Senin, 11 Agustus 2014

Buku Asal-usul Manusia 07



Apakah Alam Jagat Raya Ini
Diciptakan Hanya untuk
Ras Adam?

Oleh : Ir. Agus  Haryo Sudarmojo *

Semua kejadian astronomi, kosmologi sebelum alam jagat raya (langit) ini terbentuk sempurna, kelihatannya hanya proses menunggu kehadiran sebuah debu di alam semesta, yaitu planet yang bernama Bumi .
Apabila kita menelaah dan memahami dimulainya cikal bakal alam semesta ini sejak ± 18 miliar tahun lalu (?), yang diikuti oleh sebuah dentuman besar (Big Bang) ± 13,67 miliar tahun lalu dan seterusnya, sampai terbentuknya bintang-bintang (najm), yang kemudian terkumpul menjadi gugusan-gugusan bintang (burujin) karena terkendali oleh jejaring gravitasi yang telah terbentuk sejak awal ledakan, kita tahu sejak itu, langit terus mengembang dengan kecepatan yang mengherankan dan menakjubkan.


Perkembangan Alam Semesta dari Big Bang
Kemudian, kejadian itu dilanjutkan dengan terbentuknya Bintang Matahari (Asy-Syams) lima miliar tahun lalu di antara 200 miliar bintang dalam Galaksi Bimasakti (Milky Way). Dan ternyata bintang Matahari kita terletak di posisi yang sangat strategis yang disebut "Galactical Habitable Zone (GHZ)", yaitu zona tepat huni di pinggiran Galaksi, zona yang kaya dengan unsur besi (Fe) dan nikel (Ni). Zona tersebut berbentuk melingkar mengikuti pusaran Galaksi. Adapun luas zona tersebut masih menjadi perdebatan di antara para ahli astronomi dan kosmologi.
Selanjutnya, bila ditelaah terus kita tahu bahwa karena di posisi pinggiran Galaksi itulah, Bintang Matahari terselamatkan dari benturan-benturan dengan 200 miliar bintang lainnya di dekat pusat Galaksi.
Bintang Matahari kita terselamatkan. Matahari berjalan seolah-olah di jalur lambat sebuah "highway* yang penuh dengan kendaraan yang berjalan dengan kecepatan tinggi dan saling senggol, dan hebatnya lagi masing-masing membawa bom nuklir, sehingga sering terjadi ledakan di antaranya. Bahkan karena sudah "uzur", sering ada kendaraan yang meledak sendiri di tengah jalur cepat "highway" tersebut.... Sungguh mengerikan!
Baru sampai cerita di sini saja, kita sudah mulai bertanya-tanya, mengapa lokasi bintang Matahari di antara 200 miliar bintang dalam sistem Galaksi Bimasakti begitu istimewa: tepat dari segi ruang maupun waktu. Sehingga, langit kita dapat menjadi objek penelitian astronomi, kosmologi, astrobiologi dengan mudah. Apakah ini hanya sebuah kemujuran? Ataukah suatu hasil rancangan yang cerdas? Mari kita telaah firman Allah Swt. di bawah ini.


15:16
16.  Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya). (Q.S. Al-Hijr [15] : 16)
Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa gugusan bintang-bintang itu diciptakan untuk "menghiasi" langit bagi orang-orang yang "memandang"-Nya. Yang dapat kami pahami bahwa untuk memandang Sang Pencipta, tentu kita harus meneliti ciptaan-Nya (karena mata kita tidak mampu menangkap dzat-Nya), antara lain yaitu gugusan bintang-bintang tersebut. Itu semua dapat diteliti karena posisi bintang Matahari dan planet Bumi kita terletak di pinggiran Galaksi Bimasakti dalam GHZ yang sangat strategis, di tempat yang terbuka.


Posisi Sistem Tatasurya di Galaxi Bimasakti 
ada di Area Orion (jam 12)
Gambar 45. Gugusan bintang Galaksi Bimasakti (Milky Way).
Tampak bintang Matahari kita terletak di pinggir.
Apakah semua ini hanya sebuah kebetulan? Apakah proses tersebut terjadi begitu saja? Seperti pendapat teman-teman non-Muslim dari Jepang yang berpendapat bahwa ini semua memang terjadi alamiah. Bahkan mereka mengejek dengan kalimat, "Anata wa kawaiso ne!" yang dapat diartikan "Kasihan deh lo!" Kok percaya-percayanya ada Tuhan yang menciptakan semua ini.... Astaghfirulloohal Adziim.
Bila kita teruskan pemahaman di atas, ternyata karena bintang Matahari berada di posisi GHZ itulah, planet kita menjadi planet yang kaya akan besi sehingga bumi dapat membuat selubung magnetosfer. Ini membuat seluruh makhluknya dapat terselamatkan dari badai dan radiasi bintangnya sendiri akibat sering meledak-ledak.


Sabuk Radiasi van Allen
The Van Allen radiation belt is a torus of energetic charged particles around Earth, trapped by Earth’s magnetic field.
Coba kita bayangkan, bila bintang Matahari tidak berada di pinggiran Galaksi Bimasakti dan tidak di jalur GHZ, apakah bisa selubung magnetosfernya terbentuk? (baca buku kami sebelumnya menyibak rahasia sains Bumi dalam Al-Quran). Selubung magnet tersebut terbentuk karena asteroid-asteroid yang kaya akan besi dan nikel pernah menyerbu masuk menumbuk planet kita. Akibatnya, mereka masuk ke dalam inti Bumi dalam kurun waktu ± 1 miliar tahun, dan hingga saat ini lelehan besi dan nikel tersebut menetap dalam inti planet kita. Itulah yang menyebabkan planet kita ini mempunyai perisai magnetik. Bagaimana bila kita tidak mempunyai selubung magnet tersebut? Mungkin setiap tahunnya kita akan terbakar berpuluh-puluh kali karena radiasi ledakan di bintang Matahari.
Kita pun bersyukur bahwa bintang Matahari itu ternyata masih dalam kisaran umur dewasa (5 miliar tahun) alias belum "uzur" (10 miliar tahun). Jika kita hidup disinari oleh bintang yang hampir "uzur", tahukah anda apa akibatnya? Temperaturnya akan berlipat 10.000 kali dari temperatur Matahari sekarang karena Matahari uzur itu sedang berproses untuk meledak. Maka bisakah kita hidup di planet sekitarnya? Mungkin planet-planet di sekitarnya akan lenyap menjadi gas. Maka, apalagi kita? Maa syaa Alloh....


Gambar 46. Lokasi strategis planet Bumi, yakni terletak tepat

secara ruang dan waktu, sehingga di dalamnya

dapat berkembang segenap makhluk ciptaan Alloh.


Bila kita teruskan penelusuran pemahaman kita tentang keberadaan planet bumi ini, ternyata planet ini terbentuknya ± 4,56 miliar tahun lalu. Ini berselisih ± 500 juta tahunan dengan Bintang Matahari. Planet bumi ini terletak juga di posisi strategis dalam sistem Tata Surya kita yang disebut "Circumstelar Habitable Zone (CHZ)", yaitu zona sempit tepat hunian dalam sistem Tata Surya kita.
Seperti pernah dijelaskan detail dalam buku sebelumnya, bahwa jika posisi Bumi 5% saja lebih dekat ke Matahari maka Bumi akan mempunyai nasib yang sama dengan Venus yang mempunyai efek rumah kaca tidak terkendali, kemudian suhu akan meningkat beberapa puluh kali. Sebaliknya, bila Planet Bumi 20% lebih jauh dari bintang utamanya Matahari, awan karbondioksida (CO2) akan terbentuk dalam lapisan atmosfer bagian atasnya. Sehingga, itu dapat memicu siklus es dan hawa dingin yang pernah memandulkan Planet Mars.
Mengapa lokasi planet Bumi dalam sistem Tatasurya begitu istimewa: tepat secara ruang maupun waktu. Apakah ini hanya sebuah kemujuran? Ataukah ada suatu rancangan yang cerdas?
Selanjutnya, Planet Bumi, ± 4 miliar tahun lalu, mendapat serangan lagi berupa asteorid tunggal sebesar Planet Mars. Asteroid itu menumbuk Bumi. Hal ini membuat planet kita ini berotasi miring 23,5°. Jadi, tidak tegak lurus lagi terhadap porosnya, dan kulitnya tersobek serta terlepas ke angkasa raya. Tetapi, karena gaya gravitasi Bumi, maka robekan-robekan kulit tersebut berputar mengelilingi Planet Bumi yang akhirnya robekan-robekan kulit Bumi tersebut bersatu menjadi satelit Bulan.


Bumi dan satelit Bulan
 Mulai muncul lagi pertanyaan dalam lubuk hati kita, apa kejadian ini hanya sebuah kebetulan? Kenapa harus ada tumbukan asteorid di atas sehingga berakibat terbentuknya satelit Bulan dan Planet Bumi menjadi berotasi tidak tegak lurus alias miring 23,5°.
 Ternyata bila itu semua tidak terjadi, maka satelit bulan tidak pernah terbentuk. Akibatnya, setiap hari di lautan Planet Bumi akan terjadi tsunami, setiap hari akan terjadi angin tornado yang akan menghabisi daratan dan lautan di semua belahan bumi, dan seterusnya. Bayangkan, baru satu badai Kathrina saja sudah mampu memorak-porandakan Pantai Timur Amerika. Bagaimana bila puluhan bahkan ratusan tornado setingkat Kathrina (angin puting beliung dengan kecepatan 200-300 km/jam yang pernah menerjang Benua Amerika) terjadi bersamaan di semua belahan bumi?

Planet Bumi berotasi miring 23,5° membentuk 4 musim di Bumi

Bila tumbukan di atas tidak terjadi, Planet Bumi berotasi pada porosnya tegak lurus, alias tidak miring 23,5°. Akibatnya, ada belahan bumi yang membeku karena tidak pernah merasakan siang hari dan ada belahan bumi yang mendidih karena tidak pernah merasakan malam hari.
Mari kita simak, firman Allah Swt. di bawah ini.

44:38
44:39







Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.(Q.S. Ad-Dukhon [44] : 38-39).

Subhanallah, firman Allah Swt. di atas singkat tetapi padat dan sangat jelas. Ternyata semua peristiwa proses pembentukan alam jagat raya (langit) ini, memang secara sengaja dan tidak bermain-main. Semuanya melalui sebuah rencana yang tepat, akurat, dan saling bersinergi.
Semua kejadian di atas, (masih banyak lagi puluhan hingga ribuan kejadian lainnya) menjadikan Planet Bumi kita ini penuh dengan keberkahan.
Semua kejadian tersebut, membuat kita terheran-heran, terharu bahkan menangis.... karena kita sadar bahwa kelihatannya alam jagat raya ini memang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan sesuatu.
Tidaklah mungkin semua kejadian tersebut hanya sebuah kebetulan belaka. Semuanya terlihat secara sains terencana dan akurat, bak sebuah konser musik yang begitu harmonisnya, yang dipimpin oleh dirigennya. Pertanyaannya, siapakah dirigennya yang begitu dahsyat cara memimpinnya?
Akhirnya, dapat disimpulkan, semua kejadian astronomi, kosmologi, dan geologi sebelum alam jagat raya ini terbentuk sempuma, kelihatannya adalah sebuah proses menunggu kehadiran sebuah planet yang bernama Bumi. Pantaslah kita tidak pernah menemukan kalimat Allah yang menyandingkan langit dengan bintang atau dengan gugusan bintang atau dengan Matahari atau dengan Bulan, tetapi selalu Langit disandingkan dengan Bumi, seperti kalimat cuplikan firman Allah Swt. berikut ini. "Kamilah yang menciptakan Langit dan Bumi".
Dan sepertinya kehadiran Planet Bumi tersebut hanya sebuah proses menunggu ras Manusia yang akhirnya akan menjadi pemimpin Planet Bumi, atau khalifathullah fil ardhi. Ras itu adalah ras Adam.
Selanjutnya, ras Adam (Homo sapiens sapiens) tersebut sepertinya sengaja dihadirkan hanya karena menunggu kehadiran salah satu keturunannya, yakni seorang pembawa kabar berita baik bagi semesta alam. Benarkah bahwa terbentuknya Alam Jagat Raya ini hanya sebuah proses menunggu kedatangan sebuah ras makhluk manusia seperti di atas?
Mari kita perhatikan, firman Allah Swt. di bawah ini.

31:20
Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.(Q.S. Luqman [31] : 20



14:19
14:20
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah Telah menciptakan langit dan bumi dengan hak [784]? jika dia menghendaki, niscaya dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah(Q.S. Ibrohim [14] : 19-20)
[784]  Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Begitu dahsyat makna firman tersebut di atas yang telah membuktikan bahwa Allah Swt. secara jelas mengatakan bahwa memang Alam Jagat Raya (Langit dan Bumi) ini ternyata diciptakan untuk kepentingan Manusia lahir dan batin dan diciptakannya dengan hak. Kita hanyalah salah satu makhluk ciptaan-Nya yang dapat dengan mudah dimusnahkan lalu digantikan dengan makhluk lainnya bila dikeheridaki-Nya.
 Begitu istimewanya ras Adam alias ras Homo sapiens sapiens sampai Rasulullah Saw. bersabda.
"Ketika Allah menciptakan seluruh makhluk, dijadikan Bumi lebar dan memenuhinya dengan gunung sehingga menjadi kokoh.
"Para malaikat pun takjub dengin kekuatan gunung, hingga malaikat bertanya, 'Wahai Rab, apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang lebih hebat dari gunung?'
"Allah berfirman, Ya, Aku akan ciptakan besi.'
"Malaikat bertanya, Yang lebih hebat dari besi?'
"Allah menjawab, 'Api.'
"Lalu malaikat pun bertanya, Yang lebih hebat dari api?' "Allah menjawab, 'Air.'
"Malaikat pun bertanya lagi, 'Yang lebih hebat dari air?' "Allah menjawab, 'Angin.'
 "Malaikat bertanya lagi, 'Adakah ciptaan-Mu yang lebih hebat dari angin?'
"Allah menjawab, 'Ya, Aku akan ciptakan cucu-cucu Adam, yang jika mereka bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan dari tangan kirinya ...."' (HR Anas r.a.)
Begitulah cara Allah Swt. melihat kehebatan makhluk-Nya. Bukan kekuatan lahiriahnya yang diperhitungkan, melainkan kekuatan hatinya. Bila tidak dengan kekuatan hati, tidaklah mungkin seseorang mendermakan harta bendanya (uang, dan sebagainya) dengan tangan kanannya, tetapi tangan kirinya tidak mengetahui. Subhanallah....
    Akhirnya, kita bisa menyimpulkan bahwa memang benar penciptaan Alam Jagat Raya yang berisi 100 miliar gugusan bintang (galaksi), yang setiap gugusnya berisi 100 miliar-miliar Bintang itu, dengan triliunan Planetnya, hanya untuk menunggu sebuah ras Manusia yang disebut sebagai ras Adam atau disebut sebagat Homo sapiens sapiens. Dari keturunannya nanti akan muncul seseorang yang akan menyinari seluruh semesta alam.

* Tentang Penulis

AGUS HARYO SUDARMOJO lahir dl Jakarta pada 31 Juli 1964, adalah putra keempat darl seorang ayah bernama Agus Sudono (mantan Wakil Ketua DPA Rl). Dia menikah dengan Sri Retno Handayani, seorang arsitek, dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama: Bayubening P.S., Bramaseta J., dan Canang Wirabhumi N.
Dia adalah seorang ahli geologi lulusan Universitas Trisakti, dan se­orang pengusaha di bidang agroindustri. Dia pun pernah menjadi dosen selama tujuh tahun di Universitasnya.
Dalam perjalanan hidupnya, penulis pernah menggeluti dunla kebatinan ala Kejawen. Goa, gunung, dan lautan telah dijelajahinya demi mencari kebenaran sejati di alam dunia ini. Pada 2004, penulis merasa kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang selalu merasa diawasi oleh-Nya. Di saat itulah dia mulai "terjebak" dalam kenikmatan meng­geluti informasi-informasi yang tersirat dan tersurat dalam Al-Quran dan hadis sahih. Dia bertekad untuk terus menyenangi sains dan mencintai Al-Quran.
Dia bukanlah seorang ahli agama. Selain kegemarannya mengupas makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadis, ia juga senang mendekat pada alam dengan cara bersepeda, berkemah, dan berenang, demi cintanya kepada Sang Kekasih yang menciptakan alam jagat raya ini.
Penulis adalah generasi keenam dan seorang pahlawan kemerdekaan nasional yang sering dijuluki sebagai Pangeran Sambernyowo kemudian dinobatkan menjadi KGPAA Mangkoenagoro I, yang sebagai penyebar agama Islam pada abad ke-18. Hal inilah yang menggugah sanubarinya untuk bersyiar Islam secara modern dalam zamannya, untuk berbagi ilmu yang telah didapatnya.
Dalam kesehariannya penulis tetap sebagai seorang ayah yang sederhana, dekat dengan karyawan dan petani dalam mengembangkan bisnisnya.


Jember, 11 Agustus 2014

Pengutip :
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127 Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar