Perbandingan Filsafat Kerja Kapitalis
dengan Filsafat Kerja Islami
(lanjutan makalah bulan lalu)
Oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi
Tinjauan Terhadap Matan / Isi Hadis 1 (lanjutan).
Pada tulisan
yang lalu telah dibuktikan bahwa "hadis 1" yaitu "Beramallah
/bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya. Dan
beramallah /bekerjalah untuk akhirotmu, seolah-olah engkau akan mati besok
" adalah bukan hadits melainkan hanya fatwa shohabat Nabi belaka.
1. Ada yang
mengatakan bahwa meskipun hanya merupakan fatwa shohabat Nabi saja, tetapi isi
fatwa ini baik karena sesuai dengan doa "sapu-jagat" (Robbanaa
aatinaa fiddun-yaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa adzaabannaar).
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirot dan peliharalah kami dari siksa
api neraka". (QS. Al-Baqoroh [2] : 201)
Menurut Ibnu
'Abbas ra. (Abdulloh ibnu Abbas ibnu Abdul Mutholib, sepupu Nabi Muhammad saw.,
adalah seorang ahli Tafsir Al-Qur'an. Uraian lengkapnya dapat dibaca pada
makalah Bulan April 2009 /Diskusi Tentang Wanita dan Sorga bagian 3).
Menurut
beliau doa ini meliputi :
a. semua kebaikan dan
b. menghindarkan semua bahaya,
Kebaikan di dunia itu meliputi:
i. keselamatan,
ii. kesehatan,
iii. rumah yang luas,
iv. isteri (atau suami, pen.) yang berbudi baik,
v. rezeki yang berkah dan banyak,
vi. ilmu yang berguna,
vii. amal soleh,
viii. kendaraan yang lancar dan
ix. nama baik.
Sedangkan kebaikan di akhirot ialah :
i. aman dari ketakutan hari kiamat,
ii. hisab yang ringan, dan
iii. masuk surga.
a. semua kebaikan dan
b. menghindarkan semua bahaya,
Kebaikan di dunia itu meliputi:
i. keselamatan,
ii. kesehatan,
iii. rumah yang luas,
iv. isteri (atau suami, pen.) yang berbudi baik,
v. rezeki yang berkah dan banyak,
vi. ilmu yang berguna,
vii. amal soleh,
viii. kendaraan yang lancar dan
ix. nama baik.
Sedangkan kebaikan di akhirot ialah :
i. aman dari ketakutan hari kiamat,
ii. hisab yang ringan, dan
iii. masuk surga.
Adapun minta
dihindarkan dari api neraka, tujuannya supaya dimudahkan untuk meninggalkan
semua yang dilarang dan semua perbuatan dosa.
Sungguh doa yang luar biasa !
2. Samakah "fatwa shohabat" itu dengan "do'a sapu-jagat" ?
(Doa sapu jagat adalah : "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirot dan peliharalah kami dari siksa api neraka".)
Jelas tidak sama, karena :
- dalam doa sapu-jagat yang bekerja keras adalah Alloh,
- sedang dalam fatwa shohabat tadi yang bekerja keras adalah kita sendiri!
Sungguh doa yang luar biasa !
2. Samakah "fatwa shohabat" itu dengan "do'a sapu-jagat" ?
(Doa sapu jagat adalah : "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirot dan peliharalah kami dari siksa api neraka".)
Jelas tidak sama, karena :
- dalam doa sapu-jagat yang bekerja keras adalah Alloh,
- sedang dalam fatwa shohabat tadi yang bekerja keras adalah kita sendiri!
Alloh Maha Kuasa dan Maha Kaya sehingga bisa melaksanakan apa saja termasuk memberi kita
kebaikan di dunia dan akhirot serta menghindarkan diri kita dari siksa api
neraka.
Fatwa shohabat tadi terdiri dari 2 kalimat.
Kalimat 1 adalah :
- Bekerjalah untuk duniamu, seolah-olah engkau akan hidup selamanya.
Adapun kalimat ke-2 adalah :
- Dan beramallah untuk akhirotmu, seolah-olah engkau akan mati besok,
Fatwa shohabat tadi terdiri dari 2 kalimat.
Kalimat 1 adalah :
- Bekerjalah untuk duniamu, seolah-olah engkau akan hidup selamanya.
Adapun kalimat ke-2 adalah :
- Dan beramallah untuk akhirotmu, seolah-olah engkau akan mati besok,
Menurut
Syekh Al-Albani, masyarakat menafsirkan kalimat 1 sebagai :
Kita harus bekerja dengan sangat giat untuk mendapatkan dunia. (Dunia adalah segala sesuatu yang kita tinggalkan sewaktu kita mati.)
Tambahan penulis :
Kita harus bekerja dengan sangat giat untuk mendapatkan dunia. (Dunia adalah segala sesuatu yang kita tinggalkan sewaktu kita mati.)
Tambahan penulis :
Dan
masyarakat menafsirkan kalimat 2 sebagai : Kita harus beribadah sangat giat
untuk mendapatkan akhirot.
Jadi kita harus menggunakan 100% waktu kita untuk mendapatkan dunia sekaligus menggunakan 100 % waktu kita juga untuk mendapatkan akhirot. Kedua pekerjaan yang dilakukan bersamaan ini memerlukan waktu 200 %, sedangkan waktu yang kita miliki hanya 100 %. Hal yang tidak mungkin dikerjakan ! Kecuali bila kita mempunyai kesaktian bisa memecah roh dan badan kita masing-masing menjadi dua, misalnya Nasim A (nama penulis) dan Nasim B. Nasim A mulai pagi sampai malam bekerja di kantor, di pasar atau di ladang, lalu pulang tidur karena kelelahan.
Jadi kita harus menggunakan 100% waktu kita untuk mendapatkan dunia sekaligus menggunakan 100 % waktu kita juga untuk mendapatkan akhirot. Kedua pekerjaan yang dilakukan bersamaan ini memerlukan waktu 200 %, sedangkan waktu yang kita miliki hanya 100 %. Hal yang tidak mungkin dikerjakan ! Kecuali bila kita mempunyai kesaktian bisa memecah roh dan badan kita masing-masing menjadi dua, misalnya Nasim A (nama penulis) dan Nasim B. Nasim A mulai pagi sampai malam bekerja di kantor, di pasar atau di ladang, lalu pulang tidur karena kelelahan.
Sedangkan
Nasim B :
-
Mengerjakan sholat 5 waktu dalam sehari secara berjamaah di masjid.
-
Mengerjakan semua sholat sunnah.
- Hampir sepanjang malam bangun untuk sholat malam dan witir.
- Melaksanakan puasa dua hari sekali seperti Nabi Daud.
- Di sela-sela waktu ibadah itu menyantuni orang-orang miskin
- Hampir sepanjang malam bangun untuk sholat malam dan witir.
- Melaksanakan puasa dua hari sekali seperti Nabi Daud.
- Di sela-sela waktu ibadah itu menyantuni orang-orang miskin
- serta
berjuang menegakkan kalimat Alloh.
Tidak
mungkin bukan ?
3. Fatwa
shohabat itu adalah filsafat kerja. Bila fatwa itu salah, bagaimana filsafat
kerja kita yang betul ?
Menurut
almarhum KH. Drs. Yusuf Muhammad LML (sepupu penulis, lulusan Universitas Islam Madinah, terakhir menjadi anggota DPR-RI)
dalam ceramah terakhir sebelum wafatnya mengutip ayat al-Qur'an sebagai berikut
:
"Dan carilah pada apa yang telah diberikan Alloh kepadamu akan negeri
akhirot, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu (nashibaka) dari duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan." (QS Al-Qoshosh [28] : 77)
A. Filsafat Kerja Dalam Islam
QS Al-Qoshosh / 28 : 77, adalah merupakan Filsafat kerja dalam Islam.
Ayat ini dapat kita pecah menjadi 6:
a. Pada apa yang telah diberikan Alloh kepadamu
b. carilah akan negeri akhirot
c. dan janganlah kamu melupakan bahagianmu (nashibaka) dari duniawi
d. dan berbuat baiklah (kepada orang lain dan kepada dirimu sendiri) sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu,
e. dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
f. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
B. Perbuatan Baik Alloh swt. Kepada Manusia
Disebut pada
ayat di atas (huruf d.) bahwa Alloh telah berbuat baik kepada kita. Apakah
perbuatan baik yang telah dilakukan Alloh pada kita ?
Alloh memberikan segala keperluan manusia (huruf a.) dengan cuma-cuma.
1. Mula-mula Alloh menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari.
Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari; Kemudian Dia bersemayam di atas
`Arsy, Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari
padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Alloh Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS.
Al-Hadid [57] : 4).
2. Menciptakan gunung-gunung ibarat paku-paku bagi benua-benua sehingga tidak bergerak
Alloh memberikan segala keperluan manusia (huruf a.) dengan cuma-cuma.
1. Mula-mula Alloh menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari.
2. Menciptakan gunung-gunung ibarat paku-paku bagi benua-benua sehingga tidak bergerak
Di bumi ada
5 benua yaitu : (i.) Eurasia, (ii) Afrika, (iii) Amerika, (iv) Australia dan
(v) Antartika.
3. Kemudian menyiapkan makanan di dalam bumi selama 4 hari
4. Menciptakan (sinar) matahari
5.
Menciptakan bulan yang memutari bumi sebagai penerang di waktu malam serta
untuk acuan tanggal.
6.
Menciptakan bintang-bintang di langit antara lain sebagai penunjuk arah
perjalanan.
7. Memutar
bumi sehingga terjadi siang dan malam
8. Membuat
poros bumi miring 30 derajat dan merevolusi bumi mengelilingi matahari untuk menciptakan
iklim (musim hujan
dan musim kemarau di wilayah tropis; musim panas, musim gugur, musim dingin dan
musim semi di wilayah sub-tropis).
9.
Menciptakan udara dan angin yang menghasilkan hujan.
10. Menciptakan rezeki (makanan dan minuman) untuk kita, yaitu :
- air dan berbagai mineral, bahan-bahan anorganik dan organik,
- tumbuh-tumbuhan/ buah-buahan dan
- hewan-hewan di daratan dan lautan
- air dan berbagai mineral, bahan-bahan anorganik dan organik,
- tumbuh-tumbuhan/ buah-buahan dan
- hewan-hewan di daratan dan lautan
- 11. Selain itu sebagian binatang diciptakan Alloh swt. untuk kita gunakan sebagai kendaraan.
Tambang emas Freeport
13.
Diciptakan-Nya manusia laki-laki dan perempuan yang membentuk keluarga dan
masyarakat.
14. Diciptakan-Nya bahasa dan ilmu pengetahuan.
15. Mengutus
Nabi-nabi, menurunkan kitab-kitab suci dan hikmah sebagai petunjuk ke jalan
yang lurus.
16. Menolong manusia dari marabahaya.
Inilah sebagian kecil perbuatan baik
Alloh untuk keperluan manusia yang tak terhitung banyaknya itu secara
cuma-cuma.
Di dalam Al-Qur'an pemberian Alloh itu disebut :
i. rohmat / kasih sayang (disebut 104 x),
ii. sebagian dari limpahan karunia-Nya (fadhl, disebut 84 x),
iii. nikmat (disebut 47 x),
iv. kebaikan/khoir
v. dan berkat (angka iv. dan v. ini disebut 10 x).
Selain itu Alloh
- mengabulkan doa,
Di dalam Al-Qur'an pemberian Alloh itu disebut :
i. rohmat / kasih sayang (disebut 104 x),
ii. sebagian dari limpahan karunia-Nya (fadhl, disebut 84 x),
iii. nikmat (disebut 47 x),
iv. kebaikan/khoir
v. dan berkat (angka iv. dan v. ini disebut 10 x).
Selain itu Alloh
- mengabulkan doa,
- memberikan ridho serta ampunan-Nya
(jawaban atas permohonan taubat /istighfar para hamba-Nya).
Semua makhluk hidup di dunia dijamin rezekinya (makan dan minumnya) oleh Alloh. Tetapi pemberian Alloh ini tidak merata (meluaskan rizki sebagian manusia dan menyempitkan rizki sebagian yang lain) sehingga ada sebagian yang kekurangan rezeki dan ada juga yang kelebihan rezeki.
Semua makhluk hidup di dunia dijamin rezekinya (makan dan minumnya) oleh Alloh. Tetapi pemberian Alloh ini tidak merata (meluaskan rizki sebagian manusia dan menyempitkan rizki sebagian yang lain) sehingga ada sebagian yang kekurangan rezeki dan ada juga yang kelebihan rezeki.
C. Berbuat Baik Kepada Orang Lain / Sistem Sedekah / Sistem Ekonomi Pemberian
Segala
pemberian Alloh (huruf a.) /perbuatan baik Alloh (huruf d.) ini kita pakai
sebagai modal untuk mendapatkan Sorga, antara lain dengan jalan berbuat baik
pula kepada orang lain (huruf d.). Bagi yang berlebih bisa berbuat baik dengan
jalan memberikan kelebihannya kepada yang memerlukan, berupa infak dan sedekah
/zakat.
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
......... Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (QS. Al-Baqoroh [2] : 219).
Hadits 5: Nabi bersabda: "Setiap
muslim harus bersedekah". Para shohabat bertanya kepada Nabi : "Ya
Nabi, bagaimana kalau ia tidak mempunyai sesuatu yang untuk bersedekah ?"
Nabi menjawab : "Hendaklah ia bekerja, agar dapat memberikan manfaat untuk
dirinya sendiri, kemudian dapat pula bersedekah". Para shohabat bertanya
pula : "Apabila tidak dapat bagaimana? Nabi menjawab : "Hendaklah ia
memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan bantuan karena mengalami
kesusahan". Para shohabat bertanya lagi : "Jika tidak dapat juga
?". Nabi menjawab : "Hendaklah ia berbuat yang baik, dan menahan diri
dari perbuatan buruk". (HR. Bukhori, Muslim dan Nasai)
D. Sistem Ekonomi Tukar Menukar
dan Sistem Ekonomi Pemberian (Tanpa Imbalan)
Produk
ekonomi yang berlebih di satu tempat dapat juga dipindahkan ke tempat lain
kemudian ditukar dengan produk yang berlebih di tempat itu, baik secara barter
(ekonomi tukar menukar) atau secara jual beli dengan uang. Kemudian yang
berkelebihan dapat memberikannya kepada yang membutuhkan secara cuma-cuma/
tanpa imbalan.
Atau bisa juga yang berkekurangan bekerja kepada yang berkelebihan dengan mendapat upah (sistem ekonomi tukar-menukar/saling tolong menolong).
Perdagangan dan pinjam-meminjam harus berdasarkan asas suka rela dan adil. Pinjaman terhadap individu/ masyarakat yang tidak dapat dikembalikan karena miskin sebaiknya disedekahkan (ekonomi pemberian).
Sistem ekonomi di dunia sekarang menggunakan uang kertas (bahkan uang elektronik) dan sistem bunga-berbunga (riba) yang sangat merugikan si peminjam sehingga rakyat di negara-negara miskin menanggung beban hutang dari negara-negara kaya yang tak mungkin terbayar.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan (sistem ekonomi
tukar manukar, pen.) yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Alloh adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,
maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah
mudah bagi Alloh. (QS. An-Nisa' [4] : 29-30).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Alloh supaya kamu mendapat kebeberuntungan.
(QS. Ali Imron [3] : 130).
Atau bisa juga yang berkekurangan bekerja kepada yang berkelebihan dengan mendapat upah (sistem ekonomi tukar-menukar/saling tolong menolong).
Perdagangan dan pinjam-meminjam harus berdasarkan asas suka rela dan adil. Pinjaman terhadap individu/ masyarakat yang tidak dapat dikembalikan karena miskin sebaiknya disedekahkan (ekonomi pemberian).
Sistem ekonomi di dunia sekarang menggunakan uang kertas (bahkan uang elektronik) dan sistem bunga-berbunga (riba) yang sangat merugikan si peminjam sehingga rakyat di negara-negara miskin menanggung beban hutang dari negara-negara kaya yang tak mungkin terbayar.
Dalam
hubungan antar negara kebangsaan, kita harus berusaha agar dapatnya
pemerintahan negara dan hubungan antar negara selain menerapkan sistem ekonomi
tukar menukar juga sedikit banyak melaksanakan sistem ekonomi pemberian agar
kemakmuran di dunia dapat merata.
E. Tidak melupakan nasib kita di dunia (huruf c.).
Kita tidak
boleh memberikan/mensedekahkan semua kelebihan karunia Alloh itu kepada yang
membutuhkan, tetapi sisakan untuk nasib kita di dunia yaitu:
i. untuk keperluan hidup minimal
(sandang, pangan, papan, kesehatan, kendaraan kerja, beaya pendidikan agama dan
ketrampilan).
ii. Untuk
modal kerja kita
iii. serta
untuk pewaris kita.
Sebanyak-banyaknya
yang kita berikan kepada orang lain jumlahnya berkisar antara 1/4 - 1/3 nya
(sisanya adalah 2/3 - 3/4 nya).
Hadits 6: Dari Usman Nabi bersabda:
"Manusia hanya mempunyai hak dalam 3 (tiga) macam kebutuhan ini;
i. rumah yang ditempati,
ii. pakaian yang menutup aurat,
iii. sepotong roti dan air". (HR. Turmudzi dan Al Hakim)
i. rumah yang ditempati,
ii. pakaian yang menutup aurat,
iii. sepotong roti dan air". (HR. Turmudzi dan Al Hakim)
Hadits 7: Nabi bersabda: "Sebagian
kebahagiaan manusia terdapat dalam :
i. isteri yang sholeh,
ii. rumah yang baik dan
iii. kendaraan yang baik;
dan sebagian penderitaan manusia terdapat dalam :
i. isteri yang buruk,
ii. rumah yang buruk dan
iii. kendaraan yang buruk". (Hadis, dikutip dari buku karangan Ahmad Azhar Basyir, M.A., Sistem Ekonomi Islam).
i. isteri yang sholeh,
ii. rumah yang baik dan
iii. kendaraan yang baik;
dan sebagian penderitaan manusia terdapat dalam :
i. isteri yang buruk,
ii. rumah yang buruk dan
iii. kendaraan yang buruk". (Hadis, dikutip dari buku karangan Ahmad Azhar Basyir, M.A., Sistem Ekonomi Islam).
Hadits 8: Dari Jabir Nabi bersabda:
i. "Dahulukanlah dirimu, maka bersedekahlah atas dirimu;
ii. jika ada sisanya, maka untuk keluargamu;
iii. jika masih sisa setelah untuk keluargamu, maka peruntukkanlah bagi kerabatmu yang lain;
iv. jika masih ada sisanya lagi, maka demikian dan demikian". (HR Nasa-i)
Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Alloh
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa' [4] : 9).
i. "Dahulukanlah dirimu, maka bersedekahlah atas dirimu;
ii. jika ada sisanya, maka untuk keluargamu;
iii. jika masih sisa setelah untuk keluargamu, maka peruntukkanlah bagi kerabatmu yang lain;
iv. jika masih ada sisanya lagi, maka demikian dan demikian". (HR Nasa-i)
Hadits 9: Sewaktu Sa’ad bin Abi Waqosh
akan mewasiatkan seluruh hartanya untuk kepentingan umum Nabi
bersabda:“Sepertiga! Dan sepertiga itupun sudah banyak! Sesungguhnya, jika
engkau tinggalkan pewaris-pewaris engkau itu di dalam keadaan mampu, lebih baik
daripada engkau tinggalkan dalam keadaan melarat, menadahkan telapak tangan
kepada sesama manusia.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits 10: Dari Sahl bin Abi Khotamah, ia
berkata bahwa Rosululloh saw. bersabda: "Apabila kamu menaksir, maka kerjakanlah,
tetapi bebaskan sepertiga, jika kamu enggan bebaskan sepertiga, bebaskan
seperempat.
F. Mengharapkan negeri akhirot / Surga (huruf b.)
i. Selain
berinfak dan bersedekah/ zakat, untuk memperoleh karunia Alloh di akhirot
berupa surga kita harus :
ii. membaca kitab (belajar agama),
ii. membaca kitab (belajar agama),
iii.
mendirikan sholat fardhu,
iv. berpuasa di bulan Romadhon.
v. Mensyukuri nikmat-Nya.
vi. Memohon ridho dan
vii. (memohon) ampun kepada Alloh swt.
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Alloh dan mendirikan
sholat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki (makanan) yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi (balasan sorga), agar Alloh menyempurnakan kepada
mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Alloh Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir [35] : 29-30).
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrohim [14] : 7).
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan)
iv. berpuasa di bulan Romadhon.
v. Mensyukuri nikmat-Nya.
vi. Memohon ridho dan
vii. (memohon) ampun kepada Alloh swt.
a. ampunan
dari Tuhanmu dan
b. surga
yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Alloh dan Rosul-rosul-Nya.
Itulah
karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh
mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid [57] : 21).
Hadits 11 : Ibnu Abbas ra. mengemukakan,
Rosululloh saw. bersabda : Ikatan Islam dan undang-undang agama itu ada tiga.
Di atasnyalah didirikan Islam. Barangsiapa meninggalkan salah satu di
antaranya, maka ia kafir dan halal darahnya. (Ketiganya) yaitu :
i. mengakui Tiada Tuhan selain Alloh,
ii. mengerjakan sholat fardhu,
i. mengakui Tiada Tuhan selain Alloh,
ii. mengerjakan sholat fardhu,
iii. dan puasa pada bulan
romadhon." (HR. Abu
Ya'la dengan isnad Hasan).
G. Perbelanjaan /Infaq Yang Dilarang dan Dianjurkan.
Kita tidak
boleh menggunakan karunia Allah ini untuk :
i. hidup
boros /mewah,
ii.
permainan yang melalaikan dari mengingat Alloh,
iii.
perhiasan /bermegah-megah/ riya' (pamer dan ingin dipuji) serta
berbangga-bangga dalam banyak harta dan anak.
iv. Dilarang menyimpan emas dan
perak melebihi keperluan, melainkan harus dibelanjakan di jalan Alloh /untuk
keperluan umum. Di dalam Ilmu Ekonomi dikatakan bahwa, pertambahan belanja/
infaq dalam bentuk konsumsi atau investasi akan meningkatkan pendapatan
masyarakat secara berlipat ganda (investment multiplier). Akan terjadi
sebaliknya bila harta itu disimpan akan mengurangi penghasilan masyarakat.
"Janganlah kamu membelenggukan tanganmu pada lehermu (kikir, pen.)
dan jangan pula kamu terlalu mengulurkannya (boros, pen.), agar kamu
tidak tercela dan menyesal". (QS. Al-Isro' [17] : 29).
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
i. permainan
ii. dan
suatu yang melalaikan,
iii.
perhiasan
iv. dan
bermegah-megah antara kamu
v. serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak,
vi. seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di
akhirot (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Alloh serta keridhoan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid [57] : 20).
pada hari dipanaskan emas perak itu
dalam Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu". (QS. At-Taubah [9] : 34-35).
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
.......... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Alloh, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
H. Tidak Berbuat Kerusakan (huruf e.)
Alloh sudah
menyiapkan persediaan makanan di dalam bumi selama 4 hari (masa). Kita tidak boleh
merusak persediaan makanan ini dengan jalan misalnya :
i. membabat hutan lindung,
ii. membakar hutan,
iii. meracuni sungai dan danau,
iv. mengebom laut,
v. mencemari lingkungan,
vi. hidup mewah dan boros,
vii. membiarkan makanan membusuk dan membuang-buangnya.
viii. dan sebagainya.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka (di antaranya terjadi polusi lingkungan dan pemanasan global,
pen.), agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum [30] : 41).
i. membabat hutan lindung,
ii. membakar hutan,
iv. mengebom laut,
v. mencemari lingkungan,
vii. membiarkan makanan membusuk dan membuang-buangnya.
viii. dan sebagainya.
I. Beda Gaya Hidup Kapitalis Yang Materialistik dan Konsumptif dengan Gaya Hidup Islami
1. Gaya hidup di seluruh dunia
sekarang adalah gaya hidup yang dipengaruhi oleh tayangan televisi dan media
informasi lainnya. Karena tayangan televisi sekarang berkiblat pada kehidupan
di Amerika Serikat (yang disetir oleh kaum Kapitalis Yahudi), maka Gaya hidup
yang dianut adalah gaya hidup kapitalis yang konsumptif dengan tujuan
mendapatkan kenikmatan dunia yang maksimal.
Filsafatnya adalah “Time is money” :
i. Bekerjalah sekeras-kerasnya sedari pagi siang dan malam,
ii. Dapatkan uang sebanyak-banyaknya.
iii. Kemudian belanjakanlah semuanya sampai habis.
iv. Bila masih kurang jangan ragu ragu untuk
berhutang.
berhutang.
v. Orientasinya adalah dunia
(sekarang dan di sini). Ibadah dilakukan di sela-sela kesibukan dunia.
2. Ini berlawanan dengan gaya hidup
Islami yang telah kita bahas di atas. Orientasinya adalah akhirot, maka ibadah
adalah kegiatan utama, sedang bekerja dilakukan di sela-sela kegiatan
beribadah.
i. Bekerja dilakukan seefektif dan
seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.
ii. Makanlah hasilnya sesedikit
mungkin
iii. Hiduplah sederhana.
iv. Berikan kelebihannya kepada yang
membutuhkan baik dari kalangan keluarga, tetangga dan orang lain yang dekat dan
yang jauh.
3. Kita patut merenungkan dan
melaksanakan ibarat yang dibaca dai kondang KH. Zainuddin MZ. :
Kalau kita
menanam rumput (dunia) tidak akan tumbuh padi (akhirot). Sebaliknya kalau kita
menanam padi (akhirot) tentu akan tumbuh rumput (dunia) di sekelilingnya.
J. Kesimpulan
1. "Hadits 1": I'mal li
dun-yaaka ka-annaka ta'iisyu abadaa, wa'mal li-aakhirotika ka-annaka tamuutu
ghodaa. Artinya: Bekerjalah /beramallah untuk duniamu, seolah-olah engkau akan
hidup selamanya. Dan beramallah /bekerjalah untuk akhirotmu, seolah-olah engkau
akan mati besok, banyak dibaca orang sebagai pedoman hidup karena dikira adalah
hadits Nabi.
2. Menurut Syekh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani, seorang ahli hadits terkemuka kelahiran Albania,
"hadits 1" ini bukan hadits Nabi melainkan atsar/ fatwa shohabat
Abdullah bin Amr bin Ash.
3. Kita tidak boleh menyebut fatwa
shohabat tadi sebagai hadits Nabi saw., karena terancam masuk neraka.
4. Kemungkinan fatwa shohabat
Abdullah bin Amr bin Ash ini berasal dari hadits 2 (hadits dhoif riwayat Imam
Al-Baihaqi) yang secara singkat berbunyi :
Sesungguhnya agama ini sangat kokoh .............
Sesungguhnya agama ini sangat kokoh .............
Beramal(sholeh)lah
(beribadah kepada Alloh), sebagaimana orang-orang yang bekerja/ beramal dunia
dan menyangka hidup kekal. Dan berhati-hatilah, sebagaimana hati-hatinya orang
yang menyangka besok ia akan mati,
yang
mengalami perubahan matan (isi hadits)
5. Menurut Syekh Al-Albani, beramal
sholeh sebagaimana orang-orang yang bekerja dan menyangka hidup kekal, adalah
melaksanakan amal sholih tanpa terputus-putus, senada dengan sabda Nabi saw. :
Amal yang paling disukai Alloh adalah, adalah amal yang dilakukan secara tetap
(dawam, kontinyu), meskipun sedikit. (HR. Bukhori dan Muslim).
6. Fatwa sohabat Nabi : Bekerjalah
untuk duniamu, seolah-olah engkau akan hidup lamanya. Dan beramallah untuk
akhiratmu, seolah-olah engkau akan mati besok, tidak sama dengan doa
"sapu-jagat" (Robbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanah, wa fil aakhiroti
hasanah wa qinaa adzaabannaar), karena pada fatwa shohabat tadi yang bekerja
adalah kita sedangkan pada doa sapujagat yang bekerja adalah Alloh.
7. Filsafat kerja Islam dasarnya
adalah QS Al-Qoshosh / 28 : 77.
"Dan carilah pada apa yang telah diberikan Alloh kepadamu akan negeri
akhirot, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu (nashibaka) dari duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS Al-Qoshosh [28] : 77)
8. Dalam Filsafat kerja Islam selain
melaksanakan sistem ekonomi tukar-menukar, kita harus melaksanakan sedekah/
sistem ekonomi pemberian yaitu menggunakan pemberian Alloh untuk menyantuni
yang kekurangan, membaca kitab, mendirikan sholat, berpuasa di bulan romadhon,
mensyukuri ni’mat-Nya, memohon ridho dan ampunan-Nya guna mendapatkan karunia
surga-Nya di akhirot.
9. Kita tidak boleh melupakan nasib
kita di dunia dengan jalan menyisakan nikmat Alloh yang telah dikaruniakan-Nya
untuk (a.) keperluan hidup minimal (sandang, pangan, papan, kesehatan, kendaraan
kerja serta pendidikan agama dan pendidikan ketrampilan), (b.) modal kerja kita, serta untuk (c.) pewaris kita.
10. Kita harus membelanjakan emas
dan perak (uang sejati) untuk kepentingan umum dalam bentuk konsumsi
/investasi, yang berdampak timbulnya investment multiplier (berlipat gandanya
penghasilan masyarakat). Bukan menyimpannya di rumah (menimbun) yang berakibat
turunnya penghasilan umum.
11. Perdagangan dan peminjaman harus
berdasarkan asas suka rela dan adil, bukan berdasarkan riba (bunga berbunga).
Hutang individu/ masyarakat yang tidak dapat dikembalikan karena miskin
sebaiknya disedekahkan (sistem ekonomi pemberian)
12. Kita tidak boleh menggunakan
karunia Alloh ini untuk hidup boros/mewah, permainan yang melalaikan dari
mengingat Alloh, perhiasan /bermegah-megah /pamer (riya) serta berbangga-bangga
dalam banyak harta dan anak.
13. Tidak berbuat kerusakan yang
dapat megurangi persediaan bahan makanan yang telah diberikan Alloh swt. di
bumi.
14. Mengusahakan agar pemerintahan
negara dan hubungan antar negara selain menggunakan sistem ekonomi tukar
menukar, sedikit banyak juga melaksanakan Sistem Ekonomi pemberian /sedekah.
15. Gaya hidup yang Islami berbeda
dengan gaya hidup masa kini yang konsumptif dengan filsafat :
- bekerjalah sekeras-kerasnya,
- dapatkan uang sebanyak-banyaknya,
- bekerjalah sekeras-kerasnya,
- dapatkan uang sebanyak-banyaknya,
- lalu habiskan
semuanya,
- bila masih kurang jangan ragu-ragu untuk berhutang.
Gaya hidup Islami adalah :
- bila masih kurang jangan ragu-ragu untuk berhutang.
Gaya hidup Islami adalah :
-
beribadahlah yang maksimal,
- bekerjalah
di sela-sela waktu ibadah.
- Hiduplah
sederhana
- Berikanlah
kelebihannya kepada yang membutuhkan.
16. Kita patut merenungkan dan
melaksanakan ibarat yang dibaca dai kondang KH. Zainuddin MZ. : Kalau kita
menanam rumput (dunia) tidak akan tumbuh padi (akhirot). Sebaliknya kalau kita
menanam padi (akhirot) tentu akan tumbuh rumput (dunia) di sekelilingnya.
K. Penutup
Demikian
makalah kami. Kami yakin tulisan ini pasti tidak sempurna. Maka bila di
dalamnya ditemukan kekurangan ataupun kesalahan, kami mohon agar dapatnya
disampaikan kepada kami agar dapat diadakan perbaikan seperlunya.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Walloohu 'lmuwaffiq ilaa aqwamith-thoriq.
Jember, 27 Juni 2009
Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Walloohu 'lmuwaffiq ilaa aqwamith-thoriq.
Jember, 27 Juni 2009
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jl. Gajah Mada 118.
Tlp. (0331) 481127 Jember.
Daftar Kepustakaan :
1. Abdullah bin Nuh dkk, Kamus Arab Indonesia, Mutiara, Jakarta, 1971.
2. Abdul Qadir Hassan, Qamus Al-Qur'an, Yayasan Almuslimun, Bangil, 1991.
3. Ahmad Azhar Basyir, M.A., Sistem Ekonomi Islam, FE-UGM, Yogyakarta, 1978.
4. Ali Audah, Konkordansi Qur'an, PT Pustaka Mizan, Bandung, 1997.
5. Benny Santoso. Bebas Dari Konsumerisme, Andi, Yogyakarta, 2006.
6. Departemen Agama RI., Al-Qur'an Dan Terjemahnya, CV. Asy-Syifa', Semarang, 1999.
7. Dr. M. Abdurrahman, Pergeseran Pemikiran Hadits, Paramadina, Jakarta, 1999.
8. Dr. Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam, diterjemahkan oleh Drs. H. Abdullah Idrsis, Kalam Mulia, Jakarta, 1989.
9. Drs. H. Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah Alam Materi, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.
10. Drs. H. Mudasir, Ilmu Hadis, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999.
11. Ibnu Hajar al 'Asqalani, Bulughul Maram, diterjemahkan oleh A. Hassan, Pustaka Tamam, Bangil, 2001.
12. Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Hadits-hadits Dha'if & Maudhu', diterjemahkan oleh
M.Abdurrahman dkk., Risalah, Bandung, 1986.
13. Prof. Dr. HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juzu' IV, V dan IX, Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1975, 1980 dan 1981 (3 buku).
14. Prof. Dr. H. Harun Nasution dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, Jambatan, Jakarta, 1992.
15. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Umum I, P.T. Pembangunan Djakarta, 1957.
16. Prof. Dr. Winardi, S.E., Kamus Ekonomi, C.V. Mandar Maju, Bandung, 1989.
17. Sjafri Sairin dkk., Pengantar Antropoplogi Ekonomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
18. Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Hadits, P.T. Buana Ilmu Populer, Jakarta, 2005.
19. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan oleh H. Salim Bahresy dkk., PT. Bina Ilmu, Surabaya, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar