TAKWIL AYAT MUTASYABIHAT
SEANDAINYA BACAAN AISYAH BENAR
Dengan Contoh Kasus Kata Rizqi
Oleh : Dr. H.M.
Nasim Fauzi
Apakah Ayat Mutasyabihat itu ?
Istilah
Ayat Mutasyabihat ada di dalam Al Qur-an Surat Ali Imron [3]: 7 sebagai
berikut ;
Dialah yang
menurunkan Al-Kitab (Al Qur-an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat,
itulah pokok-pokok isi Al Qur-an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.
Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat dari padanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari takwilnya, padahal
tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Alloh.
|
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman
kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.”
Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali
Imron [3] : 7).
Asbabun nuzul (penyebab turunnya
ayat).
Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, telah menceritakan
kepada kami Yazid bin Ibrohim At Tustari, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qosim
bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosululloh Saw. membaca ayat ini;
(QS. Ali Imron [3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosululloh Saw. bersabda:
"Apabila
kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat, maka mereka
itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian
terhadap mereka!"
|
(Shohih Bukhori nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).
Komentar
penulis
Berarti kita dilarang mentakwilkan ayat-ayat mutasyabihat sesuai dengan pemikiran kita sendiri,
karena hanya Alloh Swt. sajalah yang mengetahui
takwilnya Inilah
sabda / pendapat Nabi Muhammad Saw.
|
Definisi-definisi
Menurut HAMKA dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar. Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai hukum, memerintahkan
sembahyang, mengerjakan puasa, naik haji dan sebagainya Demikian juga tentang pembagian waris harta
pusaka. Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya yang laki-laki
mendapat dua kali yang perempuan. Ayat-ayat muhkam disebut sebagai ibu dari
kitab artinya menjadi sumber hukum, tidak bisa diartikan lain lagi
Ayat mutasyabihat artinya bermacam-macam.
Panjang lebar perbincangan ulama
tentang maksud mutasyabihat ini
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul
Majid An-Nuur menulis:
Para ulama mempunyai 2 pendapat
dalam hal ini:
1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah
(lafal Alloh) dan menjadikan perkataan warroosikhuuna fil’ilmi, sebagai
pembicaraan baru, yang maknanya
yang
mengetahui ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri
|
Pendapat ini dianut
oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan
Ubay ibn Ka’ab.
Selanjutnya
penulis menyebutnya sebagai pendapat Aisyah Ra.
Komentar
penulis
Bacaan ini dipakai oleh seluruh kitab Al Qur-an di
dunia.
Coba kita dengarkan Mp3 Al Qur-an Surat Ali Imron [3] : 7 |
Pada Komentar
penulis di halaman sebelumnya, disebut bahwa pendapat Aisyah Ra. ini sesuai dengan sabda /
pendapat Rosululloh Saw.
2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ilmi.
Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai pembicaraan baru. Di
antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh
Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang termasuk arroosikhuuna fil’ilmi / berilmu
tinggi (termasuk beliau sendiri) mengetahui makna ayat mutasyabihat.
Selanjutnya penulis
menyebutnya sebagai pendapat Abdulloh Ibn ‘Abbas.
Kebanyakan
para ahli tafsir Al Qur-an setuju
dengan pendapat Abdulloh Ibn ‘Abbas, dimana para ahli tafsir Al Qur-an
itu memasukkan diri mereka ke dalam golongan arroosikhuna fil’ilmi (orang yang
mendalam ilmunya), sehingga boleh menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.
Karena semua ahli tafsir Al
Qur-an itu berpendapat bahwa takwilnya benar, maka akibatnya Al Qur-an menjadi multi tafsir seperti yang terjadi sekarang.
a
a
Mengapa para ahli tafsir mengikuti
pendapat Abdulloh ibnu Abbas?
|
Ada dua alasan
Alasan
pertama : Dengan mengikuti pendapat ibnu Abbas
berarti tidak mengikuti pendapat Aisyah.
Bila mengikuti pendapat
Aisyah berarti setuju dengan pendapat bahwa
hanya Alloh sajalah
yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
|
Ini berarti, selain Alloh, termasuk Nabi Muhammad
Saw., para sohabat Nabi di antaranya Abdulloh ibnu Abbas serta para ahli tafsir
Al Qur-an, semuanya tidak mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
Akibatnya
para ahli tafsir tidak bisa menggunakan ayat
mutasyabihat. Padahal jumlah ayat mutasyabihat di dalam Al Qur-an sangat banyak. Sehingga banyak bagian Al Qur-an yang tidak bisa
ditakwilkan.
Maka tidak
ada jalan lain bagi para ahli tafsir, kecuali menyetujui pendapat Abdulloh ibnu
Abbas.
Bacaan
ibnu Abbas pada QS. Ali Imron [3] : 7
adalah sebagai berikut :
Dialah yang menurunkan
al-Kitab (Al Qur-an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat,
itulah pokok-pokok isi Al Qur-an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat
mutasyabihat daripadanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari takwilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh dan
orang-orang yang mendalam ilmunya (arrosikhuna fil’ilmi)
|
Berkata
: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya
itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali
Imron [3] : 7).
Alasan
kedua : Para penafsir itu berpendapat bahwa Abdulloh ibnu Abbas Ra. adalah tokoh
yang pendapatnya patut diikuti. Sesuai dengan riwayat Abdulloh ibnu Abbas Ra.
sebagai berikut :
Nasab dan Kelahiran ibnu Abbas
Abdulloh bin
Abbas bin Abdul Muththolib bin Hasyim bin Abdul Manaf, julukan Abu al-Abbas. Ia
juga dikenal dengan Hibr al-ummah (paling tahunya ummat) dan Bahr (lautan)
al-ummah. Abdulloh adalah keponakan Nabi Muhammad Saw serta Ali bin Abi Tholib Ra.
Ayahnya, Abbas adalah paman Nabi Saw. Ia termasuk
tokoh suku Quroisy yang pada zaman jahiliah
menjadi Amirul Haj selama bertahun-tahun lamanya dan takmir Masjidil Harom.
Saudarinya, Maimunah adalah istri Nabi Muhammad Saw
dan memiliki julukan Ummu al-Fadhl. Ia adalah wanita pertama yang masuk Islam di Mekah setelah Sayidah Khodijah Ra. Nabi Muhammad Saw. sangat
menghormatinya. Ia menyusui Hasanain, oleh karena itu ia disebut ummu Qutsam, dan Abdullah ibnu ‘Abbas adalah saudara sepersusuan Hasanain.
Ibnu Abbas adalah keponakan Kholid bin Walid. Menurut
pendapat masyhur dikatakan bahwa Ibnu Abbas lahir 3 tahun sebelum Hijroh
di Syi'b Abi Tholib.
Ulama dan Perawi Hadis
Ibnu Abbas adalah seorang mufassir Al Qur-an
yang paling terkenal pada abad pertama Hijriah.
Terdapat banyak riwayat darinya yang ada di kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab
hadis. Di sebagian hadis dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw, selain mendoakan
Ibnu Abbas juga
memohon
kepada Alloh Swt. semoga Dia
memberikan
ilmu takwil Al Qur-an kepadanya.
|
Dzahabi memperkenalkan posisinya sebagai
seorang pemuka dalam bidang fikih, hadis dan tafsir. Menurut perkataan
Dzahabi dan Zirikli, Ibnu Abbas menukil hadis sebanyak 1.660. Dari jumlah itu, Bukhori menukil 120 hadis darinya dan Muslim 9 hadis.
Ibnu Abbas meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw., Imam Ali, Umar, Mu'adz bin Jabal dan Abu Dzar
sebelum Hijriah.
Komentar penulis
Para penafsir Al Qur-an terlalu mengagungkan Abdulloh ibnu Abbas sesuai dengan
riwayat beliau yang pernah didoakan Nabi Muhammad Saw. agar Alloh Swt. memberikannya ilmu takwil Al Qur-an, sehingga beliau digelari Bahr
(lautan) al-ummah.
Namun penulis lebih setuju dengan pendapat Aisyah binti Abu
Bakar. Karena sesuai dengan pendapat Nabi Muhammad Saw.
Di samping karena
ketinggian ilmu beliau tentang Al Qur-an dah hadits sebagaimana uraian berikut :
Kelebihan Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al Qur-an,
hadits-hadits Nabi, maupun ilmu fikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yang dimiliki
Aisyah ini, di dalam Al-Mustadrak, al-Hakim mengatakan bahwa 1/3 dari hukum-hukum
syariat dinukil dari Aisyah. Abu Musa al-Asya’ari
berkata, “Setiap kali kami menemukan kesulitan, kami temukan kemudahannya pada
Aisyah.” Para sahabat sering meminta pendapat jika menemukan masalah yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri. Aisyah pun sering mengoreksi ayat, hadits, dan hukum yang
keliru diberlakukan untuk kemudian dijelaskan kembali maksud yang sebenarnya.
Salah satu contoh adalah perkataan yang diungkapkan oleh Abu Hurairoh. Ketika
itu Abu Huroiroh merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Fadhl ibnu Abbas bahwa
barang siapa yang masih dalam keadaan junub pada terbit fajar, maka dia
dilarang berpuasa. Ketika Abu Hurairah bertanya kepada Aisyah, Aisyah menjawab,
“Rosulullah pernah junub (pada waktu fajar) bukan karena mimpi, kemudian beliau
meneruskan puasanya.” Setelah mengetahui hal itu, Abu Huroiroh berkata, “Dia
lebih mengetahui tentang keluarnya hadits tersebut.” Kamar Aisyah lebih banyak
berfungsi sebagai sekolah, yang murid-muridnya berdatangan dari segala penjuru
untuk menuntut ilmu. Bagi murid yang bukan mahromnya, Aisyah senantiasa
membentangkan kain hijab di antara mereka. Aisyah tidak pernah mempermudah
hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur-an dan Sunnah.
Aisyah adalah orang
yang paling dekat dengan Rosulullah sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau,
sebagairnana perkataannya ini:
“Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari
yang sangat dingin sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat
bercucuran dari dahi beliau.“ (HR.
Bukhori).
Bisakah
kita memakai bacaan Aisyah (untuk QS. Ali Imron
[3] : 7) ?
|
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kita
bisa memakai pendapat Aisyah karena beliau adalah seorang yang ahli dalam
tafsir Al Qur-an di samping pendapat beliau itu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw.
Namun, dengan menggunakan bacaan Aisyah, maka kita setuju dengan pendapat bahwa
Namun, dengan menggunakan bacaan Aisyah, maka kita setuju dengan pendapat bahwa
hanya
Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
|
Bila hanya Alloh Swt. saja yang mengetahui takwilnya, untuk bisa mengetahui takwil ayat mutasyabihat kita bisa bertanya kepada Alloh Swt. |
Maka kita bisa
bertanya kepada Alloh secara tidak langsung yaitu bertanya kepada Kitab
ciptaannya yaitu Al Qur-an.
Menanyakan takwil ayat mutasyabihat kepada Al Qur-an.
Dengan cara : Membandingkan makna firman
Alloh di dalam Kitab Al Qur-an di suatu ayat dengan makna firman Alloh di ayat lainnya, karena Allohlah yang
berfirman dengannya, sehingga Alloh pulalah yang paling tahu tentang makna
firmanNya sendiri
|
Menanyakan takwil ayat mutasyabihat kepada Al Qur-an.
Sebelum membahas hal ini, terlebih dahulu
kita bahas :
Dengan
bahasa apakah kita berkomunikasi dengan Alloh Swt. ?
Jawabannya
jelas yaitu dengan
bahasa Al Qur-an.
Samakah bacaan Al Qur-an dengan Bahasa Arob ?
Para ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa Al Qur-an diturunkan Alloh Swt.
kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arob
Umumnya para Ahli Tafsir Al Qur-an menyatakan bahwa Bahasa Al Qur-an sama dengan Bahasa Arob.
Alasannya antara lain berdasarkan
tafsir ataupun terjemahan QS. Yusuf [12] : 2 sebagai berikut :
Yang diterjemahkan
oleh Al Qur-an terbitan DEPAG
sebagai berikut.
Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab (Arobiyyan), agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf [12] : 2)
Semua buku tafsir Al Qur-an di Indonesia menerjemahkan Qur’aanan Arabiyyan atau Lisaanan Arabiyyan berarti Al-Qur’an berbahasa Arab.
Pendapat Alloh Swt. tentang Bahasa Al Qur-an (yang berbeda dengan Bahasa Arob).
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur-an yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak
ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar [39] : 23).
Komentar
penulis
Membaca Bahasa
Al Qur-an menjadikan gemetar kulit orang yang membacanya, sedang membaca
tulisan berbahasa Arob tidak menimbulkan efek demikian.
Berarti Bahasa Al Qur-an
berbeda dengan bahasa Arob.
|
Hadis Nabi Muhammad adalah dalam
bahasa Arab. Para ahli Tafsir Al Qur-an menyebutkan bahwa Al Qur-an juga dalam
bahasa Arob sesuai dengan QS. [12]: 2.
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab (Arobiyyan), agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf [12] : 2)
Tetapi mengapa bahasa Hadis Nabi Muhammad
Saw. berbeda dengan bahasa Al Qur-an ?
Ini adalah sebagian dari
pertanyaan-pernyataan yang sampai kini belum terjawab.
Karena al-Quran tidak mirip dengan ucapan
Nabi Muhammad Saw yang dikumpulkan dalam buku-buku hadis.
Bila dibandingkan
secara teliti, ayat-ayat al-Quran
benar-benar berbeda dengan hadis nabi.
Artinya
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob.
|
Penulis juga telah menulis makalah berjudul
Membandingkan Bahasa Al Qur-an dengan Bahasa Arob Al-Hadits tentang beda bahasa Hadis Nabi
Muhammad Saw. dengan Bahasa Al Qur-an.
Makalah itu terlampir di belakang.
Pendapat Muhajir Isnaeni
Muhajir
Isnaeni adalah seorang dosen Bahasa Arob pada Akademi Bahasa Asing - ABA "INDONESIA"
LPI, Cikini, Jakarta.
Bahasa
Al Quran Bukan Bahasa Arab
https://www.facebook.com/notes/muhajir.../alquran...bahasa-arab/696802973705630/
https://www.facebook.com/notes/muhajir.../alquran...bahasa-arab/696802973705630/
Peristilahan.
Istilah Lisaanan ‘Arobiyyan dan Qur’anan Arobiyyan tentu sangat berbeda dengan
perkataan Lisanan Aroban atau Qur’aanan “Aroban.
Komentar penulis
Komentar penulis
Maksud Muhajir Isnaeni
adalah : istilah berbahasa Arob seharusnya Lisanan Aroban bukan lisanan
Arobiyyan, Qur-an yang berbahasa Arob seharusnya Qur-anan Aroban, bukan Qur-anan Aro-biyyan.
Dalam Kamus Arab Indonesia karangan Abd. Bin Nuh
dan Umar Bakri tahun 1971 halaman 183 arti Arobiyyun adalah seorang bangsa Arab;
bersifat Arab.
Dalam Kamus Arab Inggeris Indonesia karangan
Elias A. Elias & Edward Elias terbitan PT. Almaarif halaman 225 Bahasa
Arab adalah Lughotul Arobah.
Lanjutan uraian Muhajir Isnaeni :
Perbedaannya adalah ada doble huruf ya yang ditambahkan kepada kata-kata Arobun menjadi Arabiyyun yang dalam nahwu sharaf istilahnya disebut sebagai Ya nishbah (نِسْبَة) atau Ya pembangsaan.
Perbedaannya adalah ada doble huruf ya yang ditambahkan kepada kata-kata Arobun menjadi Arabiyyun yang dalam nahwu sharaf istilahnya disebut sebagai Ya nishbah (نِسْبَة) atau Ya pembangsaan.
Kaedahnya dalam bahasa Arob adalah sebagai berikut : Apabila pada sebuah kata benda
(isim) ada terdapat huruf ya yang bertasydid (تشديد) maka memberi makna pada kata
itu adalah sebangsa atau serumpun dan sebagainya.
Contoh : Muhammad menjadi Muhammdiyyaah artinya Pengikut Muhammad atau
Serumpun Muhammad. Makah menjadi Makiyyun artinya Penduduk Mekah, Arabun
menjadi Arabiyyun artinya Bangsa Arab.
Jikalau ada dua perkataan dimana berlaku hukum na'at man'ut (نَّعْتُ وَالْمَنْعُوْتُ) atau kata yang disifatkan, maka kata Lisanan menjadi yang disifati sedangkan Arobiyyan menjadi yang memberi sifat kepada Lisanan. Sehingga Lisanan Arobiyyan menjadi berarti bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arob.
Begitu juga dengan Qur'anan Arobiyyan berarti bahasa Al Qur'an yang serumpun dengan bahasa Arob.
Jikalau ada dua perkataan dimana berlaku hukum na'at man'ut (نَّعْتُ وَالْمَنْعُوْتُ) atau kata yang disifatkan, maka kata Lisanan menjadi yang disifati sedangkan Arobiyyan menjadi yang memberi sifat kepada Lisanan. Sehingga Lisanan Arobiyyan menjadi berarti bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arob.
Begitu juga dengan Qur'anan Arobiyyan berarti bahasa Al Qur'an yang serumpun dengan bahasa Arob.
Ini adalah bila
ditinjau dari sudut bentuk kata. Akan tetapi harus didukung oleh sejarah.
Al-Qur’an Satu Bahasa
Masalah Al Qur-an satu bahasa adalah persoalan yang oleh ayat-ayat
(1) QS. Yusuf [12]:2, (2) QS Ro’d [13]:37, (3) QS. An-Nahl [16] 103; (4) QS.Thoha [20]:113, (5) QS. Ash-Shuaro [26]:192-195; (6) QS. Az-Zumar [39]:27-28; (7) QS Fushilat [41]:2-3; (8) QS. Fushilat [41]:44; (9) QS. Ash-Shuro [42]:7; (10) QS. Az-Zukhruf [43]:3; (11) QS. Al-Ahqaf [46]:12 disebut qur’anan ‘Arobiyyan, atau lisaanul ‘Arobiyyan dan pada ayat (12) QS Ibrohim [14]:4: bilisaani
qoumihi. (Tambahan ayat-ayatnya berasal dari penulis)
Adapun uraian ayat-ayatnya adalah sebagai
berikut:
(1)
QS. Yusuf [12]:2
Sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob), agar kamu memahaminya
(2)
QS. Ra’ad [13]:37
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al
Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa
Arob). Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah
datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
(3)
QS. An-Nahl [16] 103
Dan
sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran
itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Sesungguhnya
kami mengetahui bahwa bahasa (orang yang mereka tuduhkan bahwa Muhammad belajar
kepadanya itu) adalah bahasa 'Ajam (Bahasa asing atau bahasa Arob KASAR). Sedang
ini (Al Quran) adalah dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun
/ sebangsa dengan Bahasa Arob),yang jelas.
Komentar
penulis
Diterangkan bahwa Al Qur-an adalah dalam
bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob) yang jelas berbeda dengan A’jamiyyun (bahasa Arob
yang kasar).
(4) QS.Thoha [20]: 113
Dan
demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arobiyyan
(Bahasa yang
serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab), dan Kami telah menerangkan
dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa
atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.
(5) QS.
Ash-Shuaro [26]:192-195
192. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. dengan bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob) yang jelas.
(6) QS. Az-Zumar [39]:27-28
Sungguh telah Kami buatkan bermacam-macam
perumpamaan untuk umat manusia dalam Al-Quran ini; supaya mereka teringat,
sebuah bacaan dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa
dengan bahasa Arab) yang tiada celah keburukan, supaya mereka
bertaqwa.
(7) QS
Fushilat [41]:2-3
Diturunkan
dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan
ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob),
untuk kaum yang mengetahui,
(8) QS. Fussilat [41]:44
Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan
dalam bahasa a’jamiyyan (bahasa selain Arab) dan tentulah mereka mengatakan:
"Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran)
dalam bahasa a’jamiyyan (bahasa selain Arab) sedang (rasul adalah orang) Arobiyyan (orang Arob)? Katakanlah: "Al Quran itu
adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak
beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan
bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang
jauh".
(9) QS. Ash-Shuro [42]:7
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran
dalam bahasa Arobiyyan
(bahasa yang
serumpun /
sebangsa dengan bahasa Arab), supaya kamu memberi peringatan kepada
ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta
memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada
keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
(10) QS.
Az-Zukhruf [43] : 3
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam
bahasa Arobiyyan
(Bahasa yang
serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab) supaya kamu memahami(nya).
(11) QS.
Al-Ahqof [46]: 12
Dan sebelum Al Quran itu telah
ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab
yang membenarkannya dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab)
untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
(12) QS
Ibrohim [14]:4
Kami tidak mengutus
seorang rasulpun,melainkan dengan bahasa kaumnya (bilisaani qaumihi), supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang
kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana.
Lanjutan pendapat Muhajir Isnaeni
Setiap pelajaran
Nahwu-Sharaf, tata bahasa Arab, tentu hafal di luar kepala akan rumusan: nisbahu syai’in ilaa syai’in falaisa lahumaa sawaa-un (nisbah نسبة, adalah menjadikan kata benda menjadi kata sifat, nf.)
artinya: ya nisbah (double huruf ya pada akhir satu perkataan) ialah
membangsakan /
merumpunkan dua hal menjadi serumpun / sekeluarga tetapi keduanya tidak
sama.
Dengan demikian maka “qur’aanan ‘arobiyyan” atau “lisaanan ‘arobiyyan” sama dengan “bilisaani qoumihi”, menjadi berarti bahasa Al-Qur’an
yang serumpun / sekeluarga dengan bahasa arab.
Artinya
Al Qur-an adalah satu
bahasa tersendiri dan bahasa Arob juga satu bahasa tersendiri pula, tetapi di
antara keduanya dijalin oleh satu ikatan keluarga atau rumpun pada satu titik
tertentu.
|
Masalah “bilisaani
qoumihi”
menggambarkan bahasa kaum nabi, khususnya disini ialah kaum nabi Muhammad Saw. (semua
Nabi adalah termasuk kaumnya Nabi Muhammad Saw, nf.),
ialah satu bahasa ciptaan Allah untuk mengajarkan ILMUNYA, dimulai kepada nabi
Adam seterusnya pusaka mempusakai kepada turunannya kaum masing-masing nabi
selanjutnya, hingga nabi Ibrahim dan nabi Ismail mewariskan lagi kepada
turunannya yaitu suku Quraisy sebagai Indo Babilon (Indo Semit) sampai dengan
nabi Muhammad dengan mana Allah menurunkan
Al-Qur’an dengan penegasan “bilisaani qoumihi”.
Kaumnya Nabi Muhamad ialah para Nabi semuanya, mulai dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Isa ibnu Maryam itulah kaumnya Nabi Muhammad, mereka semua berbahasa dengan bahasa yang sama dengan bahasa Al-Qur’an
Kaumnya Nabi Muhamad ialah para Nabi semuanya, mulai dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Isa ibnu Maryam itulah kaumnya Nabi Muhammad, mereka semua berbahasa dengan bahasa yang sama dengan bahasa Al-Qur’an
Komentar
penulis
Tertulis di dalam Al Qur-an:
Tertulis di dalam Al Qur-an:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda di langit dan bumi)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqoroh [2] : 31).
Alloh Swt. telah mengajarkan kepada Adam
nama-nama seluruhnya, artinya Alloh telah mengajarkan bahasa yang diciptakan Alloh
Swt. (seperti bahasa Al Qur-an) kepada Adam.
Dari
uraian Muhajir Isnaeni di
atas berarti seluruh Kitab yang diturunkan kepada para Nabi menggunakan bahasa
ciptaan Alloh Swt. untuk mengajarkan ilmunya yang di dalam Al Qur-an disebut
bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa
Arab), yang umurnya lebih tua daripada
bahasa Arob..
Berbeda
dengan Muhajir Isnaeni, Prof. Toshihiku Izutsu berikut ini berpendapat bahwa
bahasa Al Qur-an berasal dari bahasa Arob pra Al Qur-an. Artinya bahasa Arob
pra Al Qur-an lebih tua umurnya dari Bahasa Al Qur-an.
Penulis setuju dengan pendapat Muhajir
Isnaeni bahwa bahasa Al Qur-an lebih tua daripada bahasa Arob pra Islam. Namun
karena keduanya sebangsa maka pada satu titik ada persamaan
antara keduanya.
Berikut ini denahnya :
Hadis Nabi Muhammad Saw.
(HR. Thobroni).
Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu tentang Bahasa Al Qur-an
Berikut ini denahnya :
اُحِبُّ الْعَرَبَ عَلىٰ ثَلاَثٍ
Saya mencintai Arob karena tiga alasan:
لِاَنِّ عَرَبِيّاً
Saya (Muhammad) seorang bangsa Arob.
وَالْقُرْاٰنِ عَرَبِيّاً
Bahasa Al Qur-an serumpun dengan bahasa Arob.
وَلِسَانِل الْجَنَّةِعَرَبِيّاً
Bahasa penghuni jannah serumpun dengan bahasa Arob.(HR. Thobroni).
Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu tentang Bahasa Al Qur-an
Prof. Toshihiko Izutsu adalah
seorang pakar bahasa Arab pra Islam, yaitu
bahasa Arob yang dipakai pada zaman Nabi Muhammad Saw pada abad ke 7 M).
Dalam film
dokumenter yang berjudul The Eastern karya Masoud Taheri memuat kehidupan
Islamolog Jepang bernama Toshihiko Izutsu. Tokoh ini dikenal sebagai ahli Al
Qur’an dengan banyak karyanya yang monumental.
Riwayat hidup
Toshihiko
Izutsu adalah seorang profesor dari Universitas Keio di Tokyo, Jepang yang
lahir 4 Mei 1914. Tidak hanya mengajar di Jepang, Izutsu juga mengajar di
Institut Filsafat Iran dan Universitas McGill di Montreal, Quebec, Kanada. Terlahir
dalam keluarga yang kaya. Sejak usia dini, ia terbiasa dengan meditasi zen dan
kōan. Ayahnya juga seorang kaligrafer dan seorang penganut Zen Buddha. Itsuzu
berhasil memperoleh gelar PhD dalam sastra Inggris di Universitas Keio di
Jepang. Izutsu dikenal sebagai orang yang menguasai lebih dari 10 bahasa di antaranya
bahasa Arab, Persia, Sanskerta, Pali, Cina, Jepang, Rusia dan Yunani.Pada tahun
1958, ia menyelesaikan terjemahan langsung pertama Al–Qur’an ke bahasa Jepang.
Penerjemahannya sangat terkenal karena keakuratan bahasa dan banyak digunakan
untuk karya ilmiah. Ketertarikannya terhadap agama Islam dimulai ketika di
duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia sering mengunjungi masjid dan The
Turkish Islamic Centre di Tokyo. Di kedua tempat itu Izutsu mempelaja-ri bahasa
Turki maupun bahasa Arab. Adapun guru Islam pertamanya adalah Tatar Turks yang
berhasil melarikan diri dari Rusia setelah Revolusi Bolshevik. Di samping itu
ada juga Musa
Carullah Bigiyef, dimana Izutsu belajar al-kitab Sibawayhi dan Shahih Muslim
serta sya’ir-syair Arab sebelum kedatangan Islam.
Pada tahun
1959 Izutsu menetap di Mesir dan Libanon hingga penghujung tahun 1961. Dia
bertemu dengan banyak ulama muslim di antaranya Rashid Ridha, Ibrahim Madzkur,
Aḥmad
Fuad Akhwani dan Muḥammad Kamil Ḥusain. Dia
pernah mengajar di Academy of Arabic Language di Kairo, Mesir pada tahun 1960.
Tahun 1962
mulai mengajar Universitas McGill, Kanada hingga tahun 1974. Di sana juga ia
bertemu Seyyed Hossein Nasr, A. Rusen Sezer Hermann Landolt. Akhir tahun 1974,
dia meninggalkan McGill atas undangan Hossein Nasr dan mengajar di Iran. Di
negeri para Mullah ini bertemu dengan para akademisi seperti Sayyid Jalaludddin
Ashtiyani hingga Mohammed Arkoun.
Dia meninggalkan Iran tahun 1979, ketika berkecamuknya
Revolusi Iran dan pindah ke Jepang. Di negerinya
diangkat sebagai Profesor Emeritus di Universitas Keio. Ia menerbitkan beberapa
buku sebelum meninggal pada 7 Januari 1993.
Selain itu, ia juga aktif di beberapa
lembaga keilmuan, seperti Nihon Gakushiin (The Japan Academy) pada tahun 1983,
Institut International de Philosophy di Paris pada tahun 1971 dan Academy of
Arabic Language di Kairo, Mesir pada tahun 1960. Sedangkan aktivitas di luar
negara yang dilakukan adalah tamu Rockefeller (1959-1961) di Amerika dan Eranos
Lecturer on Oriental Philosophy di Switzerland antara tahun 1967-1982.
Riwayat hidup singkat di atas dan
perjalanan karir Izutsu menjadi salah satu unsur penting untuk memahami lebih
jauh terhadap pemikirannya
Beberapa karya yang menyangkut tentang al-Qur’an yang ditulisnya antara
lain :
1. The Structure of the Ethical Terms in the Quran: A
Study in Semantics (Etika Beragama
dalam al-Qur’an, Studi dari segi semantik) Tokyo: Keio University, 1959).
2. God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic
Weltanschauung (Tuhan dan Manusia di dalam Alquran. Studi bahasa tentang Pandangan
Dunia Al Qur-an) (Tokyo: Keio Institute of Cultural and Linguistic Studies,
1964)
3. The Concept of Belief in Islamic Theology: A
Semantic Analysis of Īmān and Islām (Konsep Iman dalam Agama Islam, Analisa
semantik tentang Iman dan Islam) (Tokyo: Keio Institute of Cultural and
Linguistic Studies, 1966).
4. Ethico-religious Concepts in the Qurān (Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran) (Montreal: McGill University Press, 1966
Hubungan pemikiran Toshihiku Izutsu dengan Ayat Mutasyabihat
Menurut Izutsu kata-kata di dalam Al Qur-an berasal dari bahasa Arob Pra
Al Qur-an dengan makna tertentu.
a. Makna asli kata itu (Bahasa Arab
Pra Al Qur-an) dapat diperoleh dari
syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata di dalam Al
Qur-an tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang sering berbeda
dengan bahasa Arob Pra Al Qur-an (dan Bahasa Al Qur-an).
c. Kata-kata bahasa Arob Pra Al Qur-an ini setelah dipakai oleh Al-Qur'an maknanya berubah dari aslinya (yang takwilnya hanya diketahui oleh Alloh = Ayat mutasyabihat).
d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat, kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu. (Dengan jalan bertanya kepada Alloh, nf.).
Kesimpulan Penulis tentang pendapat Toshihiku Izutsu
c. Kata-kata bahasa Arob Pra Al Qur-an ini setelah dipakai oleh Al-Qur'an maknanya berubah dari aslinya (yang takwilnya hanya diketahui oleh Alloh = Ayat mutasyabihat).
d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat, kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu. (Dengan jalan bertanya kepada Alloh, nf.).
Kesimpulan Penulis tentang pendapat Toshihiku Izutsu
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan
Bahasa Arob manusia
Menurut Izutsu Takwil Bahasa Al Qur-an hanya diketahui oleh
Alloh Swt. Ini sesuai dengan pendapat Aisyah tentang QS. An-Nisa' [3]:7.
Sedang arti Bahasa Arob Pra Al Qur-an diperoleh
dari syair-syair yang dikarang pada masa pra Al Qur-an
|
Ciri-ciri Bahasa
Arob
Pada bahasa manusia (termasuk bahasa Arob) suatu kata bisa mempunyai makna lebih dari satu yang disebut
polisemi dan homonim.
Dalam bahasa Arob, polisemi disebut juga Isytirak
al-lafdzi.
Artinya: “satu kata mengandung beberapa arti yang
masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan
bukan makna konotatif (majaz).
Kata
“الخال” misalnya, bisa berarti: paman, tahi
lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk.
Homonim atau dalam bahasa Arab
diartikan dengan Al Mustarok al Lafdzi adalah beberapa kata yang sama,
baik pelafalan dan penulisan-nya, tetapi mempunyai makna yang berlainan. Ini
merupakan pengerti-an Al Mustarok al Lafdzi secara umum.
Contoh kata (غرب)
dapat bermakna arah barat (الجهرة), dan juga bermakna
timba
Contoh lain kata (الجد) memiliki tiga makna yaitu (1) bapak dari ayah / ibu (ابو اللأب/ ام) (2) bagian, nasib baik (3) tepi sungai.
Pengertian para ahli tafsir Al Qur-an tentang bahasa Arob Al
Qur-an
Seorang Ahli Tafsir periode awal bernama Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Adzi al-Khurasani dikenal
dengan nama Abu al-Hasan al-Bal-khi (w.150 H / 767 M) mengatakan bahwa
kata-kata di dalam Kitab Al Qur-an
di samping memiliki makna yang definitif, juga memiliki alternatif makna lainnya, yang harus diketahui oleh para Ahli Tafsir Al Qur-an.
Sampai
sekarang pendapat ini masih dipakai.
(Muqotil
bin Sulaiman menganggap Bahasa Al Quran sama dengan Bahasa Arab yang menurut Muhajir Isnaeni berbeda).
Maka
para ahli tafsir Al
Qur-an berpendapat bahwa sama halnya dengan Bahasa Arob
kata-kata yang terkandung di dalam Al Qur-an juga
mempunyai beberapa makna (homonim dan
polisemi), di mana tidak tentu makna mana yang berlaku.
Maka bisa
terjadi ketidakpastian, pertentangan dan kerumitan.
Padahal Alloh Swt menyatakan bahwa tidak ada
pertentangan di dalam Al Qur-an
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur-an? Kalau kiranya Al Qur-an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa' [4] : 82).
Telah
disebutkan pada uraian sebelumnya
(pendapat Alloh Swt., pendapat
www.Hajij.Com, pendapat Muhajir Isnaeni dan pendapat Toshihiro Izutsu) bahwa
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa
Arob
|
Berbeda dengan Bahasa Arob dimana satu kata
bisa bermakna lebih dari satu (akibat pengaruh budaya bangsa Arob), sedang dalam Bahasa Al Qur-an setiap kata
hanya mempunyai satu arti (karena diciptakan oleh Alloh Swt.).
Filsafatnya adalah. Al Qur-an yang satu, diturunkan oleh Alloh yang satu, lewat malaikat yang satu yaitu
Jibril As. kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw, maka setiap katanya hanya bermakna satu (tunggal).
Bertanya
Kepada Alloh tentang
Takwil Ayat Mutasyabihat
Untuk bisa bertanya kepada Al Qur-an ada beberapa prinsip
yang harus kita ketahui
Prinsip pertama.
Bahasa
Al
Qur-an
mempunyai kemiripan makna dengan Bahasa Arab
karena keduanya sekeluarga.
Ini
sesuai pendapat Muhajir Isnaeni tentang arti Arobiyyan.
|
Prinsip ke dua.
Bahasa Al Qur-an berbeda artinya dengan bahasa Arob.
Arti Bahasa Al Qur-an tersebut (ayat mutasyabihat) hanya
diketahui oleh Alloh Swt.
Ini sesuai dengan pendapat Aisyah binti
Abu Bakar dan Toshihiko Izutsu.
|
Prinsip ke tiga
|
Perbedaan bahasa Al Qur-an
dengan bahasa Arob manusia adalah
|
Pada bahasa Arob setiap
kata mempunyai beberapa arti (polisemi
dan homonim).
Karena Bahasa Arob dipengaruhi oleh budaya bangsa Arob
|
Pada bahasa Al Qur-an setiap
kata di dalam Al Qur-an masing-masing hanya mempunyai satu arti.
Karena Bahasa Al Qur-an diciptakan
oleh Alloh Swt.
|
Contoh Kasus
Bertanya
Kepada Alloh Takwil
Ayat Mutasyabihat Tentang
kata Rizqi
Untuk bisa bertanya kepada Al Qur-an ada
beberapa prinsip yang harus kita ketahui.
Prinsip pertama.
Bahasa
Al
Qur-an
mempunyai kemiripan makna dengan Bahasa Arab karena keduanya sekeluarga.
|
Makna kata rizqi itu kita cari di dalam
Kamus dan Ensiklopedi Arob sebagai berikut.
No.
|
Nama kamus
|
Arti rizqi
|
01.
|
Kamus saku Arab
Inggeris Indonesia, Elias A Elias
dan Edward Elias
|
Nafkah, tunjangan,
karunia, keberuntungan, nasib baik.
|
02
|
Kamus Arab Indonesia,
Abdul-lah bin Nuh dan Oemar Bakri
|
Rezeki,
pencaharian
|
03
|
Kamus Al-Qur’an,
Drs. M. Zainul Arifin
|
Harta, karunia
|
04
|
Qamus Al-Quran, Abdul
Qadir Hasan
|
Rizqi,
pemberian, makanan
|
05
|
Ensiklopedi Al-Qur’an,
Prof. M. Dawam Rahardjo
|
Penghasilan,
keuntungan, kebutuhan, penghidupan, hak milik, laba, akumulasi modal.
|
08.
|
Ensiklopedia Al-Qur’an,
Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA
|
Pemberian dalam
bentuk makanan, kekuasaan dan ilmu pengetahuan
|
Dari
kamus dan ensiklopedia Arob di atas kita bisa menggolongkan arti rizqi menjadi
dua:
1. Rizqi ditafsirkan sebagai materi yaitu : karunia / pemberian,
harta / hak milik, nafkah / penghasilan / pencaharian / tunjangan, yaitu pada
semua kamus / ensiklopedia.
2. Rizqi ditafsirkan sebagai makanan, yaitu pada Qamus Al-Quran,
Abdul Qadir Hasan dan Ensiklopedia Al Qur-an Prof. M. Quraisy Shihab.
Prinsip ke dua.
Bahasa Al Qur-an berbeda artinya dengan bahasa Arob
Arti Bahasa Al Qur-an tersebut (ayat mutasyabihat) hanya diketahui oleh Alloh Swt.
|
Prinsip ke tiga |
Perbedaan bahasa Al Qur-an
dengan bahasa Arob adalah :
|
Pada bahasa Arob (yang
dipengaruhi oleh budaya bangsa Arob) setiap kata mempunyai beberapa arti
|
Pada bahasa Al Qur-an yang
diciptakan oleh Alloh Swt. setiap kata di dalam Al Qur-an masing-masing hanya
mempunyai satu arti.
|
Sebagai ciptaan Alloh Swt. dimana setiap
kata di dalam Al Qur-an hanya mempunyai satu arti, dari kedua pilihan di atas kita pilih arti RIZQI adalah makanan.
Kemudian kita kumpulkan semua ayat yang mengandung kata RIZQI.
Untuk mencari ayat-ayat tersebut kita bisa
menggunakan buku Konkordansi Qur'an karangan Ali Audah, Indeks Al-Qur'an
karangan Sukmajaya dkk, dll. Biasanya akan ditemukan banyak ayat yang
mengandung kata yang kita tanyakan itu.
Ditemukan 97 ayat Al Qur-an yang mengandung kata
RIZQI.
Daftar 97 ayat Al Qur-an yang mengandung kata rizqi itu adalah sbb.
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
No.
|
Ayat
|
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
|
[2]:3
[2]:22
[2]:25
[2]:57
[2]:60
[2]:172
[2]:233
[2]:254
[3]:37
[4]:39
[5]:114
[6]:142
[7]:31
[7]:50
[7]:160
[8]:3
[8]:26
[8]:74
[10]:59
[10]:93
[11]:6
[11]:88
[12]:22
[13]:26
[14]:31
|
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
|
[14]:32
[15:20
[16]:56
[16]:67
[16]:71
[16]:71
[16]:71
[16]:72
[16]:73
[16]:75
[16]:75
[16]:112
[16]:114
[17]:30
[17]:70
[18]:19
[19]:62
[19]:62
[20]:80
[20]:131
[20]:132
[20]:132
[22]:34
[22]:35
[22]:50
|
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
|
[22]:58
[22]:58
[23]:72
[24]:26
[28]:54
[28]:57
[28]:58
[28]:82
[29]:17
[29]:17
[29]:60
[29]:60
[29]:62
[30]:37
[30]:37
[30]:40
[32]:16
[33]:31
[34]:4
[34]:15
[34]:36
[34]:39
[35]:29
[36]:47
[37]:40
|
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
|
[38]:54
[39]:52
[40]:13
[40]:64
[42]:27
[42]:38
[45]:5
[45]:16
[50]:11
[51]:22
[51]:57
[51]:58
[40]:64
[56]:82
[62]:11
[63]:10
[65]:7
[65]:11
[67]:15
[67]:21
[67]:21
[89]:16
|
1
Kata makanan itu kita masukkan ke dalam
kurung di belakang kata RIZQI pada semua ayat yang kita temukan tadi.
Kata RIZQI berarti makanan di seluruh ayat Al Qur-an itu kita teliti apakah
sesuai dengan keseluruhan arti kalimat pada masing-masing ayat.
Bila sesuai maka kita tulis di bagian
belakang ayat itu kata (cocok) di dalam kurung.
Bila tak sesuai kita
tulis (tidak cocok)
Contoh
Q.S. Al Baqoroh [2] :
2-5. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa, 3. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghoib, yang mendirikan
sholat, dan menafkahkan sebagian rizki (makanan) yang kami anugerahkan kepada mereka. (cocok)
Ayat-ayatnya penulis lampirkan di
bawah
Kesimpulan
Makna RIZQI di dalam Al Qur-an adalah makanan.
|
Kesimpulan
akhir
Kesimpulan Akhir
No.
|
Hlm.
|
Pendapat
|
Kesimpulan
|
1
|
1] 8
|
Bacaan Aisyah dan Nabi Saw.
|
Hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat
|
2
|
2] 8
|
Penulis
|
Bila hanya Alloh Swt. saja yang menge-tahui takwilnya, untuk bisa mengetahui
takwil ayat mutasyabihat
kita bisa ber-tanya kepada Alloh Swt.
|
3
|
3] 9
|
QS. Az-Zumar [39] : 23
|
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan ba-hasa Arob
|
4
|
4] 10
|
www.Hajij.Com
|
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan
ba-hasa Arob (bahasa hadis Nabi Saw).
|
5
|
5] 11
|
Muhajir
Isnaeni,
|
Bahasa
Al Quran Bukan Bahasa Arab tetapi Bahasa yang serumpun dengan bahasa Arob.
|
6
|
6] 12
|
Prof. M. Qura-ish Shihab, MA.
|
Arobiyy adalah suatu nisbah / atribut tetapi para penafsir Al Quran
mengartikan sama dengan bahasa Arob
|
7
|
7] 20
|
HR. Thobroni
|
Bahasa Al Qur-an serumpun dengan bahasa Arob
|
8
|
8] 24
|
Toshihiku Izutsu
|
Takwil Bahasa Al Qur-an hanya diketa-hui
oleh Alloh Swt.
|
9
|
9] 28
|
Dalam Al Qur-an 1 kata hanya punya satu arti
|
Arti rizqi
adalah makanan
|
10
|
10] 41
|
Kasus Utbah
bin Robi’ah
|
Al-Qur’an bukan bahasa Arab, tetapi se-rumpun dengan bahasa Arab. Berasal dari bahasa yang diajarkan Allah Swt.
ke-pada Nabi Adam, lalu menurun kepada Nabi Nuh, lalu ke bangsa
Ad dan Tsamud
|
11
|
11] 50
|
Penulis
|
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob (yang digunakan dalam hadis
Nabi Muhammad Saw.).
|
Jember 20
September 2019
Dr.
H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Jember
Kepustakaan
01. Abdullah Bin Nuh dan Oemar Bakri,
Kamus Arab Indonesia, Mutiara, Jakarta, 1979.
02. Abdul Qadir Hassan, Qamus
Al-Quran, Al Muslimun, Bangil, 1964.
03. Ali Audah, Konkordansi Qur’an,
Litera AntarNusa; Mizan, Bandung, 1997.
04. Departemen Agama RI, Al Quran dan
Terjemahnya, CV Asy-Syifa, Semarang, 1999.
05. Drs. M. Zainul Arifin, Kamus
Al-Qur’an, Apollo, Surabaya, 1997.
06. Elias A Elias
& Edward E. Elias, H. Ali Almascatie
BA, Kamus Saku Arab Inggris Indonesia, Almaarif, Bandung, Tanpa tahun.
07. K.H Munawar Chalil.
Kelengkapan tarich Nabi Muhammad saw, Bulan Bintang 322 – 330
08. M Kasir Ibrahim, Kamus Arab,
Apollolestari, Surabaya, Tanpa tahun.
09. Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar
Juzu’ X,Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1966.
11. Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA ,
Ensiklopedia Al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta, 2007.
12. Prof. M. Dawam Rahardjo,
Ensiklopedi Al-Qur’an, Paramadina, Jakarta, 1996.
13. Teungku M. Hasbi Ash-Shiddieqy Tafsir An-Nuur PT
Pustaka Rizki Outra,Jakarta, 1987
14. Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep
Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993.
18. https://id.wikipedia.org/wiki/Nisbah
LAMPIRAN
Al Qur-an
bukan Berbahasa Arob
Kasus Utbah
bin Robi’ah
Pada suatu waktu,
kaum Quroisy mengadakan pertemuan dengan prinsip mereka bahwa “Semut mati
karena manisan”, yaitu mereka akan menunjuk seorang wakil guna menemui Nabi
Muhammad pada waktu itu. Mereka sadar benar bahwa Muhammad bin Abdillah adalah
seorang yang tidak mudah dikalahkan dalam berdebat, maka mereka akan memilih
seorang yang ahli dalam urusan ini.
Rapat itu
dilangsungkan di gedung Kebangsaan (Daarun Nadwah) dan dihadiri oleh
pemuka-pemuka kaum Quroisy. Tujuan rapat sudah jelas akan memilih seorang yang
mempunyai kedudukan sama dengan kedudukan Muhmmad bin Abdillah, seorang yang
pandai, masih muda dan kuat seperti Nabi Muhammad, dengan maksud agar bisa
memperdayakan Nabi Muammad SAW.
Setelah berdebat
panjang lebar, maka dengan suara bulat ditetapkanlah orang yang akan mewakili
bangsa Quraisy adalah Utbah bin Robi’ah. Karena Utbah bin Robi’ah sesuai jika
berhadapan muka dengan Muhammad bin Abdillah untuk berunding dengan dia.
Keputusan itu diterima dengan riang gembira disertai kesombongan Utbah bin
Robi’ah karena ia meresa bahwa dirinyalah yang mempunyai sifat-sifat yang
dikehendaki oleh mereka.
Pertemuan
pertama antara Utbah dengan Nabi.
Pada waktu yang
telah ditentukan oleh Utbah sendiri, maka dia datang ke rumah Abu Tholib.
Sesudah ia bertemu dengan Abu Tholib (pamanda Nabi) Utbah lalu meminta supaya
memanggil Muhammad. Abu Tholib mengabulkan permintaan itu dan segera Abu Tholib
memerintahkan seseorang memanggil kemanakannya itu. Setelah menerima panggilan
pamannya itu maka Nabi pun bergegas datang ke rumah pamannya. Nabi sama sekali
tidak menyangka bahwa dirinya sedang ditunggu oleh Utbah bin Robi’ah. Oleh
karena itu maka Nabi sedikit kaget ketika melihat Utbah ada di rumah pamannya
itu, lalu Nabi duduk berhadapan dengan Utbah.
Utbah mulai berbicara lebih dahulu :
“Hai anak
laki-laki saudaraku ! Engkau sesungguhnya dari golongan kami, dan engkau
sebenarnya telah mengetahui keadaan kita, bahwa kita bangsa Quroisy ini adalah
sebaik-baik dan semulia-mulia bangsa Arob di dalam pergaulan dan masyarakat,
sekarang engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perkara besar !
Engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perobahan yang amat besar !
Tidakkah engkau merasa bahwa kedatanganmu itu memecah-belah bangsamu yang telah
berabad-abad bersatu, dan engkau telah mencerai-beraikan persaudaraan bangsamu
yang telah lama bersepakat, dan engkau telah membodoh-bodohkan ‘ulama-‘ulamamu,
mencaci maki apa-apa yang telah lama dipuja-puja orang tuamu, engkau
merendahkan apa-apa yang telah lama dimuliakan oleh nenek moyangmu dan
bangsamu, engkau cela agama yang telah beratus tahun dipeluk oleh bangsamu dan
para leluhurmu, engkau sesat-sesatkan pujangga-pujanggamu yang telah lewat. Kini
bangsamu telah berpecah-belah dan bergolongan-golongan, disebabkan oleh
perbuatanmu.
Kejadian
demikian itu, kini telah tersiar di negara-negara lain. Oleh karena itu kami
sangat kuwatir, manakala nanti bangsamu kedatangan musuh dari luar, dapatkah
kita melawan dan mempertahankan kedudukan kita? Sudah tentu tidak akan dapat,
bukan? Sebab perpecahan di antara bangsamu itu kini telah menjadi-jadi, tentu
akan menyebabkan kelemahan pada bangsamu sendiri.
Oleh karena itu
kedatanganku hari ini kepadamu atas nama bangsamu seluruhnya, dan hendak
mengajukan kepadamu hal-hal yang amat sangat penting. Tetapi aku meminta
kepadamu, bahwa sesudah aku mengatakan kepadamu, agar supaya kamu pikirkan
dengan tenang dan kamu perhatikan dengan benar, janganlah kamu tolak dengan
serta merta ! Agar supaya engkau dapat menerima salah satu dari hal-hal yang
akan aku katakan. Adapun tujuan kami tiada lain melainkan supaya bangsamu yang
mulia ini dapat bersatu kembali, seia sekata dan kembali berdamai seperti yang
sudah-sudah.
Selama Utbah berbicara Nabi hanya berdiam diri saja sambil
mendengarkan dengan tenang. Maka sesudah itu Nabi menjawab : “Katakanlah olehmu
kepadaku, segala sesuatu yang hendak engkau katakan, hai Abul Walid ! Aku akan
mendengarnya”.
Utbah bin Robi’ah lalu berkata : “Saya akan
bertanya lebih dahulu kepadamu Muhammad, sebelum saya mengatakan hal-hal
penting tersebut kepadamu.
Kata Utbah : “Apakah
engkau lebih baik dari pada ayahmu Abdulloh dan adakah engkau lebih baik pula
dari kakekmu yang terhormat Abdul Mutholib ?”
Nabi SAW di kala itu
diam saja, tidak menjawab sepatah katapun. Utbah lalu melanjutkan
pembicaraannya :
“Oh anak
laki-laki saudaraku ! Kalau engkau menganggap bahwa engkau lebih baik dari pada
orang-orang tuamu dan nenek moyangmu dahulu, maka katakanlah hal itu kepadaku.
Aku hendak mendengarnya. Dan jika engkau menganggap bahwa orang-orang tuamu dan
nenek moyangmu itu lebih baik dari pada kamu, pada hal mereka itu dengan
sungguh-sungguh menyembah dan memuliakan Tuhan-Tuhan yang engkau hinakan
sekarang ini, maka cobalah hal itu engkau katakan kepadaku Muhammad ! Nabi SAW
masih tetap diam !
Lalu Utbah melanjutkan lagi pembicaraannya :
”Sekarang bagaimanakah
Muhammad, apa yang menjadi kehendakmu dengan mengadakan agama baru itu? Saya
mau tahu, Muhammad !
Jikalau dengan
mengadakan agama baru itu, engkau mempunyai hajat ingin memilki harta benda,
kami kaum bangsawan Quroisy sanggup mengumpulkan harta benda buat kamu,
sehingga nanti kamu menjadi seorang yang kaya di antara kami;
jikalau kamu
menghendaki dengan agama barumu itu kemuliaan dan ketinggian derajat, maka kami
sanggup menetapkan engkau menjadi seorang yang paling mulia dan paling tinggi
derajatnya di antara kami, dan kamilah yang akan memuliakanmu;
jikalau kamu ingin
menjadi raja, maka kami sanggup mengangkat kamu menjadi raja kami, yang
memegang kekuasaan di antara kami, yang memerintah kami, dan kami semuanya tidak
akan berani memutuskan sesuatu perkara melainkan dengan izinmu atau dari
keputusanmu;
jikalau engkau
menghendaki wanita-wanita yang paling cantik, sedangkan kamu tidak mempunyai
kekuatan untuk mencukupi keperluan mereka maka kami sanggup menyediakan wanita
bangsa Quroisy yang paling cantik di antara wanita Quroisy lainnya, dan
pilihlah sepuluh orang atau berapa saja yang kamu mau dan kamilah yang akan
mencukupkan keperluan mereka masing-masing, dan engkau tidak usah memikirkan
keperluan mereka itu;
jikalau kamu menderita
penyakit, maka kami sanggup mencari obatnya dengan harta benda kami sampai
kamu menjadi sehat kembali meskipun harta benda kami menjadi habis asalkan
engkau sehat kembali tidak apalah bagi kami;
dan jikalau kamu
menginginkan hal-hal lain selain hal-hal itu, maka coba katakanlah kepadaku,
asal engkau mau menghentikan perbuatan-perbuatanmu seperti yang sudah-sudah. !
Coba kamu katakan kepadaku, pilihlah salah satu dari hal-hal yang telah aku
katakan ini, mana yang kamu inginkan katakanlah kepadaku”
Selama Utbah berbicara
itu, Nabi SAW diam sambil mendengarkan ! Kemudian beliau berkata : “Sudahkah
selesai hal-hal yang engkau katakan kepadaku ?”
Utbah menjawab : “Yah saya selesaikan sekian dulu”
Nabi berkata : “Oh begitu, ! baiklah
sekarang saya minta kamu mendengarkan perkataanku, sebagai jawaban kepadamu.
Maukah kamu mendengarkannya?”
Utbah menjawab :” Baiklah,
katakanlah kepadaku sekarang juga”
Nabi SAW lalu membaca
ayat-ayat dari Al-Qur’an surat Fushilat ayat 1 sampai dengan ayat 14 yang baru
diturunkan Allah beberapa hari yang lalu :
Sedang artinya mohon di lihat pada Al
Quran terjemahan.
Baru sampai sekian Nabi membaca ayat-ayat
Al-Qur’an maka dengan segera Utbah menegur dan berkata : “Cukuplah Muhammad,
cukup sekian dulu Muhammad, cukuplah sekian saja ! Apakah kamu dapat menjawab
dan berkata dengan yang lain selain itu”
Nabi SAW menjawab :”Tidak !”
Utbah lalu diam tidak dapat berkata lebih
lanjut, semua yang hendak dikatakan telah hilang musnah dengan sendirinya, segala rencana yang
hendak dikemukakan untuk memperdayakan Nabi lenyap dengan tidak
disangka-sangka, bahkan hatinya menjadi tertarik dengan mendengarkan apa yang
dibacakan oleh Nabi.
Oleh sebab itu, dengan segera ia lalu
pulang ke rumahnya dengan mengandung satu perasaan yang sebelumnya tidak
disangka-sangka akan memilikinya, sehingga ia tidak tahu, apa lagi yang akan
dikatakan kepada Muhammad. Memang bukan main kata-kata yang diucapkan Muhammad
itu. Selama hidupku aku belum pernah mendengar kata-kata yang semacam itu.
Memang sungguh sedaplah rasanya rangkaian kata-kata yang diucapkan oleh
Muhammad itu.
Laporan Uthbah.
Setiba Utbah di rumahnya dengan
mengandung perasaan yang mengganggu tadi, maka dengan hati yang sangat pedih,
beberapa hari lamanya ia tinggal saja di rumahnya, tidak berani keluar dari
rumah menunjukkkan mukanya kepada mereka yang mengutusnya.
Oleh sebab itu mereka
(para pemuka musyriqin Quroisy) itu lalu datang ke rumahnya, untuk menanyakan
kepadanya tentang hasil yang diperolehnya sebagai seorang utusan yang
terhormat. Pada waktu itu Utbah sangat berdebar-debar hatinya, sangat pucat
raut mukanya. Akibat rasa takut kepada mereka. Sekalipun begitu namun terpaksa
ia melaporkan apa yang sudah dikerjakannya sebagai seorang utusan yang amat
dipercaya, dia menguraikan tentang hal ihwal ketika bertemu dengan Nabi SAW,
dan menerangkan jalannya percakapan antara dia dan Nabi SAW, serta ucapan Nabi
sebagai jawaban atas pembicaraannya.
Utbah terpaksa
melaporkan kepada mereka, karena di kala itu seorang di antara mereka ada yang
mendesaknya dengan cara mengejeknya; katanya kepada mereka : ”Sesungguhnya
Utbah telah datang dari pertemuannya dengan Muhammad, tetapi kedatangannya
kepadamu sekarang ini dengan roman muka yang lain dari roman muka ketika ia
pergi kepada Muhammad”
Kemudian mereka
berkata kepada Utbah :”Apakah yang ada di belakang kamu, wahai Abal-Walid?”
Di sinilah Utbah lalu terpaksa
melaporkan kepada mereka.
Kata Utbah :
“Demi Alloh, aku sudah
menyampaikan kepada Muhammad semua yang diserahkan ke padaku. Sedikitpun aku
tidak tinggalkan apa yang kamu katakan kepadaku, untuk kukemukakan kepada
Muhammad, bahkan aku menambah beberapa keterangan yang sangat jitu dan penting
pula”.
Mereka berkata :”Ya, habis bagaimana ? Apakah
Muhammad memberi jawaban kepadamu ?”
Utbah menjawab
:”Ya, dia memberi jawaban kepadaku, tetapi demi Allah, aku tidak mengerti yang diucapkan oleh Muhammad. Sungguh, sedikitpun aku tidak
mengerti, melainkan aku mendengar dari padanya, bahwa dia mengancam kamu semua
dengan petir, seperti petir yang dipergunakan untuk membinasakan kaum-kaum Ad
dan Tsamud”.
Salah seorang
dari mereka berkata :”Celakalah engkau hai Utbah ! Mengapa engkau sampai tidak
mengerti perkataanya ? Sedang ia berbicara dengan bahasa Arob, dan Engkau
berbicara kepadanya dengan bahasa Arob juga bukan?”
Utbah menjawab :”Demi Alloh ! Sungguh
aku sama sekali tidak dapat mengerti perkataannya, melainkan ia
menyebut-nyebutkan kata :”Shoo’iqoh” (petir)”
Mereka bertanya :”Mengapa begitu hai Utbah ?”
Utbah menjawab :”Demi Alloh ! Selama
hidupku belum pernah mendengar perkataan seperti perkataan Muhammad yang
diucapkan kepadaku. Karena perkataannya itu akan kuanggap syi’ir, bukan syi’ir
karena dia bukan ahli syi’ir; dan akan kuanggap perkataan tukang ramal, ia
bukan seorang tukang ramal; dan akan kuanggap perkataan orang gila, ia bukan
orang gila. Sungguh perkataannya yang telah kudengar itu akan ada satu urusan
penting. Sebab itu aku pada waktu itu tidaklah dapat menjawab perkataannya
sepatahpun”.
(Sumber
: Kelengkapan tarich Nabi Muhammad saw penerbit Bulan Bintang disusun oleh KH
Munawar Chalil halaman 322 – 330)
Pendapat
Muhajir Isnaeni selanjutnya:
Dari keterangan sejarah tersebut di atas, tentunya tidak dapat dibantah bahwa Al-Qur’an bukan bahasa Arab tetapi serumpun dengan bahasa Arab, sama-sama berasal dari bahasa yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam, kemudian menurun kepada Nabi Nuh, sampai akhirnya bangsa Ad dan Tsamud karena menyimpang dengan permainan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin. Maka dihancurkan oleh Allah negerinya, dan sisa-sisa dari mereka itu masih berbahasa yang mirip dengan bahasa Al-Qur’an tetapi kesadarannya sudah bukan berkesadaran Nur menurut Sunnah Rasul.
Dari keterangan sejarah tersebut di atas, tentunya tidak dapat dibantah bahwa Al-Qur’an bukan bahasa Arab tetapi serumpun dengan bahasa Arab, sama-sama berasal dari bahasa yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam, kemudian menurun kepada Nabi Nuh, sampai akhirnya bangsa Ad dan Tsamud karena menyimpang dengan permainan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin. Maka dihancurkan oleh Allah negerinya, dan sisa-sisa dari mereka itu masih berbahasa yang mirip dengan bahasa Al-Qur’an tetapi kesadarannya sudah bukan berkesadaran Nur menurut Sunnah Rasul.
Ada beberapa hal yang memang bahasa Arab
mirip dengan bahasa Al-Qur’an seperti sama-sama menggunakan huruf hijaiyyah
dari alif sampai dengan ya, sama-sama bila ditulis dari kanan ke kiri kecuali
angka-angka, namun perbedaan yang paling prinsipil adalah mengenai makna dari
kedua bahasa itu.
Jember 2 Agustus 2019
Dikutip oleh:
Dr. H.M. Nasim
Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
JemberArtikel lengkapnya ada di di Blog ini berjudul "Al-Quran Bukan Bahasa Arab"
Membandingkan
Bahasa Al Qur-an dengan
Bahasa Arob Al-Hadits
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
I. Pendahuluan
Sumber-sumber Hukum Islam
Sistematika Hukum Islam diambil dari Al Qur-an Surat An-Nisa [4]:59 :
59. Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Alloh (Al
Qur-an) dan taatilah Rosul (Sunnah-Hadis)(nya), dan ulil amri di antara kamu (Ijma' ulama'). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya)(Qiyas), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Berdasarkan ayat ini ada empat dalil yang dapat dijadikan pijakan dalam
menentukan hukum yaitu Al Qur-an, Al-Hadits, Ijma'
dan Qiyas.
Agar terdapat kepastian
dalam Hukum Islam maka Tafsir Kitab Al Qur-an dan Al Hadits itu juga harus
pasti.
Pada tulisan di halaman sebelumnya telah dibuktikan bahwa Bahasa
Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob dimana tiap katanya mempunyai beberapa
makna (homonim dan polisemi) karena dipengaruhi oleh budaya Arab. Sedangkan
Bahasa Al Qur-an tiap katanya hanya mempunyai satu makna karena
diciptakan oleh Alloh Swt.
Makna Suatu Kata di Dalam Kitab Al Qur-an.
Dalam QS. Ali Imron [3]:7, Alloh Bersabda bahwa ta’wil
kata di dalam Al Qur-an itu hanya diketahui oleh Alloh Swt. Maka, untuk
mengetahui takwilnya kita harus bertanya kepada Alloh Swt.
Takwil kata itu tidak ada di
Kitab-kitab Tafsir Al Qur-an, karena pengarangnya tidak mengetahui takwilnya.
Pada pembahasan Takwil kata rizqi
disimpulkan bahwa
Makna RIZQI di dalam Al Qur-an adalah makanan.
|
Makna Suatu Kata
di Dalam Kitab Al-Hadits.
Pendahuluan
Hadits
Nabi Saw sangat berbeda dengan Al Qur-an. Karena Al Qur-an adalah sabda Alloh Swt
yang diturunkan lewat Malaikat Jibril as. kepada seorang manusia yaitu Nabi
Muhammad saw.
Sedang
Hadits Nabi Saw adalah perkataan seorang manusia mulia berbangsa Arob yaitu
Nabi Muhammad Saw. Disabdakan beliau dalam bahasa Arob kepada para sohabat
yang berbangsa Arob, kemudian secara beranting digetok-tularkan dan akhirnya
sampai kepada kita melalui kitab-kitab Hadits.
Tentu saja bahasa Arob dalam
hadits-hadits itu menggunakan kaidah dan makna sesuai dengan bahasa Arob.
Dalam hal ini rizqi mempunyai dua arti yaitu (i) makanan dan (ii) karunia.
Kontroversi Nabi mendoakan “kaya” bagi Anas bin Malik.
Contoh
hadits ke-1
Dalam hadits ini rizki mempunyai
tiga arti yaitu umur, kekayaan dan anak, bukan berarti makanan seperti di dalam
Al Qur-an.
Doa Nabi kepada Anas bin Malik agar
mendapat kekayaan dan anak yang banyak sangat terkenal. Sering dipakai sebagai contoh
bolehnya kita berdoa minta kaya.
Anas bin
Malik berasal dari Bani an-Najjar, anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil dia
melayani keperluan Nabi Muhammad Saw, sehingga selalu bersama Rosululloh.
Setelah Nabi
Muhammad Saw wafat, Anas bin Malik pergi dan menetap di Damaskus kemudian ke
Basroh. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam. Ia dikenal
sebagai sohabat Nabi Muhammad Saw yang berumur paling panjang.
Rosulullah Saw
sering kali mendo’akan Anas bin Malik Ra. Salah satu doa Beliau untuknya
adalah: “Allohumma
Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu (Ya
Alloh, rizqikanlah / karuniakanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah
hidupnya).”
Alloh Swt mengabulkan
doa NabiNya, dan Anas Ra menjadi orang dari suku Anshor yang paling banyak
harta(rizqi)nya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, sehingga bila ia
melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Alloh Swt
memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3
tahun lagi.
Adapun asbabul wurud cerita itu adalah hadis berikut:
Diriwayatkan daripada Anas Ra daripada Ummu Sulaim
katanya: Wahai Rosululloh! Aku menjadikan Anas sebagai khodammu,
tolonglah berdoa untuknya. Rosulullah Saw pun berdoa: Ya Alloh, banyakkanlah harta (rizqi) dan anaknya dan berkatilah apa
yang diberikan kepadanya. Berkata Anas: "Demi Alloh, harta benda(rizqi)ku
memang banyak dan anak begitu juga anak dari anakku memang banyak sekali dan
sekarang sudah berjumlah
lebih dari 100 orang. (Shohih Bukhori,
Muslim, kitab kelebihan para sohabat).
Komentar penulis.
Hadits
ini mengandung kontroversi karena mirip do’a minta kaya yang dipanjatkan Nabi Saw
bagi Sa’labah yang berakibat buruk baginya di dunia dan akhirot. Nabi
sebelumnya tidak bersedia mendoakan dia kaya karena Nabi tahu sifat Sa’labah
yang tidak kuat terhadap godaan karunia kekayaan.
Akibat
dikabulkannya doá Nabi Saw oleh Alloh Swt ternaknya berkembang biak sangat
banyak. Namun karena sibuknya, dia lalu meninggalkan sholat berjamaah serta
tidak mengeluarkan zakat dari ternaknya.
Berbeda dengan sifat Anas bin Malik
Ra yang sangat diketahui oleh Nabi Saw karena dia berkumpul dengan Nabi sangat
lama. Tentu dia kuat terhadap godaan karunia kekayaan.
Contoh hadits ke-2.
Kata rizqi
tidak bermakna makanan
seperti di dalam Al Qur-an, tetapi bermakna anak keturunan.
Doa sebelum bercampur dengan isteri : Bismillah Allohumma Jannibnisy Syaiton Wa Jannibnisy Syaithon Ma Rozaqtana
Artinya : Dengan menyebut nama Alloh, ya Alloh, jauhkanlah syetan
dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Engkau rizkikan (kurniakan) kepada kami (anak, keturunan).
Kesimpulan :
Berbeda dengan Al Qur-an yang diciptakan oleh Alloh Swt. setiap katanya hanya mempunyai satu makna.
Kata-kata di dalam Al Hadits mempunyai beberapa makna
seperti pada Bahasa Arob manusia, akibat pengaruh dari budaya bangsa Arob.
Artinya :
Jember 21 Oktober 2015
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Uraian Selengkapnya 83 ayat Al Qur-an yang mengandung ayat mutasyabihat rizqi :
Artinya :
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan
Bahasa Arob
(yang
digunakan oleh Nabi Muhammad Saw.).
|
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Uraian Selengkapnya 83 ayat Al Qur-an yang mengandung ayat mutasyabihat rizqi :
1.. Q.S. Al Baqoroh [2] : 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang Kami anugerahkan kepada mereka.. (cocok)
2. Q.S. Al
Baqoroh [2]:22 Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizqi (makanan) untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (cocok)
3.. Q.S. Al Baqoroh [2] :25. Dan
sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa
bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.
Setiap mereka diberi rizqi (makanan) buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan:
"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka
diberi buah-buahan yang serupa dan
untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya. (cocok)
4.. Q.S. Al Baqoroh [2] :57. Dan
Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari
makanan yang baik-baik yang telah Kami rizqikan kepadamu. Dan tidaklah
mereka menganiaya diri mereka sendiri. (cocok)
5.. Q.S. Al Baqoroh [2] :60. Dan
(ingatlah), ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah
batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata
air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya
(masing-masing). Makan dan minumlah rizqi (makanan) (yang diberikan)
Alloh, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (cocok)
6.. Q.S.
Al Baqoroh [2] :172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rizqii (makanan) yang baik-baik yang
kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Alloh, jika benar-benar hanya
kepadaNya kamu menyembah. 173. Sesungguhnya Alloh hanya mengharomkan
bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Alloh Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (cocok)
7.. Q.S. Al Baqoroh [2] :233 Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempur-nakan
penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi rizqi (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. (cocok)
8.. Q.S. Al Baqoroh [2] :254 Hai orang-orang yang beriman,
belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizqi (makanan) yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan
tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (cocok)
9. QS. Ali Imron [3]:37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai
nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik
dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk
menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata:
"Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam
menjawab: "Rizqi (makanan)
itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendakiNya tanpa hisab. (cocok)
10. QS. An-Nisa; [4]:39. Apakah
kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan
sebahagian rizqi (makanan)
yang telah diberikan Allah kepada mere-ka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui
keadaan mereka. (cocok)
11. QS. Al-Maidah :[5]:114.
Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya
bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan
menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizqilah (makanan) kami, dan Engkaulah pemberi rizqi (makanan) Yang
Paling Utama".(cocok)
12. Q.S. Al-An'aam [6] :142. Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk
pengangkutan dan ada yang untuk disembelih.
Makanlah dari rizqi (makanan) yang telah diberikan Alloh kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.:3
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (cocok)
13. Q.S. Al A'roof [7]
:31. Hai anak
Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. 32. Katakanlah: "Siapakah yang mengharomkan perhiasan
dari Alloh yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah
yang mengharomkan) rizqi (makanan) yang baik ?" Katakanlah:
"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (cocok)
14. Q.S. Al A'roof [7]
:50. Dan
penghuni neraka menyeru penghuni syurga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah di rizqikan Alloh
kepadamu" Mereka (penghuni syurga) menjawab: "Sesungguhnya Alloh
telah mengharomkan keduanya itu atas orang-orang kafir. (cocok)
15. Q.S. Surat A'roof [7] :160. Dan mereka kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya:
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu." Maka memancrlah daripadanya
dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat
minum masing-masing.
Dan kami naungkan awan di atas mereka dan kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami
berfirman): "Makanlah yang baik-baik
dari apa yang telah kami rizqikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya kami,
tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri. (cocok)
16.. Q.S. Al Anfaal [8] :3. (Yaitu) orang-orang
yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan
kepada mereka. 4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat keting-gian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rizqi (makanan) berupa buah- buahan dan daging
burung serta minuman yang
mulia (di surga). (cocok)
17.. Q.S. Al Anfaal [8] :26. Dan
ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi
tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah)
akan menculik kamu, maka Alloh memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan
dijadikanNya kamu kuat dengan pertolonganNya
dan diberiNya kamu rizqi (makanan) dari yang
baik-baik agar kamu bersyukur (cocok).
18.. Q.S. Al Anfaal [8]:74. Dan
orang-orang yang beriman dan berhijroh serta berjihad pada jalan Alloh, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rizqi (makanan) yang
mulia (di surga). (cocok)
19.. Q.S. Yunus [10]:59. Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku tentang rizqi (makanan) yang diturunkan Alloh kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya harom dan
(sebagiannya) halal" Katakanlah: "Apakah Alloh telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Alloh?" (cocok)
20.. Q.S. Yunus [10]:93. Dan sesungguhnya
Kami telah menempatkan Bani Isroil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri
mereka rizqi (makanan) dari
yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang
kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurot). Sesungguhnya Tuhan kamu
akan memutuskan (cocok)
21. Q.S. Hud [11]:6. Dan
tidak suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizqi (makanan)nya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuzh). (cocok)
22. Q.S. Hud [11]:88. Syu'aib berkata: "Hai
kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku
dan dianugerahiNya aku dari padaNya rizqi (makanan) yang baik (patutlah
aku menyalahi perintahNya)?. Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu
(dengan mengerjakan) apa yang aku larang kamu dari padanya. Aku tidak bermaksud
kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada
taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Alloh. Hanya kepada Alloh aku
bertawakal dan hanya kepadaNyalah aku kembali. (cocok)
23. Q.S.12 (Ar Ro'd):22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari
keridhoan Tuhannya, mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). 23.
(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan
orang-orang yang soleh dari bapak-bapaknya, isteri-isteri dan anak cucunya,
sedang Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, 24. (Sambil mengucapkan) : "Salamun
'alaikum bima shobartum". Alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (cocok)
24. Q.S.13 (Ar-Ro'd):26. Alloh meluaskan rizqi (makanan) dan menyempitkannya
bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia,
padahal kehidupan di dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirot hanyalah
kesenangan (yang sedikit). (cocok)
25. Q.S.14 (Ibrohim):31. Katakanlah kepada
hamba-hambaKu yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan sholat,
menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang kami berikan
kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari
(kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persohabatan. (cocok)
26.. Q.S. Ibrohim [14]:32. Allohlah yang
telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari
langit, kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan rizqi (makanan)
untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar
di lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai. (cocok)
27. Q.S. Al Hijr [15]:20. Dan Kami telah
menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula)
makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizqi (makanan)
kepadanya. (cocok)
28.. Q.S. An Nahl [16]:56. Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala
yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rizqi (makanan) yang telah kami berikan kepada
mereka. Demi Alloh, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah
kamu ada-adakan. (cocok)
29.. Q.S. An Nahl [16]:67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu
buat minuman yang
memabukkan dan rizqi (makanan) yang
baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Alloh) bagi orang yang memikirkan. (cocok)
30.. Q.S. An Nahl [16]:71. Dan Alloh
melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rizqi (makanan), tetapi
orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rizqi (makanan) mereka
kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rizqi (makanan) itu. Maka mengapa mereka
mengingkari nikmat Alloh? (cocok)
31.. Q.S. An Nahl [16]:72 Alloh
menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rizqi (makanan) dari
yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?" (cocok)
32. Q.S.16 (An Nahl):114. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizqi (makanan) yang telah diberikan Alloh
kepadamu; dan syukurilah nikmat Alloh, jika kamu hanya kepadaNya saja
menyembah.115. Sesungguhnya Alloh hanya mengharomkan atasmu (memakan) bangkai,
darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Alloh;
tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak
pula melampaui batas, maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (cocok)
33. Q.S.17 (Al Isro'):30. Sesungguhnya Tuhanmu
melapangkan rezki (makanan) kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan
hamba-hambaNya. (cocok)
34. Q.S.17 (Al Isro):70. Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan. Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. (cocok)
35. Q.S.18 (Al Kahfi):19. Dan demikianlah Kami
bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri.
Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu
berada (di sini?). Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau
setengah hari". Berkata yang lain lagi: "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara
kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah
dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa rizqi (makanan) itu untukmu, dan hendaklah
dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seseorangpun. (cocok)
36. Q.S.19 (Maryam):62. Mereka tidak mendengar perkataan
yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rizqi (makanannya di syurga itu
tiap-tiap pagi dan petang. (cocok)
37. Q.S. Al Isro’ [17]:70. Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan. Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik- baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. (cocok)
38. Q.S. Al Kahfi [18]:19. Dan
demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka
sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah
kamu berada (disini?). Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) seari atau
setengah hari". Berkata yang lain lagi: "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara
kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia
lihat manakah makanan yang lebih baik, maka
hendaklah dia membawa rizqi (makanan) itu
untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seseorangpun. (cocok)
39. Q.S. Maryam [19]:62. Mereka tidak
mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam.
Bagi mereka rizqi (makanan)nya di
syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. (cocok)
40.. Q.S. Thoha [20]:80. Hai Bani Isroil, sesungguhnya Kami telah
menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian
dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah
menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa. 81.
Makanlah di antara rizqi (makanan) yang
baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu
menimpamu. Dan barang-siapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya
binasalah ia. (cocok)
41. Q.S. Al Hajj [22]:50. Maka orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang
saleh, bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan di sorga, pen.) yang mulia. (cocok)
42. Q.S. Al Hajj [22]:58. Dan
orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh, kemudian mereka dibunuh atau mati,
benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rizqi i (makanan) yang baik (di syurga). Dan sesungguhnya Alloh
adalah sebaik-baik pemberi rizqi (makanan) (cocok)
43. Q.S. Al Mu'min [23]:72. Atau
kamu meminta upah kepada mereka?", Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih
baik, dan Dia adalah pemberi rizqi (makanan) yang paling baik. (cocok)
44. Q.S. An Nuur [24]:26. Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita baik
(pula).Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka
(yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di syurga) (cocok)
45. Q.S. Al
Qosos [28]:54. Mereka itu diberi pahala dua kali
disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan
sebagian dari apa (makanan, pen.) yang telah kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (cocok)
46. Q.S. Al Qosos [28]:57. Dan
mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kamu
akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan
mereka dalam daerah harom yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari
segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rizqi (makanan) (bagimu) dari sisi
Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (cocok)
47.. Q.S. An Nuur [24]:26. Wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang
keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan
laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita baik (pula). Mereka
(yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di syurga). (cocok)
48. Q.S. Al Qosos [28]:54. Mereka itu
diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak
kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa (makanan) yang telah
kami rizqikan kepada
mereka, mereka nafkahkan. (cocok)
49.. Q.S. Al Qosos [28]:58. Dan mereka
berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kamu akan
diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan
mereka dalam daerah harom yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari
segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rizqi i (makanan) (bagimu)
dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (cocok)
50. Q.S. Al Qosos [28]:82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Korun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rizqi i (makanan) bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karuniaNya atas kita benar-benar dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Alloh)". (cocok)
50. Q.S. Al Qosos [28]:82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Korun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rizqi i (makanan) bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karuniaNya atas kita benar-benar dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Alloh)". (cocok)
51.. Q.S. Al Ankabut [29]:16. Dan
(ingatlah) Ibrohim, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Sembahlah olehmu
Alloh dan bertakwalah kepadaNya. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui. 17. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain
Alloh itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah
selain Alloh itu tidak mampu memberikan rizqi (makanan) kepadamu; Alloh
berfirman : Alloh telah menurunkan sebagian
dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
52. Q.S. Ar Rum [30]:40. Allohlah yang
menciptakan kamu, kemudian memberimu rizqi (makanan), kemudian mematikanmu,
kemudian menghidupkanmu (kembali), adakah di antara yang kamu sekutukan dengan
Alloh itu dapat berbuat suatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (cocok)
53. Q.S. As Sajdah [32]:15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (kami),
mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya sedang mereka tidak
menyombongkan diri. 16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka
berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan
sebagian dari rizqi (makanan), yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
54. Q.S. Al Ahzab [33]:31.
Dan barang siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada
Alloh dan rosulNya dan mengerjakan amal yang soleh. Niscaya Kami memberikan
kepadanya pahalanya dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi i (makanan yang mulia (di surga). (cocok)
55. Q.S. Saba [34]:4. Supaya Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka itu adalah
orang-orang yang baginya ampunan dan rezki (makanan yang mulia (di surga). (cocok)
56. Q.S. Saba [34]:15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rizqi (makanan) yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (cocok)
57.. Q.S. Al Ahzab [33]:31. Dan barang
siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Alloh dan rosulNya dan mengerjakan
amal yang soleh. Niscaya Kami memberikan kepadanya pahalanya dua kali lipat
dan Kami sediakan baginya rizqi (makanan) yang mulia (di surga). (cocok)
58.. Q.S. Saba [34]:4. Supaya Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka itu
adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rizqi (makanan) yang
mulia (di surga). (cocok)
59.. Q.S. Saba [34]:15. Sesungguhnya bagi
kaum Saba' ada
tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di
sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu
dari rizqi (makanan)
yang (dianugerahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kamu kepadaNya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun. (cocok)
60.. Q.S. Saba [34]:36. Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi i (makanan) bagi
siapa yang dikehendakiNya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendakiNya),
akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".(cocok)
61.. Q.S. Saba [34]:39. Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi i (makanan) bagi siapa yang
dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendakNya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dialah pemberi rizqi (makanan) yang
sebaik-baiknya. (cocok)
62. Q.S. Shood [38]:49. Ini adalah kehormatan
(bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar
(disediakan) tempat kembali yang baik. 50. (Yaitu) syurga 'Adn yang
pintu-intunya terbuka bagi mereka, 51. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas
dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di syurga itu. 52. Dan pada sisi mereka (ada
bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. 53. Inilah
apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. 54. Kenikmatan itulah yang dijanjikan kepada kalian (wahai orang-orang yang
bertakwa) di hari kiamat, sesungguhnya ia adalah rizqi (makanan) Kami untuk kalian, tiada henti dan tiada terputus. (cocok)
63. Q.S. Az Zumar [39]:52. Dan tidakkah mereka
mengetahui bahwa Alloh melapangkan rizqi (makanan) dan menyempitkan bagi
siapa yang dikehendakiNya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang beriman. (cocok)
64. Q.S. Al
Mu'min [40]:13. Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
(kekuasaan)Nya dan menurunkan untukmu rizqi (air /makanan) dari langit. Dan
tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Alloh). (cocok)
65. Q.S. Al Mu'min [40]:64. Allohlah yang
menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk
kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rizqi (makanan) dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu
adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (cocok)
66. Q.S.
Asy Syuura [42]:27. Dan jikalau Allah melapangkan rizqi (makanan) kepada hamba-hambaNya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Alloh menurunkan apa
yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui
(keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (cocok)
67. Q.S. Asy Syuuro [42]:38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarot antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
68.. Q.S. Al Mu'min [40]:64. Allohlah
yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan
membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rizqi (makanan) dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah
Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (cocok)
69. Q.S. Asy-Syuura [42] : 27. Dan jikalau Allah melapangkan rizqi (makanan) kepada
hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Alloh
menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha
Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (cocok)
70.. Q.S.Asy Syuuro4 [2]:38. Dan
(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarot antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang
kami berikan kepada mereka. (cocok)
71.. Q.S.(Al Jaatsiah [45]:5. Dan pada
pergantian malam dan siang dan rizqi (air / makanan) yang
diturunkan Alloh dari langit lalu dihidupkannya dengan air hujan itu bumi sesudah
matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Alloh)
bagi kaum yang ber-akal. (cocok)
72.. Q.S. Al Jaatsiah [45]:16. Dan
sesungguhnya telah kami berikan kepada Bani Isroil Al-Kitab (Taurot) dan kekuasaan dan kenabian; dan kami berikan kepada
mereka rizqi (makanan) yang
baik dan kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (cocok)
73.. Q.S. Qoof [50]:9. Dan kami turunkan
dari langit air yang
banyak manfa'atnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman
yang diketam. 10. Dan pohon kurma yang
tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. 11. Untuk menjadi rizqi (makanan) bagi
hamba-hamba (kami). Dan kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati
(kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan. (cocok)
74. Q.S. Al Jum'ah [62]:11. Dan apabila mereka
melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan
mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang
di sisi Allah adalah lebih baik dari pada permainan dan perniagaan; dan Allah
sebaik-baik Pemberi rizqi (makanan) (cocok)
75. Q.S. Al Munafiqun [63]:10. Dan nafkahkanlah
sebagian dari pada rizqi (makanan) yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu; dan ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, dengan sebab
itu aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?". (cocok)
76. Q.S.
At-Tolaq [65]:7. Orang yang mampu hendaknya memberi nafkah menurut
kemampuannya; dan orang yang disempitkan rizqi (makanan)nya hendaklah memberi nafkah dari yang diberikan Alloh
kepadanya; Alloh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar)
apa yang Alloh berikan kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan. (cocok)
77. Q.S.
At-Tolaq [65]:11. (Dan mengutus) seorang Rosul yang membacakan kepadamu
ayat-ayat Alloh yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal yang soleh dari kegelapan kepada
cahaya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam syurga-syurga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya Alloh melapangkan rizqi (air / makanan) kepadanya.(cocok)
78. Q.S.
Al-Mulk [67]:15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizqi (makanan)Nya; dan kepadaNyalah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan. (cocok)
79. Q.S.
Al-Mulk [67]:21. Atau siapakah yang akan memberi kamu rizqi (makanan) jika Allah menahan rizqi (makanan)Nya, bahkan mereka
terus-menerus dalam kesombongan dan dalam keadaan menjauhkan diri?. (cocok)
80.. Q.S. At-Talaq [65]:11. (Dan
mengutus) seorang Rosul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Alloh yang
menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang beriman
dan mengerjakan amal-amal yang soleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barang
siapa yang beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Alloh
akan memasukkannya ke dalam syurga-syur-ga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Alloh
melapangkan rizqi (air
/ makanan) kepadanya. (cocok)
81.. Q.S. Al-Mulk [67]:15. Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizqi (makanan)Nya. Dan hanya
kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (cocok)
82. Q.S. (Al-Mulk [67] : 21. Atau
siapakah yang akan memberi kamu rizqi (makanan) jika
Allah menahan rizqi (makanan)Nya,
bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan dalam keadaan menjauhkan
diri?. (cocok)
83. Q.S. Al-Fajr [89]:15. Adapun manusia
apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberi kesenangan maka dia
berkata: "Tuhanku telah memuliakanku," 16. Tetapi apabila Tuhannya
mengujinya, lalu membatasi rizqi
(makanan)nya, maka dia berkata: "Tuhanku
menghinakanku," 17. Sekali-kali tidak (demikian), bahkan kamu tidak
memuliakan anak yatim, 18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang
miskin; 19. Dan kamu memakan harta
pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil). 20. Dan kamu mencintai harta benda
dengan kecintaan yang berlebihan. (cocok)
Jember, 17 Septemberi 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan
Gajah Mada 118
Tilpun
(0331) 481127
Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar