Rabu, 16 November 2022

Buku Tafsir Surat Az=Zumar Ayat 41-50

 

Tafsir Kitab Al Quran

Senin, 27 Januari 2014

Az-Zumar 41-50

[TAFSIR] : AZ-ZUMAR

 

<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                          DAFTAR SURAH AZ-ZUMAR>>

 

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.(QS. 39:41)

 

Az Zumar 41 
إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (41)

 
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa Dia sesungguhnya telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw dengan kebenaran supaya beliau menyampaikan ajaran-ajaranNya kepada seluruh jin dan manusia dengan cara memberikan kabar gembira dengan datangnya rahmat Allah dan memberi peringatan akan tibanya siksa Allah bagi mereka yang mendustakannya, dan Alquran itu mengandung segala petunjuk yang diperlukan oleh manusia dalam mengatur seluruh aspek-aspek kehidupannya, sehingga menjadi umat yang berbahagia dunia akhirat karena menempuh jalan yang lurus. Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk untuk mengamalkan isi Alquran itu, maka kemanfaatan petunjuk itu adalah untuk dirinya sendiri, karena mereka akan mendapat keridaan Allah, akan dimasukkan ke dalam surga dan diselamatkan dari pada neraka. Dan barangsiapa yang menyimpang dari pada jaian yang lurus itu sehingga ia tersesat, maka sesungguhnya ia semata-mata sesat buat kerugian dirinya sendiri. Ia akin terjerumus dalam kehancuran dan kebinasaan karena akan mendapat kemurkaan Allah yang menyebabkan penderitaannya dalam api neraka. Pada Hari Kiamat itu tidak ada yang selamat melainkan orang yang benar-benar membawa hati yang bersih sesuai dengan firman Allah

يوم لا ينفع مال ولا بنون إلامن أتى بقلب سليم 


Artinya: 
(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Q.S. As Syu'ara: 88-89) 
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap amal perbuatan mereka. Tugas beliau hanya semata-mata menyampaikan risalah seperti dijelaskan dalam firman-Nya: 


إنما أنت نذير والله على كل شيء وكيل 


Artinya: 
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dari Allah Pemelihara segala sesuatu. (Q.S. Hud: 12) 
Dan seperti firman-Nya: 


فذكر إنما أنت مذكر لست عليهم بمصيطر 


Artinya: 
Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka

(Q.S. Al Gasyiah: 21-22)

 

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(QS. 39:42)

 

Az Zumar 42 
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (42) 


Pada ayat ini Allah SWT menerangkan satu macam kekuasaan-Nya yang sempurna dan sifat-Nya yang mengagumkan. Yaitu Dialah yang memegang ruh orang ketika tiba ajalnya dengan memutuskan hubungan ruh dengan raganya dan memegang ruh orang itu pada lahirnya saja sehingga tidak dapat mengemudikan raganya, akan tetapi hubungan di antaranya. tetap masih ada, maka Allah menahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dengan tidak mengembalikan ruh itu, dan melepaskan jiwa yang lain dengan mengembalikan jiwa ke dalam raganya, sehingga ia dapat bangun dari tidurnya sampai kepada waktu yang ditentukan. Orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya dan orang yang belum mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi. 

Diriwayatkan dari Iben Abbas, bahwa dalam tubuh manusia itu ada jiwa dan ruh yang hubungannya seperti sinar matahari. Jiwanya dapat berpikir dan menentukan pendirian, sedang rohnya yang menyebabkan ia dapat hidup dan bergerak. Kedua-duanya dimatikan ketika tiba ajalnya, dan dimatikan jiwanya saja ketika ia tidur, sedang rohnya tetap masih ada. 
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah yang berbunyi demikian: 


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا أوى أحدكم إلى فراشه فلينفضه بداخله إزاره (طرفه الذي يلي الجسد ويلي للجانب الأيمنفإنه لا يدري ما خلفه عليه, ثم ليقل باسمك ربي وضعت جنبي وباسمك أرفعه, إن أمسكت نفسي فارحمها, وإن أرسلتها فاحفظها بما تحفظ به عبادك الصالحين. 


Artinya: 
Rasulullah saw bersabda: "jika salah seorang di antara kamu akan tidur, maka hendaklah ia meniupkan ke dalam pakaiannya di sebelah dalam (yang ada di sebelah kanannya), karena ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian, kemudian hendaklah ia mengucapkan: "Ya Tuhanku dengan nama-Mu aku meletakkan lambungku ini, dan dengan nama-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku maka sayangilah dia, dan jika Engkau melepaskannya kembali, maka peliharalah dia seperti Engkau memelihara orang-orang yang saleh". 
Imam Bukhari, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Syaibah meriwayatkan sebuah hadis dari Abe Qatadah yang berbunyi: 


إن النبي صلى الله عليه قال لهم ليلة الوادي: إن الله تعالى قبض أرواحهم حين شاء وردها عليكم حين شاء. 


Artinya: 
Sesungguhnya Nabi saw bersabda kepada para sahabat ketika itu bangun kesiangan di lembah wadi, yang sesungguhnya Allah SWT menahan ruh kamu bila dikehendaki-Nya, dan mengembalikannya bila dikehendaki-Nya. 
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari Salim bin Amir bahwa Umar bin Khatab berkata: "Aku heran sekali tentang mimpi seorang laki-laki. Ia tidur lalu melihat dalam mimpinya sesuatu yang belum pernah terbayang dalam hatinya, dan mimpinya itu menjadi kenyataan seperti benda yang dipegang dengan tangannya dan kadang-kadang laki-laki itu mimpi lagi akan tetapi tidak terbukti apa-apa. Maka berkatalah All bin Abu Talib: "Bolehkah saya memberitahukan kepadamu tentang hal itu, wahai Amirul Mukminin? Allah SWT berfirman: "(lalu ia membacakan ayat ke 42 ini) dan menambah keterangan: "Sesungguhnya Allah SWT mencabut semua jiwa-jiwa (ketika tidur)". Jika yang berada di sisi Allah melihat sesuatu di langit, itu termasuk mimpi yang baik, mimpi yang saleh, dan apa yang dilihat oleh jiwa itu ketika ia kembali kepada tubuhnya, maka dalam perjalanan itu ia dikerumuni oleh setan-setan di udara yang memberikan kabar dusta, dan setan-setan itu menyampaikan kedustaan-kedustaan sehingga menimbulkan mimpi yang tidak baik". Maka Umar merasa kagum atas keterangan Ali bin Abi Talib itu. 
Dari keterangan-keterangan tersebut di atas diketahui, bahwa sesungguhnya jiwa manusia itu tinggi sekali kedudukannya. Ia selalu turun ke dunia untuk mengemudikan rumah tangganya di dalam tubuh manusia siang dan malam. Karena jiwa itu termasuk alam yang luhur, ia selalu rindu untuk kembali ke tempat asalnya, dan oleh karena itu ia selalu mencari kesempatan kapan saja untuk naik lagi ke alam luhur itu. Maka dalam masa tidur ia pergunakan kesempatan untuk pergi ke langit, di mana ia sering melihat cahaya di alam gaib dan apa yang ia jumpai di sana itulah termasuk mimpinya yang saleh atau Ru'ya Salihah. Dan apa yang dilihat oleh jiwa itu ketika ia turun kembali kepada tubuhnya, maka dalam perjalanan pulangnya itu ia dikerumuni oleh setan-setan yang memperlihatkan kepadanya berbagai-bagai kedustaan yang mengelabui mata hati sehingga apa yang dilihat dalam mimpinya itu termasuk mimpi yang tidak saleh yang tidak benar. Adapun mimpi yang baik dan saleh itu termasuk satu perempat puluh enam bagian dari pada wahyu, seperti disebutkan dalam sebuah hadis: 


الرؤيا الصالحة جزء من ستة وأربعين جزءا من النبوة 


Artinya: 
Mimpi yang saleh itu adalah satu perempat puluh enam bagian dari pada wahyu. 
Nabi Muhammad saw sebelum menerima wahyu, karena wahyu itu firman Allah yang berat sekali, maka agar beliau mudah menerima wahyu itu, terlebih dahulu beliau menerima ru'ya Salihah selama setengah tahun, sebagai masa transisi, setelah itu baru menerima wahyu di atas puncak Jabal Nur, di dalam gua Hira', dan wahyu itu turun selama 23 tahun, yaitu 13 tahun sebelum hijrah (ayat-ayat Makiyah) dan 10 tahun setelah hijrah (ayat-ayat Madaniyah). Jadi perbandingan antara masa ru'ya Salihah dengan wahyu adalah bandingan 1/2 terhadap 23 atau bandingan satu terhadap 46. Maka patutlah dikatakan seperti dalam hadis itu, bahwa mimpi yang saleh adalah satu perempat puluh enam bagian daripada wahyu kenabian. 
Kemudian. mimpi itu ada tiga tingkat, yaitu mimpi dari seorang awam. mimpi dari seorang raja dan mimpi dari seorang Nabi atau Rasul. Dan ketiga tingkat mimpi itu ada contohnya dalam surat Yusuf. Di sana diterangkan bahwa ada dua orang pemuda di dalam penjara bermimpi. Yang seorang bermimpi memeras buah anggur, kemudian minuman itu dihidangkan kepada raja, dan seorang lagi bermimpi merasa di atas kepalanya ia memikul sebuah bakul yang penuh dengan roti, lalu roti itu habis dimakan burung gagak. Oleh Nabi Yusuf mimpi kedua orang pemuda itu ditakwilkan, diterangkan maksudnya, yaitu orang yang memeras anggur itu akan kembali bekerja di istana raja sebagaimana sedia kala, akan tetapi yang satu lagi akan disalib di atas sebuah pohon, sehingga dagingnya akan dimakan burung dari langit. Inilah contoh mimpi yang sederhana dari rakyat biasa. Sejak terjadinya mimpi sampai terlaksananya hanya memerlukan beberapa hari saja. 
Yang kedua adalah mimpi raja Mesir yang melihat 7 ekor sapi gemuk keluar dari sungai Nil, diikuti oleh 7 ekor sapi kurus yang memakan sapi-sapi gemuk itu. Oleh Yusuf ditakwilkan akan datangnya tujuh tahun yang subur kemudian disusul oleh tujuh tahun musim paceklik dan mimpi raja ini terlaksana setelah tujuh tahun mendatang. 
Yang ketiga adalah mimpi seorang Nabi, yaitu Nabi Yusuf yang pernah bermimpi bahwa sebelas bintang, matahari dan bulan sujud kepadanya dan mimpi Nabi ini haru terlaksana beberapa puluh tahun kemudian. 
Makin tinggi derajatnya mimpi itu semakin lama terlaksana. Dan oleh sebab itu termasuk 1/46 bagian dari pada wahyu, maka mimpi itu dilarang untuk dijadikan cemoohan atau bahan senda gurau dan setiap mentakwilkan mimpi sebaiknya berdasarkan ayat Alquran, atau hadis Nabi. Sesungguhnya pada soal mimpi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.

 

Bahkan mereka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah:` Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal? `(QS. 39:43)

 

Az Zumar 43 
أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ (43) 


Pada ayat ini Allah SWT membantah anggapan kaum musyrik, bahwa berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah dapat memberikan syafaat kepada mereka pada Hari Kiamat, dapat memberikan pertolongan kepada mereka untuk memperoleh cita-cita dan harapan mereka. Hal yang seperti itu tidak mungkin dibenarkan orang yang mempunyai pikiran yang sehat. Oleh karena itu Nabi Muhammad saw disuruh Allah supaya menegur orang-orang musyrik yang beranggapan demikian itu dengan ucapan: "Apakah kamu akan memandang berhala-berhala itu dapat memberi manfaat meskipun mereka tidak mempunyai apa-apa dan tidak berakal?. Kemudian Allah menjelaskan bahwa sebenarnya yang dapat memberikan syafaat hanyalah Allah saja.

 

Katakanlah:` Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan `.(QS. 39:44)

Az Zumar 44 
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (44) 


Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi Nya mengatakan, bahwa hanya kepunyaan Allah-lah syafaat itu semuanya. Seorangpun tak dapat memberikan syafaat melainkan dengan izin Allah seperti tersebut dalam firman: 

من ذا الذي يشفع عنده إلا بإذنه 


Artinya: 
Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin Nya. (Q.S. Al Baqarah: 255) 
Dan seperti firman Nya: 


ولا يشفعون إلا لمن ارتضى 


Artinya: 
Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah. (Q.S. Al Anbiya: 28) 


Kemudian Allah SWT menerangkan apa motifnya bahwa semua syafaat itu hanya dimiliki Allah, yaitu karena kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan semua isinya termasuk berhala yang mereka sembah selain Allah itu, maka sembahlah Allah saja yang mempunyai kerajaan yang sempurna itu, yang kekuasaan Nya tidak terhingga itu. Kemudian kepada Nyalah kamu sekalian akan dikembalikan pada hari berbangkit dan Dialah nanti yang akan menimpakan siksa yang sangat pedih kepada orang-orang musyrik itu. Dan tidak diragukan lagi bahwa ayat ini mengandung ancaman yang pedih sekali yang dapat menyebabkan berdirinya bulu roma. Kemudian Allah menerangkan pula satu sifat yang sangat buruk dari mereka yang mengingkari keesaan Allah.

 

Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.(QS. 39:45)

 

Az Zumar 45 
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (45) 


Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan, bahwa jika disebut hanya nama Allah, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah, maka menjadi liar dan marahlah hati orang-omng yang tidak beriman kepada kehidupan akhirai, hati mereka menjadi kesal dan kaku untuk mendengar kalimat tauhid itu, dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allan yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati dan bersuka ria.

Berkata Abdullah bin Abbas mengenai ayat ini: "Telah menjadi keras dan liarlah hati empat orang yang tidak percaya kepada Hari Kiamat, yaitu: Abu Jahal bin Hisyam, Al-Walid bin Utbah, Safwan dan Ubay bin Khalaf, seperti tersebut dalam firman: 

وإذا ذكرت ربك في القرءان وحده ولوا على أدبارهم نفورا 


Artinya: 
Dan apabila kamu menyebut nama Tuhammu saja dalam Alquran niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. (Q.S. Al Isra': 46) 


Dalam Tafsir Ruhul Ma'ani Sayid Al-Alusy berkata: "Kami sering menjumpai orang-orang pada zaman sekarang yang sifat-sifatnya menyerupai orang-orang musyrik yang tersebut dalam ayat ini, yaitu mereka suka memohon pertolongan kepada orang-orang yang telah mati, dan mereka senang sekali mengenang dan mengungkap sejarah hidupnya yang berlebih-lebihan, yang berjalan seirama dengan hawa nafsu mereka. Mereka sangat mengagungkan orang-orang yang mengultuskan mereka dan kesal-lan hati mereka, jika disebut nama Allah saja atau dikatakan bahwa hanya Allah saja yang berhak disembah dengan sebenarnya, dan hanya Allan saja yang boleh dimohon pertolongan Nya. Pada suatu hari ia pernah menegur orang yang telah meninggal dunia, seraya berkata: "Janganlah memanggil ya polan tolonglah aku tetapi panggillah ya Allah, karena Allah Taala sendiri sudah memberi petunjuk; jika hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku suka mengabulkan permohonan seorang pemohon, bila ia bermohon kepada Ku.

Laki-laki yang dinasihati itu malah menjadi marah dan berkata bahwa saya mengingkari para aulia, bahkan ada yang berkata bahwa seorang wali lebih cepat mengabulkan doa dari pada Allah, dan bermacam-macam ucapan yang dapat merusak akidah. Semoga Allah menyelamatkan kita sekalian dari pada ucapan-ucapan seperti itu.

 

Katakanlah:` Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata. Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya. `(QS. 39:46)

 

Az Zumar 46 
قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (46) 


Pada ayat ini Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Nya supaya mengucapkan kalimat-kalimat ini untuk menebalkan keimanan dan memohon tambahan taufik dan hidayah Nya: "wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang gaib dan yang nyata, Engkau yang memutuskan segala pertikaian antara hamba Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan. Engkaulah yang nanti akan memberi keputusan pada Hari Kiamat siapa di antara kami yang benar dan yang salah, siapa yang dapat petunjuk dan siapa yang sesat, kamilah yang tunduk kepada perintah Mu dengan tulus ikhlas dalam ketauhidan yang murni, ataukah kaum musyrikin itu, yang bila disebut nama Allah saja menjadi kesal dan bencilah hati mereka dan bila disebut sembahan-sembahan selain Allah, tiba-tiba mereka bergirang hati. 
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah saw mengajarkan kepadanya doa ini ketika akan tidur: 


اللهم فاطر السماوات والأرض عالم الغيب والشهادة أنت رب كل شيء وأله كل شيء. أشهد أن لا إله أنت وحدك لا شريك لك وأن محمدا عبدك ورسولك والملائكة يشهدون, أعوذ بك من الشيطان وشركه وأعوذ بك أن اقترف على نفسي إثما أو أجره إلى مسلم (رواه أحمد)

 

Artinya: 
Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang gaib dan nyata Engkaulah Pentadbir segala sesuatu dan Tuhan segala sesuatu. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Engkau Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi Mu, dan bahwa Muhammad itu adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu, para malaikatpun ikut menjadi saksi. Aku berlindung kepada Mu dari godaan setan dan sekutunya dan aku berlindung kepada Mu dari berbuat dosa terhadap diriku atau menyeret dosa kepada seorang muslim.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Az Zumar 46 
قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (46) 


(Katakanlah, "Wahai Allah) lafal Allaahumma maknanya sama dengan Yaa Allah (Pencipta langit dan bumi) yakni yang mengadakan keduanya (Yang mengetahui barang yang gaib dan yang nyata) yakni apa-apa yang gaib dan apa-apa yang nyata dapat disaksikan (Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan") mengenai masalah agama, berilah aku petunjuk kepada yang benar dari apa yang mereka perselisihkan. 

 

Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.(QS. 39:47)

 

Az Zumar 47 
وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (47) 


Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa seandainya orang-orang musyrikin yang zalim itu mempunyai seluruh kekayaan yang ada di muka bumi dan ditambah sebanyak itu pula niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu dari siksa yang buruk dan dahsyat yang akan ditimpakan kepada mereka di Hari Kiamat. Ancaman seperti ini pernah pula disebut dalam surat Ali Imran. Dan nampak jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang mereka belum pernah pikirkan tentang adanya dan kedahsyatannya. Kaum musyrikin mengamalkan sesuatu dan dianggapnya suatu kebaikan, padahal hakikatnya termasuk suatu keburukan.

 

Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya.(QS. 39:48)

 

Az Zumar 48 
وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (48) 


Dan nampak jelaslah bagi mereka, ketika disodorkan kepada mereka kitab-kitab mereka yang memuat catatan amal perbuatan mereka ketika hidup di dunia, bahwa mereka melihat amal perbuatan mereka yang buruk itu tercantum semuanya dalam kitab itu, dan mereka yakin bahwa pelanggaran mereka itu akan dihisab dan diperhitungkan satu demi satu dan sebagai akibatnya akan menerima azab yang pedih yang meliputi seluruh penjuru, yang semuanya tidak lain karena mereka selalu memperolok-olokkan ajaran agama Allah.

 

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata:` Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku `. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (QS. 39:49)

 

Az Zumar 49 
فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (49)

 
Keadaan orang-orang musyrik itu aneh, jika Ia ditimpa bahaya kemudaratan seperti kekafiran dan penyakit, maka ia segera memohon perlindungan dan berdoa kepada Allah, dan bilamana keadaan sudah berubah, Ia sudah sembuh dari penyakitnya dan mendapat nikmat dan kelapangan rezeki, maka ia melupakan masa penderitaannya dan mengatakan bahwa semua perbaikan nasibnya itu karena jasa dan ketrampilannya sendiri, hanya karena kepintaran dan pengalaman sendiri. Itulah sikapnya yang sangat ganjil. Ketika mengalami penderitaan ia lari menjerit memohon pertolongan kepada Allah. Setelah keadaannya berubah menjadi kesenangan dan kenikmatan ia memutuskan hubungan dengan Khaliknya dan menyatakan bahwa semua perbaikan nasib itu disebabkan kepandaian dan kemahirannya mencari uang. Ia tidak mengetahui bahwa sesungguhnya nasib baik dan buruk yang diberikan Allah kepada manusia itu adalah merupakan ujian untuk mengetahui siapa yang mensyukuri nikmat-nikmat pemberian Allah itu, akan ditamhah dengan nikmat yang lain dan siapa yang mengkafiri nikmat itu kepadanya akan ditimpakan azab yang pedih. Sebagian besar di antara mereka, tidak mengetahui maksud dari pada ujian tersebut.

 

Sungguh orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, maka tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan.(QS. 39:50)

 

Az Zumar 50 
قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (50) 

 

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa ucapan seperti itu pernah didengar pula dari umat-umat sebelum mereka, Anggapan seperti itu bukanlah anggapan yang baru, akan tetapi pernah dianut pula oleh nenek moyangnya. Maka apa-apa yang mereka usahakan dahulu itu tidak berguna untuk menolak datangnya azab dari Allah karena mereka selalu bersikap mendustakan dan mencemoohkan kedatangan utusan Allah.

 

<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                           DAFTAR SURAH AZ-ZUMAR>>


COPAS FROM:

http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=39&start=1#Top

http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=39#Top

http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=39

 

Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Translate

Tidak ada komentar:

Posting Komentar