bak sebuah konser musik yang begitu
harmonisnya, yang dipimpin oleh dirigennya. Pertanyaannya, siapakah dirigennya
yang begitu dahsyat cara memimpinnya?
Akhirnya,
dapat disimpulkan, semua kejadian astronomi, kosmologi, dan geologi sebelum
alam jagat raya ini terbentuk sempuma, kelihatannya adalah sebuah proses
menunggu kehadiran sebuah planet yang bernama Bumi. Pantaslah kita tidak pernah
menemukan kalimat Allah yang menyandingkan langit dengan bintang atau dengan
gugusan bintang atau dengan Matahari atau dengan Bulan, tetapi selalu Langit
disandingkan dengan Bumi, seperti kalimat cuplikan firman Allah Swt. berikut
ini. "Kamilah yang menciptakan Langit dan Bumi".
Dan
sepertinya kehadiran Planet Bumi tersebut hanya sebuah proses menunggu ras Manusia
yang akhirnya akan menjadi pemimpin Planet Bumi, atau khalifathullah fil ardhi.
Ras itu adalah ras Adam.
Selanjutnya,
ras Adam (Homo sapiens sapiens) tersebut sepertinya sengaja dihadirkan hanya
karena menunggu kehadiran salah satu keturunannya, yakni seorang pembawa kabar
berita baik bagi semesta alam. Benarkah bahwa terbentuknya Alam Jagat Raya ini
hanya sebuah proses menunggu kedatangan sebuah ras makhluk manusia seperti di
atas?
Tidakkah
kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk(kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.(Q.S. Luqman [31] : 20
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah Telah menciptakan langit dan bumi dengan hak [784]? jika dia menghendaki, niscaya dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah. (Q.S. Ibrohim [14] : 19-20)
[784]
Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan
percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Begitu
dahsyat makna firman tersebut di atas yang telah membuktikan bahwa Allah Swt.
secara jelas mengatakan bahwa memang Alam Jagat Raya (Langit dan Bumi) ini
ternyata diciptakan untuk kepentingan Manusia lahir dan batin dan diciptakannya
dengan hak. Kita hanyalah salah satu makhluk ciptaan-Nya yang dapat dengan
mudah dimusnahkan lalu digantikan dengan makhluk lainnya bila dikeheridaki-Nya.
Begitu istimewanya ras Adam alias ras Homo
sapiens sapiens sampai Rasulullah Saw. bersabda.
"Ketika
Allah menciptakan seluruh makhluk, dijadikan Bumi lebar dan memenuhinya dengan
gunung sehingga menjadi kokoh.
"Para
malaikat pun takjub dengin kekuatan gunung, hingga malaikat bertanya, 'Wahai
Rab, apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang lebih hebat dari gunung?'
"Allah
berfirman, Ya, Aku akan ciptakan besi.'
"Malaikat
bertanya, Yang lebih hebat dari besi?'
"Allah
menjawab, 'Api.'
"Lalu
malaikat pun bertanya, Yang lebih hebat dari api?' "Allah menjawab, 'Air.'
"Malaikat
pun bertanya lagi, 'Yang lebih hebat dari air?' "Allah menjawab, 'Angin.'
"Malaikat bertanya lagi, 'Adakah
ciptaan-Mu yang lebih hebat dari angin?'
"Allah
menjawab, 'Ya, Aku akan ciptakan
cucu-cucu Adam, yang jika mereka bersedekah dengan tangan kanannya, ia
menyembunyikan dari tangan kirinya ...."' (HR Anas r.a.)
Begitulah
cara Allah Swt. melihat kehebatan makhluk-Nya. Bukan kekuatan lahiriahnya yang
diperhitungkan, melainkan kekuatan hatinya. Bila tidak dengan kekuatan hati,
tidaklah mungkin seseorang mendermakan harta bendanya (uang, dan sebagainya)
dengan tangan kanannya, tetapi tangan kirinya tidak mengetahui. Subhanallah....
Akhirnya, kita bisa menyimpulkan bahwa
memang benar penciptaan Alam Jagat Raya yang berisi 100 miliar gugusan bintang
(galaksi), yang setiap gugusnya berisi 100 miliar-miliar Bintang itu, dengan
triliunan Planetnya, hanya untuk menunggu sebuah ras Manusia yang disebut
sebagai ras Adam atau disebut sebagat Homo sapiens sapiens. Dari keturunannya
nanti akan muncul seseorang yang akan menyinari seluruh semesta alam.
* Tentang Penulis
AGUS HARYO SUDARMOJO lahir dl Jakarta pada 31 Juli 1964, adalah putra
keempat darl seorang ayah bernama Agus Sudono (mantan Wakil Ketua DPA Rl). Dia menikah dengan Sri Retno Handayani, seorang
arsitek, dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama: Bayubening P.S.,
Bramaseta J., dan Canang Wirabhumi N.
Dia adalah seorang ahli geologi lulusan Universitas Trisakti, dan seorang
pengusaha di bidang agroindustri. Dia pun pernah menjadi dosen selama tujuh
tahun di Universitasnya.
Dalam perjalanan hidupnya, penulis pernah menggeluti dunla kebatinan ala
Kejawen. Goa, gunung, dan lautan telah dijelajahinya
demi mencari kebenaran sejati di alam dunia ini. Pada 2004, penulis merasa
kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang selalu merasa diawasi oleh-Nya.
Di saat itulah dia mulai "terjebak" dalam kenikmatan menggeluti
informasi-informasi yang tersirat dan tersurat dalam Al-Quran dan hadis sahih.
Dia bertekad untuk terus menyenangi sains dan mencintai Al-Quran.
Dia bukanlah seorang ahli agama. Selain
kegemarannya mengupas makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadis,
ia juga senang mendekat pada alam dengan cara bersepeda, berkemah, dan
berenang, demi cintanya kepada Sang Kekasih yang menciptakan alam jagat raya
ini.
Penulis adalah generasi keenam dan seorang
pahlawan kemerdekaan nasional yang sering dijuluki sebagai Pangeran Sambernyowo
kemudian dinobatkan menjadi KGPAA Mangkoenagoro I, yang sebagai penyebar agama Islam pada abad ke-18. Hal inilah yang menggugah
sanubarinya untuk bersyiar Islam secara modern dalam zamannya, untuk berbagi
ilmu yang telah didapatnya.
Dalam kesehariannya penulis tetap sebagai seorang ayah yang sederhana,
dekat dengan karyawan dan petani dalam mengembangkan bisnisnya.
Jember,
11 Agustus 2014
Pengutip
:
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan
Gajah Mada 118
Tilpun
(0331) 481127 Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar