Minggu, 19 Mei 2019

BUKU Takdir Isro' Mi'roj dan Fisika Modern




TAKDIR, ISRO’ MI’ROJ
 
DAN FISIKA MODERN

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

Pendahuluan

Salah satu mukjizat Nabi Muhammad, adalah diperjalankannya beliau oleh Alloh melalui peristiwa Isro’ Mi’roj.
Banyak yang mencoba mengungkapkan peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.
Teori Lubang Cacing (Worm Hole)

 Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum  Gravitasi dan hukum Gerak.

 
     Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein  (1879-1955)  dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).

    

  Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942),  beliau dikenal sebagai ahli fisika teoretis. Dr. Stephen Hawking di-kenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya menge-nai kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan
ulisan-tulisan popnya di mana ia mem-bicarakan teori-teori  dan kosmologinya secara umum.
     Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan  A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar best-seller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.

 
Berdasarkan teori Roger Penrose “Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah 
 singularitas di pusat lubang hitam (black hole).
Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut.

 
     
   Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta di-mulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini di-sebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (Big Crunch) menuju singularitas  yang kacau dan tak teratur.
Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilan besaran yang tidak dapat diramalkan.
Menurut Hawkingbila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan jagat raya, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantumPenggunaan mekanika kuantum  pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum. 

Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.

 
   Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui  lubang cacing (Worm Hole)” dengan kekuasaan Allah, kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
 Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya)  menurut Hawking telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya  alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” (dengan kekuasaan Allah) kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika. Jadi, dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam bahasa ilmu kalam :
 “Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah habis dituliskan di Luh Mahfudz  pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes.”
Sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam). Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Alloh) maka manusia melalui lubang cacing bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebang-kitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhamad, sewaktu menjalani isro’ dan mi’roj.

 
Peristiwa Isro’ Mi’roj Nabi Muhamad Saw.
Salah satu dari enam rukun iman yang harus kita percayai adalah : Iman akan adanya hari akhirot.
Di dalam Al Qur-an sangat banyak diberitakan tentang peristiwa di akhirot yang akan terjadi setelah hari Kiamat di masa depan.
Sebagai seorang Nabi yang menerima wahyu Al Qur-an Nabi Muhammad Saw. harus bisa menerangkan segala kejadian di akhirot itu.
Untuk itu beliau harus pernah melihatnya dengan mata beliau sendiri, mendengar suaranya, mencium baunya dan meraba dengan tangannya.
Agar bisa mengalaminya maka Alloh Swt. membawa beliau pergi ke akhirot yang ada di masa depan dalam bentuk Isro’ Mi'roj.
Mula-mula beliau menjalani Isro’ atau perjalanan malam dari Masjidil Harom di Mekah ke Masjidil Aqsho di Palestina.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Harom ke Al Masjidil Aqsho yang telah Kami ber-kahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isro [17] :1)
Dari situ kemudian Nabi Muhammad Saw. menjalani miroj ke Sidrotil Muntaha, dimana beliau bisa melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya 
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (QS. An Najm [53] : 13-15)
     Sidrotulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatan (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sungguh, dia  telah melihat sebagian tanda-tanda kebesa ran Tuhannya yang paling besar(surga).       
                                                                                               
Seluk Beluk Sidrotul Muntaha
     Sidr berarti pohon bidara, pohon yang tumbuh di Asia, Afrika dan Australia. Dipakai sebagai sumber makanan, obat-obatan dan bahan bangunan. Termasuk pohon yang sa-ngat berguna, tetapi bukan merupakan pohon yang istimewa. Fungsi pohon bidara ini di Sid-rotil Muntaha adalah sebagai batas terjauh perjalanan di langit dan bumi dalam waktu nyata, yang dapat ditempuh oleh mahluk Alloh Swt. yaitu manusia, jin dan malaikat, termasuk Malaikat Jibril. Di seberang pohon pembatas ini terdapat Jan-natul Ma’wa (sorga) yang letaknya ada di masa depan. Maka Sidrotul Muntaha selain sebagai batas jarak atau ruang terjauh, juga merupakan batas antara waktu nyata dan waktu maya. Merupakan pintu masuk ke lubang cacing / Worm Hole (terowongan waktu)) yang  berada di wak-tu maya. Melalui jalan inilah Nabi Muhammad Saw. sewaktu mi’roj di-perjalankan Alloh Swt. ke masa depan, yaitu hari kiamat, hari kebang-kitan dan pengadilan di padang Mahsyar. Pergi ke neraka dan shiroth, kemudian pergi ke surga. Dengan perjalanan itu Nabi Muhammad Saw. adalah satu-satunya manusia di muka bumi (selain Nabi Adam dan Siti Hawa) yang pernah pergi ke akhirot dengan jasad dan ruh beliau. Sehing-ga beliau bisa menerangkannya kepada kita dalam hadis-hadith beliau.
Waktu yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk pergi ke akhirot tidak terbatasi oleh waktu mi’roj yang hanya semalam, tetapi bisa berhari-hari, karena waktu di akhirot tidak diikat oleh waktu di dunia. Kemudian Nabi Muhammad kembali melalui jalan yang sama ke Sidrotil Muntaha, kembali masuk ke waktu nyata pada waktu yang sama dengan waktu berangkatnya, selanjutnya pulang kembali ke Mekah.
Jember, 8 Agustus 2015
 Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilp. (0331) 481127
Jember
    

Bila Takdir Itu Bersifat Kekal
DAPATKAH DOA
MERUBAH TAKDIR ?
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
A. Latar Belakang Masalah
          Pendahuluan
   Percaya kepada takdir adalah termasuk salah satu dari rukun Iman yang enam. Tidak percaya kepada takdir menjadikan seseorang menjadi kafir (tidak beriman).  
Hadits 01. Dari sohabat Jabir bin ‘Abdulloh Ra ia mengatakan bahwa Nabi Saw. bersabda : “Tidaklah beriman seseorang sehingga ia ber-iman kepada takdir baik dan buruk, dan meyakini bahwa yang telah ditakdirkan menimpanya dia tidak akan meleset darinya; dan yang di-takdirkan tidak menimpanya, tentu tidak akan menimpanya”. (Shohih Sunan at-Tirmidzi).
Hadits 02. Umar mengisahkan, suatu hari tatkala ia dan para sahabat duduk bersama Rosululloh Saw. tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang mengenakan pakaian sangat putih, rambutnya hitam legam dan tidak ada bekas melakukan perjalanan. Lalu lelaki itu duduk tepat di hadap-an Nabi Saw. Ia rapatkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan kedua tangannya bertumpu di atas lututnya.
“Ya Muhammad,” ucap lelaki itu. “Beritahukan kepadaku tentang agama Islam.” Muhammad Rosululloh saw. bersabda:
 “(A.) Islam itu adalah
(i.) kesaksiannya bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah RosulNya. Lalu
(ii.) engkau tegakkan sholat,
(iii.) engkau bayar zakat,
(iv.) engkau puasa pada bulan Romadhon, dan
(v.) engkau haji ke Baitulloh jika kamu mampu."
"Benarkah engkau," komentar lelaki itu.
Para sahabat tampak heran, lelaki itu yang bertanya dan ia juga yang membenarkannya.
"Beritahukan kepadaku tentang Iman," pinta lelaki itu lagi. Muham-mad Rosululloh Saw. bersabda:
"(B.) Iman itu adalah
(i.) engkau beriman kepada Alloh,
(ii.) para malaikatNya,
(iii.) kitab-kitabNya,
(iv.) para RosulNya, dan
(v.) hari kiamat.
(vi.) Engkau juga beriman kepada qodar yang baik dan yang buruknya." "Benarlah engkau," komentar lelaki itu lagi.
"Beritahukan kepadaku tentang Ikhsan." Muhammad Rosululloh Saw. bersabda: Engkau sembah Alloh seakan-akan engkau melihatNya. Sebab sekalipun engkau tidak dapat melihatNya, Dia pasti melihatmu."
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat." "Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya," jawab Rosulullloh Saw. "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya." Muhammad Rosu-lulloh Saw. bersabda: "Tanda-tandanya hamba wanita melahirkan majikannya. Lalu orang-orang miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam pembangunan gedung."
Setelah lelaki itu pergi, Rosululloh saw. bertanya, "Hai Umar, tahukan engkau siapa lelaki yang bertanya tadi?" "Hanya Alloh dan RosulNya yang paling mengetahui." Muhammad Rosululloh Saw. bersabda: "Sesungguhnya dia itu Jibril. Dia hendak mengajarkan agama kalian." (H.R. Muslim).
Dalam pembahasan berikutnya diterangkan bahwa qodar / takdir adalah perencanaan (penulisan di Luh Mahfuzh). Tinta yang digunakan untuk menulis takdir di Luh Mahfuzh tadi sudah habis sehingga pena telah kering. Maka takdir tidak bisa dirubah lagi.
Sedang qodho adalah hukum Alloh atau sunnatulloh (hukum alam) yang dapat diubah dengan doa.
Hadits 03 : Rosululloh Saw. bersabda, “Pena telah kering dengan yang sudah tetap sampai Hari Kiamat”. (H.R. Thobroni dan Ahmad).
B. Permasalahan
Permasalahan tentang takdir yang ada di dalam pemikiran para sarjana Islam adalah sebagai berikut :
I. Apa definisi dan makna takdir itu.
II. Bagaimana pandangan golongan-golongan dalam Islam tentang takdir itu.
III. Bagaimana tahap-tahap dan mekanisme takdir itu.
IV. Bagaimana kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
V. Apakah do’a bisa merubah takdir
C. Pemecahan Masalah
I. Definisi Takdir
Pada hadits 01 dan 02 di atas yang dimaksud beriman kepada takdir adalah beriman kepada qodar yang baik dan buruknya.
Definisi Qodar.
Menurut Umar Hasyim dalam bukunya “Memahami Seluk beluk Takdir”, qodar atau takdir adalah pembatasan Alloh pada sesuatu perkara pada zaman ‘azali (sebelum terjadi sesuatu) menurut pengetahuan dan kehendakNya.
Atau dengan arti lain: qodar atau takdir adalah rencana yang telah ditentukan oleh Alloh Swt. pada zaman ’azali dan segala sesuatu akan terjadi menurut ukuran dan kehendakNya.
Imam Nawawi rohimahulloh mendefinisikan takdir / qodar sebagai: “Sesungguhnya segala sesuatu yang maujud ini oleh Alloh Ta’ala sudah digariskan sejak zaman dahulu kala. Dia Swt. Maha Mengetahui apa saja yang akan terjadi atas segala sesuatu tadi dalam waktu-waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan garis yang ditetapkan olehNya. Jadi terjadinya itu nanti pasti akan cocok menurut sifat-sifat dan keadaannya yang khu-sus, tepat seperti yang digariskan oleh Alloh Swt.
“Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari dalam buku “Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah menyebutkan tentang takdir / qodar sebagai Segala sesuatu yang baik ataupun buruk, terjadi dengan takdir / qodar dan ketentuan Alloh. Alloh Maha berbuat yang Dia kehendaki. Segala sesuatu terjadi atas kehendakNya dan tidak akan keluar dari kehendak dan kekuasaanNya. Dia mengetahui segala suatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi sebelum hal tersebut terjadi dalam (ilmuNya) yang azali. Dia mentakdirkan segala ketentuan untuk alam semesta ini sesuai dengan ilmu dan hikmahNya. Alloh mengetahui keadaan manusia, rizki, ajal, amal perbuatan dan segala perkara mereka. Maka segala yang terjadi adalah di bawah pengetahuan, kekuasaan dan kehendak Alloh.
Penulis setuju dengan definisi-definisi takdir / qodar yang diutarakan oleh Umar Hasyim, Imam Nawawi dan Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari di atas.
Sedang definisi-definisi takdir menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dan Sayid Sabiq di bawah lebih cocok dikenakan bagi definisi qodho.
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dalam buku “Dienul Islam”, qodar (yang dimaksud adalah qodho) adalah suatu peraturan umum yang telah diciptakan Alloh untuk menjadi dasar alam ini, dimana terda-pat hubungan sebab akibat. Telah menjadi undang-undang alam (sun-natulloh) yang abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatulloh itu.
Menurut Sayid Sabiq dalam bukunya “Aqidah Islam”, kodar atau takdir (yang dimaksud adalah qodho) ialah suatu peraturan yang tertentu yang telah dibuat oleh Alloh Swt. untuk segala yang ada dalam alam semesta yang maujud ini.
Jadi peraturan-peraturan tersebut adalah yang merupakan hu-kum atau undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang diikat-kan di dalamnya antara sebab dengan musababnya, juga antara sebab dan akibatnya (yaitu sunnatulloh atau hukum alam)..
Sinkatnya qodho adalah hukum alam.
II. Beberapa pandangan dalam Islam tentang takdir
Uraian Drs. Sidi Gazalba dalam bukunya “Sistematika Filsafat” tentang qodar atau takdir adalah sebagai berikut:
Pandangan para sarjana tentang takdir / qodar terbagi dua.
(I.) Determinisma teologi beranggapan Tuhanlah yang menciptakan segala-galanya, tiap gerak dan kejadian, tiap laku perbuatan manusia, yang baik dan buruknya.
(II.) Indeterminisme teologik mengingkari bahwa manusia didiktekan Tuhan dalam laku perbuatan. Manusia memiliki kemauan bebas. Ia pen-cipta laku perbuatannya. Karena itu ia sendirilah yang menentukan tindakannya, yang baik dan buruknya.
Yang pertama (I.) mempercayai kodrat dan qodar mutlak Tuhan.
Yang kedua (II.) : kodrat atau qodar mutlak manusia.
Yang pertama (I.) dianut oleh paham Jabariah, yang kedua (II.) oleh paham Qodariyah yang didirikan oleh Al-Juhaeny Al-Bishry (wafat 699 M.). Yang terakhir (II.) merupakan bagian filsafat dari kaum Mu’tazilah yang dibangun oleh Washil ibn ‘Athon.
Masing-masing paham itu adalah ekstrim. Paham ketiga, penengah antara kedua paham yang bertentangan, dianut oleh mayoritas pemikir Islam, yang disebut ahlussunnah wal jama’ah. Kebenaran, kata paham ketiga, terletak antara kedua paham yang ekstrim itu. Manusia bukan mahluk yang mutlak ditentukan, juga bukan yang mutlak bebas dalam laku perbuatannya. Tetapi dari pemikir-pemikir itu banyak yang selanjutnya mengarah kepada determinisma (kemutlakan takdir / qodar) dengan dalilnya : manusia itu hanya lahiriyah saja yang bebas, tetapi batiniyah ia ditentukan oleh Allah Swt..
Seorang ulama Sy’ah bernama Syaikh Ja’far Subhani dalam buku-nya “Menyiasati Takdir” menyatakan bahwa bila Allah Swr. telah membuat Lauh Mahfudz (yang merupakan makhluknya), kemudian mendasarkan semua pekerjaanNya sesuai dengan yang tertulis didalamnya, maka kekuasaan Alloh Swt. berada dibawah kekuasaan Lauh Mahfudz. Hal itu tidak mungkin terjadi.
III. Tahap-tahap dan Mekanisme Takdir
  “Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari mengatakan bahwa beriman ke-pada takdir / qodar tidak akan sempurna kecuali dengan empat hal, yang dinamakan “Marotibul Qodar (tingkatan takdir / qodar) atau disebut juga rukun takdir / qodar.
Tingkatan Pertama : Al-Ilmu
Yaitu beriman bahwa Allah Ta’ala Maha mengetahui segala se-suatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan belum terjadi, serta seandainya terjadi. Dia Maha mengetahui bagaimana akan terjadi secara global dan rinci. Dia mengetahui yang dilakukan makhluknya sebelum diciptakan; Dia mengetahui rizki, ajal, amal perbuatan, gerak gerik mereka dan mengetahui siapa saja yang bahagia dan sengsara. Hal tersebut berdasarkan ilmuNya yang qodim (dahulu), yang menjadi sifatNya sejak zaman azali. Alloh Ta’ala berfirman:
     
Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskanNya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Ma-ha Mengetahui segala sesuatu.  (Q.S. At-Taubah [9]:115).
Tingkatan Kedua : Al-Kitabah (Pencatatan).
Yaitu mengimani bahwa Alloh telah mencatat segala apa yang telah diketahui sebelumnya dari semua takdir / qodar makhlukNya dalam Lauhul Makhfuzh, yaitu kitab yang tidak ada suatu apapun luput darinya. Maka se-gala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Dari semula sampai hari Kiamat telah tertulis di sisi Alloh Ta’ala dalam Ummul Kitab (ki-tab induk yang dinamakan adz-Dzikr, al-Imaam dan al-Kitaabul Mubiin.  
Alloh Ta’ala berfirman:
    Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lohmahfuz).  (Q.S. Yaasin [36]:12).
     Lohmahfud berisi takdir / qodar segala sesuatu.
 Hadits 04: Dari sohabat ‘Ubadah bin ash-Shamit bahwa Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Alloh adalah al-Qolam (pena). Lalu Alloh berfirman: ‘Tulislah!’ Pena tersebut bertanya, ‘Apa yang harus saya tulis’. Alloh menjawab: “Tulislah takdir (semua makhluk) apa yang telah terjadi dan akan terjadi sampai akhir zaman!”. (Shohih Sunan at-Tirmidzi).
     Al-Qolam menulis takdir / qodar semua makhluk.
Tingkatan Ketiga : Al-Irodah wal Masyi’ah (Keinginan dan Kehendak).
Yaitu segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah dengan kei-nginan dan kehendak Alloh, dan berporos pada rohmat dan hikmahNya. Dialah yang memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki karena rohmatNya dan menyesatkan orang yang dikehendaki karena hikmahNya. Dia tidak ditanya tentang yang dilakukanNya, karena ke-sempurnaan hikmah dan kekuasaanNya, akan tetapi para hambaNya akan diminta pertanggung-jawaban. Apa yang telah terjadi dari hal tersebut, maka sesungguhnya semua itu sesuai dengan ilmuNya yang azali (dahulu), yang telah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Dengan demikian, ke-hendak Alloh itu pasti terjadi, kekuasaanNya meliputi segala sesuatu. Sedang yang tidak dikehendakNya tidak akan terjadi, maka tidak ada sesuatu apapun yang lepas dari kehendakNya. Alloh Ta’ala berfirman :
 Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” (QS. At-Takwir [81]:29).
     Qodar semua kejadian tertulis di Lauhul Mahfuzh sesuai dengan ke-hendak Alloh Swt.
Hadits 05. Dari sohabat ‘Abdulloh bin Amr bin al-‘Ash bahwa Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya semua hati anak keturunan Adam pada dua jari di antara jari-jemari Ar-Rohman, bagaikan satu hati. Dia merubahnya (membolak-balikkan ke mana saja) menurut kehendakNya.” (H.R. Muslim).
 Alloh Swt. berkuasa membolak-balik semua hati anak keturunan Adam menurut kehendaknya..
Tingkatan Keempat : Al-Kholq (Penciptaan).
Maksudnya beriman bahwa sesungguhnya Alloh Pencipta segala sesuatu. Tiada Pencipta dan tiada Robb selain Dia. Segala sesuatu selain Dia adalah makhluk. Dialah yang menciptakan makhluk yang ber-buat sekaligus perbuatannya, serta semua yang bergerak sekaligus gerakannya. Alloh Ta’ala berfirman:
  
     Yang kepunyaanNyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Q.S. Al-Furqon [25]:2).
Segala yang terjadi, berupa perbuatan baik atau jelek, iman atau kufur dan ta’at atau maksiat telah dikehendaki, ditentukan dan dicipta-kan oleh Alloh. Alloh Ta’ala berfirman:
  
 Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Alloh ... (Q.S. Yunus [10] :100).
Sesungguhnya Alloh menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan; memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki dengan karuniaNya dan menyesatkan orang-orang yang dikehendaki karena ke-adilanNya. Alloh Ta’ala berfirman:
Alloh Swt. menciptakan makhluk yang berbuat sekaligus perbuat-annya yang baik atau yang jelek
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Alloh tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridoi kekafiran bagi hambaNya. Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu. Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain....” (Q.S. Az-Zumar [39] : 7).
Tidak ada hujjah dan alasan bagi yang telah disesatkan Alloh, ka-rena Alloh telah mengutus para RosulNya untuk mematahkan alasan (agar manusia tidak tidak dapat membantah Alloh). Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Alloh Ta’ala berfirman:
  
Pada hari ini tiap orang diberi balasan sesuai dengan yang diusa-hakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini . Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.(Q.S. Al-Mu’min [40] : 17).
  
    “Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Q.S. Al-Insan [76] : 3).
  
  
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisa’ [4] : 165).
     [2.286] Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai  dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerja-annya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Eng-kau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". 
Namun, keburukan tidak boleh dinisbatkan kepada Alloh karena kesempurnaan rohmatNya. Karena Dia telah memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan. Tetapi keburukan itu terjadi dalam hal-hal yang telah menjadi ketentuanNya dan sesuai dengan kebijaksanaanNya.
   
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri .Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.(Q.S. An-Nisa’ [4] : 79).
Alloh Ta’ala Maha suci dari kezholiman dan bersifat Maha adil, maka Alloh tidak akan pernah sekali-kali menzholimi seseorangpun dari hambaNya walau hanya sebesar biji sawi. Semua perbuatanNya adalah keadilan dan rohmat. Alloh Ta’ala berfirman:
  
 “.Keputusan di sisiKu tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaKu (Q.S. Qoof [50] : 29)
Sesungguhnya Alloh tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarroh ...”. (Q.S. An-Nisaa’ [4] : 49).
  [18.49] Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun".
Alloh Ta’ala tidak ditanya tentang apa yang diperbuat dan dike-hendakiNya, berdasarkan firmanNya:
 Dia tidak ditanya tentang yang diperbuatNya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Q.S. Al-Anbiya’ [21] : 23).
Maka Allah Ta’alalah yang menciptakan manusia dan perbuatan-nya. Dia memberikan kepadanya kemauan, kemampuan, ikhtiar dan kehendak yang telah Alloh berikan kepadanya agar segala perbuatan-nya itu benar-benar berasal darinya. Kemudian Alloh menjadikan bagi manusia akal untuk membedakan antara baik dan buruk. Alloh tidak menhisabnya melainkan atas amal yang ia perbuat dengan kehendak dan ikhtiarnya sendiri. Maka manusia tidak dipaksa, tetapi dia mempu-nyai ikhtiar dan kehendak, maka dia bebas memilih dalam segala per-buatan dan keyakinannya. Hanya saja kehendak manusia itu mengikuti kehendak Alloh. Dan segala yang Alloh kehendakiNya pasti akan terjadi, dan yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi. Jadi Alloh sebagai Pencipta segala perbuatan hambaNya, dan mereka yang melakukan perbuatan itu. Intinya perbuatan itu diciptakan, diadakan dan ditakdir-kan oleh Alloh, namun diperbuat dan dilakukan oleh manusia.
Alloh Ta’ala berfirman:

  

(Al Qur-an sebagai peringatan) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam.” (Q.S. At-Takwir [81] : 28-29).

Alloh telah membantah orang-orang musyrikin ketika mereka ber-hujjah dengan takdir. Mereka berkata:
 “Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukanNya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun". Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. ”.
Maka Alloh membantah kebohongan mereka dalam firmanNya:
  Katakanlah (hai Muhammad): ‘Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakan kepada kami?’ Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.” (Q.S. Al-An’am [6] : 148).
 Tahap-tahap takdir menurut Al-Hakami
Menurut Syekh al-Hakami dalam buku “Benarkah Aqidah Ahlus-sunnah Wal jama’ah” taqdir / qodar manusia ada lima, dimana menurut Ibnul Qoyyim kelima macam taqdir / qodar ini isinya persis sama (seperti kita mengkopi paste data komputer secara digital), yaitu :
a. Taqdir azali yang ditulis dengan al-qolam,
b. Taqdir umuri (seumur hidup), yaitu tatkala makhluk yang keluar dari sulbi Adam diambil sumpahnya : “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?”,
c. Taqdir umuri sewaktu Alloh menciptakan nuthfah di dalam rohim ibunya dan
d. Taqdir houli sewaktu malam Qodar, dan terakhir
e. Taqdir harian : “Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, demikian juga catatan Malaikat Rokib dan Atid perihal amal baik dan buruk manusia.
a. Taqdir azali yang ditulis dengan al-qolam
        Katakanlah : “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dtulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi / 18:109).
  
 Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya ...” (Al-Hadid / 57: 22).
Hadis 06 = Hadits 04: Sesungguhnya yang pertama Alloh ciptakan adalah al qolam (pena), lalu Dia berkata kepadanya, “Tulislah!’ “Ya Robb, apa yang harus aku tulis? Alloh menjawab, ‘Tulislah ketetapan-ketetapan tentang segala sesuatu hingga hari kiamat.” “Hai Abu Huroiroh, qolam telah kering ....” (HR. Bukhori).
Hadis 07 : Rosululloh Saw. bersabda : Alloh Ta’ala telah menetapkan segala ketetapan (takdir) bagi seluruh mahluk, lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi; dan (ketika itu) ‘Arasy Alloh Ta’ala berada di atas air.” (HR. Muslim).
Hadis 08 : Dari Ibnu Umar r.a. dikatakan : “Rosululloh Saw. keluar me-nemui kami sedang di kedua tangannya ada dua kitab. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian tentang dua kitab ini? Kami serempak menjawab, ‘Tidak wahai Rosululloh, kecuali jika Tuan memberitahu-kannya kepada kami.’ Lalu beliau berkata, ‘Kitab yang ada di tangan kananku ini adalah kitab dari Robb semesta alam yang di dalamnya terdapat nama ahli surga, nama-nama bapak mereka, dan suku-suku mereka, kemudian dihimpunlah satu sama lainnya dan tidak ditambah atau dikurangi selama-lamanya.” Lalu beliau bersabda, ‘Kitab yang ada di tangan kiriku ini adalah kitab catatan Robb semesta alam yang di dalamnya terdapat nama-nama ahli neraka, nama bapak mereka, dan nama-nama suku mereka, kemudian satu sama lain disatukan (di dalam kitab ini) dengan tidak bertambah atau pun ber-kurang jumlahnya selama-lamanya.’ Lalu para sohabat berkata, ‘Jika semuanya telah beres (ditetapkan keputusannya) untuk apa kita beramal (di dunia ini)?’ Nabi Saw. bersabda, “Tingkatkan amalmu dengan baik dan lebih dekatlah dengan kebaikan sebab penghuni surga itu mengakhiri hidupnya dengan amal ahli surga sekali-pun beramal apapun. Dan ahli neraka mengakhiri hidupnya dengan amal ahli neraka sekalipun beramal apapun.’ Kemudian, beliau mencampakkan kedua kitab tadi dan bersabda, ‘Robb kamu telah menyudahi dari hamba-hamba ini, sebagian ada di surga dan sebagian ada di neraka.” (Menurut Turmudzi, Hadits ini hasan, shohih, dan ghorib).
Komentar penulis
     Pada waktu menjalani mikroj Nabi Muhammad Saw. telah melihat surga. Di sana beliau melihat 10 orang sahabat, dalam hadis berikut ini.
Hadis 09  Dari Abdurrahman bin ‘Auf dia berkata; Rasulullah Saw. ber-sabda: “(1) Abu Bakar masuk surga, (2) Umar masuk surga, (3) Utsman masuk surga, (4) Ali masuk surga, (5) Thalhah masuk sur-ga, (6) Zubair masuk surga, (7) Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga, (8) Sa’ad masuk surga, (9) Sa’id masuk surga dan (10) Abu Ubai-dah bin Jarah masuk surga.” (Hadits Tirmidzi Nomor 3680)
     Ke 10 orang sahabat itu tidak terpengaruh oleh berita hadis ini, tetap berbuat amal kebaikan.
b. Taqdir umuri (seumur hidup), yaitu tatkala makhluq yang keluar dari sulbi Adam diambil sumpahnya : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”,

  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A'raf [7]:172).
Hadis 10 : Umar bin Khottob ditanya seseorang tentang surat Al A’rof ayat 172 (di atas). Dia menjawab : “Saya telah mendengar Rosulul-loh Saw. bersabda: ‘Sesungguhnya Alloh menjadikan Adam As. kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kananNya dan mengeluarkan daripadanya keturunan. Lalu Alloh berfirman ; ‘Ini untuk surga dan akan mengamalkan amal ahli surga.’ Kemudian mengusap kembali punggung Adam dan mengeluarkan keturunan lalu dikatakan ini bagian neraka dan dengan amal neraka mereka beramal.’ Lalu ada orang bertanya, ‘Ya Rosululloh, jika demikian adanya, untuk apakah amalan itu? Jawab beliau, ‘Jika Alloh men-jadikan seorang hamba untuk (masuk) surga, maka digunakan untuk mengerjakan amal ahli surga sehingga mati mengerjakan amal ahli surga dan masuk surga. Dan jika menjadikan seorang hamba untuk (masuk) neraka digunakan untuk mengerjakan amal ahli neraka sehingga mati mengerjakan amal ahli neraka, maka masuklah ia ke dalam neraka.” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, dan Turmudzi).
c. Taqdir umuri sewaktu Alloh menciptakan nuthfah di dalam rohim ibunya.
Hadits 11 : Umar bin Zubair memberitahukan hadits dari Aisyah Ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda : “Sesungguhnya ketika Alloh hendak menciptakan seorang makhluk, Dia mengutus satu ma-laikat, lalu ia memasuki rohim seraya berkata
(i.): ‘Ya Tuhanku untuk apa?’ Maka Alloh bertutur, ‘Laki-laki atau pe-rempuan atau terserah Aku menciptakan di dalam rohim tersebut.’
(ii.) Lalu berkata, ‘Ya Tuhanku apakah akan sengsara atau bahagia?’ Alloh berkata, ‘Sengsara atau bahagia.’
(iii.) Malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana ajalnya?’ Dia menjawab, “Begini dan begitu.’
(iv.) Malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana bentuk dan akhlaknya?’ Dia menjawab, ‘Begini dan begitu, ‘Tidak ada sesuatu pun melainkan Dia menciptakannya di dalam rohim.” (HR. Al-Bazzar dengan tingkat dapat dipercaya).
d. Taqdir houli sewaktu malam Qodar
Haa miim
Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah [1370], (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul, (QS. Ad-Dukhon [44]: 1-5).
[1370] yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.
e. Taqdir harian Setiap waktu Dia dalam kesibukan” dan hasil perbuatan manusia yang dicatat / ditulis oleh Rokib dan Atid.

   Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. setiap waktu Dia dalam kesibukan [1445]. (QS. Ar-Rohman [55]:29)
[1445] Maksudnya: Allah senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezki dan lain lain.
Alloh menciptakan Malaikat Pencatat Yang Mulia (Kirooman Kaatibiin) dan menugaskan mereka menjaga dan mencatat perbuatan, ucapan dan niat kita. Setiap orang diikuti oleh dua malaikat : sisi kanan mencatat kebaikan sedangkan sisi kiri mencatat kejelekan. Dan dua malaikat yang lain menjaga dan membentengi kita, yang satu berada di belakang dan yang lain berada di depan.
Menurut Ibnul Qoyyim amalan yang dikerjakan oleh seorang ham-ba Alloh kemudian ditulis oleh kedua malaikat tadi isinya persis sama de-ngan taqdir yang telah direncanakan Alloh Swt. sebelumnya.
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pe-kerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Infithor [82]:10-12).
  
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perin-tah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’d /13:11)
[767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
IV. Kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
Di dalam Ensiklopedia Indonesia tertulis sebagai berikut:
Gereja Katolik Roma: Predestination (Ing. Takdir; ditentukan sebe-lumnya). Dalam teologi Kristen: Doktrin yang menyatakan kepercayaan bahwa takdir abadi umat manusia ditentukan Tuhan.  
Kepercayaan terhadap takdir ini didasarkan pada kata-kata Paulus (Rom. 8:28-30), Santo Agustinus (354-430) dan Santo Thomas Aquinas (354-430), dan Santo Thomas Aquinas telah mengembangkan doktrin ini. John Calvin kemudian menegaskannya. Kepercayaan terhadap bentuk takdir tertentu juga dikenal dalam agama-agama kuno di Yunani, Cina, India dan Mesir.
VI. Apakah do’a bisa merubah takdir?
Menurut Abu Ezza dalam bukunya “Sudah Benarkah Doa Anda?”
a. Makna doa:
Doa menurut bahasa artinya menyeru dan meminta sesuatu. Seorang hamba yang berdoa kepada Tuhan artinya ia sedang menyeruNya dengan beribadah dan meminta serta berharap sesuatu dariNya.
Menurut Al-Qur-an, doa mengandung dua makna.
Pertama, bermakna ibadah. Berdoa artinya beribadah kepada Alloh. Hal tersebut sesuai dengan firman Alloh Swt.:
  
40:14
“Maka sembahlah (fad’uu) Alloh dengan memurnikan ibadah kepadaNya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.” (Q.S. Ghofir [40] :14).
  
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahanam dalam keadaan yang hina.” (Q.S. Ghofir [40]:60).
Hadits 12 : Sabda Rosululloh s.a.w.: “Doa adalah ibadah.” (H.R. Ah-mad, Ibnu Abi Syaibah, Bukhori, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Ma-jah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Baihaqi).
Kedua, bermakna memohon dan meminta hajat kepada Alloh. Orang yang meminta adalah orang yang menginginkan tercapainya manfaat atau menolak bahaya dengan cara atau ungkapan seorang yang meminta dan mencari. Misalnya, doa Nabi Zakariya As.:
  
  Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya, seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”’ (QS. Ali ‘Imron [3]: 38).
     Alloh telah menunjukkan kepada hamba-hambaNya yang mukmin agar senantiasa meminta pertolongan kepadaNya dan tidak selainNya. FirmanNya:
  
“Hanya kepada  kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Q.S. Al-Fatihah [1]:5).
Alloh akan murka jika manusia tidak mau berdoa dan berpaling dariNya. Sabda Nabi Saw. menjelaskan:
Hadits 13 : “Barangsiapa tidak mau berdoa kepada Alloh, maka Alloh akan murka kepadanya.´ (H.R. Tirmidzi).
b. Do’a Bisa Merubah Qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam).
Bahwa doa bisa merubah qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam) terdapat pada hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut:
Hadits 14 : Nabi Saw. bersabda: “Tidaklah menolak qodho kecuali doa, dan tidaklah menambah umur kecuali kebaikan.” (H.R. Tirmidzi, Rauyani, dan Thobroni).
Hadits 15 : Nabi Saw. bersabda: “Doa itu mampu menolak qodho.” (H.R. Al-Hakim).
Hadits 16 : Nabi Saw. bersabda: “Berbuat baik kepada kedua orang tua itu menambah umur. Kebohongan itu mengurangi umur, sedangkan doa itu mampu menolak qodho. Dan Alloh punya dua qodho untuk makhluknya, yakni qodho yang baru (telah diubah) dan qo-dho yang berlaku (aselinya).” (H.R. Ibnu ‘Ady, Ibnu Shorsory dalam Kitab Amalinya, Ibnu Najjar dan Daelami).
Sedangkan ayat Al-Qur-an yang sebagian ulama menafsirkan sebagai perubahan qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam) adalah pada ayat berikut :
  
Alloh Swt. berfirman: “Bagi tiap-tiap masa ada kitab. Alloh meng-hapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisiNya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudz).” (Q.S. Ar-Ra’d [13] 38-39).
Dengan disebutkanNya di dalam ayat itu Lauh Mahfudz yang tidak dapat diubah, tentunya yang diubah bukanlah Lauh Mahfudz (qodar / takdir) tetapi qodho (hukum Alloh Swt. atau hukum alam).
Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dalam bukunya “Qadha dan Qadar, Ulas-an Tuntas Masalah Takdir” menyebutkan bahwa percaya kepada takdir berarti percaya kepada qodho dan qodar.
c. Perbedaan qodho dengan qodar
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dalam bukunya “Dienul Islam”, di dalam Al Qur-an qodho mempunyai beberapa arti yaitu:
1. Hukum (hukum Alloh Swt. atau hukum alam).
Sebab itu hakim dalam Islam bernama qodhi. Artinya dipakai dalam Q.S An-Nisa’ [4] :65.
   Demi Tuhanmu (Muhammad) bahwa mereka tidak dianggap beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya sesuatu keberatan terhadap sesuatu hukum (qodho yaitu kepu-tusan atau ketentuan Alloh) yang engkau berikan. Dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
2. Perintah.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Al-Isro [17] :23.
 Dan Tuhanmu memerintahkan (memutuskan atau menentukan), janganlah kamu menyembah kecuali kepadaNya saja.dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
3. Memberitakan.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Al-Isro [17] :4.
   Dan Kami telah memberitakan (memutuskan atau menentukan, pen.) kepada Bani Isroil dalam Al-Kitab: ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali’”.
4. Menghendaki.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Ali Imron [3] :47.
 “Apabila Alloh menghendaki (memutuskan atau menentukan) sesuatu urusan, maka Dia cukup mengatakan: ‘Jadilah!’ lalu jadilah dia.
5. Menjadikan.
Arti ini dipakai dalam Q.S. Fushshilat [41] :12.
 Dan Alloh menjadikan (memutuskan atau menentukan.) tujuh petala langit dalam dua periode.”
Menurut Umar Hasyim dalam bukunya “Memahami Seluk Beluk Takdir”, qodho berarti keputusan atau ketentuan.
Maka pada pendapat penulis qodho pada semua ayat di atas hanya mempunyai satu arti yaitu hukum / keputusan (execution) atau ketentuan Alloh (sunnatulloh atau hukum alam).
 H. Imam Sucahyo dalam bukunya “Menyingkap Takdir” membagi qodho atau keputusan / ketentuan Alloh ini menjadi 2 yaitu :
Pertama, qodho kauni atau keputusan / ketentuan Alloh dalam bentuk penciptaan alam dan manusia.
Kedua, qodho syar’i diniy adalah keputusan atau ketentuan Alloh berkenaan dengan aturan dan syariat (hukum agama).
Maka pada pendapat penulis, qodho kauni yaitu keputusan atau ketentuan Alloh Swt. dalam bentuk penciptaan alam dan manusia itu dapat diartikan sebagai sunnatulloh atau hukum alam.
Ini sesuai dengan definisi Drs. K.H. Nasrudin Razak dan Sayid Sabiq di atas, dimana kata qodar telah penulis ganti dengan kata qodho yaitu:
Menurut Drs. K.H. Nasrudin Razak dalam buku “Dienul Islam”, qodar (yang dimaksud adalah qodho atau hukum alam) adalah suatu peraturan umum yang telah diciptakan Alloh untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab akibat. Telah menjadi undang-undang / hukum Alloh Swt. (sunnatulloh atau hukum alam) yang abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatulloh itu
Menurut Sayid Sabiq dalam bukunya “Aqidah Islam”, qodar (yang dimaksud adalah qodho) ialah suatu peraturan (hukum) yang tertentu yang telah dibuat oleh Alloh Swt. untuk segala yang ada dalam alam se-mesta yang maujud ini. Jadi peraturan-peraturan tersebut adalah yang merupakan undang-undang / hukum atau kepastian-kepastian yang dii-katkan di dalamnya antara sebab dengan musababnya.
Pada zaman modern ini hukum alam telah dipelajari dengan inten-sif dan ekstensif melalui pengamatan dan percobaan (experiment). Hukum-hukum alam ini secara systematis terbagi atas Ilmu Pengetahu-an Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
d. Mekanisme perubahan qodho dengan doa.
Menurut qodho Alloh Swt. (hukum alam) api bersifat panas dan dapat membakar tubuh manusia yang berada di dalam kobaran api.
Sebagai hukuman atas Nabi Ibrohim karena merusak berhala-berhala sembahan kaumnya, Raja Namrud memutuskan Nabi Ibrohim dihukum bakar.
Sewaktu berada di dalam tumpukan kayu yang akan dibakar Nabi Ibrohim berdoa agar beliau diselamatkan dari panasnya api. Dan doa ini dikabulkan Alloh sehingga qodho (sifat) api yang panas itu berubah menjadi dingin. Sabda Alloh Swt.:
Kami berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ibrohim.” (Q.S. Al-Anbiya [21] :69).
Peristiwa tidak mempannya Nabi Ibrohim dibakar api adalah merupakan mukjizat yang diberikan Alloh Swt.kepadanya.
Air menurut ilmu ilmu fisika yang merupakan qodho Alloh (hukum alam), bersifat permukaannya rata. Nabi Musa As. beserta Bani Isroil, sewaktu keluar (exodus) dari tanah Mesir dan dikejar oleh Fir’aun be-serta balatentaranya, sampailah ke tepi Laut Merah sehingga terancam oleh bala tentara Fir’aun. Nabi Musa kemudian berdoa kepada Alloh Swt. agar diselamatkan dari kejaran Fir’aun itu. Alloh Swt. memerintahkan ke-pada Nabi Musa agar menyentuhksn tongkatnya ke laut, maka membe-lahlah laut itu, berlawanan dengan qodhonya (sifatnya) yang seharusnya permukaannya rata. Kemudian Bani Isro’il melewati belahan itu selamat sampai ke seberang. Sedang Fir’aun dan pengikutnya yang ikut di bela-kangnya tenggelam karena air laut itu menutup kembali, sesuai dengan qodhonya (sifatnya) yaitu berpermukaan rata. Peristiwa membelahnya laut itu termasuk mukjizat yang diberikan Alloh kepada Nabi Musa.
Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rosul, kecuali mukjizat Al-Qur’an kepada Nabi Muhamad, dipahami oleh kebanyakan ulama sebagai peristiwa luar biasa atau keajaiban yang melanggar sunna-tulloh (qodho) yang berlaku bagi peristiwa-peristiwa yang diciptakan Tuhan.
======================================================
Mukjizat adalah contoh-contoh dari doa yang bisa merubah qodho (hukum alam)
======================================================
Imam Al-Ghozali dalam “Ihya ‘Ulumiddin” menjelaskan “Jika qodho (qodar atau takdir, pen.) itu tidak ada yang bisa menolaknya, lalu apa manfaat dari doa? Ketahuilah! Merupakan bagian dari qodho (yang di-maksud adalah qodar atau takdir) adalah menolak bala (termasuk sun-natulloh atau qodho akibat dosa manusia) dengan do’a. Dengan itu, doa adalah sebab yang bisa menolak bala (qodho) dan mendatangkan rohmat, sebagaimana tameng yang bisa digunakan untuk menolak anak panah hingga keduanya saling mendorong. Maka demikian pula doa dan bala saling berkelahi.
======================================================
Maka doa bisa menolak / merubah qodlo (hukum Alloh Swt. / hukum alam) dan do’a termasuk bagian dari qodar / takdir.
======================================================
Contoh lain dari penulis
Ada seseorang yang pergi ke luar kota. Di perjalanan terdapat po-hon yang miring ke jalan. Sewaktu ada angin kencang secara hukum alam (qodho) tentunya pohon itu roboh ke jalan dan menimpa mobil itu (bala’). Karena sebelum berangkat orang itu berdo’a kepada Alloh Swt. maka Alloh merubah arah angin ke arah luar jalan sehingga pohon itu itu roboh tetapi tidak menimpa mobil itu.
Telah disebut di atas bahwa do’a bisa merubah qodho (hukum alam) dan doa termasuk bagian dari takdir atau qodar.
Maka ditulislah di dalam Lauh Mahfud bahwa orang itu ditakdirkan berdoa sebelum berangkat sehingga qodho (sifat) pohon itu yang seha-rusnya rohoh ke jalan menimpa mobil, dirubah menjadi roboh keluar jalan sehingga orang itu selamat.
Peran doa yang bisa merubah qodho (hukum alam) dalam cerita ajaib berikut ini dapat diterangkan dengan cara yang sama.
Sayyid Imani, menuturkan kebersamaannya dengan Ghulam Hu-sayn Malik, salah seorang pedagang Busyahr (Iran), bahwasanya dia berkata: "Aku bepergian untuk menunaikan ibadah haji. Kami bersama-sama Syaikh Muhammad Jawad al-Bayadabadiy. Di tengah perjalanan itu, banyak pencoleng yang menjarah barang-barang bawaan sebagian jamaah haji. Di samping itu, penyakit pes juga menyerang sebagian jamaah hingga menimbulkan kematian sebagian di antara mereka. Semua orang merasa ketakutan."
"Al-Bayadabadiy mengatakan: 'Barangsiapa yang ingin selamat dari bahaya penyakit pes, maka hendaklah dia bersedekah sebesar seratus empat puluh tuman, atau seribu empat ratus tuman. Barang siapa yang tidak mampu untuk membayar uang sejumlah itu, maka hendaklah dia bersedekah sesuai dengan kemampuannya. Aku akan bermohon kepada Allah bagi kalian.
"Malik mengatakan: 'Aku akan membayar seratus empat puluh tuman', begitu pula para jamaah haji yang lain. Karena uang sejumlah itu pada saat itu cukup besar, maka banyak orang yang tidak bisa mem-bayarnya. Kemudian Malik membagikan hartanya kepada para jamaah haji yang telah dirampas hartanya oleh para perampok di tengah jalan. Mereka masih bersedih dan ketakutan".
"Dalam perjalanan itu semua orang yang membayar uang sejum-lah itu selamat, dan kembali ke negerinya dalam keadaan selamat pula. Adapun orang-orang yang tidak mau membayar sedekah, semuanya terserang penyakit pes dan meninggal dunia, termasuk keponakan dan juru tulis saya yang enggan membayar sedekah."

D. Kesimpulan / Penutup
Demikianlah telah diuraikan masalah-masalah tentang:
I. Apa definisi dan makna takdir itu.
II. Bagaimana pandangan golongan-golongan dalam Islam tentang takdir itu.
III. Bagaimana tahap-tahap dan mekanisme takdir itu.
IV. Bagaimana kepercayaan tentang takdir dalam agama selain Islam
V. Apakah do’a bisa merubah takdir.
Dalam pembahasan di atas disimpulkan bahwa do'a bisa merubah sunnatulloh atau hukum alam yaitu qodho. Namun doa termasuk bagian dari takdir atau qodar maka doa tidak bisa merubah takdir.
Hadits 03 : Rosululloh Saw. bersabda, “Pena (penulis takdir di Lauh Mahfudz) telah kering dengan yang sudah tetap sampai Hari Kiamat”. (H.R. Thobroni dan Ahmad).
Kami yakin tulisan ini tidak sempurna, bagi pembaca yang mene-mukan kekurangannya dan kesalahannya sudilah memberitahukan kepada kami untuk diadakan perbaikan seperlunya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wal ‘lloohu ‘lmuwaffiq ilaa aqwamith thorieq.
Jember, 29 Nopember 2010
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Kepustakaan
01. Departemen Agama RI, Al Qur-an dan Terjemahnya, CV Dipone-goro, Bandung, 2000.
02. Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari, “Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta, 2006.
03. Abu Ezza, “Sudah benarkah Doa Anda?”, QultumMedia, Jakarta, 2010.
04. Bey Arifin, “Rangkaian Cerita dalam Al-Qur-an”, Alma’arif, Bandung, 1997.
05. Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, “Jawaban Tuntas Masalah Takdir”, Al Islahy Press, Jakarta, 1986.
06. Drs. Sidi Gazalba, “Sistematika Filsafat, Buku III”, Bulan Bintang, Jakarta, 1981.
07. Hasan Shadily, “Ensiklopedia Indonesia”, P.T Ichtiar Baru – van Hoeve, Jakarta.
08. H. Imam Sucahyo, “Menyingkap Takdir”, Samudra Ilmu, Jakarta, 2001.
09. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Kun Faya Kun”, Mitrapress, Jakarta, 2008.
10. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Qadha dan Qadar”, Pustaka Azzam, Jakarta, 2003.
11. Prof. Dr. H. Harun Nasution dkk. “Ensiklopedia Islam Indonesia”, Djambatan Jakarta, 1992.
12. Sayyid Abdul Husein Dastghib, “Catatan Dari Alam Gaib”,Pustaka Hidayah, Bandung, 1990.
13. Sayid Sabiq, “Aqidah Islam”, CV. Diponegoro, Bandung, 1997.
14. Syaikh Ja’far Subhani, “Menyiasati Takdir”, Pustaka Hidayah, Bandung, 2006.
15. Syekh Hafidz Ahmad Al Hakami, “Benarkah Aqidah Ahlussunnah Wal jama’ah”, Gema Insani Press, Jakarta, 1994.
16. Umar Hasyim, “Memahami Seluk-Beluk Takdir”, CV. Ramadhani, Solo, 1992.


RIWAYAT MASJIDIL AQSHO
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Riwayat Bangsa Yahudi dan Arab
   Bangsa Arab dan Yahudi adalah keturunan Nabi Ibrohim As. Beliau lahir di Negeri Babilon (Irak sekarang) kemudian hijrah ke Kanaan /Palestina. Dari 3 orang isterinya Saroh, Hajar dan Qanthura Nabi Ibrohim As. mempunyai 8 orang anak, tetapi yang terkenal hanya 2 orang yaitu Nabi Ismail As. dari Hajar, bertempat tinggal di Mekah yang menurunkan bangsa Arob dan Nabi Ishak As. dari Saroh yang tinggal di Hebron Palestina, menurunkan bangsa Yahudi.
Riwayat Bani Isroil
Nabi Ishak As. dari Ribka isterinya mempunyai 2 orang anak kembar, yaitu Esau dan Nabi Yakub As. yang wataknya sangat berbeda.
   Dari beberapa orang istrinya Nabi Yakub As. memiliki 12 orang putra dan 2 orang putri. 
   Di bawah ini adalah daftar nama mereka berdasarkan urutan kelahirannya: (1) Rubin, (2) Syam 'un, (3) Lawway, (4) Yahuda, (5) Zabulaon, (6) Yasakir, (7) Dann, (8) Gad, (9) Asyar, (10) Naftali, (11) Yusuf As. dan (12) Bunyamin. Sedangkan kedua putrinya adalah Dinah dan Yathirah kembaran Benyamin. 
     12 anak laki-laki inilah cikal bakal dari 12 suku Israel, kemudian mereka tinggal dan beranak pinak di Mesir karena Nabi Yusuf As. menjadi pembesar di sana. Namun kehidupan mereka di Mesir lama kelamaan mulai dirasakan mengganggu oleh penduduk asli Mesir dan mereka mulai tidak disukai. Akhirnya generasi berikutnya ditindas dan diperbudak oleh bangsa Mesir. Puncaknya pada masa Ramses II (Firaun). 
     Kemudian ke-12 suku ini diselamatkan Tuhan melalui Nabi Musa As. dan Harun As. Mereka keluar dari Mesir dan diperintahkan oleh Tuhan merebut daerah yang dijanjikan untuk mereka dengan berperang. Namun mereka takut berperang maka daerah tersebut diharamkan oleh Tuhan untuk mereka selama 40 tahun. Setelah mengembara selama 40 tahun di padang pasir (sekitar Yordania), akhirnya mereka bisa masuk ke daerah yang dijanjikan (Palestina) di bawah pimpinan Tholut (dibantu oleh pemuda Daud). 
   Lalu mereka mendirikan kerajaan Israel kuno dengan rajanya Tholut, kemudian digantikan oleh Nabi Daud As. Nabi/ Raja Daud As. inilah yang memperluas kerajaan Israel kuno hingga menguasai daerah dari Sungai Efrat sampai perbatasan Mesir. Kemudian daerah tersebut dibagi-bagi kepada 12 suku Israel yang ada. Nabi Daud As. digantikan oleh Nabi /Raja Sulaiman As. yang terkenal itu. 
     Setelah pemerintahan Raja Sulaiman As., yaitu pemerintahan raja Rehabeam sekitar 931 SM, 10 suku Bani Isroil menolak aturan pajak yang tinggi dari Nabi Sulaiman As., lalu mereka memberontak dan mendirikan kerajaan baru di utara dengan Jereboam I sebagai raja mereka. Jadi di sebelah selatan adalah kerajaan Judah /Yudea beribu-kota di Jerusalem dengan rajanya Rehabeam, beranggotakan 2 suku yaitu suku Judea dan Benyamin, sedangkan di utara adalah kerajaan Israel utara beribu kota di Samaria dengan 10 suku. 
   Pada tahun 721 SM, Samaria sebagai ibukota Kerajaan Israel Utara diserbu oleh pasukan Asyur (Assyria) yang dipimpin oleh Shalmaneser V dan dilanjutkan oleh Sargon II. Setahun kemudian Samaria takluk dan dihancurkan. Akhirnya, penduduk Kerajaan Israel Utara yang dihuni oleh 10 suku israel dibunuh, ditahan, diperbudak, diasingkan dan dibuang ke Khorasan, yang sekarang merupakan bagian dari Iran Timur dan Afghanistan Barat. Riwayat suku-suku ini kemudian tidak pernah terdengar lagi dan hilang dari sejarah. Beberapa bangsa diduga adalah mereka yaitu  Pathans /Pasthun (Afghanistan-Pakistan), Kashmir (India), Shin-lung atau Bene Menashe (di sekitar perbatasan India-Myanmar).
   Perang pun terus berlanjut di Timur Tengah. Bangsa-bangsa kuat saling beradu satu sama lain memperebutkan kawasan Timur Tengah. 
     Pada tahun 603 SM. kekuasaan bangsa Assyria diganti oleh bangsa Babel (Babylonia). Di masa kekuasaan Babel, Kerajaan Selatan Yehuda jatuh dan Jerusalem dihancurkan (597 SM.) dan semua penduduknya diperbudak oleh bangsa Babilonia. Berlangsunglah masa pembuangan di Babel
   60 tahun kemudian, 538 SM, Kerajaan Persia di bawah raja Cyrus II merebut kekuasaan Babel. Sebagian suku Jehuda dan Benyamin yang tersisa di Babilon dibebaskan dan kembali ke Yudea lalu membangun kembali kuil mereka yaitu Kuil Sulaiman ke-2 (Masjidil Aqsho ke-2).
   Sekitar 600 tahun kemudian, sekitar 70 M, bangsa Romawi menghancurkan Kuil Sulaiman ke-2 (Masjidil Aqsho ke-2) itu, membunuh + 1 juta orang Bani Isroil (suku Jehuda dan Benyamin). Sisanya tercerai berai ke mana-mana. Di antaranya ada yang menetap di Madinah, sampai munculnya Zionisme pada abad ke 20.
RIWAYAT MASJIDIL-AQSO
Pembangunan Masjidil Aqso I

 
970 SM Raja Daud As membangun Masjidil Aqso I (Haikal Sulaiman I) di Gunung Moria, dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman As. Di dalamnya di-simpan Tabut Perjanjian (berisi 10 Firman Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa As.) dan Kitab Taurot yang diturunkan kepada Nabi Musa As. serta Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud As.
 
    10 Firman Tuhan                              
    1. Jangan ada padamu Allah  lain di hadapanKu
2. Jangan membuat patung  untuk disembah
3. Jangan menyebut nama  Tuhan dengan sembarangan
4. Kuduskanlah hari Sabat 
5. Hormatilah orang tuamu
6. Jangan membunuh        
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri     
9. Jangan berdusta
10. Jangan mengingini milik   orang lain.
931 SM. Nabi Sulaiman As. wafat. Israel pecah menjadi Negara Yahuza
di selatan dan Kerajaan Israel di utara.
722 SM. Bangsa Assyria menaklukkan Kerajaan Israel dan Yerusalem
Kehancuran  Hikal Suliman I
       Kerusakan yang pertama ialah Bani Isroil menyembah dewa-dewa kaum kafir. Serta merasa sombong akan kemuliaan mereka terhadap bangsa lainnya..
Kerusakan Masjidil Aqso I
586. Raja Nebuchadnezzar II menaklukkan dan mengasingkan Bani Isroil ke Babilonia, serta menelantarkan Masjidil Aqso I (Haikal Sulai-man I) sehingga segala isinya hilang sampai sekarang. 

Masjidil Aqso II  (Haikal Sulaiman II) di  Zaman Raja Herodes    
 

   Pembangunan Masjidil Aqso II
538 SM. Raja Persia Koresh Agung melepas Bani Isroil dari Babilonia. Di Yerusalem mereka membangun Masjidil Aqso ke-II (Haikal Sulaiman II) yang selesai tahun 516 SM
455 SM. – 198 SM. Yerusalem dan Yudea dijajah Aleksander Agung dari Macedonia, lalu jatuh ke kekuasaan Dinasti Ptolemaik selanjutnya ke bangsa Seleukus di bawah Antiochus III.
166 SM. – 37 SM. Yahudi Makkabe mendirikan kerajaan di Yerusalem.
35 SM - 96 M. Dinasti Herodes 


Jenderal Romawi Pompey mendirikan provinsi Romawi Siria pada 64 SM dan menaklukan Yerusalem pada 63 SM. Julius Caesar menaklukan Aleksandria pada kr. 47 SM dan mengalahkan Pompey pada 45 SM.
6 SM. Kelahiran Yesus atau Nabi Isa As.
Pembangunan kembali Masjidil Aqso II
6 M. Romawi makin kuat, Herodes diangkat sebagai raja boneka Yahudi. Herodes Agung membangun Masjidil Aqso II secara besar-besaran. Kota dan wilayahnya dijadikan Provinsi Yudea, dan keturunan Herodes masih memangku gelar raja boneka Yudea hingga 96 M.                                               
33 M. Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus
     Kejahatan kedua yang dilakukan oleh Bani Isroil di antaranya adalah  membunuh Nabi Yahya As. (Yahya pembaptis). Menyalib Yesus Kristus dan menuhankan beliau
Kehancuran Masjidil Aqso II. Lihat halaman 5
Pembangunan Masjidil Aqso III. Lihat halaman 4


Hadis-hadis Isro’ Mi’roj
SANADNYA SOHIH TETAPI MATANNYA TIDAK SOHIH
(Sanad  =  Periwayat Hadis
Matan  =  Isi Hadis)
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Pendahuluan
Di dunia Islam, Hadis-hadis tentang riwayat Isro’ dan Mi’roj sangat terkenal. Para ulama umumnya menafsirkan Hadis-hadis itu akan pentingnya sholat 5 waktu, sehingga Alloh Swt. perlu memanggil langsung Nabi Muhammad Saw. ke langit untuk menerima perintah pelaksanaannya.
Sedang ibadah lainnya cukup melalui Al Qur-an yang diturunkan melalui malaikat Jibril As.
     Untuk memudahkan diskusi, kutipan Hadis-hadis tentang riwayat Isro’ dan Mi’roj penulis tempatkan pada akhir makalah
 
.


Termasuk Hadis-hadis sohih
Hadis-hadis tentang Isro’ dan Mi’roj ada di dalam Kitab-kitab Riwayat Hadis yang ditulis oleh Imam Bukhori dan Muslim serta Imam-imam Hadis lainnya. Termasuk Hadis-hadis sohih. Hadis-hadis sohih yang diriwayatkan oleh ke-2 Imam Hadis ini bernilai hukum tertinggi ke-2 setelah Al Qur-an. Sangat terpercaya, sehingga umat Islam tidak berani mengritik Hadis-hadis tentang Isro’ mi’roj itu.
Fungsi Hadis dalam hukum Islam
Fungsi hadis sebagai sumber hukum Islam ada 3 :
1. Sebagai penguat bagi dalil yang sudah tertera dalam Al Qur-an (muakkadah),
2. Sebagai penafsir bagi ayat-ayat Al Qur-an (mubayyinah).
3. Mendatangkan hukum-hukum yang tidak tercantum dalam Al Qur-an.
Definisi Hadis Sohih
Ibnu As-Sholah mendefinisikan Hadis Sohih sebagai Hadis Musnad (tersambung sampai ke Nabi Muhammad Saw.) yang bersambung sanadnya dengan perowi yang adil (jujur) dan dhabit (kuat hafalannya), (yang diterima) dari perowi lain yang adil dan dhabith hingga ke akhir sanad, serta tidak syadz (bertentangan dengan perowi lain) dan tidak ber’illat (cacat).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nyata disini bahwa kesohihan hadis terutama ditekankan pada segi sanad (periwayat)nya (bukan pada matan / isinya).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesohihan Hadis dari segi matan (isi)nya.
Menurut sebagian ahli hadis, kriteria kesohihan matan hadits se-hingga dapat dinyatakan maqbul (diterima) apabila memenuhi unsur-unsur  sebagai berikut :
1. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
2. Tidak bertentangan dengan hukum Al Qur-an yang telah muhkam (ketentuan hukum yang telah tetap).
3. Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir.
4. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama masa lalu (Ulama Salaf)
5. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti.
6. Tidak bertentangan dengan hadits ahad yang kualitas kesohihannya lebih kuat.


 
Pendapat ulama bila terjadi perbedaan antara
Al-Hadis dan Al Qur-an
Imam Syafii (pendiri madzhab Syafii) mengatakan : Al-Hadits berangkat dari dhonni / duga-duga atau kontroversi, sedangkan  Al Qur-an berangkat dari qoth’i (mutlak kebenarannya). Suatu hadis yang sanadnya sohih, tetapi matannya bertentangan dengan Al Qur-an, tidak ada jalan lain kecuali mempertahankan wahyu yang diterima seca-ra meyakinkan (Al Qur-an) dan mengabaikan yang tidak meyakinkan (hadis). 
     Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Al-Sunnah Al-Nabawiyyah Baina Ahl Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadits, menyatakan bahwa "Para imam fiqih menetapkan hukum-hukum dengan ijtihad yang luas berdasarkan Al Qur-an terlebih dahulu. Apabila mereka menemukan riwayat (hadits) yang sejalan dengan Al Qur-an, mereka menerimanya, tetapi kalau tidak sejalan, mereka menolaknya karena Al Qur-an lebih utama untuk diikuti."
Adapun alasannya adalah
Al Qur-an sudah ditulis menjadi mushaf tunggal pada zaman Kholi-fah Abu Bakar Ra. satu tahun setelah Nabi Muhammad Saw. wafat (tahun 632 M.).  Dikutip dari tulisan-tulisan dan hafalan para sohabat. Kemudian Kholifah Utsman bin Affan Ra. pada tahun 647 M. memerin-tahkan Zaid bin Tsabit Ra. dan tiga sohabat yang lain menyalin mushaf pertama tadi menjadi beberapa mushaf dan mengirimkannya ke berba-gai propinsi di wilayah kekuasaan Islam (Kufah, Basra, Madinah, Me-kah, Mesir, Suriah, Bahrain, Yaman dan Al-Jazirah).
Sedangkan Al-Hadis baru dikumpulkan dan ditulis dua abad (empat generasi) setelah Nabi Muhammad Saw. wafat oleh para Imam Hadis yaitu (i) Imam Al-Bukhori (814-876 M.), (ii) Al-Muslim (824-881 M.), (iii) An-Nasa'i (835-923 M.), (iv) Abu Daud (820-895 M.), (v) At-Turmudzi (829-899 M.) dan (vi) Ibnu Majah (829-893 M.) melalui penyaringan hadis.
Penyaringan Hadis
Hadis-hadis itu disaring dari ratusan ribu hadis yang dihafalkan oleh para perowinya (periwayat hadis).
Contohnya Imam Bukhori bersama gurunya Syekh Ishaq, meng- himpun  Hadis-hadis sohih dalam satu kitab, dari satu juta hadis yang diriwayatkan oleh 80.000 perowi lalu disaring menjadi 7.275 hadis.
Imam Muslim dalam Kitab Sohih Muslim, dari sekitar 300.000 hadis beliau saring menjadi 4.000 Hadis sohih selama 15 tahun.
Penyaringan itu terutama dilakukan terhadap periwayatnya (sanad Hadis), sedikit dari isi (matan) Hadis.
Demikian banyaknya hadis-hadis yang disaring sehingga ada ke-mungkinan lolosnya hadis yang isi (matan)nya tidak sohih.
Kritik terhadap matan (isi) Hadis riwayat Isro’ dan Mi’roj
Akhir-akhir ini ada beberapa sarjana yang mengritisi Hadis-hadis ri-wayat Isro’ dan Mi’roj. Penulis tidak menemukan kritik terhadap Sanad (periwayat) Hadis, semua kritik ditujukan kepada matan (isi) Hadis-hadis itu.
Hadis riwayat Isro’ dan Mi’roj, ditulis pada abad ke-9 (12 abad yang lalu). Selama itu telah berkembang ilmu-ilmu yang waktu itu belum ada atau keadaannya sederhana.
Di antaranya adalah Ilmu sejarah, ilmu astronomi (perbintangan), ilmu fisika modern, ilmu Tafsir Al Qur-an, ilmu perbandingan agama dll.
Beberapa hal yang dikritik
1. Para Imam Hadis tidak mengetahui sejarah Masjidil Aqso
a. Masjidil Aqso sekarang (abad ke-21)


 

 Masjidil Aqso terletak di kota Yerusalem Timur atau dikenal dengan nama wilayah Al-Harom Asy-Syarif bagi umat Islam atau Har Ha-Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount / Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasroni. Panjang bangunannya sekitar 83 m. lebar 56 m. Sekitar 5.000 orang mampu ditampung masjid ini. Jika ditambah dengan daerah sekelilingnya, luasnya sekitar 144.000 m2. Muat untuk 400.000 jamaah.
Di sebelah utara masjid ini terdapat Masjid As-Sakhro (The Dome of the Rock) yang bukan sebuah masjid. Melainkan sebuah bangunan pe-ringatan untuk tapak lokasi peristiwa malam Isro’ Mi’roj.
The Dome of the Rock dibangun antara tahun 687 M. hingga tahun 691M. (abad ke-7) oleh Kholifah Abdul Malik bin Marwan, kholifah Bani Umaiyyah.    

Al-Harom Asy-Syarif

 
   Masjid As-Sakhro
/ The Dome of the Rock

                       
Masjid Al-Aqsho
/ Baitul Maqdis
b. Masjidil Aqso pada zaman Imam Hadis Bukhori dan Muslim (abad ke-9)
     Keadaan Masjidil Aqsho (dan As-Sakhro / The Dome of the Rock) sama dengan keadaannya sekarang.
Banyak orang (termasuk para Imam Hadis) yang mengira, masjid inilah yang dikunjungi oleh Nabi Muhammad Saw. di waktu beliau Isro’ pada tahun 620 M. 
c. Masjidil Aqso pada waktu Nabi Muhammad Isro’ pada tahun 620 M. (abad ke-7)
Maha Suci (Alloh) yang telah mem-perjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari, dari Masjidil Harom (di Mekah) ke Masjidil Aqso (di Yerusalem)  (QS. Al-isro’ [17] : 1)
Pada waktu Nabi Muhammad Saw. Isto’, Baitul Maqdis berupa puing-puing karena telah dihancurkan oleh Tentara Romawi pada tahun 70 M. (abad ke-1)  Yang dimaksud dengan Masjidil Aqsho
pada ayat ini adalah keseluruhan lapangan Al-Harom Asy-Syarif. Nabi Muhammad Saw. turun di lapangan sebelah utara puing-puing Masjid (di lokasi Masjid As-Sahro / The Dome of the  Rock)                   
d. Masjidil Aqso pada zaman Kholifah Umar bin Khottob, 5 tahun setelah Nabi wafat tahun 637 M. (abad ke-7)
     Kholifah Umar bin Khottob datang ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota itu dari Kepala Pendeta Yerusalem. Beliau  melihat reruntuhan Masjidil Aqso, yang oleh orang Kristen -yang benci pada orang Yahudi karena telah menyalib Yesus Kristus- dijadikan tempat sampah. Maka setelah dibersihkan oleh tentara Islam, didirikanlah Masjidil Aqso yang kecil di arah kiblat Masjidil Aqso sebelumnya. Masjid ini direnovasi oleh kholifah Bani Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya Al-Walid tahun 705 M.  Setelah gempa bumi tahun 746 M., masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh kholifah Bani Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754 M., dan dikembangkan lagi oleh penggantinya Al-Mahdi pada tahun 780 M.
     Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Masjid Al-Aqso pada tahun 1033 M., namun dua tahun kemudian kholifah Bani Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga sekarang. Pada zaman Kholifah Turki Usmaniyah nama Masjidil Aqsho diberikan kepada Baitul Maqdis.
1a. Hancurnya Baitul Maqdis / Temple of Solomon sebelumnya.
       Hancurnya Masjid ini tertulis di dalam Al Qur-an sbb.
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu me-reka masuk ke dalam masjid (Baitul Maqdis II  pada tahun 70 M.) sebagaimana mereka memasukinya pertama kali (tahun 586 SM.) dan ereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al-isro’ [17] : 7) 
66 M.  pemberontakan ke-1 Yahudi vs Romawi, zaman Kaisar Nero yang mengirim Jendral Vespasianus 
69 M.  Kaisar Nero diganti Kaisar Vespasianus yang mengirim putera-nya Jendral Titus untuk menumpas pemberontakan Yahudi 
70 M.  Jendral Titus menghancurkan Baitul Maqdis II  / Bait Sulaiman II di Yerusalem.
Kutipan dari Kitab Tafsir Al Qur-an Departemen Agama RI.
     Di dalam Kitab Tafsir Al Qur-an yang diterbitkan oleh Depar-temen Agama RI tahun 2009 disebutkan bahwa Tentara Romawi memasuki Baitul Maqdis II (Haikal Sulaiman II) secara paksa dan sewenang-wenang, merampas kekayaan di dalamnya dan menghan-curkan bangunannya, hanya tembok barat (tembok ratapan) yang masih ada. 
2. Tujuan Nabi Isro’ ke Masjidil Aqso
Tujuan Nabi Isro’ sudah tertulis pada QS.Al-isro’ : 1

Maha Suci (Alloh) yang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari, dari Masjidil Harom (di Mekah) ke Masjidil Aqso (di Yerusalem) yang telah Kami berkahi sekeliling-nya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguh-nya Dia (Alloh) Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Al-isro’ [17] : 1)
Perjalanan Nabi Saw. berIsro’ adalah hal yang luar biasa sehingga ayat itu didahului oleh kata Maha Suci Alloh (sub-hana). Sehingga tujuannya juga luar biasa yaitu diperlihatkan bukti kebesaran (ayat-ayat) Alloh.
Bukan sekedar mampir ke masjid lalu sholat 2 rokaat .
2a. Baitul Maqdis adalah lokasi Padang Mahsyar pada hari kiamat. Semua orang akan diisro’kan ke sana.

 
     Baitul Maqdis merupakan tempat dikumpulkannya manusia dan jin pada hari kiamat nanti, seperti diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya bahwa Maimunah, saudara perempuan Sa’ad dan pembantu Rosululloh Saw, berkata : ‘Wahai Nabi, berikanlah kami se-
buah pernyataan tentang Baitul Maqdis.’ Nabi menjawab, ‘Dia adalah tanah tempat manusia dibangkitkan dan dikumpulkan.” (HR. Ahmad)
Dan ditiuplah sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dari kuburnya (menuju) ke Robb mereka. (QS. Yaasiin [36] : 51).
Semua manusia dibangkitkan di tempat mereka dikubur di seluruh dunia. Lalu masing-masing dibawa terbang (isro) oleh seorang malaikat ke padang mahsyar yang lokasinya di Baitul Maqdis untuk diadili oleh Alloh Swt.
Pada mulanya padang mahsyar itu gelap gulita karena matahari telah padam. Kemudian Alloh Swt. menampakkan diriNya sehingga menjadi terang benderang.
Isro’ adalah rekonstruksi kebangkitan di hari kiamat.
3. Penggambaran langit dalam hadis ini tidak sesuai dengan ilmu astronomi
Dalam Hadis ini langit digambarkan dengan sangat sederhana, se-perti gedung 7 tingkat, dimana tiap tingkatnya dihuni oleh seorang Nabi (yang sudah wafat, lalu dihidupkan lagi) untuk menyambut Nabi Mu-hammad Saw. yang bermi’roj.
Gambaran Ilmu Bumi dan Astronomi

     Panas matahari dan angin membentuk siklus hidrologi, awan dan hujan.
Bumi yang bulat berputar pada porosnya dengan disinari matahari dalam 24 jam membuat siang dan malam. Adanya bulan membentuk pasang surut air laut.
     Bulan mengitari bumi dalam 30 hari membuat hitungan bulan.
     Bumi dalam posisi miring 23,44o mengelilingi matahari dalam 365 hari membentuk hitungan tahun dan 4 musim untuk daerah subtropis atau 2 musim untuk daerah katulistiwa (musim hujan dan kemarau).
     Matahari bersama 9 planetnya berputar mengelilingi pusat galaksi Bimasakti.
    
Di alam semesta sangat banyak gugus bintang / galaksi mirip Bima-sakti. Galaksi-galaksi itu membentuk Cluster.
Dalam ilmu astronomi besarnya langiit sangat luar biasa. Penam-pangnya adalah 14 milyard tahun cahaya. Jarak ini mustahil
ditempuh hanya dalam semalam. Dengan piring terbang Alien saja yang kecepatannya 6 x cahaya ditempuh bermilyard-milyard tahun (mustahil).
Sangat berbeda dengan jarak Masjidil Harom ke Masjidil Aqso yang sekarang dapat ditempuh dengan  pesawat jet dalam waktu 1 jam.
Maka perjalanan ke langit itu  mustahil / irrasional.
4. Ruh para Nabi sekarang ada di alam kubur. Tidak mungkin berada di langit.
Dalam hadits ini digambarkan bahwa para Nabi yang sudah wafat itu berada di langit dengan jasadnya. 
Sedangkan di dalam Al Qur-an disebutkan bahwa seluruh manusia, termasuk para Nabi yang sudah wafat berada di alam Qubur / Barzakh / dinding yang membatasi Alam Dunia dan Akhirot. Ulama menyebutnya dalam genggaman Alloh Swt. atas dasar QS.Az-Zumar [39] : 42 me-nunggu datangnya Hari Berbangkit

Allah mematikan manusia / anfusu (secara tetap bila sudah mati, dan mematikan manusia untuk sementara di waktu tidurnyai; maka Dia tahanlah [ruh] yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan [ruh] yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39] : 42).
5. Salah memahami kalimat “Bila Alloh menghendaki”
Umumnya fihak yang setuju dengan hadis ini berhujjah: Bila Alloh Swt. menghendaki bisa saja menghidupkan kembali para Nabi itu lalu menempatkan mereka di langit untuk menyambut kedatangan Nabi Mu-hammad Saw. sewaktu mikroj.
 Bila demikian halnya, boleh kita sanggah pula: “Itu kalau Alloh Swt mau, kalau tidak mau kan tidak mungkin terjadi”. Nah itu debat kusir atau pokrol bambu yang tidak punya dasar hukum.
Al Qur-an menggunakan kata “Kalau Alloh Menghendaki” (Wa lau Syaa-a, walau Syi-naa dan walau Yasyaa)  dalam 23 ayat,
Pada ayat-ayat tersebut ternyata Allah TIDAK menghendaki.
Kita lihat salah satu contoh ayat di bawah ini:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) me-maksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?   (QS Yunus [10] : 99)
Lalu apa kenyataannya? Berimankah kepada Alloh semua orang di muka bumi ini ?
Ternyata, sebagian besar ummat manusia di bumi ini tidak meng-imaniNya. Dengan pernyataan satu ayat ini saja, sebaiknya janganlah mengeluarkan argumentasi: “Kalau Allah Swt. Menghendaki…….”, karena Alloh Swt. memiliki aturan / takdir (sunnatulloh) yang tidak pernah berubah.
6. Alloh Swt. tidak berada di langit
Dikatakan bahwa sewaktu Mi’roj, Nabi Muhammad Saw. menjemput atau menerima perintah sholat dari Alloh Swt., kemudian sesudah ber-jumpa dengan Nabi Musa As., beliau naik kembali berulang-kali mene-mui Alloh Swt. untuk memohon keringanan. Hal ini menyimpulkan bahwa Alloh Swt. tidak berada di bumi atau di langit tempat Nabi Musa As. itu berada.
Sungguh keadaan demikian bertentangan dengan Firman Alloh Swt. yang tidak hanya berada di langit,
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qoof [50] : 16)
     Dan kepunyaan Allohlah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap maka di situlah wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha luas (kekuasaanNya) lagi Maha mengetahui”. (QS. Al-Baqoroh [2] : 115) 
7. Sebelum Isro’ Mi’roj Nabi telah sholat bersama Khodijah dan Ali

 
Riwayat Hadis : Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah men-ceritakan kepada kami bapakku dari Ibnu Ishaq telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Asy’ats dari Isma’il bin Iyas bin ‘Afif Al Kindi dari bapaknya dari kakeknya yang berkata;

 
  Saya adalah seorang pedagang. Saya datang untuk menjalankan ibadah haji, lalu saya mendatangi Al Abbas bin Abdul Muththolib untuk membeli dagangan darinya, yang dia juga seorang pedagang. Demi Alloh, pada saat saya di Mina, ada seorang laki-laki yang keluar dari dalam tenda yang tidak jauh darinya, dia melihat ke arah matahari, ketika matahari telah condong, orang itu berdiri dan sholat. Kemudian keluarlah seorang wanita dari tenda itu juga dan berdiri di belakang orang tadi dan ikut sholat. Lalu seorang anak kecil yang menginjak usia baligh keluar dari tenda tersebut dan ikut sholat bersama kedua orang tadi. Maka saya pun bertanya kepada Al Abbas; “Siapa orang itu Wahai Abbas?” dia menjawab; “Itu adalah Muhammad bin Abdulloh bin Abdul Muththolib anak saudaraku.” Saya bertanya lagi; “Siapakah wanita itu?” dia menjawab; “Itu adalah istrinya Khodijah binti Khuwailid.” Saya ber-tanya lagi; “Siapa pemuda itu?” dia menjawab; “Itu adalah Ali bin Abu Tholib anak pamannya.” Saya bertanya lagi; “Apa yang mereka laku-kan?” dia menjawab; “Dia sedang sholat, dia mengaku bahwa dia ada-lah seorang Nabi, dan tidak ada yang mengikuti perintahnya kecuali istrinya dan anak pamannya, pemuda tersebut. Dia juga mengaku bahwasanya akan ditaklukkan untuknya perbendaraan-perbendaraan Raja Kisro dan Kaisar.” Kemudian ‘Affif, yaitu anak paman Al Asy’ats bin Qais berkata; -dan dia masuk Islam setelah itu serta keIslamannya baik- “Seandainya Alloh memberiku rizki Islam pada hari itu, maka aku adalah orang yang ketiga bersama Ali bin Abu Tholib Ra.” (Musnad Ahmad 1691)
7a. Penegasan waktu solat dalam Al Quran
     Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir (zhuhur dan ashar) sampai gelap malam (maghrib dan isya') dan (dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
(QS. Al Isra’ [17] : 78-79).
7b. Jibril mengajari Nabi sholat 5 waktu (di luar Isro’ dan Mi’roj)
“Dari Jabir bin Abdulloh, bahwa Nabi Saw didatangi oleh Jibril As, lalu Jibril mengatakan kepadanya, “Berdirilah, lalu sholatlah”, Kemudian Nabi sholat zhuhur ketika matahari sudah tergelincir. Kemudian Jibril men-datanginya di waktu ‘ashar, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ashar ketika bayangan sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu maghrib, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat maghrib ketika mata-hari terbenam. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu ‘isya’, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ‘isya’ ketika cahaya merah telah lenyap. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu fajar, lalu ia berkata , “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat shubuh keika fajar menyingsing, atau ia berkata ketika fajar memancar. Kemudian esok harinya Jibril mendatangi (Nabi) kembali pada waktu zhuhur, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah”, kemudian Nabi sholat zhuhur ketika bayangan segala sesuatu menjadi sama. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu ashar, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholatlah” kemudian Nabi sholat ashar ketika bayangan segala sesuatu menjadi dua kali. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu magh-rib, dalam waktu yang sama dengan yang pertama, tidak bergeser daripadanya. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu ‘isya’, ketika pertengahan malam telah lewat, atau ia berkata : sepertiga malam telah lewat, lalu Nabi sholat ‘isya’. Kemudian Jibril mendatangi kepadanya di waktu sudah terang benderang, lalu ia berkata, “Berdirilah, lalu sholat-lah”, kemudian Nabi sholat shubuh. Kemudian Jibril berkata: Apa-apa yang di antara kedua waktu ini, itulah waktu sholat.” (HR. Ahmad dan Al-Nasa’i. Dan Al-Tirmidzi meriwayatkan seperti itu. Al-Bukhori ber-kata: Hadits ini adalah hadits yang paling shah dalam menerangkan waktu-waktu sembahyang). Dikutip dari Nailul Author jilid 1 hal. 685.
8. Para Nabi juga melaksanakan sholat
8a. Nabi Ibrohim As. memohon agar keturunannya tetap mendirikan sholat.
Ya Robbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Robb kami, perkenankan do’aku. (QS. Ibrohim [14] : 40)
8b. Nabi Ismail As. melaksanakan sholat
Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al Qur-an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rosul dan nabi.”
“Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridoi di sisi Tuhannya  (QS. Maryam [19] : 54-55)
8c. Nabi Isa ibnu Maryam As. mendirikan sholat
Dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (QS. Maryam [19] : 31)
9. Bani Isroil solat 7x/ hari, bukan 50x
1. Di dalam Kitab Zabur / MAZMUR 119:164 Indonesian - Terjemahan Lama (TL) tertulis sbb. :
Maka tujuh kali dalam sehari memujilah aku akan Dikau, karena sebab segala hukum kebenaranMu itu
2. Buku To Pray As A Jew: A Guide To The Prayer Book And The Synagogue Service karangan Hayim Halevy Donin, seorang rabbi (pendeta) Yahudi Amerika di  Congregation B'nai David, Southfield, Michigan. Dalam buku itu ada gambar tata cara sembahyang kaum Yahudi yang sikap dan gerakannya sangat mirip dengan sholatnya umat Islam  Ritual sholat Yahudi ini dilakukan 3 x sehari yaitu pada malam hari (Ma'ariv), di pagi hari (Shacharit), dan pada sore hari (Minchah)..
Gambar sembahyang Yahudi dalam buku Rabbi Hayim Halevy Donin
Pada mulanya sholatnya Yahudi adalah 7 x /hari sbb.. 
1 = Solat Subuh, 2 = Solat Dhuha, 3 = Solat Zuhur, 4 = Solat Ashor, 5 = Solat Maghrib, 6 = Solat Isya', 7 = Solat Al-Lail 
Pada tahun 586 SM. Nebukadnezar, raja Babel menduduki Yerus-salem dan negara Yuda. Bangsa Yahudi dibawa ke Babil dijadikan bu-dak sehingga mereka tidak leluasa melakukan sholat. Maka sholat me-reka dibuat 3 x / hari sampai kini. (= sholat jamak qosor  zhuhur + asar, maghrub + isya’ dan subuh)
10. Tujuan Mi’roj Nabi Muhammad Saw.
Maka tujuan Mi’roj Nabi Saw. bukanlah menerima perintah sholat 5 waktu karena Nabi Muhammad Saw. telah melaksanakannya bersama Khodijah dan Ali, melainkan seperti yang tertulis pada bagian akhir hadis mi'roj riwayat Imam Bukhori (halaman 58).
Jibril lalu pergi bersamaku sampai ke Sidrotul Muntaha dan Sidrotul Muntaha itu tertutup oleh warna-warna yang aku tidak mengetahui apa-kah itu sebenarnya? Aku lalu dimasukkan ke surga. Tiba-tiba di sana ada kail dari mutiara dan debunya adalah kasturi.'” (HR. Bukhori No. 193, 194)
10a. Hadis ini sesuai dengan ayat Al Qur-an (QS. An-Najm [53] :13-18)
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal (Jannatul Ma’-wa). (QS. An Najm [53]: 13-15).
Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebe-saran) Tuhannya yang paling besar  (surga). (QS. An Najm [53]:16-18).
11. Surga bukan berada di langit tetapi ada di masa depan 
     Dalam menguraikan masalah Mi’roj ini penulis menggunakan Fisika Modern yaitu Mekanika Kuantum yang dikembangkan oleh Stephen Hawking, Ahli Fisika Inggris. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
     Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa ber-jalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.
Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui terowongan waktu kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya)  menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya  alam semesta. Selain itu melalui terowongan waktu (dengan kekuasaan Allah Swt.) kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika. 
11 a. Seluk Beluk Sidrotul Muntaha 
     Sidr berarti pohon bidara, pohon yang tumbuh di Asia, Afrika dan Australia. Dipakai sebagai sumber makanan, obat-obatan dan bahan bangunan. Termasuk pohon yang sangat berguna, tetapi bukan merupakan pohon yang istimewa. Fungsi pohon bidara ini di Sidrotil Muntaha adalah adalah sebagai batas terjauh perjalanan di langit dan
bumi dalam waktu nyata, yang dapat di-tempuh oleh makhluk Alloh Swt. yaitu manusia, jin dan malaikat termasuk Ma-laikat Jibril  Di seberang pohon pembatas ini terdapat Jannatul Ma’wa (sorga) yang letaknya ada di masa depan.  Maka Sidrotul Muntaha selain sebagai batas ja-rak atau ruang terjauh, juga merupakan batas antara waktu nyata dan waktu maya. Merupakan pintu masuk ke terowongan
waktu yang berada di waktu maya menuju ke masa depan. Melalui jalan inilah Nabi Muhammad Saw. sewaktu mi’roj diperjalankan Alloh Swt. ke masa depan, yaitu hari kiamat, hari kebangkitan dan pengadilan di pa-dang mahsyar, mizan, pergi ke neraka dan shiroth, kemudian pergi ke surga. Dengan perjalanan itu Nabi Muhammad Saw. adalah satu-satu-nya manusia di muka bumi (kecuali Nabi Adam dan Siti Hawa), yang pernah pergi ke akhirot dengan jasad dan ruh beliau. Sehingga beliau bisa menerangkannya kepada kita dalam hadis-hadis beliau.
Waktu yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk pergi ke akhirot tidak terbatasi oleh waktu mi’roj yang hanya semalam, tetapi bisa berhari-hari, karena waktu di akhirot tidak diikat oleh waktu di dunia. Kemudian Nabi Muhammad kembali melalui jalan yang sama ke Sidrotil Muntaha, kembali masuk ke waktu nyata pada waktu yang sama dengan waktu berangkatnya, selanjutnya pulang kembali ke Mekah. 
Kesimpulan pertama 
Ternyata matan (isi) Hadis-hadis riwayat Isro’ dan mi’’roj
Tidak sejalan dengan Al Qur-an pada 
1a (pada QS. Al-Isro ayat 7 disebutkan bahwa Baitul Maqdis II yang lama / Temple of Solomon II  telah dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 M. Sehingga Nabi Muhammad Saw. tidak mungkin sholat di dalamnya) 
2. (Tujuan Isro’ adalah rekonstruksi kejadian di hari kiamat di mana se-mua manusia dan jin dari seluruh dunia dikumpulkan / diisro’kan di Baitul Maqdis) 
4. (Ruh para Nabi ada di alam kubur, bukan di langit) 
6. (Alloh Swt tidak berada di langit tapi berada di mana-mana) 
7a (sholat 5 waktu ada di dalam Al Qur-an QS. Al Isra’ [17]: 78-79)
 8a, 8b dan 8c (Nabi–nabi Ibrohim As., Ismail As., Isa ibnu Maryam As. dll.  melakukan sholat)
Tidak sejalan dengan Hadis lain yang mutawatir 
2a (Baitul Maqdis adalah tempat Padang Mahsyar, bukan tempat sholat). 
7 (Nabi Muhammad Saw. sudah sholat berjamaah dengan Khodijah dan Ali sebelum Isro’ dan mi’’roj) 
7b (Nabi Muhamad Saw. diajari sholat 5 waktu oleh Malaikat Jibril As di luar waktu Mi’roj)
Tidak sejalan dengan Alkitab / Bibel 
9 (Bani Isroil sholat 7 waktu bukan 50 waktu)
Tidak sejalan dengan ilmu sejarah 
1a (Masjidil Aqso yang ada pada zaman para Imam Hadis didirikan oleh Umar bin Khottob Ra),
Tidak sejalan dengan ilmu astronomi / perbintangan 
 
3 (Langit yang sangat luas digambarkan seperti gedung 7 tingkat) padahal sangat besar dan rumit 
Kesimpulan akhir 
   Terbukti bahwa matan Hadis-hadis Isro’ dan mi’roj ini tidak sohih.
Termasuk Hadis mauduk atau palsu atau paling tidak termasuk hadis dhoif (lemah) dan mualal (sisipan) karena isinya diselipkan cerita–cerita Israiliyat dari kaum Bani Israil, yang sengaja secara tersirat ingin mengagungkan bangsa mereka, serta mengecilkan peran Nabi Muhammad Saw. beserta pengikutnya.
Tujuan Isro’ Nabi Muhammad Saw.
 Isro’ adalah rekonstruksi kejadian di hari kiamat.
     Semua manusia dibangkitkan di tempat mereka dikubur di seluruh dunia. Lalu masing-masing dibawa terbang (isro) oleh seorang malaikat ke padang mahsyar yang lokasinya di Baitul Maqdis untuk diadili oleh Alloh Swt. 
Tujuan Mi’roj Nabi Muhammad Saw
     Diperlihatkan surga yang ada di masa depan, masuk Terowongan Waktu melalui Sidrotul Muntaha.
     Selain surga Nabi Muhammad Saw. juga diperlihatkan peristiwa Kiamat, Kebangkitan, pengadilan di Padang Mahsyar, Mizan dan Penimbangan Amal, Shiroth, dan Neraka.
     Sehingga Nabi Muhammad Saw. bisa menerangkan kepada kita tentang kejadian di Akhirot karena beliau pernah diperjalankan ke sana sewaktu Mi’roj.
Jember, 5 Nopember 2017
Dr. H. M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilp. (0331) 481127 Jember
Kepustakaan
01. Abu Najdi Haraki, Misteri Isra’ Mi’raj”, DIVA Press, Jogjakarta, 2007
02. Al Imam Muhammad Asy Syaukani, Nailul Authar, Penerjemah Drs. Hadimulyo dkk. Penerbit Asy Syifa, Semarang, 1994, jilid 1 hal. 685.
03. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Djakarta, 1960.
04. Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru, @ 1974, Lembaga Alkitab Indonesia.
05. Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam Al-Quran, PT Almaarif, Bandung, 1971
06. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, CV. Asy-Syifa, Semarang, 1999.
07. Departemen Agama  RI, Tafsir Al Qur-an Jilid 2, Jakarta, 2009
08. Felix Pirani dan Christine Roche, Mengenal Alam Semesta, Mizan "For Beginners", Bandung, 1997.
09. J.P. McEnvoy dan Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners, Mizan, Bandung, 1998.
10. Muhammad Muhibuddin, Keajaiban Yerusalem, Araska, Yogyakarta, 2014, halaman 152-156.
11. Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala, Grafiti, Jakarta, 1994
12. Thomas McElwain, Bacalah Bibel, Penerbit Citra, Jakarta, 2006
16. www.oocities.org/maurice_osborn/Serpo.htm (planet asal piring terbang)
17. https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits

LAMPIRAN
Hadis-hadis tentang Isro’ dan Mi’roj
Dari beberapa Hadis tentang Isro’ dan Mi’roj yang ada, penulis mengutip dua buah Hadis sebagai berikut..
1. Hadis Sohih Muslim yang sangat panjang sbb.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: bahwa Rosulullah Saw. bersabda :
Isro’ ke Baitul-Maqdis
Aku didatangi Buraq. lalu aku menunggangnya sampai ke Baitul Makdis. Aku mengikatnya pada pintu mesjid yang biasa digunakan meng-ikat tunggangan oleh para nabi. Kemudian aku masuk ke mesjid dan mengerjakan sholat dua rakaat. Setelah aku keluar, Jibril datang mem-bawa bejana berisi arak dan bejana berisi susu. Aku memilih susu, Jibril berkata: Engkau telah memilih fitroh.
Mi’roj ke langit
Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril minta dibukakan, ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Lalu dibukakan bagi kami. Aku bertemu dengan Adam. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril as. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Jawab Jibril: Jibril. Ditanya lagi: Siapakah yang bersamamu? Jawabnya: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Pintu pun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Isa bin Maryam As. dan Yahya bin Zakaria As. Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ketiga. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa ber-samamu? Muhammad saw. jawabnya. Ditanyakan: Dia telah diutus? Dia telah diutus, jawab Jibril. Pintu dibuka untuk kami. Aku bertemu Yusuf As. Ternyata ia telah dikaruniai sebagian keindahan. Dia menyam-butku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keempat. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jibril menjawab: Dia telah diutus. Kami pun dibukakan. Ternyata di sana ada Nabi Idris As. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Alloh Taala berfirman Kami mengangkatnya pada tempat (martabat) yang tinggi. Aku dibawa naik ke langit ke-5. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa? Dija-wab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Dijawab: Muhammad. Di-tanya: Apakah ia telah diutus? Dijawab: Dia telah diutus. Kami dibuka-kan. Di sana aku bertemu Nabi Harun As. Dia menyambutku dan men-doakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ke-6. Jibril As. minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Di-tanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apa-kah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di sana ada Nabi Musa As. Dia menyambut dan mendoakanku dengan kebaikan. Jibril membawaku naik ke langit ke-7. Jibril minta dibukakan. Lalu ada yang bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Jawabnya: Muhammad. Ditanyakan: Apakah ia telah di-utus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Ternyata di sana aku bertemu Nabi Ibrahim As. sedang menyandarkan punggungnya pada Baitul-makmur. Ternyata setiap hari ada 70.000 malaikat masuk ke Baitul-makmur dan tidak kembali lagi ke sana.
Pergi ke Sidrotul-Muntaha menerima wahyu
Kemudian aku dibawa pergi ke Sidrotulmuntaha yang dedaunannya seperti kuping-kuping gajah dan buahnya sebesar tempayan. Ketika atas perintah Alloh, Sidrotul-muntaha diselubungi berbagai macam ke-indahan, maka suasana menjadi berubah, sehingga tak seorang pun di antara makhluk Alloh mampu melukiskan keindahannya. Lalu Alloh mem-berikan wahyu kepadaku. Aku diwajibkan sholat 50 X dalam sehari se-malam. Tatkala turun dan bertemu Nabi saw. Musa As., ia bertanya: Apa yang telah difardukan Tuhanmu kepada umatmu? Aku menjawab: Salat 50 X. Dia berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringa-nan, karena umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku pernah men-cobanya pada Bani Israel. Aku pun kembali kepada Tuhanku dan ber-kata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas umatku. Lalu Alloh me-ngurangi 5 sholat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa As. dan aku katakan: Alloh telah mengurangi 5 waktu sholat dariku. Dia berkata: umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa As. sampai Alloh berfirman: Hai Muham-mad. Sesungguhnya kefarduannya adalah lima waktu sholat sehari se-malam. Setiap sholat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima sholat sama dengan lima puluh sholat. Dan barang siapa yang berniat untuk dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barang siapa yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak sesuatu pun dicatat. Kalau ia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu ke-jahatan. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa As., lalu aku beri-tahukan padanya. Dia masih saja berkata: Kembalilah kepada Tuhan-mu, mintalah keringanan. Aku menyahut: Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepadaNya. (Shohih Muslim No. 234)
2. Ada beberapa Hadis pendek Sohih Bukhori.   
     Penulis mengambil 1 hadisnya yang berisi mi’roj Nabi Muham-mad Saw. ke surga
Ibnu Hazm dan Anas bin Malik berkata bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda,
Menerima perintah solat (di langit)
 Alloh Azza wa Jalla lalu mewajibkan atas umatku 50 sholat (dalam sehari semalam). Aku lalu kembali dengan membawa kewajiban itu hingga kulewati Musa, kemudian ia (Musa) berkata kepadaku, ‘Apa yang diwajibkan Alloh atas umatmu?’ Aku menjawab, ‘Dia mewajibkan lima 50 X sholat (dalam sehari semalam).’ Musa berkata, ‘Kembalilah kepa-da Tuhanmu karena umatmu tidak kuat atas yang demikian itu.’ Alloh lalu memberi dispensasi (keringanan) kepadaku (dalam satu riwayat: Maka aku kembali dan mengajukan usulan kepada Tuhanku), lalu Tuhan membebaskan separonya. ‘Aku lalu kembali kepada Musa dan aku kata-kan, ‘Tuhan telah membebaskan separonya.’ Musa berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu karena sesungguhnya umatmu tidak kuat atas yang demikian itu. ‘Aku kembali kepada Tuhanku lagi, lalu Dia membebaskan separonya lagi. Aku lalu kembali kepada Musa, kemudian ia berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu karena umatmu tidak kuat atas yang demikian itu.’ Aku kembali kepada Tuhan, kemudian Dia berfirman, ‘Sholat itu lima (waktu) dan lima itu (nilainya) sama dengan 50 (kali), tidak ada firman yang diganti di hadapanKu.’ Aku lalu kembali kepada Musa, lalu ia berkata, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu.’ Aku jawab, ‘(Sungguh) aku malu kepada Tuhanku.’
Pergi ke Sidratul Muntaha dan ke Surga
Jibril lalu pergi bersamaku sampai ke Sidratul Muntaha dan Sidratul Muntaha itu tertutup oleh warna-warna yang aku tidak mengetahui apa-kah itu sebenarnya? Aku lalu dimasukkan ke surga. Tiba-tiba di sana ada kail dari mutiara dan debunya adalah kasturi. (HR. Bu-khari no. 193, 194)
3. Hadis Sohih Riwayat Imam Tirmidzi
Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Ketika Nabi Saw. diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka ada banyak orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama me-reka beberapa orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan ber-sama mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar. Aku berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan tetapi angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umat-mu dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan amal).” Kemudian beliau masuk (ke kamar beliau) dan mereka (para sahabat) tidak menanyai beliau dan beliau tidak mene-rangkan kepada mereka. Maka mereka berkata: "Kami adalah mereka itu tadi". Dan ada pula yang berkata: "Mereka adalah anak-anak kami yang lahir dalam fitroh dan Islam". Kemudian Nabi Saw. keluar, lalu ber-sabda: "Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak meruqyah, dan tidak pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.” Lantas Ukasyah bin Mih-shan berdiri lalu berkata: “Saya termasuk mereka wahai Rosulullah?” Beliau menjawab: “Ya.” Kemudian yang lain lagi berdiri lalu berkata pula: “Saya termasuk mereka?" Beliau menjawab: “Kamu telah didahu-lui oleh Ukasyah (dalam bertanya demikian).” (HR at-Tirmidzi 2446). Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shohih".
Dalam hadits ini terdapat tambahan seorang sohabat lagi yang men-dapat kabar gembira akan masuk surga, yaitu Ukasyah bin Mihshan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar