Lubang
Cacing dan Sidrotul
Muntaha
Benarkah Nabi Muhammad
Bermi'roj ke Langit ke-7 ?
Oleh
: Dr. H.M. Nasim Fauzi
A.
Latar Belakang Masalah
Bulan Mei 2014 tahun ini
bertepatan dengan bulan Rojab tahun 1435 H., di mana umat Islam banyak yang
merayakan peristiwa Isro’ dan Mi’roj.
Di mass-mass media
kebanyakan yang dibahas adalah tentang Masjidil Aqso dan perintah sholat wajib
lima waktu. Jarang dibicarakan tentang kepergian beliau ke Akhirot. Penulis
hanya menyaksikan satu orang da’i yang membicarakan tentang kepergian beliau ke
Surga dan Neraka. Rupa-rupanya peristiwa kepergian beliau ke Akhirot itu
terlalu rumit karena menyangkut masalah yang belum terjadi.
Padahal menurut faham
penulis, dari enam rukun iman (iman kepada (i) Alloh, (ii) Malaikat-malaikat,
(iii) Rosul-rosul, (iv) Kitab-kitab suci, (v) Takdir dan ( vi) Hari akhir),
percaya kepada Alloh dan hari akhir adalah rukun iman yang paling penting.
Isro’ adalah perjalanan
malam Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil Harom di Mekah ke Masjidil Aqsho di
Palestina. Dilanjutkani ke Sidrotul Muntaha untuk menerima perintah sholat wajib
lima waktu. Dari situ beliau lalu pergi ke Akhirot (di antaranya adalah padang
Mahsyar, Shiroth, Neraka dan Surga) yang berada di masa depan.
Kemudian beliau balik ke masa kini (waktu itu), kembali lagi ke Sidrotul
Muntaha. Akhirnya beliau pulang kembali ke Mekah malam itu juga.
Tiap hari penulis
menyaksikan acara-acara peringatan Isro’dan Mi’roj itu di TV-TV dan membacanya
di koran dan buku-buku.
Maka, pada makalah ini
penulis mencoba membahas masalah hari Akhirot ini dalam hubungannya dengan
peristiwa Isro’ dan Mi’roj.
Sumber-sumber data
Data-data tentang
peristiwa Isro’ dan Mi’roj dapat diperoleh dari Kitab Suci Al Qur-an,
hadits-hadits Nabi Muhammad Saw, buku-buku agama dan umum serta dari internet.
Khusus tentang hadits Nabi
Muhamad Saw. yang membahas masalah Isro’ Mi’roj, menurut Abu Majdi Haraki dalam
buku “Misteri Isra’ Mi’raj”, nilainya kurang bisa dipercaya karena banyak
hadits palsu. Sebabnya adalah : karena di kota Mekah jumlah kaum muslimin masih
sedikit dan posisinya terpencar-pencar, sehingga para perowi hadits di sekitar
Nabi Muhammad Saw. jumlahnya sangat sedikit.
Selain itu, setelah Nabi
Muhammad Saw. wafat timbul “Fitnah kubro” yaitu terjadi pertengkaran kaum
muslimin, di mana untuk memperkuat kedudukannya, masing-masing golongan
sama-sama membuat hadits-hadits palsu sehingga jumlah hadits tentang isro’
mi’roj itu menjadi berlipat ganda.
Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari
sejarah hidup Nabi Muhammad Saw. sampai dengan peristiwa isro’ Mi’roj.
Sejarah hidup Nabi Muhammad Saw. sampai dengan
peristiwa isro’ Mi’roj.
Beberapa bulan
sebelum Muhammad Saw. lahir: Ayah beliau Abdulloh bin Abdul Mutholib wafat di
Madinah.
Tahun 570 M.
Muhammad bin Abdulloh lahir di Mekah.
Waktu berumur
enam tahun (576 M.) ibu beliau Aminah binti Wahb wafat di antara Madinah dan
Makkah. Beliau lalu diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib.
Waktu berumur
delapan tahun (578 M.) kakek beliau Abdul Mutholib wafat di Mekah. Beliau lalu
diasuh oleh pamannya Abu Tholib dan isterinya Fatimah binti Asad.
Waktu berumur 25
tahun (595 M.) bekerja sebagai pedagang milik Khadijah binti Khuwailid ke
Negeri Syam.
Waktu berumur 25
tahun (595 M.) kawin dengan Khodijah binti Khuwailid janda berumur 40 tahun
dengan mahar 50 dirham.
Waktu berumur 40
tahun (610 M.) menerima wahyu pertama di Gua Hiro’.
3 tahun setelah
Kenabian (613 M.) beliau menyebarkan Islam secara terang-terangan.
7 tahun setelah
Kenabian (617 M.) musyrikin Quroisy memboikot kaum Muslimin, Bani Hasyim dan
Bani Abdul Mutholib berjumlah kira-kira 40 orang dewasa.
Lama boikot itu
3 tahun (sampai 620 M.).
10 tahun setelah
kenabian (620 M.) beliau berdakwah ke Thoif.
10 tahun setelah
kenabian (620 M.), paman beliau Abu Tholib bin Abdul Mutholib wafat, selang 1
bulan kemudian wafat pula isteri beliau Khodijah binti Khuwailid.
Setahun sebelum
Hijroh (622 M.) beliau menjalani Isro’dan Mi’roj.
13 tahun setelah
kenabian (623 M.) beliau berhijroh ke Madinah.
Maka untuk menghindari
terambilnya hadits palsu, penulis tidak menggunakan data dar[ hadits tentang
isro’ dan mi’roj.
Data dari Al Qur-an.
Data dari Al Qur-an.
1.
Dari dua surat ini kita mendapatkan empat
kata kunci.
QS Al-Isro
[17] : 1
|
Terjemah
|
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ
أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ
ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ
ءَايَـٰتِنَآۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
|
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya [1] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
[kebesaran] Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
|
QS An-Najm
[53] : 1-18
|
Terjemah
|
وَٱلنَّجۡمِ
إِذَا هَوَىٰ (١
مَا
ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ (٢
وَمَا
يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ (٣
إِنۡ
هُوَ إِلَّا وَحۡىٌ۬ يُوحَىٰ (٤
عَلَّمَهُ ۥ
شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ (٥
ذُو
مِرَّةٍ۬ فَٱسۡتَوَىٰ (٦
وَهُوَ
بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ (٧
ثُمَّ
دَنَا فَتَدَلَّىٰ (٨
فَكَانَ
قَابَ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ أَدۡنَىٰ (٩
فَأَوۡحَىٰٓ
إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ (١٠
مَا
كَذَبَ ٱلۡفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ (١١
أَفَتُمَـٰرُونَهُ ۥ
عَلَىٰ مَا يَرَىٰ (١٢
وَلَقَدۡ
رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ (١٣
عِندَ
سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ (١٤
عِندَهَا
جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ (١٥
إِذۡ
يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦
مَا
زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧
لَقَدۡ
رَأَىٰ مِنۡ ءَايَـٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ (١٨
|
Demi bintang ketika terbenam, (1)
kawanmu [Muhammad] tidak sesat dan tidak pula keliru, (2)
dan tiadalah yang diucapkannya itu [Al Qur’an] menurut kemauan
hawa nafsunya. (3)
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
[kepadanya], (4)
yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat kuat,
(5)
Yang mempunyai akal yang cerdas; dan [Jibril itu] menampakkan
diri dengan rupa yang asli, (6)
sedang dia berada di ufuk yang tinggi. (7)
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, (8)
maka jadilah dia dekat [pada Muhammad sejarak] dua ujung busur
panah atau lebih dekat [lagi]. (9)
Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya [Muhammad] apa yang telah
Allah wahyukan. (10)
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya [1].
(11)
Maka apakah kamu [musyrikin Mekah] hendak membantahnya tentang
apa yang telah dilihatnya? (12)
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu [dalam
rupanya yang asli] pada waktu yang lain, (13)
[yaitu] di Sidratil Muntaha [2]. (14)
Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (15)
[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. (16)
Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak [pula] melampauinya. (17)
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda
[kekuasaan] Tuhannya yang paling besar. (18)
|
1.
Masjidil Harom
2.
Masjidil Aqsho
3.
Sidrotil Muntaha
4.
Jannatul Ma’wa
Sesuai dengan topik makalah, yaitu membahas
masalah akhirot, kita tidak membicarakan tentang Masjidil Harom dan Masjidil
Aqsho. Maka tinggal masalah Sidrotil Muntaha dan Jannatul Ma'wa sajalah yang akan kita bahas.
B.
Permasalahan
1.
Apa yang dimaksud dengan Sidrotil Muntaha itu
?
2. Apa hubungannya dengan Jannatul Ma’wa ?
3. Benarkah Nabi Muhammad Saw. bermi'roj ke langit ke-7 ?
2. Apa hubungannya dengan Jannatul Ma’wa ?
3. Benarkah Nabi Muhammad Saw. bermi'roj ke langit ke-7 ?
C.
Pemecahan Masalah
Untuk memecahkannya mari kita lihat di
sumber-sumber data.
Pertama dari Wikipedia
Sidratul Muntaha
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sidratul Muntaha
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sidrat
al-Muntahā (bahasa Arab:
المنتهى سدرة, Sidratul Muntaha) adalah
sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit ke tujuh, sebuah batas dimana semua makhluk Alloh
tidak dapat melewatinya, menurut kepercayaan Islam. Dalam kepercayaan
ajaran lain ada pula semacam kisah tentang Sidrat al-Muntahā, yang disebut
sebagai "Pohon Kehidupan".
Pada
tanggal 27 Rajab selama Isra Mi'raj, hanya Muhammad yang bisa memasuki Sidrat al-Muntaha dan dalam perjalanan tersebut,
Muhammad ditemani oleh Malaikat Jibril, dimana Allah memberikan perintah untuk Salat 5 waktu.
Dalam
Agama Baha'i Sidrat al-Muntahā biasa disebut dengan "Sadratu'l-Muntahá"
adalah sebuah kiasan untuk penjelmaan Tuhan.
Etimologi
Sidrat
al-Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah
adalah pohon Bidara, sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan,
sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:
QS An-Najm [62] 41-42
|
Terjemah
|
|
Dengan
demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat
berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh
lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik
dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah
ini disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, yaitu pada ayat:
عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ
...(yaitu) di Sidratil
Muntaha. (An-Najm, 53:14)
|
Wujud Sidrat al-Muntahā
Sidratul
Muntaha digambarkan sebagai Pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit
Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan
buah-buahannya seperti bejana batu.[1]
Menurut
Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang
terdapat di bawah 'Arsy,
pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan
Allah.[2]
Allah
berfirman dalam surah An-Najm 16,
إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ
Ketika Sidratil Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (an-Najm, 53: 16)
|
Dikatakan
bahwa yang menyelimutinya adalah permadani yang terbuat dari emas.
Jika
Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidratul Muntaha sehingga
diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu
adalah "permadani emas". Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam
hadits-hadits tentang Isra Mi'raj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah
berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata.
Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi
Muhammad
Ketika Mi'raj, di sini
Muhammad melihat banyak hal, seperti:
Melihat bentuk asli Malaikat Jibril
Dikatakan bahwa Muhammad
telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap.[3]
وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ
...dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (An-Najm 53:13)
|
Melihat cahaya Tuhan
Dikatakan
pula bahwa Muhammad telah melihat Allah yang berupa cahaya atau
hanya tertutup dengan cahaya.[4][5][6]
Untuk
hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad pernah
melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepala atau
mata hati? Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang
berpendapat bahwa beliau pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain
al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiqnya terhadap Syarah Aqidah ath-Thahawiyah. Salah satu argumentasi mereka adalah hadits yang
telah dikutip di atas. Jadi menurut riwayat yang shahih adalah Nabi Muhammad
lihat hanyalah cahaya yang menghalangi antara dirinya dengan Allah.
Mendapatkan Perintah Salat
Di
Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad mendapatkan perintah salat 5 waktu. Perintah
melaksanakan salat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan
tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad
sendiri, serta kasih dan sayang Allah, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Di
antara hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.[7]
Dari
Abdullah (bin Mas'ud), ia telah berkata: "Ketika Rasulullah diisrakan,
beliau berakhir di Sidratul Muntaha (yang bermula) di langit keenam. Ke sanalah
berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana
berakhir apa-apa yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana."
Ia
berkata: "Kemudian Rasulullah diberi tiga hal: Diberi salat lima waktu dan
diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun
dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun".[8]
Referensi
1. Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah, dari Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Diapun menyebutkan hadits Mi'raj, dan di dalamnya:
"Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha". Lalu Nabiyullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam mengisahkan: "Bahwasanya daunnya seperti telinga
gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu". Hadits telah dikeluarkan
dalam ash-Shahihain dari hadits Ibnu Abi Arubah. Hadits riwayat al-Baihaqi
(1304). Asal hadits ini ada pada riwayat al-Bukhari (3207) dan Muslim (164).^ Kabil Akbar katanya: “Allah SWT telah menciptakan sebuah
pohon di bawah Arsy yang mana daunnya sama banyak dengan bilangan makhluk yang
Allah ciptakan. Jika seseorang itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya
tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada
Malaikat Maut, tahulah bahwa dia telah diperintahkan untuk mencabut nyawa orang
yang tertulis pada daun tersebut.
2
Asy-Syaibani
berkata: Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah {maka jadilah dia
dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (an-Najm, 53: 9)}. Dia menjawab:
"Telah mengabariku Ibnu Mas'ud bahwasanya Nabi telah melihat (bentuk asli)
Jibril. Ia memiliki enam ratus sayap." Hadits riwayat Muslim (174), Kitab Iman, Bab tentang Penyebutan Sidratul Muntaha.
3.
Dari
Abu Dzar, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah: "Apakah paduka
melihat Tuhan paduka?". Ia menjawab: "Hanya cahaya. Bagaimana mungkin
aku dapat melihat Allah?" Hadits riwayat Muslim (178.1), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya
"Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya
"Aku telah melihat cahaya".
4.
Dari
Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar:
"Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan menanyainya."
Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya:
"Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku
telah menanyainya, kemudian beliau jawab: 'Aku telah melihat cahaya'."
Hadits riwayat Muslim (178.2), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya
"Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya
"Aku telah melihat cahaya".
5.
Syarh
Nawawi tahqiq Khalil Ma'mun Syiha
III/15 no.442 dan juga no. 443
6.
Dari
Ibnu Abbas, ia telah berkata: "Nabi kalian diperintah lima puluh kali
salat (sehari semalam), kemudian beliau meminta keringanan Tuhan kalian agar
menjadikannya lima kali salat." Hadits riwayat Ibnu Majah (1400) dengan
redaksi di atas, dan Ahmad (2884). Menurut al-Albani, hadits ini hasan lighairih.
7.
HR
Muslim (173) dengan redaksi di atas, at-Tirmidzi (3276), an-Nasai
(451), dan Ahmad (3656 & 4001).
Apakah pohon bidara atau Sidr itu ?
Bidara
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bidara
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
|
||||||||||||||
Rhamnus jujuba L.
(1753),
Ziziphus jujuba (L.) Gaertn. (1788) non Miller (1768) |
Bidara atau widara (Ziziphus
mauritiana) adalah sejenis pohon kecil penghasil buah
yang tumbuh di daerah kering. Tanaman ini dikenal pula dengan pelbagai nama
daerah seperti widara (Sd., Jw.) atau dipendekkan menjadi dara
(Jw.); bukol (Md.); bĕkul
(Bal.); ko (Sawu); kok (Rote);
kom, kon (Timor); bĕdara (Alor); bidara
(Mak., Bug.); rangga (Bima);
serta kalangga (Sumba)[1].
Sebutan
di negara-negara lain di antaranya: bidara, jujub, epal siam (Mal.); manzanitas (Fil.) zee-pen (Burma);
putrea (Kamboja); than (Laos);
phutsaa, ma tan (Thai); tao, tao
nhuc (Vietnam)[2]. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Jujube,
Indian Jujube, Indian plum, atau Chinese Apple; serta Jujubier
dalam bahasa Prancis.
Pengenalan
Daun-daun
penumpu berupa duri, sendirian dan lurus (5–7 mm), atau berbentuk pasangan dimorfis, di
mana yang kedua lebih pendek dan melengkung, kadang-kadang tanpa duri.[2]
Daun-daun
tunggal terletak berseling. Helai daun bundar telur menjorong atau jorong
lonjong, 2–9 cm x 1.5–5 cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan
mengkilap di sisi atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya;
dengan tiga tulang daun utama yang nampak jelas membujur sejajar; bertangkai
pendek 8–15 mm.[2]
Perbungaan
(close up)
Perbungaan berbentuk payung menggarpu
tumbuh di ketiak daun, panjang 1–2 cm, berisi 7–20 kuntum. Bunga-bunga
berukuran kecil, bergaris tengah antara 2–3 mm, kekuningan, sedikit harum,
bertangkai 3–8 mm; kelopak bertaju 5 bentuk delta (menyegitiga), berambut di
luarnya dan gundul di sisi dalam; mahkota 5, agak seperti sudip, cekung dan
melengkung.[2]
Buah batu berbentuk bulat hingga bulat
telur, hingga 6 cm × 4 cm pada kultivar-kultivar yang dibudidayakan, namun
kebanyakan berukuran jauh lebih kecil pada pohon-pohon yang meliar; berkulit
halus atau kasar, mengkilap, tipis namun liat, kekuningan, kemerahan hingga
kehitaman jika masak; daging buahnya putih, mengeripik, dengan banyak sari buah
yang agak masam hingga manis rasanya, menjadi menepung pada buah yang matang
penuh. Biji terlindung dalam tempurung yang
berbingkul dan beralur tak teratur, berisi 1–2 inti biji yang coklat bentuk
jorong.[2]
Kegunaan
Buah
yang muda
Nilai
nutrisi per 100 g (3.5 oz)
|
|
2.476 kJ
(592 kcal)
|
|
17 g
|
|
5.4-10.5 g
|
|
0.60 g
|
|
0.07 g
|
|
0.8 g
|
|
81.6-83.0 g
|
|
0.02-0.024 mg (-2%)
|
|
0.02-0.038 mg (-3%)
|
|
0.7-0.873 mg (-5%)
|
|
25.6 mg (3%)
|
|
0.76-1.8 mg (-14%)
|
|
26.8 mg (4%)
|
|
Buah
bidara kultivar unggul diperjual belikan sebagai buah segar, untuk dimakan
langsung atau dijadikan minuman segar. Di beberapa tempat, buah ini juga
dikeringkan, dijadikan manisan, atau disetup. Buah muda dimakan dengan garam
atau dirujak.[2] Buah dari pohon yang meliar
kecil-kecil dan agak pahit rasanya[1]. Buah bidara merupakan sumber karoten, vitamin A dan C, dan lemak.[4]
Daun-daunnya
yang muda dapat dijadikan sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak.[2] Rebusan daunnya diminum sebagai
jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila diremas dengan air, dan
digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam.[1] Di Jakarta, daun-daun bidara digunakan untuk
memandikan mayat.
Buah
masak berjatuhan di pasir pantai
Selain
daun, buah, biji, kulit kayu, dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu
pencernaan dan sebagai tapal obat luka. Di Jawa,
kulit kayu ini digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan; dan di Malaysia, kulit kayu yang dihaluskan
dipakai sebagai obat sakit perut.[2] Kulit kayu bidara diyakini
memiliki khasiat sebagai tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan dianjurkan
untuk penyakit lambung dan usus. Kulit akarnya, dicampur dengan sedikit pucuk, pulasari,
dan bawang putih, diminum untuk mengatasi
kencing yang nyeri dan berdarah.[1]
Kayunya
berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama. Kayu ini dijadikan
barang bubutan, perkakas rumah tangga, dan peralatan lain.[2] Di Bali,
kayu bidara dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang
kayu lainnya.[1] Berat jenis kayu bidara berkisar antara
0,54-1,08. Kayu terasnya yang bervariasi dalam warna
kuning kecokelatan, merah pucat atau cokelat hingga cokelat gelap, tidak begitu
jelas terbedakan dari kayu gubal. Kayu
ini dapat dikeringkan dengan baik, namun kadang-kadang sedikit pecah. Di
samping penggunaan di atas, kayu bidara juga cocok digunakan untuk konstruksi,
furnitur dan almari, peti pengemas, venir
dan kayu lapis.[4]
Bidara
menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; nilai kalori dari kayu gubalnya
adalah 4.900 kkal/kg. Kayu ini juga baik dijadikan arang.
Ranting-rantingnya yang menjuntai mudah dipangkas dan dipanen sebagai kayu
bakar.[4]
Kulit
kayu dan buah bidara juga menghasilkan bahan pewarna[2]. Bahan-bahan ini menghasilkan tanin
dan pewarna coklat kemerahan atau keabuan dalam air[4]. Di India,
pohon bidara juga digunakan dalam pemeliharaan kutu
lak; ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran kutu lak itu dipanen
untuk menghasilkan sirlak (shellac)[2].
Ekologi dan penyebaran
Buah
kultivar unggul yang diperdagangkan
Tahan
iklim kering dan penggenangan, bidara mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar
di lahan-lahan yang kurang terurus dan di tepi jalan. Tumbuh di pelbagai jenis tanah:
laterit, tanah hitam yang berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat, tanah
aluvial di sepanjang aliran sungai (riparian).[5]
Bidara
diperkirakan memiliki asal usul dari Asia Tengah, dan menyebar alami di wilayah
yang luas mulai dari Aljazair, Tunisia, Libia,
Mesir, Uganda dan Kenya di Afrika; Afganistan, Pakistan, India
utara, Nepal, Bangladesh, Cina
selatan, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya,
Indonesia, hingga Australia. Kini bidara telah ditanam di
banyak negara di Afrika, dan juga di Madagaskar.[4] Namun yang mengembangkannya secara
komersial hanyalah India, Cina, dan sedikit di Thailand[2].
Jenis serupa
Bidara
acap dipertukarkan identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus;
sinonim Z. jujuba Miller, Z. vulgaris Lamk.). Bidara yang
terakhir ini dibudidayakan di Cina bagian utara.[2]
Ziziphus
spina-christi, atau dikenal sebagai Christ's Thorn Jujube
("bidara mahkota duri Kristus"), tumbuh di daerah Afrika utara dan
tropis serta Asia Barat, termasuk di Israel/Palestina. Diyakini merupakan bahan
membuat mahkota duri yang ditaruh di kepala Yesus
Kristus menjelang penyaliban-Nya.[6]
Kedudukannya dalam agama Islam
Bidara atau Sidr (bahasa Arab: (سدر) bahasa Inggris: Lote tree) memiliki
kedudukan di dalam agama Islam. Pohon ini disebutkan di beberapa surah dalam
Al-Qur'an, yaitu:
وَبَدَّلۡنَـٰهُم بِجَنَّتَيۡہِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُڪُلٍ خَمۡطٍ۬ وَأَثۡلٍ۬ وَشَىۡءٍ۬ مِّن سِدۡرٍ۬ قَلِيلٍ۬
Sebagai Pohon bidara yang sedikit
jumlahnya (sidrin qolil) (QS.34. Saba':16),
فِى سِدۡرٍ۬ مَّخۡضُودٍ۬
Sebagai Pohon bidara yang tak
berduri (sidr makhdud) (QS.56. Al-Waqiah:28),
عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ
إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ
Sebagai Pohon bidara perbatasan
akhir (sidratul muntaha) dan Pohon bidara yang diliputi (sidrata ma
yaghsya) (QS.53. An-Najm: 13-16)
Pohon
ini selain disebutkan di dalam Al-Qur'an juga terdapat anjuran penggunaannya di
dalam hadits. Dia digunakan dalam berbagai prosesi ibadah, misalnya daunnya
disunnahkan untuk digunakan ketika mandi wajib bagi wanita yang baru suci
daripada haid.[7]
Juga ketika memandikan jenazah dan menghilangkan najis dari tubuh mayat,
jenazah disarankan dimandikan dengan air yang dicampur daun bidara.[8] Daun
bidara juga kadang kala dipergunakan dalam proses Ruqyah untuk mengobati orang yang kesurupan.
Catatan kaki
1. a b c d e Heyne, K.
1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3: 1270. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. (sebagai Zizyphus
Jujuba Lamk.)
1.
a b c d e f g h i j k l m n Latiff, A.M..
1991. Ziziphus
mauritiana Lamk. In: Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E. (Editors). Plant
Resources of South-East Asia No. 2: Edible fruits and nuts. Pudoc,
Wageningen, The Netherlands, pp. 310-312
2.
"Morton,
J. 1987. Indian Jujube. p. 272–275. In: Fruits of warm climates. Julia
F. Morton, Miami, FL". Department
of Horticulture and Landscape Architecture at Purdue University.
1999-04-02. Diakses
2009-07-17.
4.
"ISSG
database - Ecology of Ziziphus mauritiana.".
Invasive
Species Specialist Group (ISSG) - Global Invasive Species Database
. Diakses 2009-07-17.
6.
Dari ‘Aisyah bahwa Asma’ binti Syakal bertanya kepada
Rasulullah tentang mandi haidh: “Salah seorang di antara kalian
(wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara) kemudian dia bersuci
dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu
menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya,
kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain
atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya.
Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha
Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap)
bekas darah (dengan kain/kapas itu).” (HR. Muslim)
7.
Telah berkata Ummu 'Athiyyah: Rasulullah masuk (menengok) anak perempuannya yang wafat, lalu berkata:
"Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih --kalau kau fikir perlu--
dengan air dan bidara, dan diakhir sekali campurlah dengan kapur
barus. Maka apabila selesai,
beritahukanlah kepadaku." Sesudah selesai lantas kami beritahukan
kepadanya. Lalu ia berikan kepada kami kainnya, sambil berkata:
"Pakaikanlah kain ini di badannya." (SR. Bukhari - Muslim)
D. Komentar penulis
Dari uraian di atas kita mendapat gambaran tentang arti kata
majemuk Sidrotul Muntaha.
1. Sidr berarti pohon bidara, pohon yang tumbuh di Asia, Afrika dan
Australia. Dipakai sebagai sumber makanan, obat-obatan dan bahan bangunan. Termasuk
pohon yang sangat berguna, tetapi bukan merupakan pohon yang istimewa.
2. Maka fungsi pohon bidara ini di Sidrotil Muntaha adalah sebagai batas terjauh perjalanan
yang dapat ditempuh oleh makhluk Alloh Swt.. yaitu manusia, jin dan malaikat.
3. Di seberang pohon pembatas ini terdapat Jannatul Ma’wa yang letaknya ada di masa depan.
4.
Maka Sidrotul Muntaha selain sebagai batas jarak atau ruang
terjauh, juga merupakan batas waktu.
5.
Sesuai dengan uraian tentang Lubang cacing atau lorong
waktu, menurut mekanika kwantum ada dua jenis waktu yaitu waktu nyata atau
waktu manusia dan waktu maya
atau waktu Alloh. Uraian tentang masalah ini dapat dibaca pada makalah “Lubang
cacing dan Isro’ mi’roj.”
6.
Pada
kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju
tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya,
tidak bisa melompat ke masa lalu atau ke masa depan. Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun
dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Termasuk pergi ke Jannatul ma’wa yang ada di seberang Sidrotul Muntaha yang ada di masa depan..
7. Maka melalui jalan inilah Nabi
Muhammad Saw. sewaktu mi’roj pergi ke masa kebangkitan di hari kiamat, pergi ke
neraka dan shiroth, kemudian pergi ke surga.
8. Waktu yang digunakan oleh Nabi
Muhammad Saw. untuk pergi ke akhirot tidak terbatasi oleh waktu mi’roj yang hanya semalam, tetapi bisa berhari-hari, karena waktu di akhirot tidak diikat oleh waktu di dunia.
9. Kemudian Nabi Muhammad kembali
melalui jalan yang sama (dan waktu yang sama pula dengan waktu berangkat ke
akhirot) di Sidrotul Muntaha, selanjutnya pulang kembali ke Mekah.
10. Bila memang demikian adanya
Sidrotul Muntaha itu, Nabi Muhammad Saw. tidak perlu naik ke langit ke
tujuh untuk pergi ke Sidrotul Muntaha, tetapi cukup di Masjidil Aqsho atau di
manapun di bumi, asalkan bisa masuk ke waktu maya yaitu waktu Alloh Swt. Tentu
saja mutlak perlu bantuan Alloh Swt.
11. Dalam hadits-hadits itu bentuk langit adalah berlapis-lapis (7 lapis langit). Padahal menurut pengertian penulis, di dalam Al Qur-an dan dalam ilmu astronomi tidaklah demikian.
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya..... (QS Al-Anbiya [21] : 30)
Sedangkan ayat yang menceritakan pengembangan alam semesta salah satunya adalah:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS Adh-Dhariyat [51] : 47)
Tafsir penulis
Dalam bahasa Arob tujuh berarti banyak. Maka yang dimaksud dengan tujuh langit adalah langit yang banyak atau yang sangat luas.
11. Dalam hadits-hadits itu bentuk langit adalah berlapis-lapis (7 lapis langit). Padahal menurut pengertian penulis, di dalam Al Qur-an dan dalam ilmu astronomi tidaklah demikian.
Pembentukan langit dan bumi di dalam Al Qur-an
Yang dimaksud dengan langit adalah semua struktur
yang terletak di luar bumi.
Sedang yang dimaksud dengan bumi adalah bumi kita dan planet-planet lainnya.
Sedang yang dimaksud dengan bumi adalah bumi kita dan planet-planet lainnya.
Dalam Al-Quran, kita dapat menemukan ayat yang sesuai
dengan teori big bang, yaitu:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya..... (QS Al-Anbiya [21] : 30)
Sedangkan ayat yang menceritakan pengembangan alam semesta salah satunya adalah:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS Adh-Dhariyat [51] : 47)
Maka dia menjadikan tujuh langit dalam
dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Fushilat [41] : 12).
Tafsir penulis
Dalam bahasa Arob tujuh berarti banyak. Maka yang dimaksud dengan tujuh langit adalah langit yang banyak atau yang sangat luas.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ
‘Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, (QS Al-Mulk [67] : 3)
Tafsir penulis
Yang dimaksud dengan tujuh langit berlapis-lapis adalah langit yang luas dan berlapis-lapis. Contohnya galaksi yang berbentuk spiral itu bentuknya seperti berlapis-lapis.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
‘Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.’ (QS. Ath-Thalaq [65] : 12)
Tafsir penulis
Tujuh bumi artinya bumi/planet itu jumlahnya banyak, dan masing-masing planet itu berlapis-lapis.
Pembentukan langit dan bumi di dalam Astronomi modern.
Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu,
penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan
dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang.
Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang
alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum
akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (Big Crunch)
menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Atlas Alam Semesta (langit dan bumi)
Atlas 250 tahun cahaya
Peta ini
adalah plot dari 1500 bintang yang paling terang dalam jarak 250 tahun cahaya.
Semua bintang ini jauh lebih bercahaya daripada Matahari dan kebanyakan dari
mereka dapat dilihat dengan mata telanjang. Sekitar sepertiga dari
bintang-bintang terlihat dengan kebohongan mata telanjang dalam waktu 250 tahun
cahaya, meskipun ini hanya bagian kecil dari galaksi kita.
Atlas daerah seluas 50.000 tahun cahaya. (Peta galaksi).
Peta ini menunjukkan
satu ukuran penuh galaksi Bima Sakti – sebuah galaksi spiral paling sedikit dua
ratus miliar bintang. Matahari kita terletak jauh di dalam Lengan Orion sekitar
26000 tahun cahaya dari pusat. Di bagian tengah Galaxy bintang-bintang ini
berkumpul rapat daripada bintang-bintang di sekitar kita. Silahkah di klik
untuk melihat lebih besar. Perhatikan juga adanya gugus bola kecil dari
bintang-bintang yang terletak dengan baik di luar bidang Galaxy, dan perhatikan
juga keberadaan galaksi kerdil terdekat – kerdil Sagitarius – yang terlihat
seolah-olah secara perlahan akan ditelan oleh pusaran galaksi kita.
Atlas 500.000 tahun cahaya
Apabila kita mundur terus menjauhi bumi sebanyak sepuluh
kali dari galaksi Bima Sakti diatas, maka kita akan melihat Galaksi Bima Sakti
menjadi kecil seperti di bawah ini.
Di
dalam radius 500 000 tahun cahaya ini :
1. Jumlah
galaksi besar = 1
2. Jumlah
galaksi kerdil = 12
3. Jumlah
bintang = 225 miliar
Bima Sakti dikelilingi oleh beberapa galaksi kerdil,
biasanya mengandung beberapa puluhan jutaan bintang, yang tidak signifikan
dibandingkan dengan jumlah bintang di Bima Sakti itu sendiri. Peta ini
menunjukkan galaksi kerdil terdekat, mereka semua terikat pada gravitasi Bima
Sakti memerlukan milyaran tahun untuk orbit itu.
Atlas
radius 5 000 000 (lima juta) tahun cahaya
Semakin kita menjauhi bumi, maka akan semakin banyak galaksi
yang akan terlihat. Dalam radius 5 juta tahun cahaya ini akan terdapat:
1. Jumlah galaksi besar = 3
2. Jumlah galaksi kerdil = 46
3. Jumlah bintang = 700 miliar
Bima Sakti
adalah salah satu dari tiga galaksi besar milik kelompok galaksi yang disebut
Grup Lokal (Local Group) yang juga berisi beberapa lusin galaksi kerdil.
Sebagian besar dari galaksi ini digambarkan di peta diatas, walaupun galaksi
kerdil sebagian besar begitu samar, namun jelas akan ada beberapa mungkin lebih
menunggu untuk ditemukan. Jadi kalau ada yang tertarik belajar astronomi
barangkali akan menemukan galaksi baru.
Atlas radius 100 juta tahun cahaya
Ternyata sampai jarak 100 juta tahun
cahayapun manusia masih mampu mengamati semesta ini.
Galaksi kita
hanyalah salah satu dari ribuan yang terdapat dalam 100 juta tahun cahaya. Peta
di atas menunjukkan bagaimana galaksi cenderung mengelompok dalam
kelompok-kelompok, cluster dekat terbesar adalah cluster Virgo, konsentrasi
beberapa ratus galaksi yang mendominasi kelompok galaksi di sekitarnya. Secara
kolektif, semua kelompok galaksi dikenal sebagai Supercluster Virgo. Cluster
terkaya kedua di buku ini ruang adalah Cluster Fornax, tetapi hampir tidak
sekaya cluster Virgo. Hanya galaksi terang yang digambarkan di peta, galaksi
kita hanyalah sebuah titik.
Dalam radius 100 juta tahun cahaya ini
akan terdapat :
1. Jumlah galaksi kelompok =
200
2. Jumlah galaksi besar = 2500
3. Jumlah galaksi kerdil = 50
000
4. Jumlah bintang = 200 triliun
Atlas radius 1 milyar tahun cahaya (1 000
000 000 tahun cahaya)
Galaksi dan cluster galaksi tidak terdistribusi
secara merata di alam semesta, tetapi mereka berkumpul dalam cluster yang luas
dan lembaran serta dinding galaksi yang diselingi dengan rongga besar antar
galaksi yang sangat sedikit. Peta di atas menunjukkan banyak dari superkluster
termasuk supercluster Virgo – yang berupa supercluster kecil dimana galaksi kita
hanyalah sebuah anggota terkecil. Seluruh peta di atas adalah sekitar 7 persen
dari diameter Alam Semesta yang terlihat atau teramati selama ini.
Apa saja yang terdapat dalam radius 1 milyar tahun
cahaya ini
1. Jumlah superkluster = 100
2. Jumlah kelompok galaksi = 240 000
3. Jumlah galaksi besar = 3 juta
4. Jumlah galaksi kerdil = 60 juta
5. Jumlah bintang = 250 000000000000000 (250 000
trilliun)
Radius terjauh semesta yang teramati. (14 Milyar
tahun cahaya)
Tentulah sampai ada batasnya manusia mampu mengamati.
Saat ini manusia hanya mampu mengamati hingga radius 14 milyar tahun cahaya.
Namun tidak menutup kemungkinan akan lebih luas lagi.
Peta ini
mencoba untuk menampilkan seluruh Alam Semesta yang terlihat manusia di bumi.
Galaksi-galaksi di alam semesta cenderung untuk berkumpul menjadi lembaran yang
luas dan superkluster galaksi sekitarnya lubang (void) besar alam semesta
memberikan penampakan selular. Karena cahaya di alam semesta hanya bergerak
pada kecepatan tetap, kita melihat benda di tepi alam semesta ketika masih
sangat muda sampai 14 miliar tahun yang lalu.
Berapa
jumlah bintang dan galaksi yang manusia perkirakan di alam semesta ini ?
1. Jumlah
superkluster = 10 juta
2. Jumlah
kelompok galaksi = 25 miliar
3. Jumlah
galaksi besar = 350 milyar
4. Jumlah
galaksi kerdil = 7 triliun
5. Jumlah
bintang = 30 miliar triliun (3×10 ² ²)
Perkiraan
jumlah ini caranya mirip memperkirakan jumlah butir padi dalam satu truk. Kalau
dalam satu cm kubik ada 300 bulir beras, maka kita dapat memperkirakan jumlah
bulir beras dalam satu gudang beras sekalipun
Subhanallah
Komentar Penulis
Secara astronomis, alam semesta ini sangat luas, tidak
bertepi, tetapi ukurannya terbatas, dimana setiap titik di alam semesta adalah
merupakan pusat alam semesta. Kalau kita bisa bepergian ke manapun di alam
semesta akhirnya akan berakhir ke tempat semula.
E. Kesimpulan dan Penutup
Di dalam surat Al Isro’ dan Surat An-Najm
kita tidak menemukan kalimat bahwa Nabi Muhammad Saw. telah naik ke langit untuk
mencapai Sidrotul Muntaha.
Semua uraian tentang mi’roj Nabi
Muhammad Saw. melalui beberapa langit itu hanya ada di dalam hadits-hadits tentang Isro' dan Mi'roj.
Pada bab A (Latar Belakang Masalah), penulis
telah menyitir pendapat Abu Majdi Haraki, bahwa hadits-hadits tentang peristiwa
Isro’ Mi’roj nilainya kurang bisa dipercaya karena banyak hadits palsu.
==============================================================
Ada
kemungkinan cerita perjalanan Nabi Muhammad Saw. ke langit
hanyalah karangan para pemalsu hadits belaka.
hanyalah karangan para pemalsu hadits belaka.
==============================================================
Selain kritik terhadap hadits tentang Isro'Mi'roj dari Abu Majdi Haraki di atas, penulis kutip juga kritik terhadap hadits isro'mi'roj dari
http://www.al-ulama.net/home-mainmenu-1/articles/356-tinjauan-kritis-isra-miraj-.html
Kutipan itu penulis lampirkan di bawah, setelah makalah ini.
http://www.al-ulama.net/home-mainmenu-1/articles/356-tinjauan-kritis-isra-miraj-.html
Kutipan itu penulis lampirkan di bawah, setelah makalah ini.
Demikianlah uraian
penulis tentang masalah Lubang cacing dan Sidrotul Muntaha.
Penulis yakin bahwa
makalah ini tak lepas dari kekeliruan. Maka bila para pembaca menemukannya
mohon dapatnya diberitahukan kepada penulis untuk mendapatkan perbaikan.
Untuk itu penulis
ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, wallohu
almuwaffiq ila aqwamith thoriq.
Wassalamu ‘alaikum War.
Wab
Jember 31 Mei 2014
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilp. (0331) 481127
Jember
Kepustakaan
01. Abu Majdi Haraki, “Misteri
Isra’Mi’ra”, DIVA Press, Jogjakarta, 2007.
02. H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Riwayat
Kehidupan Nabi Besar Muhammad S.A.W., Yayasan Al Hamidiy, Jakarta, 1996.
02. Muhammad Husain Haikal, “Sejarah
Hidup Muhammad”, Pustaka Jaya, Jakarta, 1979.
06. http://versesofuniverse.blogspot.com/2011/07/bigbang-bigcrunch.html
***
Lampiran
Dikutip dari http://www.al-ulama.net/home-mainmenu-1/articles/356-tinjauan-kritis-isra-miraj-.html
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Maha suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Qs. Al Israa : 1)
Setiap tanggal 27 Rajab
biasanya sebagian Umat Islam memperingati peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi
Muhammad SAW dengan ceramah Agama. Umumnya pula para penceramah mulai dari
tingkat RT sampai Istana Negara menerangkan hikmah peristiwa itu dengan
turunnya perintah sholat 5 waktu berdasarkan sebuah hadits isinya cukup panjang
yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya nomor 234 dari jalan Anas bin
Malik. Namun benarkah sesungguhnya demikian ?
Adapun hadits tersebut
secara riwayat adalah shahih karena terdiri dari para perawi yang
tsiqoh(dipercaya). Namun secara matan (isinya) sebagian bertentangan dengan Al
Quran dan hadits lainnya yang shahih. Maka kedudukan hadits tersebut adalah
dhoif (lemah) dan mualal (sisipan) karena isinya diselipkan cerita – cerita
Israiliyat dari kaum Bani Israil yang sengaja secara tersirat ingin
mengagungkan bangsa mereka dan Nabi Musa serta mengecilkan peran Nabi Muhammad
beserta pengikutnya.
Kelemahan hadits
tersebut :
Yang menjadi subjek
memperjalankan Rasulullah Muhammad dalam Peristiwa Isra’ (perjalanan) yang
bermakna Mi’raj (naik melalui tangga – tangga) adalah Allah Subhanahuta’ala
(Qs.17 : 1), Dia yang Maha Berkehendak. Sedangkan dalam hadits tersebut Nabi
Musa yang menyuruh Nabi Muhammad untuk naik – turun dari langit sebanyak
sembilan kali guna mendapat pengurangan perintah sholat dari 50 rakaat menjadi
5 rakaat.
Nampak pula dalam kisah
palsu ini seolah Nabi Musa begitu perkasanya dan berilmu sehingga mampu
mendikte Allah sehingga menuruti pandangan Musa alaihissalam dalam hal perintah
sholat.
Hadits ini menerangkan
proses perintah sholat kepada Nabi Muhammad sedangkan kewajiban sholat sudah
ditetapkan Allah pada tahun awal Kenabian dengan turunnya surah al Muzammil
ayat 1 – 9, jauh sebelum turunnya Surah Al Isra pada tahun ke empat Kerasulan.
Keganjilan tampak jelas
dalam hadit ini, bahwa sebelum menuju langit Rosulullah sholat dua rakaat di
Baitul Maqdis, sedangkan perintah sholat belum diterima.
Dalam hadits ini
menggambarkan bahwa Para Nabi yang sudah wafat sudah berada di langit.
Sedangkan seluruh Manusia termasuk para Nabi yang sudah wafat berada di alam
Qubur / Barzakh / dinding yang membatasi Alam Dunia dan Akhirat. Ulama
menyebutnya alam genggaman Allah atas dasar Surah Azzumar ayat 42 menunggu
datangnya Hari Berbangkit (Qs. 18 : 47)
ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلۡأَنفُسَ حِينَ مَوۡتِهَا وَٱلَّتِى لَمۡ تَمُتۡ فِى مَنَامِهَاۖ فَيُمۡسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيۡہَا ٱلۡمَوۡتَ وَيُرۡسِلُ ٱلۡأُخۡرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ۬ مُّسَمًّىۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
berfikir”. (Qs. Az-Zumar [39] : 42)
dan (ingatlah) akan hari
(yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat
bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan
seorangpun dari mereka. (Qs. 18 : 47)
Nabi Muhammad adalah
semulia para Nabi. Beliau tidak pernah membantah atau minta dispensasi
(pengurangan) tugas dari Allah. Sedangkan yang biasa menawar dan membantah
perintah Allah dan rasulNya sejak dahulu adalah orang kafir dari Bani Israil.
Fakta ini dapat kita temukan dalam nash Al Quran dan Hadits yang shahih. Maka
mustahil rosul kita mengadakan tawar menawar kepada Musa apalagi kepada Allah.
Sedangkan seluruh rosul telah berjanji kepada Allah untuk beriman dan menolong
misi Muhammad Rasulullah (Qs. 3:81)
dan (ingatlah), ketika
Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku
berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul
yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman
kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui
dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab:
"Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai
Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
Demikianlah sebagian
tinjauan kritis terhadap sebagian isi hadits tentang Mi’raj, tanpa menafikan hadits
lainnya yang menceritakan kebenaran peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Selanjutnya
insyaAllah kita akan meninjau peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini menurut dalil yang
shahih.
Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar