HUBUNGAN ANTARA KELAINAN MIKRO-VASKULAR
RETINA DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
Benjamin R. McClintic, MD, Jedediah I. McClintic, BS BA, John D. Bisognano, MD PhD, and Robert C. Block, MD MPH
Pendahuluan
Pendahuluan
Pada dekade ini, di samping
kemajuan-kemajuan dalam diagnose dan terapi, penyakit jantung tetap menjadi
penyebab kematian utama di AS. Banyaknya penderita penyakit ini menimbulkan
penderitaan, kehilangan produktivitas, beban keuangan dan beaya lain. Hal ini menjadikan
makin meningkatnya perhatian terhadap penilaian resiko dan pencegahan primer
terhadap penyakit jantung koroner.
Uraian tentang faktor resiko penyakit jantung koroner yaitu hipertensi, kenaikan Low Density Lipoprotein (LDL) Cholesterol, usia, merokok, penyakit diabetes, penyakit ginjal, dan lain-lainnya, cukup tersedia dalam literatur dan praktek klinik untuk mendeteksi dan mengobati pasen yang mudah terjangkit.
Uraian tentang faktor resiko penyakit jantung koroner yaitu hipertensi, kenaikan Low Density Lipoprotein (LDL) Cholesterol, usia, merokok, penyakit diabetes, penyakit ginjal, dan lain-lainnya, cukup tersedia dalam literatur dan praktek klinik untuk mendeteksi dan mengobati pasen yang mudah terjangkit.
Namun, perhatian
untuk menemukan metoda dan penanda lainnya yang bisa menentukan derajat
penyakit pasen tetap berlangsung. Hal ini cukup penting pada subgrup populasi,
seperti kalangan wanita, yang tidak cukup hanya menggunakan perhitungan resiko
tradisional.
Selama
berpuluh-puluh tahun pemeriksaan pembuluh darah retina dipakai untuk mewakili
pemeriksaan pembuluh darah koroner. Tetapi terdapat bukti-bukti yang
bertentangan untuk pemakaiannya. Makalah ini meneliti literatur tentang
hubungan antara perubahan mikrovascular retina dan penyakit jantung koroner dan
mengeksplorasi potensinya bagi praktek klinik.
Pandangan Umum Terhadap Kelainan Mikrovascular Retina.
Uraian yang lebih mendetil tentang patofisiologi perubahan
mikrovascular akibat hipertensi dan diabetes berada di luar makalah ini, dan telah
diuraikan secara mendalam pada makalah khusus. Namun, pengertian dasar terminologi
dibutuhkan untuk membahas hubungan antara perubahan vascular pada retina dan
penyakit jantung koroner. Wong dkk. pada tahun 2001 telah mereview
kelainan mikrovascular retina yang diakibatkan oleh penyakit cardiovascular
sistemik. Mereka menguraikan tentang definisi kerja untuk bermacam aspek
patologi vascular retina. Kita memakai definisi mereka pada makalah ini.
Retinopati menyangkut perubahan khusus pada retina yang tidak
berkaitan langsung dengan perubahan vascular, seperti cotton wool spots, perdarahan,
microaneurisma, edema macular, dan
eksudat yang berat. Perubahan pada arteriola retina seperti penyempitan
vaskular umum dan focal dan arteriovenous nicking hanya terjadi pada kelainan
arteriola retina.
Di samping penemuan kelainan dini tentang hubungan antara
kelainan mikrovascular retina dan penyakit vascular sistemik, pemeriksaan
retina dengan ofthalmoskop belum terbukti menjadi metoda yang terpercaya untuk
menilai aliran darah koroner. Sebagian karena adanya kenyataan bahwa ofthalmoskopi
tidak objektif atau kuantitaif. Pada beberapa
dekade terakhir, fotografi retina secara digital dan metode lainnya telah
diterima sebagai lebih terstandar dan obyektif untuk menggambarkan fenomena
mikrovaskular retina.
Sekilas tentang Penyakit Jantung Koroner.
Diskusi tentang hubungan antara kelainan mikrovascular
retina dan penyakit jantung koroner memerlukan studi tentang penyakit jantung
koroner. Pada dua dekade terakhir ini telah dilakukan studi yang mendalam tentang
mekanisme terjadinya kelainan mikrovascular pembuluh darah koroner dan akibat
klinik dari penyakit mikrovascular.
Pertanyaan
tentang mekanisme ini berkembang lantaran adanya banyak pasen yang mengalami gejala-gejala
angina yang khas tanpa adanya gejala penyakit jantung koroner yang dapat
dideteksi pada angiografi atau bukti adanya penyakit jantung struktural.
Kondisi
ini disebut Syndroma X, relatif umum, antara 10% - 30% pasen yang dilakukan angiografi
karena gejala-gejala angina mempunyai arteri koroner epikardial yang “bersih”.
Sering terjadi pada wanita post menopause, yang berumur panjang serta fungsi
ventricular kirinya tidak terpengaruh.32,33
Untuk menemukan kelainan mikrovascular
lebih lanjut, dilakukan bermacam-macam pendekatan dengan hasil yang bervariasi.
Sewaktu angiografi, tingkat perfusi myocardial TIMI (Thrombolysis in Myocardial
Infarction) dapat dipakai untuk mengukur intensitas dan kecepatan radioopasitas
jaringan myocardial. Skor yang lebih tinggi menunjukkan adanya perfusi yang
lebih baik yang diduga merupakan fungsi microvascular myocardium. Namun, metoda
yang lebih langsung dan lebih bersifat kuantitatif adalah dengan mengukur
cadangan aliran koroner, yaitu perbedaan antara aliran darah pada hiperemia
maksimal (vasodilatasi dengan adenosine atau dipiridamol) dengan aliran basal.
Cadangan aliran koroner dapat diukur memakai bermacam modalitas, termasuk
positron-emission tomography, magnetic resonance imaging (MRI), dan
transthoracic echocardiography.35,36,37
Secara
hipotetis, karena besarnya pembuluh darah retina kira-kira sama dengan
microvascular koroner (~100-250μm dalam diameter) maka dapat mewakili proses
yang terjadi dalam mikrovasculer koroner, sehingga dapat dipakai sebagai
penanda untuk penyakit mikrovasculer koroner atau subklinik. Namun, sebagaimana
dalam bahasan berikut, datanya tidak konsisten, apakah kelainan microvascular
retina dapat dipakai untuk mewakili kelainan makrovasculer dan/atau
mikrovasculer koroner atau sistemik.
Hubungan Antara Mikrovasculer Retina dan Penyakit Makrovasculer.
Di luar bertambahnya bukti-bukti adanya
hubungan antara kelainan mikrovaskuler retina dengan penyakit jantung koroner,
masih ada kekurangan pengertian yang signifikan tentang mekanisme patofisiologi
menyangkut hubungan antara penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler. Beberapa
studi dilakukan untuk mencari hubungan antara kelainan mikrovaskuler retina
dengan proses atherosklerosis pada arteri besar. Memakai data dari studi Hoorn,
studi kohort berbasis populasi, dengan bermacam derajat resistensi insulin, Van
Hecke dkk membuat hipotesa bahwa kelainan mikrovaskuler bisa menimbulkan
atherosklerosis dengan cara menimbulkan kelainan endotel pembuluh darah besar.
Pada 256 orang dewasa berumur 60-85 tahun mereka membandingkan adanya
retinopati serta penampang arteriola dan venula (pada mata) dengan vasodilatasi
dependend flow endotel arteri brachialis dengan ketebalan intima-media arteri
karotis (brachial artery endothelium-dependent flow-mediated vasodilation and
carotid intima-media thickness). Setelah meneliti faktor risiko lainnya, studi
ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kelainan mikrovaskuler
retina dengan endothelium-dependent flow-mediated vasodilation (penanda untuk
fungsi endotel) atau penebalan intima-media karotis (penanda atherosklerosis
dini). Meskipun jumlah studinya relatif kecil, peneliti itu menyimpulkan bahwa
penyakit mikrovaskuler retina tidak ada kaitannya dengan atherosklerosisi
subklinik. Sebaliknya studi di China yang lebih kecil membandingkan aliran
darah arteri retina sentral dengan endothelial-dependent flow-mediated
vasodilation pada 25 pasen arteri koroner yang dikonfirmasi dengan angiography dengan
30 normal control. Studi ini menemukan penurunan aliran darah retina yang
signifikan dan penurunan brachial artery flow-mediated vasodilation pada pasen
dengan penyakit arteri koroner, yang menunjukkan adanya hubungan antara
kelainan mikrosirkulasi retina dan kelainan endotel38 Studi
lain telah mempelajari hubungan antara kelainan mikrovaskular retina dengan
penanda untuk resiko kardiovaskuler dan atherosklerosis. Dalam populasi Atherosclerosis Risk in Communities
(ARIC), penyempitan arteriolar yang menyeluruh berhubungan dengan carotid
plaque (tetapi tidak ada penanda atherosklerosis lain) demikian juga merokok
dan penanda keradangan lain seperti jumlah sel darah putih, fibrinogen, dan
albumin yang rendah. Arteriovenous nicking juga ada hubungannya dengan merokok
dan penanda keradangan tetapi tidak selalu dengan penanda penyakit
makroarteriolar39 Studi cross-sectional lainnya, the Multi-Ethnic
Study of Atherosclerosis (MESA), memeriksa hubungan antara penampang pembuluh
darah retina dengan bermacam faktor-faktor resiko kardiovaskuler. Studi ini
menemukan bahwa penampang arteriolar retina yang lebih kecil berhubungan dengan
hipertensi dan kadar homosistein yang lebih tinggi, sedangkan penampang venuler
yang lebih lebar berhubungan dengan diabetes, merokok di waktu kini, kegemukan,
dyslipidemia, dan penanda keradangan umum seperti C-reactive protein (CRP),
fibrinogen, dan interleukin-6.40 Hubungan
yang sama antara penampang venular retina yang lebih lebar dengan penanda keradangan
umum telah ditemukan pada populasi lain.39,41,42
Kelainan Microvascular Retina dan Penyakit Arteri Koroner
Standar emas untuk diagnosa penyakit arteri koroner adalah angiography
koroner, tetapi bahaya dan beayanya yang besar mengurangi pemakaiannya untuk
penilaian dini pasen beresiko. Metode lain untuk menilai pasen-pasen itu telah
dikembangkan dan terus dicari.43,44 Di
bawah ini kita akan menyimpulkan data yang mendukung dan menentang penggunaan
kelainan mikrovaskuler retina untuk menilai tingkat resiko penderita penyakit
arteri koroner.
Beberapa
studi telah menemukan hubungan antara kelainan mikrovaskuler retina dengan
penyakit arteri koroner yang didiagnosa dengan angiografi.16,45,46 Namun,
trial-trial tidak memakai pengukuran microvasculatur retina dan kebanyakan
tidak memasukkan ke dalamnya analisa multivariat untuk mengukur confounder
potensial. Lebih lanjut, di samping adanya hubungan positif tadi, studi di
Brazilia pada 96 orang tidak menemukan hubungan antara bukti funduskopi
perubahan arteriolar retina dengan bukti angiography penyakit koroner.47
Banyak studi lain yang lebih besar memeriksa perubahan mikrovaskular
retina dengan hasil yang lebih kuat adanya insiden penyakit jantung koroner dan
kematian (Table 1). Secara umum,
kebanyakan trial terbaru dengan hasil yang lebih kuat menggunakan protokol
tingkatan standar kuantitas terhadap parameter mikrovasculer retina seperti
yang diterangkan secara singkat di atas. Dengan beberapa pengecualian,48 trial
yang lebih dahulu menemukan adanya kenaikan jumlah kematian yang dihubungkan
dengan perubahan patologis vaskuler retina tetapi tidak memberikan data tentang
angka kematian akibat kelainan tertentu dan seringkali tidak menyertakan
kontrol peneliti lain.13,49,50,51,52 Namun,
pada dekade terakhir lebih banyak data tentang hubungan antara kelainan
mikrovaskular retina dengan insiden penyakit jantung koroner serta kematian
cardiovaskuler di masa mendatang. Sebagaimana diringkas lebih detil pada Table 1, studi pada populasi
yang lebih besar menemukan hubungan yang signifikan antara perubahan
mikrovaskuler retina dengan insiden penyakit koroner atau kematian
kardiovaskuler. Trial yang lebih besar pada populasi umum (ARIC, Blue Mountains
Eye Study, and Beaver Dam Eye Study), penampang arteriolar yang lebih sempit
dan rasio arteriole venule yang lebih kecil secara konsisten menunjukkan resiko
yang lebih tinggi kejadian koroner pada wanita usia pertengahan tetapi tidak
selalu pada laki-laki atau orang tua.53,54,55 Hubungan
yang konsisten pada wanita itu penting karena golongan ini lebih sering
diklasifikasikan beresiko rendah atau sedang dengan angka resiko secara
tradisional, dan bisa dipakai untuk calon skrening lebih lanjut. Sebagai catatan, studi ARIC meliputi
lebih dari 9,500 orang, lebih banyak dibanding dengan seluruh studi lain. Penelitian
yang lebih dalam terhadap populasi penderita diabetes dan populasi resiko
tinggi penyakit jantung koroner lainnya ada di luar jangkauan ringkasan ini, beberapa
studi menunjukkan hubungan antara kelainan mikrovaskuler retina dengan insiden
penyakit jantung pada subgrup diabetic, hypertensi, hyperlipidemi, dan
orang-orang tua bahkan sewaktu mengontrol untuk faktor resiko secara
tradisional lainnya. 56,57,58
Ringkasan Studi Mempelajari Hubungan Antara
Kelainan Mikrovaskuler Retina Dengan Insiden Kejadian dan Kematian Koroner
Hubungan Kelainan Mikrovaskular Retina dengan Penyakit Koroner Subklinik/ Microvascular
Adanya hubungan tetap antara kelainan mikrovaskular retina
dengan insiden penyakit jantung koroner serta kematian kardiovaskuler dengan banyak
bukti pada studi cohort berdasar populasi pada dekade terakhir, studi kecil
yang baru dilakukan berusaha untuk membuktikan lebih lanjut adanya hubungan
antara mikrovaskulatur retina dengan “mikrovaskulator” penyakit koroner
subklinik dan kardiomyopati.
Studi pada tahun 2005 menggunakan ARIC cohort, Wong dkk.59 memeriksa
hubungan antara kelainan mikrovaskular retina dengan insiden kejadian gagal
jantung pada 11,612 orang
dewasa berumur antara 49-73 tahun dengan follow up selama 7 tahun. Setelah
mengontrol faktor-faktor resiko tradisional dengan analisa secara
multifaktorial, mereka menemukan kenaikan resiko 2 x lipat terjadinya insiden
gagal jantung pada semua orang dengan gejala retinopati dan kenaikan resiko 3 x
lipat pada orang tanpa penyakit jantung koroner, diabetes, atau hypertensi
sebelumnya. Resiko ini berhubungan dengan tanda-tanda retinopati saja, serta
tidak ada hubungan dengan arteriovenous nicking atau penyempitan arteriolar
retina focal/umum disimpulkan setelah pertimbangan multivariat.
Beberapa waktu yang lalu, Cheung dkk.60 menganalisa 4,593 orang dewasa pria dan wanita berumur antara 45-85 tahun tanpa adanya penyakit kardiovaskular secara MESA cohort. Mereka membandingkan penemuan pada fotograf retina dengan massa bilik kiri, volume, dan remodeling yang dibuktikan dengan MRI cardiac. Analisa mereka menunjukkan hubungan yang independen antara penyempitan arteriolar retina dengan retinopati dengan penemuan MRI yang menunjukkan adanya remodeling bilik kiri. Juga hubungan yang signifikan antara penampang venular retina yang lebih lebar dengan remodeling bilik kiri ditemukan hanya pada wanita saja. Meskipun berbeda pada kekhususan penemuan retina yang menunjukkan signifikansi, kedua trial yang baru itu memberikan bukti lebih lanjut bahwa mikrovaskulator retina bisa memberikan informasi tentang penyakit jantung subklinik, khususnya hubungan yang kuat pada wanita.
Beberapa waktu yang lalu, Cheung dkk.60 menganalisa 4,593 orang dewasa pria dan wanita berumur antara 45-85 tahun tanpa adanya penyakit kardiovaskular secara MESA cohort. Mereka membandingkan penemuan pada fotograf retina dengan massa bilik kiri, volume, dan remodeling yang dibuktikan dengan MRI cardiac. Analisa mereka menunjukkan hubungan yang independen antara penyempitan arteriolar retina dengan retinopati dengan penemuan MRI yang menunjukkan adanya remodeling bilik kiri. Juga hubungan yang signifikan antara penampang venular retina yang lebih lebar dengan remodeling bilik kiri ditemukan hanya pada wanita saja. Meskipun berbeda pada kekhususan penemuan retina yang menunjukkan signifikansi, kedua trial yang baru itu memberikan bukti lebih lanjut bahwa mikrovaskulator retina bisa memberikan informasi tentang penyakit jantung subklinik, khususnya hubungan yang kuat pada wanita.
Pengapuran
arteri koroner yang ditemukan dengan computed tomography menunjukkan adanya
penyakit arteri koroner subklinik, yang meramalkan kejadian koroner di masa
depan.61
Dalam usaha menemukan apakah perubahan vaskular retina berhubungan dengan penyakit koroner subklinik, Wong dkk.62 memeriksa 6,147 orang dewasa berumur antara 45-84 tahun dengan MESA cohort. Mereka menemukan hubungan yang signifikan dan independen antara retinopati dengan kenaikan skor pengapuran arteri koroner untuk mengontrol faktor resiko akibat umur, gender, ras, dan resiko traditional. Hubungan ini tidak sampai ke perubahan penampang mikrovaskular retina. Dalam studi lebih lanjut terhadap 212 orang dengan MESA cohort, Wang dkk.63 mencoba menghubungkan penampang mikrovaskular retina dengan pengukuran MRI aliran darah myokardial dan perfusion reserve. Mereka menemukan hubungan antara aliran darah myokardial hiperemik yang lebih rendah serta perfusion reserve dengan penampang arteriolar retina yang lebih sempit yang signifikan setelah disesuaikan dengan umur, gender, dan ras, tetapi tidak signifikan setelah disesuaikan dengan faktor resiko penyakit jantung secara tradisional. Hubungan ini hanya terbukti pada orang yang tidak terbukti adanya pengapuran arteri koroner, yang mengesankan, aliran darah myokardial dan perfusion reserve bergantung sebagian besar pada derajat upstream epicardial coronary stenosis kecuali bila tidak ada, maka berhubungan dengan fungsi mikrovaskular koroner. Studi ini memberi bukti lebih lanjut bahwa penyempitan arteriolar retina berhubungan dengan kelainan mikrovaskular koroner dan menjadi tanda adanya penyakit mikrovaskular koroner pada pasen yang dianggap beresiko rendah dengan pemeriksaan faktor resiko tradisional.
Dalam usaha menemukan apakah perubahan vaskular retina berhubungan dengan penyakit koroner subklinik, Wong dkk.62 memeriksa 6,147 orang dewasa berumur antara 45-84 tahun dengan MESA cohort. Mereka menemukan hubungan yang signifikan dan independen antara retinopati dengan kenaikan skor pengapuran arteri koroner untuk mengontrol faktor resiko akibat umur, gender, ras, dan resiko traditional. Hubungan ini tidak sampai ke perubahan penampang mikrovaskular retina. Dalam studi lebih lanjut terhadap 212 orang dengan MESA cohort, Wang dkk.63 mencoba menghubungkan penampang mikrovaskular retina dengan pengukuran MRI aliran darah myokardial dan perfusion reserve. Mereka menemukan hubungan antara aliran darah myokardial hiperemik yang lebih rendah serta perfusion reserve dengan penampang arteriolar retina yang lebih sempit yang signifikan setelah disesuaikan dengan umur, gender, dan ras, tetapi tidak signifikan setelah disesuaikan dengan faktor resiko penyakit jantung secara tradisional. Hubungan ini hanya terbukti pada orang yang tidak terbukti adanya pengapuran arteri koroner, yang mengesankan, aliran darah myokardial dan perfusion reserve bergantung sebagian besar pada derajat upstream epicardial coronary stenosis kecuali bila tidak ada, maka berhubungan dengan fungsi mikrovaskular koroner. Studi ini memberi bukti lebih lanjut bahwa penyempitan arteriolar retina berhubungan dengan kelainan mikrovaskular koroner dan menjadi tanda adanya penyakit mikrovaskular koroner pada pasen yang dianggap beresiko rendah dengan pemeriksaan faktor resiko tradisional.
Ringkasan dan Kesimpulan
Meskipun telah dilakukan usaha terbaik oleh masyarakat medis
dan kemajuan yang signifikan dalam diagnosa dan penanganannya, penyakit jantung
masih tetap menjadi pembunuh nomer 1 di AS. Faktor-faktor resiko tradisional
yaitu hipertensi, hyperlipidemia, diabetes, dsb. Memungkinkan para dokter
mengobati pasen-pasen beresiko tinggi, namun sebagian dari penyakit
kardiovaskular tidak dapat diterangkan dengan adanya faktor resiko tradisional
saja. Pemeriksaan vaskulatur retina telah lama diusulkan untuk dipakai pada
pasen-pasen penyakit jantung koroner yang berisiko. Selama dua dasawarsa
terakhir, meningkatnya perhatian terhadap kontribusi penyakit mikrovaskulatur
koroner terhadap keseluruahn penyakit jantung meningkatkan perhatian untuk menggunakan
mikrovaskulatur retina sebagai penanda untuk penyakit koroner. Khususnya benar
untuk wanita, yang memiliki komponen proses vaskulator yang lebih besar pada
penyakit jantung koroner mereka.64
Pada 8-10 tahun
terakhir, pengenalan studi prospektif cohort yang multiple dan besar, dalam
memeriksa hubungan antara perubahan pembuluh darah retina dengan endpoints
klinik penyakit koroner telah memberikan bukti yang kuat adanya hubungan antara
keduanya.53-58,65 Juga,
beberapa studi baru menunjukkan hubungan antara kelainan mikrovaskulatur retina
dan penanda untuk penyakit mikrovascular koroner dan subklinik.59,60,62,63 Sebagai catatan, semua trial ini menggunakan metode yang sangat
canggih dan terstandar dalam menentukan derajat mikrovaskulatur retina. Juga,
ada ketidaksesuaian di antara trial yang besar dalam istilah perubahan retina
yang khusus yang menunjukkan korelasi positif. Contohnya, dalam ARIC cohort penurunan
rasio arteriole dan venule dan retinopati berhubungan dengan meningkatnya
insiden penyakit koroner pada wanita, tetapi bukan pada laki-laki.55 Dalam MESA cohort, retinopati (tetapi bukan
penampang vaskular retina) berhubungan dengan peningkatan skor pengapuran
arteri koroner.62 Pada MESA juga menunjukkan hubungan antara
penyempitan arteriolar retina dengan penurunan aliran darah myokardial dan
perfusion reserve,63 dibuat
alasan bahwa tanda-tanda retinopati bisa menjadi penanda untuk atherosklerosis
arteri besar sedangkan penyempitan arteriola retina dan/atau penampang venular
retina yang besar menjadi penanda penyakit mikrovaskular koroner.
Maka kapankah para klinisi mulai menggunakan visualisasi retina
untuk stratifikasi resiko penyakit koroner ? Kami usulkan adanya nilai pada
beberapa subset populasi (lihat Table 2). Berdasarkan data
dari the Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III),
95% wanita dibawah usia 70 tahun termasuk dalam kategori terendah untuk resiko
penyakit jantung Framingham, berarti resiko yang diperkirakan dalam 10 tahun
terjadinya penyakit koroner kurang dari 10%.66 Di luar fakta ini, penyakit jantung tetap menjadi penyebab kematian utama pada
wanita di AS, menunjukkan
stratifikasi resiko lebih lanjut diperlukan untuk memungkinkan dilakukan
strategi pencegahn primer yang lebih efektif. Sebagaimana pada data di atas,
sebagian besar studi yang lebih banyak tentang hubungan antara kelainan mikrovaskuler
retina dengan kejadian koroner menunjukkan hubungan yang kuat pada wanita. Maka,
kami usulkan para klinisi melakukan pemeriksaan retina oleh seorang dokter mata
(khususnya melihat tanda-tanda retinopati atau penurunan rasio arterola dan
venula) pada wanita dengan satu faktor resiko Framingham (Table 2). Studi pada wanita
secara MESA cohort beberapa waktu yang lalu menunjukkan jumlah yang signifikan
dari wanita dengan “resiko rendah” oleh Framingham mempunyai skor pengapuran
arteri koroner yang meningkat, yang meramalkan kejadian koroner di masa depan.67Adanya fakta bahwa retinopati ada hubungan dengan peningkatan skor
pengapuran arteri koroner.62 lebih
lanjut mendukung pemeriksaan retina pada wanita yang termasuk “resiko rendah.”
Usulan Modifikasi Strategi Pencegahan
Berdasarkan Skor Resiko Framingham
Berdasarkan data yang didapat pada poin ini, ada caveat
yang jelas untuk pendekatan tersebut. Pertama, tidak ada studi prospektif yang memeriksa apakah skor resiko yang baru
termasuk pemeriksaan retina lebih baik daripada faktor resiko model tradisional
seperti Framingham. Kedua, bila pemeriksaan vaskuler retina nyatanya memperbaiki
prediksi resiko penyakit jantung koroner, menimbulkan pertanyaan bagaimana hal
ini bisa mempengaruhi terapi secara potensial. Yang menarik, trial pada dekade
terakhir menunjukkan bahwa kontrol gula darah yang intensif pada pasen diabetes
mengurangi penyulit mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati, tetapi
tidak konsisten memperbaiki akibat makrovaskuler seperti kematian
cardiovaskuler dan myocardial infarction.68,69,70 Sebaliknya,
penurunan LDL yang agresif secara konsisten berhubungan dengan hasil perbaikan mikrovaskuler.10 Ini menunjukkan bahwa wanita dengan “resiko rendah” dengan keadaan
retina yang patologis mendapatkan manfaat dari kontrol tekanan darah yang lebih
agresif dan penurunan kadar LDL. Nyatalah, dibutuhkan studi lebih lanjut dalam menggali
potensi yang cost efektif dan non infasif penggunaan vaskulatur retina pada
asesmen resiko penyakit jantung.