Kamis, 29 Agustus 2019

Al Quran Bukan Bahasa Arab

 

Al-Quran Bukan Bahasa Arab
Oleh : Muhajir Isnaeni
Dosen ABAIndonesia” LPI, Cikini, Jakarta
 

20 Februari 2014 pukul 07.23

Satu judul yang berani menantang arus, dimana selama ini sejak Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia pada khususnya dan Dunia pada umumnya telah menetapkan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab.

Alasan menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah berbahasa Arab ini di antara lain berdasarkan tafsir ataupun terjemahan Al-Qur’an pada banyak buku-buku tafsir yang menerjemahkan misalnya : Tafsir Departemen Agama yang menterjemahkan surat Yusuf ayat 2 demikian :

INNAA ANZALNAAHU QUR;AANAN ‘ARABIYYAN LA’ALLAKUM TA’QILUUN.

Yang diterjemahkan oleh DEPAG sebagai berikut :

”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”

Semua buku-buku tafsir di Indonesia sebagian besar menerjemahkan Qur’aanan Arabiyyan atau Lisaanan Arabiyyan menjadi berarti Al-Qur’an berbahasa Arab.

Itulah sebabnya orang Indonesia sangat menghormati orang Arab yang dapat berbicara bahasa Arab sehingga dianggapnya semua orang Arab mengerti Al-Qur’an.

Tidak salah juga ketika dalam satu drama Bajaj Bajuri dikisahkan ada orang Arab yang berbicara dengan Said tentang percakapan biasa lalu diaminkan oleh jamaah yang hadir pada saat itu, sehingga mengundang rasa geli melihat drama tersebut..dan itulah gambaran sebagian besar masyarakat Indonesia tentang Bahasa Arab yang dianggap sama dengan bahasa Al-Qur’an.

Ada pula satu peristiwa ketika seorang ibu menemui kertas Koran dengan tulisan Arab, maka kertas tersebut diangkatnya dan disimpannya baik-baik seperti menemui potongan sebuah surat dalam Al-Qur’an, yang memang kalau potongan surat Al-Qur’an harus dimuliakan dengan dianggkat dan kalau sudah tidak terpakai lagi bisa dibakar agar tidak jatuh ke tong sampah.

Oleh karena Al-Qur’an sudah dianggap bahasa Arab, maka syarat mutlak untuk bisa menerjemahkan Al-Qur’an menurut M.Hasbi Ash Shiddieqy dalam bukunya Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir halaman 192 – 193, harus menguasai ilmu-ilmu sebagai berikut :

1. Lughat Arabiyyah
Dengan ilmu ini diketahui syarah kata-kata tunggal. Kata Mujtahid :”Orang yang tidak mengetahui seluruh bahasa Arab, tidak boleh baginya menafsirkan Al-Qur’an.

2. Undang-undang bahasa Arab.
Yaitu undang-undang/aturan-aturannya, baik mengenai kata-kata tunggalnya, maupun mengenai takrib-takribnya. Tegasnya mengetahui Ilmu Tashrif dan Ilmu Nahwu.

3. Ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’.
Dengan Ilmu Ma’ani diketahui khasiat-khasyiat susunan pembicaraan dan jurusan memberi pengertian. Dengan Ilmu bayan, dikatahui khasyiat-kasyiat susunan perkataan yang berlain-lainan. Dengan Ilmu Badi’, diketahui jalan-jalan keindahan pembicaraan.

4. Dapat menentukan yang Mubham, dapat menjelaskan yang Mujmal dan dapat mengetahui sebab Nuzul dan nasakh.
Penjelasan-penjelasan ini diambil dari hadits.

5. Mengetahui Ijmal, Tabyin, umum, khusus, itlaq, taqyid, petunjuk suruhan, petunjuk larangan dan yang seperti ini diambil dari ushul fiqhih.

6. Ilmu Kalam

7. Ilmu Qira’at.
Dengan Ilmu qira’at dapat diketahui bagaimana kita menyebut kalimat-kalimat Al-Qur’an dan dengan dialah dapat kita tarjihkan sebagian kemuhtamilan atas sebahagiannya.

Adapun penafsiran yang dikatakan penafsiran dengan pikiran yang dilarang oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Turmudzi dan An Nasa-iy, maka jika hadits itu dipandang benar, ialah : menafsirkan Al Qur’an dengan tidak memperdulikan Sunnah, atsar dan qaedah-qaedah yang sudah ditetapkan . Inilah tafsir yang dilarang. Jelasnya menafsirkan Al-Qur’an dengan hawa nafsu.

Demikianlah tanggapan manusia tentang Al-Qur’an ini berbahasa Arab sudah tidak dapat dibantah lagi. Bagaimana sebenarnya..sehingga judul tulisan ini sampai berani mengatakan Al-Qur’an bukan bahasa Arab ?
Peristilahan.

Istilah Lisaanan ‘Arabiyyan dan Qur’anan Arabiyyan tentu sangat berbeda dengan perkataan Lisanan Araban atau Qur’aanan “Araban.
Perbedaannya adalah ada doble huruf ya yang ditambahkan kepada kata-kata Arabun menjadi Arabiyyun yang dalam Nahu-Sharaf istilahnya disebut sebagai Ya nishbah atau Ya pembangsaan.

Kaedahnya dalam bahasa sebagai berikut : Apabila pada sebuah kata benda (isim) ada terdapat huruf ya yang bertasjid maka memberi makna pada kata itu adalah sebangsa atau serumpun dan sebagainya.
Contoh : Muhammad menjadi Muhammadiyyaah artinya Pengikut Muhammad atau Serumpun Muhammad. Makah menjadi Makiyyun artinya Penduduk Mekah Arabun menjadi Arabiyyun artinya Bangsa Arab.
Jikalau ada dua perkataan dimana berlaku hukum na’at man’ut atau kata sifat maka kata Lisanan menjadi yang disifati sedangkan Arabiyyan menjadi yang memberi sifat kepada Lisanan. Sehingga Lisanan Arabiyyan menjadi berarti Bahasa yang serumpun/sebangsa dengan bahasa Arab.
Begitu juga dengan Qur’aanan arabiyyan menjadi berarti bahasa Al-Qu’an yang serumpun dengan bahasa Arab.
Ini adalah bila ditinjau dari sudut bentuk kata. Akan tetapi harus didukung oleh sejarah.

AL-QUR’AN SATU BAHASA

Masalah Al-qur’an satu bahasa adalah persoalan yang oleh surat yusuf ayat 2, surat Ra’ad ayat 37, surat Thaha ayat 113, surat Syu’ara ayat 7, surat Zukhruf ayat 2 dan surat Ahqaf ayat 12 menyatakan:
QS 12-2: qur’anan ‘arabiyyan, atau QS 46-12: lisaanul ‘arabiyyan dan QS 14-4: bilisaani qaumihi. Setiap pelajaran Nahwu-Sharaf, tata bahasa arab, tentu hafal di luar kepala akan rumusan: nisbahu syai’in ilaa syai’in falaisa lahumaa sawaaun, artinya: ya nisbah (double huruf ya pada akhir satu perkataan) ialah membangsakan/merumpunkan dua sesuatu menjadi serumpun/sekeluarga tetapi kedua nya tidak sama.

Dengan demikian maka “qur’aanan ‘arabiyyan” atau “lisaanan ‘arabiyyan” sama dengan “bilisaani qaumihi”, menjadi berarti bahasa Al-Qur’an yang serumpun/sekeluarga dengan bahasa Arab. Artinya Al-Qur’an adalah satu bahasa tersendiri dan bahasa Arab juga satu bahasa tersendiri pula, tetapi di antara keduanya dijalin oleh satu ikatan keluarga atau rumpun pada satu titik tertentu.

Masalah “bilisaani qaumihi” menggambarkan bahasa kaum nabi, khususnya di sini ialah kaum nabi Muhammad SAW, ialah satu bahasa ciptaan Allah untuk mengajarkan ILMUNYA, dimulai kepada nabi Adam seterusnya pusaka mempusakai kepada turunannya kaum masing-masing nabi selanjutnya, hingga nabi Ibrahim dan nabi Ismail mewariskan lagi kepada turunannya yaitu suku Quraisy sebagai Indo Babilon (Indo Samit) sampai dengan nabi Muhammad dengan mana Allah menurunkan Al-Qur’an dengan penegasan “bilisaani qaumihi”.

Adapun bahasa Arab, berpangkal kepada sisa peninggalan kaum ‘Ad dan Tsamud, hasil perubahan dialek dari warisan nabi Saleh dan nabi Hud, yang berpangkal kepada nabi Nuh, berkesudahan menjadi bahasa Arab Hamir atau Himyar, yang sisanya di Indonesia sekarang ini dapat kita saksikan masih hidup dalam kalangan Arab di Tanah Abang dan Krukut
Adapun kenyataan, hasil pertumbukan nabi Ibrahim dan nabi Ismail dengan Arab, mengakibatkan penaklukan Arab sehingga lambat laun lebih-lebih penaklukan alam pikiran oleh Al-Qur’an msR semuanya sehingga hampir-hampir se antero Arab mengambil bahasa Quraisy/bahasa Al-Qur’an menjadi bahasa mereka, tetapi yang demikian bukanlah yang jujur untuk mencap “Al-Qur’an bahasa Arab” atau “bahasa kaum Muhammad adalah bahasa Arab”, seperti terlihat dalam kalangan para ahli tafsir di Indonesia.

Anggapan yang demikian hanyalah agenesis atau perpedoman kepada buku Arab yang dipandang top, antara lain seperti At Thabary karya Ali Ja’far-Muhammad ibn Jarir at Tabari, Tafsir Al-Manar karya Moh. Abduh. Begitulah di dunia Arab bahwa Quran bahasa Arab. Begitu pula pandangan yang berlaku di dunia diluar Islam pada umumnya mereka mengikuti para orientalis antara lain Philip K. Hitty dalam bukunya History of the Arab yang menganggap bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa arab dan menjadi salah satu cabang yang termasuk rumpun Indo Samit.

Di dalam satu hadist nabi Muhammad SAW menegaskan hubungan bahasa Arab dan bahasa Quraisy/bahasa Al-Qur’an, demikian: Kecintaanku kepada Arab berdasar tiga alasan, oleh karena saya pribadi serumpun/sekeluarga dengan Arab, bahasa Al-Qur’an serumpun/sekeluarga dengan bahasa Arab dan bahasa para pendukung jannah (hasanah di dunia dan hasanah di akhirat) serumpun dengan bahasa Arab.

Istilah Qur’anan seperti kita sitir di atas, bisa pandang menjadi masdar arti nya “bacaan” = lisaanan = “ucapan”, sehingga dapat ditarik satu definisi: “ Bahasa adalah bacaan atau ucapan untuk menyatakan bentuk kesadaran”

Tinggi rendahnya suatu bahasa tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah pemakainya, tetapi tinggi rendahnya suatu bahasa ditentukan oleh tinggi rendahnya bentuk kesadaran yaitu nilai-nilai dasar hidup yang tergantung di dalamnya. Seperti misalnya tingginya bahasa Al-Qur’an msR oleh karena dia mengandung nilai-nilai dasar Nur dan dzulumat msR, atau dzulumat msS dan atau aduk-adukan Nur-dzulumat msS.

Sebaliknya bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Belanda bahkan bahasa Latin dan Hebrew sekalipun, oleh karena nilai atau prinsip dasarnya tidak menentukan Nur atau dzulumat dan atau aduk-adukan Nur-dzulumat msS, maka dia itu tergolong bahasa monyet, bahasa bagong dan abdi syetan (surat Al-Maidah ayat 60)

Untuk mencegah salah paham oleh karena resikonya sangat besar, maka bahasa Al-Qur’an msR ini kita namakan bahasa Al-qur’an  atau bahasa Nur, dan bahasa yang lain adalah satu perubahan dialek dari bahasa Nur seperti yang akan dijelaskan pada uraian selanjutnya. 

GOLONGAN BAHASA AL-QURAN

Kita mulai membahas dengan pertanyaan "Alquran bahasa apa??"
Apa alasan kalau Al Quran bahasa Arab??---->>Tulisan!!
Kalau alasan karena tulisan, contoh:
DIE              : Mati (Bahasa inggris)
                    : Orang ke tiga tunggal (Bahasa Indonesia/Jakarta Betawi)
BITING       : Menggigit (Bahasa inggris)
                    : Kayu kecil yang dihaluskan/lidi (Bahasa Indonesia)
SANGU        : Nasi (Bahasa Jawa Barat)
: Ongkos (Bahasa Jawa Tengah)

Bisa tidak menjadi alasan untuk menyatakan alquran berbahasa Arab??
(12;2) إِنّا أَنزَلنٰهُ قُرءٰنًا عَرَبِيًّا
Persoalan حَرْفُ نِسْبَةٍ 
Huruf  "YA" yang bertasdid diakhir kata benda ialah "Nisbah".
Apa itu nisbah??   نِسْبَةٌ شَيْءٍ اِلىٰ شَيْءٍ وَلَيْسَ لَهُمَا سَوَاءٌ 
"Pembangsaan/Perumpunan sesuatu kepada sesuatu sementara kedua duanya tidak sama".
Contoh: Orang asing menjadi bangsa indonesia ------>> dibangsakan/dirumpunkan 

SILSILAH
 
Al Quran telah membagi menjadi dua line mengenai kehidupan manusia seumumnya, asal muasal lahirnya bangsa Arab dan bahasa yang dibawa oleh kedua line tersebut.semua terkandung di dalam gambar dan ayat ayat dibawah ini: 

LINE PERTAMA
وَاذكُروا إِذ جَعَلَكُم خُلَفاءَ مِن بَعدِ قَومِ نوحٍ  
Yaitu sadarilah oleh kalian suatu ketika dikala Dia (Allah) menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh(7;69)

وَاذكُروا إِذ جَعَلَكُم خُلَفاءَ مِن بَعدِ عادٍ وَبَوَّأَكُم فِى الأَرضِ 
Yaitu sadarilah oleh kalian suatu ketika dikala Dia (Allah) dengan penurunan ilmu menurut sunnah rasulNya menjadikan kalian pengganti-pengganti sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagi kalian kekuasaan dipermukaan bumi.(7;74)

وَإِلىٰ ثَمودَ أَخاهُم صٰلِحًا
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. (7;73)

وَلَقَد ضَلَّ قَبلَهُم أَكثَرُ الأَوَّلينَ 
Yaitu sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu, (37;71)
وَلَقَد أَرسَلنا فيهِم مُنذِرينَ 
Yaitu sesungguhnya telah Kami utus para pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka. (37;72) 
فَانظُر كَيفَ كانَ عٰقِبَةُ المُنذَرينَ
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. (37;73)

Ayat ayat di atas cukup membuktikan bahwa setelah zaman kejayaan nabi Nuh dan semua para nabi seumumnya adalah umat pembangkang terhadap ajaran Allah (termasuk bahasanya) yang akhirnya dilenyapkan Allah dari muka bumi, seperti yang digambarkan ayat di atas adalah kaum Ad dan Tsamud. Sejarah mencatat bahwa keturunan dari sisa sisa kaum Ad dan Tsamud yang dibinasakan Allah adalah:

1. Bangsa Arab Al arabah.
Bangsa Arab Al arabah disebut juga bangsa Arab Al baa’idah (mengapa disebut albaa'idah??). Karena bangsa tersebut adalah bangsa yang dibinasakan.
Mereka adalah bangsa Arab yang pertama/mula-mula sekali atau penduduk asli/pribumi (Bahasa apa yang dipakai? dari mana belajarnya??). Bangsa tersebut adalah keturunan dari Iram bin Syam bin Nuh, yang melahirkan sembilan bangsa di antaranya adalah: Ad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis, Imliq, Jurhum dan Wabar. Kesemuanya adalah umat yang tertua setelah kaum nabi Nuh yang tinggal di negeri Babilon. Dari Babilon mereka berpindah ke jazirah Arab setelah terdesak oleh keturunan Haam (apakah mereka tidak membawa idea (ilmu), budaya, beserta bahasanya??).

Kemudian mereka menetap di jazirah Arab dan membangun beberapa kerajaan dan benteng-benteng sampai kepada mereka dikalahkan oleh bangsa Arab keturunan Ja`rib bin Qahthan. Keturunan Ja`rib ini juga bertempat tinggal di `Arab yang berpusat di negeri Jamamah. Inilah Arab asli beserta bahasanya hasil aduk-adukan ajaran Allah (berikut bahasanya) yang haq dari Allah kepada para RasulNya menjadi bathil. 

2. Bangsa Arab Al Aaribah.
Bangsa Arab Al Aaribah disebut juga Arab Al Muta`arribah. Mereka adalah bangsa Arab yang kedua yaitu keturunan dari Jurhum bin Qahthan. Mereka berdiam di tanah Hijaz dan mereka itupun terkenal juga dengan sebutan Arab Aljamaniyah, karena tumpah darah mereka adalah tanah Jaman. Bangsa Arab Al`Aaribah ini yang telah menaklukkan Bangsa Arab Al`Arabaa` (Bangsa Arab pribumi yang telah dijelaskan di point sebelumnya).

Sampai disini juga adalah line yang dilintasi oleh para pembangkang Ajaran Allah beserta Bahasanya, yaitu hasil dari pergeseran/pemutar balikan yang Haq menjadi Bathil.
الأَعرابُ أَشَدُّ كُفرًا وَنِفاقًا وَأَجدَرُ أَلّا يَعلَموا حُدودَ ما أَنزَلَ اللَّهُ عَلىٰ رَسولِهِ
Orang-orang Arab seumumnya itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.(9;97)
Sebaliknya perhatikanlah Ayat ayat berikut ini:

LINE KEDUA
إِلّا عِبادَ اللَّهِ المُخلَصينَ  
Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (murni dari kekotoran kekufuran).(37;74)

 وَإِنَّ مِن شيعَتِهِ لَإِبرٰهيمَ 
Yaitu sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (37;83)
(Bahasanya pun adalah ciptaan dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Nuh)

أَفَمَن يَخلُقُ كَمَن لا يَخلُقُ ۗ أَفَلا تَذَكَّرونَ  
Maka apakah (Allah) yang mencipta itu sama dengan siapa yang tidak dapat mencipta (apa-apa)? Maka apakah kalian tidak menjadi sadar?.(16;17)

Prinsipnya adalah tidak sama antara pencipta dengan yang bukan pencipta. Manusia bukan pencipta sesuatu tetapi dengan satu pilihan ilmu yang didapat, hanya mengaplikasikan menjadi setiap pandangan dan sikap hidupnya kepada berbagai sesuatu yang dihadapinya. Sedangkan Ilmu datang dari Allah (termasuk bahasa) kepada setiap RasulNya, ada pengikut yang berbuat patuh dan ada yang menjadi pelaku kufur.

Perhatikan Rumpun bangsa di dunia beserta bahasanya:

A. Indo Eropa,dari Babilon ke arah utara.
B. Indo Arya, dari Babilon ke arah selatan.
C. Mongolia, dari Babilon ke arah timur.
D. Indo Semit, dari Babilon ke arah barat
-> Line Syam, contoh: bahasa `Arab hamir dan bahasa Qubhti.
-> Line Yahudi, contoh: bahasa Hebrew dan bahasa latin.
-> Line Arab hamid: kelanjutan Al Aaribah dari Aad, Tsamud, Jurhum, dsb.
-> Line Ibrahim melalui Ismail: bahasa Quraisy.
Dari line Ibrahim (line kedua) ini muncullah: 

3. Bangsa Arab Al musta’rabah.
Bangsa Arab Almusta’rabah ialah pendatang (dalam hal ini ialah Ibrahim beserta keturunannya yang bahasanya adalah warisan dari Nuh yang dari Allah) yang dirumpunkan/dibangsakan/diikut sertakan sebagai bangsa Arab (keturunan Al Aarabah dan Al Aaribah yang telah dijelaskan di point 1 dan 2). Mereka itulah (Almusta’rabah) yang kemudian dikenal dengan sebutan bangsa Arab Ismailiyah, yang kemudian menurunkan berbagai suku Adnan; dan dari  suku Adnan (Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman). Yaitu suku Quraisy lahirlah pribadi Muhammad SAW (Jadi termasuk Muhammad bin Abdullah pun adalah yang dirumpunkan /ditetapkan sebagai bangsa Arab, lagi-lagi termasuk Bahasa di dalamnya)
Buktinya adalah pernyataan Rasul sendiri :
اُحِبُّ الْعَرَبَ عَلىٰ ثَلاَثٍ 
Saya mencintai Arab karena tiga alasan:

لِاَنِّ عَرَبِيّاً 
Saya (Muhammad) seorang bangsa Arab.
وَالْقُرْاٰنِ عَرَبِيّاً 
Bahasa Al Quran serumpun dengan bahasa Arab. 
وَلِسَانِل الْجَنَّةِعَرَبِيّاً 
Bahasa pelaku kehidupan jannah serumpun dengan bahasa Arab.

Adapun asal muasal mereka (Almusta’rabah) itu ialah dari keturunan Nabi Ismail putera Nabi Ibrahim. Dan sejarah telah mencatat bahwa beliau (Ibrahim) adalah bukan dari Bangsa Arab (Karena beliau kata Allah adalah golongan dari Nuh, bahasa yang dibawapun dari Nuh yang dari Allah. Apakah Ibrahim menciptakan bahasa sendiri?? Apakah Allah mengajarkan Nuh tidak beserta Bahasanya??)

Seorang ulama bernama syekh Khudari Bek dalam bukunya yang berjudul Tarikhul Umami Al islamiyah. Cetakan kedua halaman 63 dan 64 tahun 1926, mengajukan tuduhan sejarah bahwa di sekitar tahun 2500 S.M datanglah satu imigrasi dari Babilonia yang dipimpin oleh nabi Ibrahim dan menaklukkan jurhum kedua serta menguasai daerah yang sekarang dinamakan Hijaz. Lebih jauh lagi Syekh Khudari Bek menuduh Ibrahim dan nabi Ismail adalah berkebangsaan Yahudi (Na`udzubillahi minasysyaythanirrajiim) dan mengambil bahasa Arab Hamir atau Himyar, setelah diaduk dengan berbagai perkataan Yahudi, Suryani, Qubhti, Persi, Hindu, Barbar,dsb. Kemudian dinyatakan menjadi bahasa Arab Hijaz atau bahasa Quraisy.
Dalam kaitan bahwa nabi Muhammad SAW berasal dari suku Quraisy, maka turunnya Al Quran dianggaplah menjadi otomatis bahwa Al Quran berbahasa Arab.
Malah lebih jauh lagi imam Assayuthy dalam bukunya "the perfection in quran' sciences" yang didukung oleh Hasby Ashshiddiq, menganggap lebih dari dua ratus perkataan asing telah masuk ke dalam Alquran.
Selanjutnya Imam Assayuthy menyatakan "Bahwa kitab kita yang bernama Al Quran adalah sumber dan pemancar berbagai cabang Ilmu... dan dari padanya Para ahli nahwu sharaf membentuk berbagai rumusan Tata bahasa. Dan menurut yang demikianlah diukur salah benarnya setiap ucapan. Sampai disini kita bertanya, Nahwu sharaf kah yang menentukan Alquran atau sebaliknya, Alquran yang harus menentukan Nahwu sharaf dan lain lain sebagainya?? Pihak lain juga tidak mau kalah. Philip K. Hitti dalam bukunya yang berjudul "History of the Arab, cetakan pertama, halaman 241-242 London 1937. Menukas bahwa Nahwu sharaf lambat laun dalam perkembangan adalah pengaruh dari tata bahasa Yunani melalui bahasa Persi. (Na`udzubillahimin zalik) 

Tuduhan terhadap Ibrahim ini dijawab oleh Allah:
ما كانَ إِبرٰهيمُ يَهودِيًّا وَلا نَصرانِيًّا وَلٰكِن كانَ حَنيفًا مُسلِمًا وَما كانَ مِنَ المُشرِكينَ 
"Ibrahim bukanlah berkebangsaan Yahudi dan bukan (pula) berkebangsaan Nasrani, akan tetapi dia adalah yang lurus lagi yang hidup dengan Islam yaitu bukanlah dia termasuk golongan dari para pelaku dualisme."(3;67)
وَوَصّىٰ بِها إِبرٰهۦمُ بَنيهِ وَيَعقوبُ يٰبَنِىَّ إِنَّ اللَّهَ اصطَفىٰ لَكُمُ الدّينَ فَلا تَموتُنَّ إِلّا وَأَنتُم مُسلِمونَ
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan dengan yang demikian (suhuf ula) kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub: "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah mengalternatifkan din ini (Islam) bagi kalian. Maka janganlah kalian menghabiskan hidup kecuali kalian adalah menjadi yang hidup dengan islam. (2;132)
إِنَّهُ لَقَولُ رَسولٍ كَريمٍ 
40) Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (termasuk bahasanya) menjadi bentuk bahasa percakapan Rasul pembina kehidupan mulia,
وَما هُوَ بِقَولِ شاعِرٍ ۚ قَليلًا ما تُؤمِنونَ 
41) Yaitu yang demikian (Al-Quran berikut bahasanya) bukanlah bahasa penyair/penyanyi/pelantun lagu. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.
وَلا بِقَولِ كاهِنٍ ۚ قَليلًا ما تَذَكَّرونَ 
42) Selanjutnya bukan pula bahasa tukang tenung/dukun (yang tidak pernah jelas memerlukan juru tafsir manapun). Sedikit sekali kalian menjadi sadar perihal yang demikian.
 تَنزيلٌ مِن رَبِّ العٰلَمينَ 
43) yang demikian adalah wahyu (termasuk bahasanya) turunnya dari pembimbing semesta alam.
إِنَّ هٰذا لَفِى الصُّحُفِ الأولىٰ 
Sesungguhnya (Al-Quran) ini (berikut bahasanya) benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,  (87;18)
صُحُفِ إِبرٰهيمَ وَموسىٰ 
(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.  (87;19)
Dari rangkaian keterangan di atas ini dapat kita ketahui bahwa nabi Ibrahim dan Ismail mewariskan kepada Adnaniyyun, terutama suku Quraisy yaitu satu ajaran berikut bahasanya dengan pembuktian praktek sunnah RasulNya yang sama dengan Al-Quran. Bahasa Al-Quran adalah bahasa tersendiri dari Allah yang digunakan oleh para nabi dan rasulnya guna menyampaikan risalahNya kepada kaumnya, kemudian dirumpunkan/ditetapkan oleh Arab sebagai bahasa Arab karena banyak kesamaan dari tata bahasa juga dialeknya, hal ini bukan berarti memaksakan bahwa Al-Quran adalah berbahasa Arab. Memang sesuai dengan rancangan Allah bahwa Rasul selalu diutus kepada bangsa yang memang sudah sedemikian aduk-adukan seperti di Mekkah pada waktu itu. Bahasa Arab yang dipakai sudah barang tentu dari turunan kaum Ad dan Tsamud yang secara bersamaan turun Al-Quran dengan Bahasa yang dirumpunkan oleh Arab sebagai bahasa Arab. Lagi-lagi hal ini bukan berarti memaksakan bahwa Al-Quran adalah berbahasa Arab.

Perhatikan kembali sejarah munculnya bangsa Arab di atas, itu menunjukkan bahwa bahasa yang dipakai oleh Arab adalah pergeseran dari haq ke bathil mengambil dari bahasa yang dipakai nabi Nuh yang dari Allah, sedangkan Bahasa yang dipakai nabi Nuh pun sama dengan yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
Jadi jelas bahasa yang diturunkan Allah kepada para rasulNya memang sudah digunakan sebelum bangsa Arab muncul (Sesuatu yang dianggap baru sementara sebelumnya sudah ada maka sesuatu yang dianggap baru itu mengikuti/menjiplak dari yang sebelumnya). Oleh karena seperti yang dikatakan surat Taubah ayat 97 di atas maka terjadilah pergeseran ajaran Haq kepada Bathil (termasuk bahasanya). Dengan demikian, itulah yang menjadi penyebab kenapa Allah mengutus para rasulnya tidak lain dan tidak bukan sebagai pelurus yang memberi peringatan sekaligus kabar gembira.
Jauh setelah pemahaman ini dan hingga sekarang umat islam sendiri masih membekukan diri dengan pendapat bahwa "Al-Quran berbahasa Arab", akibatnya bermunculan mulut-mulut gatal yang menyatakan Al-Quran buatan manusia/Muhammad...senjata makan tuan, karena otomatis yang demikian memberi kesan bahwa bahasa Arab datang lebih dulu dari pada Bahasa Al-Quran maka Bahasa Al-Quran nyontek dari Bahasa Arab.

Perhatikan juga kandungan bahasa apa yang dipakai oleh para nabi,rasul dan umat terdahulu di bawah ini:
 قالَ فَمَن رَبُّكُما يٰموسىٰ 
"Berkata Firaun: ""Maka siapakah Rabbmu berdua, hai Musa?"(20;49).
 قالَ لَهُم موسىٰ وَيلَكُم لا تَفتَروا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسحِتَكُم بِعَذابٍ ۖ وَقَد خابَ مَنِ افتَرىٰ 
"Berkata Musa kepada mereka: ""Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kalian dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan." (20;61)
وَمِنهُم مَن يَقولُ رَبَّنا ءاتِنا فِى الدُّنيا حَسَنَةً وَفِى الءاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذابَ النّارِ 
"Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (2;201)

 قالَ أَنظِرنى إِلىٰ يَومِ يُبعَثونَ 
"Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".(7;14)
قالا رَبَّنا ظَلَمنا أَنفُسَنا وَإِن لَم تَغفِر لَنا وَتَرحَمنا لَنَكونَنَّ مِنَ الخٰسِرينَ 
"Keduanya berkata: ""Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak memperbaiki hidup kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".(7;23). 

GOLONGAN BAHASA

Para ahli sejarah dan bahasa memperkirakan semua bahasa di dunia sekarang ini berpangkal ke lembah Babilon (Erfat dan Tigris), dari sini pecah menjadi 4 rumpun besar dan menyebar ke seluruh dunia. Ke utara membentuk bahasa Eropa, ke timur laut membentuk rumpun bahasa Mongol (cina, jepang, Taiwan, dsb), ke barat membentuk bahasa indo samite dan ke selatan membentuk bahasa indo arya.

Semua sumber bahasa di dunia ini berasal dari bahasa yang diajarkan Allah kepda nabi Adam sebagai bahasa wahyu, kemudian terpecah" jadi banyak ragamnya...termasuk bahasa Arab, jadi bahasa Arab adalah sempalan" (tawala) dari bahasa wahyu/Al-Qur'an. Jadi tidak layak jika bahasa Arab mendikte bahasa Al-Qur'an

QS Yunus ayat 19. Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

Jika dahulu manusia hanyalah satu ummat, otomatis bahasa pun satu bukan? Karena adanya perselisihan” ribuan tahun yang menjadikan bahasa menjadi ribuan bahasa juga, seperti halnya ribuan ahli” tafsir Al-Qur’an yg masing” berbeda” di dalam menafsirkan kandungan maknanya…. adalah para ahli tafsir. Sayangnya, mereka yang dikenal sebagai ahli tafsir justru kebanyakan tidak peka terhadap simbolisme Al-Qurãn, sehingga banyak pesan Al-Qurãn akhirnya tinggal lestari dalam pelukan kegelapan. Terkubur di lubang ketidaktahuan.

Sedangkan bahasa Al-Qur’an ini adalah bahasa yang diciptakan oleh Allah untuk menyatakan kesadaranNYA, yaitu untuk mengajar ILMUNYA. Di mana perubahan dialek dari NUR ke berbagai dialek yang lain adalah akibat pergeseran IMAN menjadi kufur.

Tetapi tepatnya dipakai dialek NUR belum berarti bahwa kesadarannya itu tetap NUR dan atau tidak bergeser kedalam kekufuran, seperti Quraisy jahiliyah yang tetap berdialek NUR. Untuk mudahnya, guna melukiskan yang demikian terlampir sketsa gambar.

Demikianlah masalah golongan bahasa al-qur’an. Persoalan selanjutnya adalah persoalan bentuk bahasa Al-qur’an...BERSAMBUNG
--------------------------------------------

Asal-Usul Bangsa Arab

Para ulama ahli tarich telah sepakat bahwa bangsa Arab itu terdiri atas tiga bagian yakni : 1. Bangsa Arab Al-‘Arabah 2. Bangsa Arab Al-‘Aribah dan yang ke 3 Bangsa Arab Al-Musta’rabah.

Uraian singkat adalah sebagai berikut :

1. Bangsa Arab Al-‘Arabah disebut juga Arab Al-Baa’idah. Mereka itu Bangsa Arab yang pertama sekali atau yang asli. Mereka adalah keturunan dari Iram bin Sam bin Nuh. Mereka terdiri dari 9 bangsa yaitu 1. “Aad 2 Tsamud, 3 Amim 4 Amiel 5 Thasam 6 Jadies 7 Imlieq 8 Jurhum ulaa 9 Wabaar.
Bangsa Arab Al-Baidah ini adalah bangsa Arab yang tertua, yaitu sisa dari Bangsa Ad dan Tsamud yang tinggal di Babylon, oleh karena kufur mereka telah dihancurkan negerinya oleh Allah. Kemudian mereka pindah ke Jazirah Arab setelah terdesak dari keturunan Haam.

2. Bangsa Arab Al-Aribah disebut pula Bangsa Arab Al-Muta’arribah. Mereka itu adalah bangsa Arab yang kedua dari keturunan Jurhum bin Qathan putra Aibir atau Aibar. Tempat tinggal mereka adalah Yaman sehingga mereka disebut juga dengan Arab Al-Yamaniyah. Menurut seorang ahli tarich, Aibar atau Aibir itu nama dari Nabi Hud. Mereka berdiam ditanah Hijaz.
Pada masa itu semua qabilah di tanah Yaman seluruhnya ada dibawah perintah kerajaan Thababi’ah. Sedangkan Thababi’ah itu adalah anak laki-laki dari Saba juga. Mereka bangsa Arab Al-Aaribah ini sangat kuat sehingga menaklukkan semua qabilah-qabilah lain termasuk bangsa Arab Al-Ba’idah yang telah tinggal di daerah hijaz. Pada tahun 120 sebelum Masehi kerajaan Yaman dilanda banjir besar sehingga kerajaan Yaman pecah menjadi tiga kerajaan.

3. Bangsa Arab Al-Musta’rabah ialah bangsa Arab yang diwarganegarakan menjadi bangsa Arab dari kedatangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ke kota Mekah bersama dengan pasukannya. Mereka inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan Bangsa Arab Ismailiyyah, yang menurunkan Adnan dan dari suku Adnaniyyun ini kemudian menurunkan Nabi Muhammad SAW.

Adapun asal mula mereka itu ialah dari keturunan Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim, dan sebagaimana yang telah diuraikan oleh para ahli sejarah bahwa Nabi Ibrahim itu bukan orang Arab tapi dari negeri Kan’an pindah ke negeri Mekah pusat tanah Hijaz.

Semua bangsa Arab baik yang keturunan dari Arab Al-Ba’idah atau Arab asli, maupun keturunan Arab Al-Muta’arribah serta bangsa Arab Ismailiyyah semuanya berbahasa Arab setelah terjadi asimilasi antara bahasa Arabiyyan yang dibawah oleh Nabi Ismail dengan bahasa Arab yang masih dipakai oleh orang-orang Arab Yamaniyyah.

Dengan bahasa Arab seperti itulah mereka berkomunikasi satu terhadap lainnya sampai pada suatu saat, Allah membangkitkan Nabi Muahmmad SAW dengan membawa Al-Qur’an.

Sejarah Bangsa Arab ketika mendengar Al-Qur’an pertama kali.

Dikisahkan oleh ahli sejarah, bahwa ketika Nabi Muhammad mengadakan da’wah kepada bangsanya, maka bermacam-macam rintangan datang menimpa beliau, mulai dari penghinaan, cercaan, ejekan, tipu daya dan semua rintangan lainnya, pendek kata mulai dari rintangan kasar sampai rintangan yang halus yang dilakukan oleh kaum Quraisy kepada Nabi Muhammad.

Pada suatu waktu, kaum Quraisy mengadakan pertemuan dengan prinsip mereka bahwa “Semut mati karena manisan”, yaitu mereka akan menunjuk seorang wakil guna menemui Nabi Muhammad pada waktu itu. Mereka sadar benar bahwa Muhammad bin Abdillah adalah seorang yang tidak mudah dikalahkan dalam berdebat, maka mereka akan memilih seorang yang ahli dalam urusan ini.

Rapat itu dilangsungkan di gedung Kebangsaan (Daarun Nadwah) dan dihadiri oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy. Tujuan rapat sudah jelas akan memilih seorang yang mempunyai kedudukan sama dengan kedudukan Muahmmad bin Abdillah, seorang yang pandai, masih muda dan kuat seperti Nabi Muhammad, dengan maksud agar bisa memperdayakan Nabi Muammad SAW.

Setelah berdebat panjang lebar, maka dengan suara bulat ditetapkanlah orang yang akan mewakili bangsa Quraisy adalah Utbah bin Rabi’ah. Karena Utbah bin Rabi’ah sesuai jika berhadapan muka dengan Muhammad bin Abdillah untuk berunding dengan dia. Keputusan itu diterima dengan riang gembira disertai kesombongan Utbah bin Rabi’ah karena ia meresa bahwa dirinyalah yang mempunyai sifat-sifat yang dikehendaki oleh mereka.

Pertemuan pertama antara Utbah dengan Nabi.

Pada waktu yang telah ditentukan oleh Utbah sendiri, maka dia datang kerumah Abu Thalib. Sesudah ia bertemu dengan Abu Thalib (Pamanda Nabi) Utbah lalu meminta supaya memanggil Muhammad. Abu Thalib mengabulkan permintaan itu dan segera Abu Thalib memerintahkan seseorang memanggil kemanakannya itu. Setelah menerima panggilan pamannya itu maka Nabi pun bergegas datang ke rumah pamannya. Nabi sama sekali tidak menyangka bawa dirinya sedang ditunggu oleh Utbah bin Rabi’ah. Oleh karena itu maka Nabi sedikit kaget ketika melihat Utbah ada di rumah pamannya itu, lalu Nabi duduk berhadapan dengan Utbah.

Utbah mulai berbicara lebih dahulu :

“Hai anak laki-laki saudaraku ! Engkau sesungguhnya dari golongan kami, dan engkau sebenarnya telah mengetahui keadan kita, bahwa kita bangsa Quraisy ini adalah sebaik-baik dan semulia-mulia bangsa Arab didalam pergaulan dan masyarkat, sekarang engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perkara besar ! Engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perobahan yang amat besar ! Tidakkah engkau merasa bahwa kedatanganmu itu memecah-belah bangsamu yang telah berabad-abad bersatu, dan engkau telah mencerai-beraikan persaudaraan bangsamu yang telah lama bersepakat, dan engkau telah membodoh-bodohkan ‘ulama-‘ulama-mu, mencaci maki apa-apa yang telah lama dipuja-puja orang tuamu, engkau merendahkan apa-apa yang telah lama dimuliakan oleh nenek moyangmu dan bangsamu, engkau cela agama yang telah beratus tahun dipeluk oleh bangsamu dan para leluhurmu, engkau sesat-sesatkan pujangga-pujangamu yang telah lewat. Kini bangsamu telah berpecah-belah dan ber-golongan-golongan, disebabkan oleh perbuatanmu.

Kejadian demikian itu, kini telah tersiar di negara-negara lain. Oleh karena itu kami sangat kuatir, manakala nanti bangsamu kedatangan musuh dari luar, dapatkah kita melawan dan mempertahankan kedudukan kita? Sudah tentu tidak akan dapat, bukan? Sebab perpecahan diantara bangsamu itu kini telah menjadi-jadi, tentu akan menyebabkan kelemahan pada bangsamu sendiri.
Oleh karena itu kedatanganku hari ini kepadamu atas nama bangsamu seluruhnya, dan hendak mengajukan kepadamu hal-hal yang amat sangat penting. Tetapi aku meminta kepadamu, bahwa sesudah aku mengatakan kepadamu, agar supaya kamu pikirkan dengan tenang dan kamu perhatikan dengan benar., janganlah kamu tolak dengan serta merta ! Agar supaya engkau dapat menerima salah satu dari hal-hal yang akan aku katakan. Adapun tujuan kami tiada lain melainkan supaya bangsamu yang mulia ini dapat bersatu kembali, seia sekata dan kembali berdamai seperti yang sudah-sudah.

Selama Utbah berbicara Nabi hanya berdiam diri saja sambil mendengarkan dengan tenang. Maka sesudah itu Nabi menjawab : “Katakanlah olehmu kepadaku, segala sesuatu yang hendak engkau katakan, hai Abul Walid ! Aku akan mendengarnya”.

Utbah bin Rabi’ah lalu berkata : “Saya akan bertanya lebih dahulu kepadamu Muhammad, sebelum saya mengatakan hal-hal penting tersebut keopadamu.
Kata Utbah : “Apakah engkau lebih baik dari pada ayahmu Abdullah dan adakah engkau lebih baik pula dari kakekmu yang terhormat Abdul Muthalib ?”
Nabi SAW dikala itu diam saja, tidak menjawab sepatah katapun. Utbah lalu melanjutkan pembicaraannya :

“Oh anak laki-laki saudaraku ! Kalau engkau menganggap bahwa engkau lebih baik dari pada orang-orang tuamu dan nenek moyangmu dahulu, maka katakanlah hal itu kepadaku. Aku hendak mendengarnya. Dan jika engkau menganggap bahwa orang-orang tuamu dan nenek moyangmu itu lebih baik dari pada kamu, pada hal mereka itu dengan sungguh-sungguh menyembah dan memuliakan Tuhan-Tuhan yang engkau hinakan sekarang ini, maka cobalah hal itu engkau katakan kepadaku Muhammad ! Nabi SAW masih tetap diam !

Lalu Utbah melanjutkan lagi pembicaraannya :
”Sekarang bagaimanakah Muhammad, apa yang menjadi kehendakmu dengan mengadakan agama baru itu? Saya mau tahu, Muhammad !

Jikalau dengan mengadakan agama baru itu, engkau mempunyai hajat ingin memilki harta benda, kami kaum bangsawan Quraisy sanggup mengumpulkan harta benda buat kamu, sehingga nanti kamu menjadi seorang yang kaya diantara kami;

jikalau kamu menghendaki dengan agama barumu itu kemuliaan dan ketinggian derajat, maka kami sanggup menetapkan engkau menjadi seorang yang paling mulai dan paling tinggi derajatnya diantara kami, dan kamilah yang akan memuliakanmu;

jikalau kamu ingin menjadi raja, maka kami sanggup mengangkat kamu menjadi raja kami, yang memegang kekuasaan diantara kami, yang memerintah kami, dan kami semuanya tidak akan berani memutuskan sesuatu perkara melainkan dengan izinmu atau dari keputusanmu;

jikalau engkau menghendaki wanita-wanita yang paling cantik, sedangkan kamu tidak mempunyai kekuatan untuk mencukupi kjeperluan mereka maka kami sanggup menyediakan wanita bangsa Quraisy yang paling cantik diantara wanita Quraisy lainnya, dan pilihlah sepuluh orang atau berapa saja yang kamu mau dan kamilah yang akan mencukupkan keperluan mereka masing-masing, dan engkau tidak usah memikirkan keperluan mereka itu;
jikalau kamu menderita penyakit, maka kami sanggup mencari obatnya dengan harta benda kami sampai kamu menjadi sehat kembali meskipun harta benda kami menjadi habis asalkan engkau sehat kembali tidak apalah bagi kami;

dan jikalau kamu menginginkan hal-hal lain selain hal-hal itu, maka coba katakanlah kepadaku, asal engkau mau menghentikan perbuatan-perbuatanmu seperti yang sudah-sudah. ! Coba kamu katakan kepadaku, pilihlah salah satu dari hal-hal yang telah aku katakana ini, mana yang kamu inginkan katakanlah kepadaku”

Selama Utbah berbicara itu, Nabi SAW diam sambil mendengarkan ! Kemudian beliau berkata : “Sudahkah selesai hal-hal yang engkau katakan kepadaku ?”
Utbah menjawab : “Yah saya selesaikan sekian dulu”
Nabi berkata : “Oh begitu, ! baiklah sekarang saya minta kamu mendengarkan perkataanku, sebagai jawaban kepadamu. Maukah kamu mendengarkannya?”
Utbah menjawab :” Baiklah, katakanlah kepadaku sekarang juga”

Nabi SAW lalau membaca ayat-ayat dari Al-Qur’an surat Fushilat ayat 1 sampai dengan ayat 14 yang baru diturunkan Allah beberapa hari yang lalu :

BISMILLAAHIR RAHMAAN NIRRRAHIIM
HAA MIIM
TANZIILUN MINAR RAHMAANIR RAHIIM
KITAABUN FUSHSHILAT AAYAATUHU QUR’AANAN ARABIYYAN LIQAUMINY YA’LAMUUN

Dan seterusnya sampai dengan ayat 14 (lihat saja di Mushaf Al-Qur’an)

Baru sampai sekian Nabi membaca ayat-ayat Al-Qur’an maka dengan segera Utbah menegur dan berkata : “Cukuplah Muhammad, cukup sekian dulu Muhammad, cukuplah sekian saja ! Apakah kamu dapat menjawab dan berkata dengan yang lain selain itu”
Nabi SAW menjawab :”Tidak !”

Utbah lalu diam tidak dapat berkata lebih lanjut, semua yang hendak dikatakan telah hilang musnah dengan sendirinya, segala rencana yang yhendak dikemukakan untuk memperdayakan Nabi lenyap dengan tidak disangka-sangka, bahkan hatinya menjadi tertarik dengan mendengarkan apa yang dibacakan oleh Nabi.
Oleh sebab itu, dengan segera ia lalu pulang ke rumahnya dengan mengandung satu perasaan yang sebelumnya tidak disangka-sangka akan memilikinya, sehingga ia tidak tahu, apa lagi yang akan dikatakan kepada Muhammad. Memang bukan main kata-kata yang diucapkan Muhammad itu. Selama hidupku aku belum pernah mendengar kata-kata yang semacam itu. Memang sungguh sedaplah rasanya angkaian kata-kata yang diucapkan oleh Muhammad itu.

Laporan Uthbah.

Setiba Utbah dirumahnya dengan mengandung perasaan yang mengganggu tadi, maka dengan hati yang sangat pedih, beberapa hari lamanya ia tinggal saja di rumahnya, tidak berani keluar dari rumah menunjukkkan mukanya kepada mereka yang mengutusnya.

Oleh sebab itu mereka (para pemuka musyriqin Quraisy) itu lalu datang ke rumahnya, untuk menanyakan kepadanya tentang hasil yang diperolehnya sebagai seorang utusan yang terhormat. Pada waktu itu Utbah sangat berdebar-debar hatinya, sangat pucat raut mukanya. Akibat rasa takut kepada mereka. Sekalipun begitu namun terpaksa ia melaporkan apa yang sudah dikerjakannya sebagai seorang utusan yang amat dipercaya, dia menguraikan tentang hal ihwal ketika bertemu dengan Nabi SAW, dan menerangkan jalannya percakapan antara dia dan Nabi SAW, serta ucapan Nabi sebagai jawaban atas pembicaraannya.

Utbah terpaksa melaporkan kepada mereka, karena dikala itu seorang diantara mereka ada yang mendesaknya dengan cara mengejeknya; katanya kepada mereka : ”Sesungguhnya Utbah telah datang dari pertemuannya dengan Muhammad, tetapi kedatangannya kepadamu sekarang ini dengan roman muka yang lain dari roman muka ketika ia pergi kepada Muhammad”

Kemudian mereka berkata kepada Utbah :”Apakah yang ada di belakang kamu, wahai Abal-Walid?”
Disinilah Utbah lalu terpaksa melaporkan kepada mereka.

Kata Utbah :
“Demi Allah, aku sudah menyampaikan kepada Muhammad semua yang diserahkan kepadaku. Sedikitpun aku tidak tinggalkan apa yang kamu katakan kepadaku, untuk kukemukakan kepada Muhammad, bahkan aku menambah beberapa keterangan yang sangat jitu dan penting pula”.

Mereka berkata :”Ya, habis bagaimana ? Apakah Muhammad memberi jawaban kepadamu ?”

Utbah menjawab :”Ya, dia memberi jawaban kepadaku, tetapi demi Allah, aku tidak mengerti yang diucapkan oleh Muhammad. Sungguh, sedikitpun aku tidak mengerti, melainkan aku mendengar dari padanya, bahwa dia mengancam kamu semua dengan petir, seperti petir yang dipergunakan untuk membinasakan kaum-kaum Ad dan Tsamud”.

Salah seorang dari mereka berkata :”Celakalah engkau hai Utbah ! Mengapa engkau sampai tidak mengerti perkataanya ? Sedang ia berbicara dengan bahasa Arab, dan Engkau berbicara kepadanya dengan bahasa Arab juga bukan?”

Utbah menjawab :”Demi Allah ! Sungguh aku sama sekali tidak dapat mengerti perkataannya, melainkan ia menyebut-nyebutkan kata :”Shaa’iqah” (petir)”
Mereka bertanya :”Mengapa begitu hai Utbah ?”

Utbah menjawab :”Demi Allah ! Selama hidupku belum pernah mendengar perkataan seperti perkataan Muhammad yang diucapkan kepadaku. Karena perkataannya itu akan kuanggap syi’ir, bukan syi’ir karena dia bukan ahli syi’ir; dan akan kuanggap perkataan tukang ramal, ia bukan seorang tukang ramal; dan akan kuanggap perkataan orang gila, ia bukan orang gila. Sungguh perkataannya yang telah kudengar itu akan ada satu urusan penting. Sebab itu aku pada waktu itu tidaklah dapat menjawab perkataannya sepatahpun”.

(Sumber : Kelengkapan tarich Nabi Muhammad saw penerbit Bulan Bintang disusun oleh KH Munawar Chalil halaman 322 – 330)

Dari keterangan sejarah tersebut diatas, tentunya tidak dapat dibantah bahwa Al-Qur’an bukan bahasa Arab tetapi serumpun dengan bahasa Arab, sama-sama berasal dari bahasa yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam, kemudian menurun kepada Nabi Nuh, sampai akhirnya bangsa Ad dan Tsamud karena menyimpang dengan permainan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin dihancurkan oleh Allah negerinya, dan sisa-sisa dari mereka itu masih berbahasa yang mirip dengan bahasa Al-Qur’an tetapi kesadarannya sudah bukan berkesadaran Nur menurut Sunnah Rasul.

Ada beberapa hal yang memang bahasa Arab mirip dengan bahasa Al-Qur’an seperti sama-sama menggunakan huruf hijaiyyah dari alif sampai dengan ya, sama-sama bila ditulis dari kanan ke kiri kecuali angka-angka, namun perbedaan yang paling prinsipil adalah menganai makna dari kedua bahasa itu.

Bahasa Arab sampai hari ini, terus beradaptasi dengan bahasa-bahasa lain di dunia ini, seperti kita ketahui banyak istilah-istilah teknologi dari barat masuk menjadi bahasa Arab, tetapi bahasa Al-Qur’an semenjak turun sampai dengan kiamat nanti tidak pernah bertambah dengan kata-kata apapun, karena makna dari ayat-ayat Al-Qur’an sudah lengkap sampai dengan akhir zaman.

Bahasa Arab, maknanya tergantung dari kamus atau orang yang berbicara, sedangkan bahasa Al-Qur’an maknanya harus dari Allah menurut Sunnah Rasul-Nya, sehingga membaca Al-Qur’an dengan mengambil pengertian tidak dari sumbernya sama dengan mencampur-adukkan antara yang hak dengan yang bathil.
Seperti kita ketahui sekarang ini ayat Al-Qur’an dari Allah, tapi maknanya dari kamus bahasa Arab, ini sudah menyalahi methodology Nur menurut Sunnah Rasul.

Tata bahasa Arab yang disusun untuk mengukur salah benarnya satu perkataan, ternyata ada yang bertentangan dengan Al-Qur’an misalnya seperti setiap huruf jar maka kata setelah itu harus majrur, misalnya min ba’di, tetapi dalam Al-Qur’an ada kalimat min ba’du, apakah mau menyalahkan Al-Qur’an dengan tata bahasa yang disusun oleh manusia, disini kawan harus mengerti pelajaran tentang Al-Qur’an satu subyek study, sehingga bukan Nahu syarraf sebagai subyek tapi Al-Qur’an itulah sebagai subyek, maka dengan demikian perlu untuk disusun kembali pelajaran Tata Bahasa Al-Qur’an dengan referensi Tata bahasa Arab.

Kita memahami bahwa ada orang yang tidak bisa menerima jikalau kita katakan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Nur.
Hal ini berhubungan dengan perkataan dalam Al-Qur’an yang berbunyi : “Bilisaani qaumihi” yang berarti dengan bahasa qaumnya. Kaumnya Nabi Muhammad menurut manusia adalah kaum Quraisy, pada hal kaumnya Nabi Muhamad ialah para Nabi semuanya, mulai dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Isa ibnu Maryam itulah kaumnya Nabi Muhammad, mereka semua berbahasa dengan bahasa yang sama dengan bahasa Al-Qur’an. Oleh karena semua Nabi-Nabi mempunyai kitab dengan namanya sendiri-sendiri, namun mempunyai persamaan dalam makna dan sudut memandang Nur menurut Sunnah Rasul maka bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Nur, bahasa inilah yang akan dipakai di Jannah nanti.

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad menyatakan :

UHIBBUL ARABA ‘ALAA TSALAATSIN, LIANNII ARABIYYUN, WAL-QURAAN ARABIYYUN, WALISAANAL JANNATI ARABIYYUN

Aku mencintai Arab atas tiga alasan, oleh karena saya pribadi serumpun atau sekuarga dengan Arab, bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang serumpun dengan bahasa Arab, dan bahasa yang dipergunakan di jannah nanti juga bahasa yang serumpun dengan bahasa Arab.

Oleh karena itu maka study ini harus mengkaji lagi Al-Qur’an sebagai satu bahasa, yang menyangkut persoalan tata bahasa Al-Qur’an, Sastra Al-Qur’an, sehingga kawan akan dapat memahami Al-Qur’an bukan hanya dari sisi bahasa tapi juga dari sisi wawasan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul-Nya.

Demikianlah uraian Al-Qur’an bukan bahasa Arab, disajikan sebagai bahan pemikiran umat, agar tidak tertipu dengan bahasa Arab sehari-hari, karena nilai makna dan sastra dari bahasa Al-Qur’an begitu tinggi sehingga banyak ahli bahasa Arab pun mengaguminya.


Jember 29 Agustus 2019

Dikutip oleh :

Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember




Jumat, 23 Agustus 2019

Takwil Ayat Mutasyabihat Bacaan Aisyah Contoh Kasus Kata Rizqi




TAKWIL AYAT MUTASYABIHAT

SEANDAINYA BACAAN AISYAH BENAR
Dengan Contoh Kasus Kata Rizqi
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
Apakah Ayat Mutasyabihat itu ?
     Istilah Ayat Mutasyabihat ada di dalam Al Qur-an Surat Ali Imron [3]: 7 sebagai berikut ;
3:7
       Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al Qur-an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al Qur-an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.
     Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat dari padanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh.
    Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.”
     Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imron [3] : 7).
Asbabun nuzul (penyebab turunnya ayat).
     Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrohim At Tustari, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al Qosim bin Muhammad, dari Aisyah Ra. dia berkata; Rosululloh Saw. membaca ayat ini; (QS. Ali Imron [3] : 7). Aisyah berkata; kemudian Rosululloh Saw. bersabda:
"Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Alloh, maka waspadalah kalian terhadap mereka!" 
(Shohih Bukhori nomor 4183, Fathul Bari nomor 4547).
Komentar penulis
     Berarti kita dilarang mentakwilkan ayat-ayat mutasyabihat sesuai dengan pemikiran kita sendiri,
karena hanya Alloh Swt. sajalah yang mengetahui takwilnya  Inilah sabda / pendapat Nabi Muhammad Saw.
Definisi-definisi
     Menurut HAMKA dalam Tafsir Al Qur-an Al-Azhar. Ayat Muhkam adalah ayat-ayat mengenai hukum, memerintahkan sembahyang, mengerjakan puasa, naik haji dan sebagainya  Demikian juga tentang pembagian waris harta pusaka. Disebut muhkam sebab jelas diterangkan, misalnya yang laki-laki mendapat dua kali yang perempuan. Ayat-ayat muhkam disebut sebagai ibu dari kitab artinya menjadi sumber hukum, tidak bisa diartikan lain lagi
Ayat mutasyabihat artinya bermacam-macam.
  Panjang lebar perbincangan ulama tentang maksud mutasyabihat ini
     Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur menulis:
     Para ulama mempunyai 2 pendapat dalam hal ini:
1. Pendapat sebagian ulama salaf, yaitu waqof (berhenti) pada lafal jalalah (lafal Alloh) dan menjadikan perkataan warroosikhuuna fil’ilmi, sebagai pembicaraan baru, yang maknanya
yang mengetahui ayat mutasyabihat hanyalah Alloh sendiri
Pendapat ini dianut oleh kebanyakan sahabat, seperti Aisyah dan Ubay ibn Ka’ab.
     Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Aisyah Ra.
Komentar penulis
Bacaan ini dipakai oleh seluruh kitab Al Qur-an di dunia.
 Coba kita dengarkan Mp3 Al Qur-an Surat Ali Imron [3] : 7
      Pada Komentar penulis di halaman sebelumnya, disebut bahwa pendapat Aisyah Ra. ini sesuai dengan sabda / pendapat Rosululloh Saw.
2. Pendapat sebagian ulama salaf yang lain, yaitu waqaf pada lafal al-‘ilmi. Mereka menjadikan perkataan, yaquuluuna aamannaa, sebagai pembicaraan baru. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdulloh Ibn ‘Abbas. Menurut beliau, mereka yang termasuk arroosikhuuna fil’ilmi / berilmu tinggi (termasuk beliau sendiri) mengetahui makna ayat mutasyabihat.
    Selanjutnya penulis menyebutnya sebagai pendapat Abdulloh Ibn ‘Abbas.
     Kebanyakan para ahli tafsir Al Qur-an setuju dengan pendapat Abdulloh Ibn ‘Abbas, dimana para ahli tafsir Al Qur-an itu memasukkan diri mereka ke dalam golongan arroosikhuna fil’ilmi (orang yang mendalam ilmunya), sehingga boleh menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.
Karena semua ahli tafsir Al Qur-an itu berpendapat bahwa takwilnya benar, maka akibatnya Al Qur-an menjadi multi tafsir seperti yang terjadi sekarang.
a
Mengapa para ahli tafsir mengikuti pendapat Abdulloh ibnu Abbas?
Ada dua alasan
Alasan pertama : Dengan mengikuti pendapat ibnu Abbas berarti tidak mengikuti pendapat Aisyah.
     Bila mengikuti pendapat Aisyah berarti setuju dengan pendapat bahwa

hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
     Ini berarti, selain Alloh, termasuk Nabi Muhammad Saw., para sohabat Nabi di antaranya Abdulloh ibnu Abbas serta para ahli tafsir Al Qur-an, semuanya tidak mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
     Akibatnya para ahli tafsir tidak bisa menggunakan ayat mutasyabihat. Padahal jumlah ayat mutasyabihat di dalam Al Qur-an sangat banyak. Sehingga banyak bagian Al Qur-an yang tidak bisa ditakwilkan.
     Maka tidak ada jalan lain bagi para ahli tafsir, kecuali menyetujui pendapat Abdulloh ibnu Abbas.
Bacaan ibnu Abbas pada QS. Ali Imron [3] : 7 adalah sebagai berikut :
     Dialah yang menurunkan al-Kitab (Al Qur-an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al Qur-an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat daripadanya, untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal 
tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh dan orang-orang yang mendalam ilmunya (arrosikhuna fil’ilmi)
     Berkata : “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali Imron [3] : 7).
Alasan kedua : Para penafsir itu berpendapat bahwa Abdulloh ibnu Abbas Ra. adalah tokoh yang pendapatnya patut diikuti. Sesuai dengan riwayat Abdulloh ibnu Abbas Ra. sebagai berikut :
Nasab dan Kelahiran ibnu Abbas
     Abdulloh bin Abbas bin Abdul Muththolib bin Hasyim bin Abdul Manaf, julukan Abu al-Abbas. Ia juga dikenal dengan Hibr al-ummah (paling tahunya ummat) dan Bahr (lautan) al-ummah. Abdulloh adalah keponakan Nabi Muhammad Saw serta Ali bin Abi Tholib Ra.
     Ayahnya, Abbas adalah paman Nabi Saw. Ia termasuk tokoh suku Quroisy yang pada zaman jahiliah menjadi Amirul Haj selama bertahun-tahun lamanya dan takmir Masjidil Harom. Saudarinya, Maimunah adalah istri Nabi Muhammad Saw dan memiliki julukan Ummu al-Fadhl. Ia adalah wanita pertama yang masuk Islam di Mekah setelah Sayidah Khodijah Ra. Nabi Muhammad Saw. sangat menghormatinya. Ia menyusui Hasanain, oleh karena itu ia disebut ummu Qutsam, dan Abdullah ibnu ‘Abbas adalah saudara sepersusuan Hasanain. Ibnu Abbas adalah keponakan Kholid bin Walid. Menurut pendapat masyhur dikatakan bahwa Ibnu Abbas lahir 3 tahun sebelum Hijroh di Syi'b Abi Tholib.
Ulama dan Perawi Hadis
     Ibnu Abbas adalah seorang mufassir Al Qur-an yang paling terkenal pada abad pertama Hijriah. Terdapat banyak riwayat darinya yang ada di kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadis. Di sebagian hadis dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw, selain mendoakan Ibnu Abbas juga
memohon kepada Alloh Swt. semoga Dia
memberikan ilmu takwil Al Qur-an kepadanya.

    Dzahabi memperkenalkan posisinya sebagai seorang pemuka dalam bidang fikih, hadis dan tafsir. Menurut perkataan Dzahabi dan Zirikli, Ibnu Abbas menukil hadis sebanyak 1.660. Dari jumlah itu, Bukhori menukil 120 hadis darinya dan Muslim 9 hadis.
     Ibnu Abbas meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw., Imam Ali, Umar, Mu'adz bin Jabal dan Abu Dzar sebelum Hijriah.
Komentar penulis
     Para penafsir Al Qur-an terlalu mengagungkan Abdulloh ibnu Abbas sesuai dengan riwayat beliau yang pernah didoakan Nabi Muhammad Saw. agar Alloh Swt. memberikannya ilmu takwil Al Qur-an, sehingga beliau digelari Bahr (lautan) al-ummah.
     Namun penulis lebih setuju dengan pendapat Aisyah binti Abu Bakar. Karena sesuai dengan pendapat Nabi Muhammad Saw.
Di samping karena ketinggian ilmu beliau tentang Al Qur-an dah hadits sebagaimana uraian berikut :
Kelebihan Aisyah binti Abu Bakar
     Aisyah memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al Qur-an, hadits-hadits Nabi, maupun ilmu fikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yang dimiliki Aisyah ini, di dalam Al-Mustadrak, al-Hakim mengatakan bahwa 1/3 dari hukum-hukum syariat dinukil dari Aisyah. Abu Musa al-Asya’ari berkata, “Setiap kali kami menemukan kesulitan, kami temukan kemudahannya pada Aisyah.” Para sahabat sering meminta pendapat jika menemukan masalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Aisyah pun sering mengoreksi ayat, hadits, dan hukum yang keliru diberlakukan untuk kemudian dijelaskan kembali maksud yang sebenarnya. Salah satu contoh adalah perkataan yang diungkapkan oleh Abu Hurairoh. Ketika itu Abu Huroiroh merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Fadhl ibnu Abbas bahwa barang siapa yang masih dalam keadaan junub pada terbit fajar, maka dia dilarang berpuasa. Ketika Abu Hurairah bertanya kepada Aisyah, Aisyah menjawab, “Rosulullah pernah junub (pada waktu fajar) bukan karena mimpi, kemudian beliau meneruskan puasanya.” Setelah mengetahui hal itu, Abu Huroiroh berkata, “Dia lebih mengetahui tentang keluarnya hadits tersebut.” Kamar Aisyah lebih banyak berfungsi sebagai sekolah, yang murid-muridnya berdatangan dari segala penjuru untuk menuntut ilmu. Bagi murid yang bukan mahromnya, Aisyah senantiasa membentangkan kain hijab di antara mereka. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur-an dan Sunnah.
     Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rosulullah sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau, sebagairnana perkataannya ini:
“Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari yang sangat dingin sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat bercucuran dari dahi beliau.“ (HR. Bukhori). 

     Bisakah kita memakai bacaan Aisyah (untuk QS. Ali Imron [3] : 7) ?
    Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kita bisa memakai pendapat Aisyah karena beliau adalah seorang yang ahli dalam tafsir Al Qur-an di samping pendapat beliau itu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw. 
     Namun, dengan menggunakan bacaan Aisyah, maka kita setuju dengan pendapat bahwa     
hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat.
      Dalam pandangan penulis
 
Bila hanya Alloh Swt. saja yang mengetahui takwilnya, untuk bisa mengetahui takwil ayat mutasyabihat kita bisa bertanya kepada Alloh Swt.
      Zaman bertanya kepada Alloh Swt. secara langsung sebagaimana Nabi Adam As. di surga dan Nabi Musa As. di lembah Thuwa di Gunung Sinai sudah lewat.
     Maka kita bisa bertanya kepada Alloh secara tidak langsung yaitu bertanya kepada Kitab ciptaannya yaitu Al Qur-an.

     Dengan cara : Membandingkan makna firman Alloh di dalam Kitab Al Qur-an di suatu ayat dengan makna firman Alloh di ayat lainnya, karena Allohlah yang berfirman dengannya, sehingga Alloh pulalah yang paling tahu tentang makna firmanNya sendiri
 
 
Menanyakan takwil ayat mutasyabihat kepada Al Qur-an.
     Sebelum membahas hal ini, terlebih dahulu kita bahas :
Dengan bahasa apakah kita berkomunikasi dengan Alloh Swt. ?
Jawabannya jelas yaitu dengan bahasa Al Qur-an.
Samakah bacaan Al Qur-an dengan Bahasa Arob ?
    Para ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa Al Qur-an diturunkan Alloh Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arob

     Umumnya para Ahli Tafsir Al Qur-an menyatakan bahwa Bahasa Al Qur-an sama dengan Bahasa Arob.

     Alasannya antara lain berdasarkan tafsir ataupun terjemahan QS. Yusuf [12] : 2 sebagai berikut :
12:2
                          Yang diterjemahkan oleh Al Qur-an terbitan DEPAG sebagai berikut.
     Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab (Arobiyyan), agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf [12] : 2)

     Semua buku tafsir Al Qur-an di Indonesia menerjemahkan Qur’aanan Arabiyyan atau Lisaanan Arabiyyan berarti Al-Qur’an berbahasa Arab. 

Pendapat Alloh Swt. tentang Bahasa Al Qur-an (yang berbeda dengan Bahasa Arob).

39:23
 Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur-an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.  (QS. Az-Zumar [39] : 23).
Komentar penulis
     Membaca Bahasa Al Qur-an menjadikan gemetar kulit orang yang membacanya, sedang membaca tulisan berbahasa Arob tidak menimbulkan efek demikian.

Berarti Bahasa Al Qur-an berbeda dengan bahasa Arob.    

Pendapat www.Hajij.Com 
     Hadis Nabi Muhammad adalah dalam bahasa Arab. Para ahli Tafsir Al Qur-an menyebutkan bahwa Al Qur-an juga dalam bahasa Arob sesuai dengan QS. [12]: 2.  
 12:2
     Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab (Arobiyyan), agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf [12] : 2)
     Tetapi mengapa bahasa Hadis Nabi Muhammad Saw. berbeda dengan bahasa Al Qur-an ?
     Ini adalah sebagian dari pertanyaan-pernyataan yang sampai kini belum terjawab.
    Karena al-Quran tidak mirip dengan ucapan Nabi Muhammad Saw yang dikumpulkan dalam buku-buku hadis.
     Bila dibandingkan secara teliti, ayat-ayat al-Quran benar-benar berbeda dengan hadis nabi.
Artinya
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob.

Penulis juga telah menulis makalah berjudul Membandingkan Bahasa Al Qur-an dengan Bahasa Arob Al-Hadits tentang beda bahasa Hadis Nabi Muhammad Saw. dengan Bahasa Al Qur-an.
Makalah itu terlampir di belakang.
Pendapat Muhajir Isnaeni
     Muhajir Isnaeni adalah seorang dosen Bahasa Arob pada Akademi Bahasa Asing - ABA "INDONESIA" LPI, Cikini, Jakarta.
Bahasa Al Quran Bukan Bahasa Arab                  
  https://www.facebook.com/notes/muhajir.../alquran...bahasa-arab/696802973705630/

Peristilahan.
     Istilah Lisaanan ‘Arobiyyan dan Qur’anan Arobiyyan tentu sangat berbeda dengan perkataan Lisanan Aroban atau Qur’aanan “Aroban. 
Komentar penulis
      Maksud Muhajir Isnaeni adalah : istilah berbahasa Arob seharusnya Lisanan Aroban bukan lisanan Arobiyyan, Qur-an yang berbahasa Arob seharusnya Qur-anan Aroban, bukan Qur-anan Aro-biyyan.
    Dalam Kamus Arab Indonesia karangan Abd. Bin Nuh dan Umar Bakri tahun 1971 halaman 183 arti Arobiyyun adalah seorang bangsa Arab; bersifat Arab.
    Dalam Kamus Arab Inggeris Indonesia karangan Elias A. Elias & Edward Elias terbitan  PT. Almaarif halaman 225 Bahasa Arab adalah Lughotul Arobah.
Lanjutan uraian Muhajir Isnaeni : 
     Perbedaannya adalah ada doble huruf ya yang ditambahkan kepada kata-kata Arobun menjadi Arabiyyun yang dalam nahwu sharaf istilahnya disebut sebagai Ya nishbah (نِسْبَة) atau Ya pembangsaan.
     Kaedahnya dalam bahasa Arob adalah sebagai berikut : Apabila pada sebuah kata benda (isim) ada terdapat huruf ya yang bertasydid (تشديد) maka memberi makna pada kata itu adalah sebangsa atau serumpun dan sebagainya.
     Contoh : Muhammad menjadi Muhammdiyyaah artinya Pengikut Muhammad atau Serumpun Muhammad. Makah menjadi Makiyyun artinya Penduduk Mekah, Arabun menjadi Arabiyyun artinya Bangsa Arab.
     Jikalau ada dua perkataan dimana berlaku hukum na'at man'ut (نَّعْتُ وَالْمَنْعُوْتُ) atau kata yang disifatkan, maka kata Lisanan menjadi yang disifati sedangkan Arobiyyan menjadi yang memberi sifat kepada Lisanan. Sehingga Lisanan Arobiyyan menjadi berarti bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arob.
     Begitu juga dengan Qur'anan Arobiyyan berarti bahasa Al Qur'an yang serumpun dengan bahasa Arob.        
     Ini adalah bila ditinjau dari sudut bentuk kata. Akan tetapi harus didukung oleh sejarah.
Al-Qur’an Satu Bahasa
     Masalah Al Qur-an satu bahasa adalah persoalan yang oleh ayat-ayat
(1) QS. Yusuf [12]:2, (2) QS Ro’d [13]:37, (3) QS. An-Nahl [16] 103; (4) QS.Thoha [20]:113, (5) QS. Ash-Shuaro [26]:192-195; (6) QS. Az-Zumar [39]:27-28; (7) QS Fushilat [41]:2-3; (8) QS. Fushilat [41]:44; (9) QS. Ash-Shuro [42]:7; (10) QS. Az-Zukhruf [43]:3; (11) QS. Al-Ahqaf [46]:12 disebut qur’anan ‘Arobiyyan, atau lisaanul ‘Arobiyyan dan pada ayat (12) QS Ibrohim [14]:4: bilisaani qoumihi. (Tambahan ayat-ayatnya berasal dari penulis)
Adapun uraian ayat-ayatnya adalah sebagai berikut:
(1) QS. Yusuf [12]:2
12:2
     Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob), agar kamu memahaminya
(2) QS. Ra’ad [13]:37
13:37
     Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob). Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
(3) QS. An-Nahl [16] 103
16:103
     Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Sesungguhnya kami mengetahui bahwa bahasa (orang yang mereka tuduhkan bahwa Muhammad belajar kepadanya itu) adalah bahasa 'Ajam (Bahasa asing atau bahasa Arob KASAR). Sedang ini (Al Quran) adalah dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob),yang jelas.
Komentar penulis
     Diterangkan bahwa Al Qur-an adalah dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob) yang jelas berbeda dengan A’jamiyyun (bahasa Arob yang kasar).
(4) QS.Thoha [20]: 113
20:113
     Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab), dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.
(5) QS. Ash-Shuaro [26]:192-195
26:192
26:193
  26:194
26:195
 192. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. dengan bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob) yang jelas.
 (6) QS. Az-Zumar [39]:27-28
      39:27 
     39:28
Sungguh telah Kami buatkan bermacam-macam perumpamaan untuk umat manusia dalam Al-Quran ini; supaya mereka teringat, sebuah bacaan dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab) yang tiada celah keburukan, supaya mereka bertaqwa.
(7) QS Fushilat [41]:2-3
41:3
     Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan Bahasa Arob), untuk kaum yang mengetahui,
(8) QS. Fussilat [41]:44
41:44
     Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa a’jamiyyan (bahasa selain Arab) dan tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa a’jamiyyan (bahasa selain Arab) sedang (rasul adalah orang) Arobiyyan (orang Arob)? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
(9) QS. Ash-Shuro [42]:7
42:27
     Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arobiyyan (bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab), supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
(10) QS. Az-Zukhruf [43] : 3
43:3
     Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab) supaya kamu memahami(nya).
(11) QS. Al-Ahqof [46]: 12
46:12
     Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab) untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
(12) QS Ibrohim [14]:4
14:4
        Kami tidak mengutus seorang rasulpun,melainkan dengan bahasa kaumnya (bilisaani qaumihi), supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Lanjutan pendapat Muhajir Isnaeni
     Setiap pelajaran Nahwu-Sharaf, tata bahasa Arab, tentu hafal di luar kepala akan rumusan: nisbahu syai’in ilaa syai’in falaisa lahumaa sawaa-un (nisbah نسبة, adalah menjadikan kata benda menjadi kata sifat, nf.) artinya: ya nisbah (double huruf ya pada akhir satu perkataan) ialah membangsakan / merumpunkan dua hal menjadi serumpun / sekeluarga tetapi keduanya tidak sama.
     Dengan demikian maka “qur’aanan ‘arobiyyan” atau “lisaanan ‘arobiyyan” sama dengan “bilisaani qoumihi”, menjadi berarti bahasa Al-Qur’an yang serumpun / sekeluarga dengan bahasa arab.
 Artinya
Al Qur-an adalah satu bahasa tersendiri dan bahasa Arob juga satu bahasa tersendiri pula, tetapi di antara keduanya dijalin oleh satu ikatan keluarga atau rumpun pada satu titik tertentu.

    Masalah “bilisaani qoumihi” menggambarkan bahasa kaum nabi, khususnya disini ialah kaum nabi Muhammad Saw. (semua Nabi adalah termasuk kaumnya Nabi Muhammad Saw, nf.), ialah satu bahasa ciptaan Allah untuk mengajarkan ILMUNYA, dimulai kepada nabi Adam seterusnya pusaka mempusakai kepada turunannya kaum masing-masing nabi selanjutnya, hingga nabi Ibrahim dan nabi Ismail mewariskan lagi kepada turunannya yaitu suku Quraisy sebagai Indo Babilon (Indo Semit) sampai dengan nabi Muhammad dengan mana Allah menurunkan Al-Qur’an dengan penegasan “bilisaani qoumihi.
Kaumnya Nabi Muhamad ialah para Nabi semuanya, mulai dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Isa ibnu Maryam itulah kaumnya Nabi Muhammad, mereka semua berbahasa dengan bahasa yang sama dengan bahasa Al-Qur’an
Komentar penulis
Tertulis di dalam Al Qur-an:
2:31
       Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda di langit dan bumi) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqoroh [2] : 31).
     Alloh Swt. telah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, artinya Alloh telah mengajarkan bahasa yang diciptakan Alloh Swt. (seperti bahasa Al Qur-an) kepada Adam.
    Dari uraian Muhajir Isnaeni di atas berarti seluruh Kitab yang diturunkan kepada para Nabi menggunakan bahasa ciptaan Alloh Swt. untuk mengajarkan ilmunya yang di dalam Al Qur-an disebut bahasa Arobiyyan (Bahasa yang serumpun / sebangsa dengan bahasa Arab), yang umurnya lebih tua daripada bahasa Arob..
     Berbeda dengan Muhajir Isnaeni, Prof. Toshihiku Izutsu berikut ini berpendapat bahwa bahasa Al Qur-an berasal dari bahasa Arob pra Al Qur-an. Artinya bahasa Arob pra Al Qur-an lebih tua umurnya dari Bahasa Al Qur-an.
     Penulis setuju dengan pendapat Muhajir Isnaeni bahwa bahasa Al Qur-an lebih tua daripada bahasa Arob pra Islam. Namun karena keduanya sebangsa maka pada satu titik ada persamaan antara keduanya.
    Berikut ini denahnya :



          Hadis Nabi Muhammad Saw.
اُحِبُّ الْعَرَبَ عَلىٰ ثَلاَثٍ 
Saya mencintai Arob karena tiga alasan:
لِاَنِّ عَرَبِيّاً 
Saya (Muhammad) seorang bangsa Arob.
وَالْقُرْاٰنِ عَرَبِيّاً 
Bahasa Al Qur-an serumpun dengan bahasa Arob. 
وَلِسَانِل الْجَنَّةِعَرَبِيّاً 
Bahasa penghuni jannah serumpun dengan bahasa Arob.
(HR. Thobroni)

Pendapat Prof. Toshihiko Izutsu tentang Bahasa Al Qur-an
 (Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993)
Prof. Toshihiko Izutsu adalah seorang pakar bahasa Arab pra Islam, yaitu bahasa Arob yang dipakai pada zaman Nabi Muhammad Saw pada abad ke 7 M).
     Dalam film dokumenter yang berjudul The Eastern karya Masoud Taheri memuat kehidupan Islamolog Jepang bernama Toshihiko Izutsu. Tokoh ini dikenal sebagai ahli Al Qur’an dengan banyak karyanya yang monumental.
Riwayat hidup
     Toshihiko Izutsu adalah seorang profesor dari Universitas Keio di Tokyo, Jepang yang lahir 4 Mei 1914. Tidak hanya mengajar di Jepang, Izutsu juga mengajar di Institut Filsafat Iran dan Universitas McGill di Montreal, Quebec, Kanada. Terlahir dalam keluarga yang kaya. Sejak usia dini, ia terbiasa dengan meditasi zen dan kōan. Ayahnya juga seorang kaligrafer dan seorang penganut Zen Buddha. Itsuzu berhasil memperoleh gelar PhD dalam sastra Inggris di Universitas Keio di Jepang. Izutsu dikenal sebagai orang yang menguasai lebih dari 10 bahasa di antaranya bahasa Arab, Persia, Sanskerta, Pali, Cina, Jepang, Rusia dan Yunani.Pada tahun 1958, ia menyelesaikan terjemahan langsung pertama Al–Qur’an ke bahasa Jepang. Penerjemahannya sangat terkenal karena keakuratan bahasa dan banyak digunakan untuk karya ilmiah. Ketertarikannya terhadap agama Islam dimulai ketika di duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia sering mengunjungi masjid dan The Turkish Islamic Centre di Tokyo. Di kedua tempat itu Izutsu mempelaja-ri bahasa Turki maupun bahasa Arab. Adapun guru Islam pertamanya adalah Tatar Turks yang berhasil melarikan diri dari Rusia setelah Revolusi Bolshevik. Di samping itu
 ada juga Musa Carullah Bigiyef, dimana Izutsu belajar al-kitab Sibawayhi dan Shahih Muslim serta sya’ir-syair Arab sebelum kedatangan Islam.
     Pada tahun 1959 Izutsu menetap di Mesir dan Libanon hingga penghujung tahun 1961. Dia bertemu dengan banyak ulama muslim di antaranya Rashid Ridha, Ibrahim Madzkur, Amad Fuad Akhwani dan Muammad Kamil usain. Dia pernah mengajar di Academy of Arabic Language di Kairo, Mesir pada tahun 1960.
     Tahun 1962 mulai mengajar Universitas McGill, Kanada hingga tahun 1974. Di sana juga ia bertemu Seyyed Hossein Nasr, A. Rusen Sezer Hermann Landolt. Akhir tahun 1974, dia meninggalkan McGill atas undangan Hossein Nasr dan mengajar di Iran. Di negeri para Mullah ini bertemu dengan para akademisi seperti Sayyid Jalaludddin Ashtiyani hingga Mohammed Arkoun.
Dia meninggalkan Iran tahun 1979, ketika berkecamuknya Revolusi Iran dan pindah ke Jepang. Di negerinya diangkat sebagai Profesor Emeritus di Universitas Keio. Ia menerbitkan beberapa buku sebelum meninggal pada 7 Januari 1993.
     Selain itu, ia juga aktif di beberapa lembaga keilmuan, seperti Nihon Gakushiin (The Japan Academy) pada tahun 1983, Institut International de Philosophy di Paris pada tahun 1971 dan Academy of Arabic Language di Kairo, Mesir pada tahun 1960. Sedangkan aktivitas di luar negara yang dilakukan adalah tamu Rockefeller (1959-1961) di Amerika dan Eranos Lecturer on Oriental Philosophy di Switzerland antara tahun 1967-1982.
     Riwayat hidup singkat di atas dan perjalanan karir Izutsu menjadi salah satu unsur penting untuk memahami lebih jauh terhadap pemikirannya
     Beberapa karya yang menyangkut tentang al-Qur’an yang ditulisnya antara lain :
1. The Structure of the Ethical Terms in the Quran: A Study in Semantics  (Etika Beragama dalam al-Qur’an, Studi dari segi semantik) Tokyo: Keio University, 1959).
2. God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung (Tuhan dan Manusia di dalam Alquran. Studi bahasa tentang Pandangan Dunia Al Qur-an) (Tokyo: Keio Institute of Cultural and Linguistic Studies, 1964)
3. The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantic Analysis of Īmān and Islām (Konsep Iman dalam Agama Islam, Analisa semantik tentang Iman dan Islam) (Tokyo: Keio Institute of Cultural and Linguistic Studies, 1966).
4. Ethico-religious Concepts in the Qurān (Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran) (Montreal: McGill University Press, 1966
Hubungan pemikiran Toshihiku Izutsu dengan Ayat Mutasyabihat
 Menurut Izutsu kata-kata di dalam Al Qur-an berasal dari bahasa Arob Pra Al Qur-an dengan makna tertentu.
a. Makna asli kata itu (Bahasa Arab Pra Al Qur-an) dapat diperoleh dari syair-syair yang diciptakan pada zaman jahiliah.
b. Makna asli kata-kata di dalam Al Qur-an tidak bisa diperoleh dari kamus bahasa Arob modern yang sering berbeda dengan bahasa Arob Pra Al Qur-an (dan Bahasa Al Qur-an).
c. Kata-kata bahasa Arob Pra Al Qur-an ini setelah dipakai oleh Al-Qur'an maknanya berubah dari aslinya (yang takwilnya hanya diketahui oleh Alloh = Ayat mutasyabihat). 
d. Untuk bisa memahami Al Qur-an dengan tepat, kita harus mengetahui makna baru kata-kata itu. (Dengan jalan bertanya kepada Alloh, nf.).
Kesimpulan Penulis tentang pendapat Toshihiku Izutsu
    Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob manusia
     Menurut Izutsu Takwil Bahasa Al Qur-an hanya diketahui oleh Alloh Swt. Ini sesuai dengan pendapat Aisyah tentang QS. An-Nisa' [3]:7.
     Sedang arti Bahasa Arob Pra Al Qur-an diperoleh dari syair-syair yang dikarang pada masa pra Al Qur-an

Ciri-ciri Bahasa Arob
Pada bahasa manusia (termasuk bahasa Arob) suatu kata bisa mempunyai makna lebih dari satu yang disebut polisemi dan homonim.
 Dalam bahasa Arob, polisemi disebut juga  Isytirak al-lafdzi.
Artinya: “satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).
     Kata “الخالmisalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan dan onta yang gemuk.
     Homonim atau dalam bahasa Arab diartikan dengan Al Mustarok al Lafdzi adalah beberapa kata yang sama, baik pelafalan dan penulisan-nya, tetapi mempunyai makna yang berlainan. Ini merupakan pengerti-an Al Mustarok al Lafdzi secara umum.        
     Contoh kata (غرب) dapat bermakna arah barat (الجهرة), dan juga bermakna timba
     Contoh lain kata (الجد) memiliki tiga makna yaitu (1) bapak dari ayah / ibu (ابو اللأب/ ام) (2) bagian, nasib baik (3) tepi sungai.
Pengertian para ahli tafsir Al Qur-an tentang bahasa Arob Al Qur-an
Seorang Ahli Tafsir periode awal bernama Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Adzi al-Khurasani dikenal dengan nama Abu al-Hasan al-Bal-khi (w.150 H / 767 M) mengatakan bahwa kata-kata di dalam Kitab Al Qur-an di samping memiliki makna yang definitif, juga memiliki alternatif makna lainnya, yang harus diketahui oleh para Ahli Tafsir Al Qur-an.
Sampai sekarang pendapat ini masih dipakai.
(Muqotil bin Sulaiman menganggap Bahasa Al Quran sama dengan Bahasa Arab yang menurut Muhajir Isnaeni berbeda).
Maka para ahli tafsir Al Qur-an berpendapat bahwa sama halnya dengan Bahasa Arob kata-kata yang terkandung di dalam Al Qur-an juga mempunyai beberapa makna (homonim dan polisemi), di mana tidak tentu makna mana yang berlaku. 
Maka bisa terjadi ketidakpastian, pertentangan dan kerumitan.
 Padahal Alloh Swt menyatakan bahwa tidak ada pertentangan di dalam Al Qur-an 
4:82
 Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur-an? Kalau kiranya Al Qur-an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa' [4] : 82).
Telah disebutkan pada uraian sebelumnya
(pendapat Alloh Swt., pendapat www.Hajij.Com, pendapat Muhajir Isnaeni dan pendapat Toshihiro Izutsu) bahwa
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob
   Berbeda dengan Bahasa Arob dimana satu kata bisa bermakna lebih dari satu (akibat pengaruh budaya bangsa Arob), sedang dalam Bahasa Al Qur-an setiap kata hanya mempunyai satu arti (karena diciptakan oleh Alloh Swt.).
     Filsafatnya adalah. Al Qur-an yang satu, diturunkan oleh Alloh yang satu, lewat malaikat yang satu yaitu Jibril As. kepada Nabi yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw, maka setiap katanya hanya bermakna satu (tunggal).
Bertanya Kepada Alloh tentang
Takwil Ayat Mutasyabihat
     Untuk bisa bertanya kepada Al Qur-an ada beberapa prinsip yang harus kita ketahui

Prinsip pertama.
Bahasa Al Qur-an mempunyai kemiripan makna dengan Bahasa Arab  karena keduanya sekeluarga.
Ini sesuai pendapat Muhajir Isnaeni tentang arti Arobiyyan.
Prinsip ke dua.
Bahasa Al Qur-an berbeda artinya dengan bahasa Arob.
     Arti Bahasa Al Qur-an tersebut (ayat mutasyabihat) hanya diketahui oleh Alloh Swt.
     Ini sesuai dengan pendapat Aisyah binti Abu Bakar dan Toshihiko Izutsu.
Prinsip ke tiga
Perbedaan bahasa Al Qur-an dengan bahasa Arob manusia adalah
Pada bahasa Arob setiap kata mempunyai beberapa arti (polisemi dan homonim).
Karena Bahasa Arob dipengaruhi oleh budaya bangsa Arob
Pada bahasa Al Qur-an setiap kata di dalam Al Qur-an masing-masing hanya mempunyai satu arti.
Karena Bahasa Al Qur-an diciptakan oleh Alloh Swt.

Contoh Kasus

Bertanya Kepada Alloh Takwil  
 Ayat Mutasyabihat Tentang kata Rizqi
     Untuk bisa bertanya kepada Al Qur-an ada beberapa prinsip yang harus kita ketahui.
Prinsip pertama.
Bahasa Al Qur-an mempunyai kemiripan makna dengan Bahasa Arab karena keduanya sekeluarga.
 
           Makna kata rizqi itu kita cari di dalam Kamus dan Ensiklopedi Arob sebagai berikut.
No.
Nama kamus
Arti rizqi
01.

Kamus saku Arab  Inggeris  Indonesia, Elias A Elias dan Edward Elias
Nafkah, tunjangan, karunia, keberuntungan, nasib baik.
02
Kamus Arab Indonesia, Abdul-lah bin Nuh dan Oemar Bakri
Rezeki, pencaharian
03
Kamus Al-Qur’an, Drs. M. Zainul Arifin
Harta, karunia
04

Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan
Rizqi, pemberian, makanan
05
Ensiklopedi Al-Qur’an, Prof. M. Dawam Rahardjo

Penghasilan, keuntungan, kebutuhan, penghidupan, hak milik, laba, akumulasi modal.
08.
Ensiklopedia Al-Qur’an, Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA
Pemberian dalam bentuk  makanan, kekuasaan dan ilmu pengetahuan
Dari kamus dan ensiklopedia Arob di atas kita bisa menggolongkan arti rizqi menjadi dua:
 1. Rizqi ditafsirkan sebagai materi yaitu : karunia / pemberian, harta / hak milik, nafkah / penghasilan / pencaharian / tunjangan, yaitu pada semua kamus / ensiklopedia.
 2. Rizqi ditafsirkan sebagai makanan, yaitu pada Qamus Al-Quran, Abdul Qadir Hasan dan Ensiklopedia Al Qur-an Prof. M. Quraisy Shihab.   
Prinsip ke dua.
Bahasa Al Qur-an berbeda artinya dengan bahasa Arob
Arti Bahasa Al Qur-an tersebut (ayat mutasyabihat) hanya diketahui oleh Alloh Swt.
   
Prinsip ke tiga
Perbedaan bahasa Al Qur-an dengan bahasa Arob adalah :
Pada bahasa Arob (yang dipengaruhi oleh budaya bangsa Arob) setiap kata mempunyai beberapa arti
Pada bahasa Al Qur-an yang diciptakan oleh Alloh Swt. setiap kata di dalam Al Qur-an masing-masing hanya mempunyai satu arti.
     Sebagai ciptaan Alloh Swt. dimana setiap kata di dalam Al Qur-an hanya mempunyai satu arti, dari kedua pilihan di atas kita pilih arti RIZQI adalah makanan.

     Kemudian kita kumpulkan semua ayat yang mengandung kata RIZQI.
Untuk mencari ayat-ayat tersebut kita bisa menggunakan buku Konkordansi Qur'an karangan Ali Audah, Indeks Al-Qur'an karangan Sukmajaya dkk, dll. Biasanya akan ditemukan banyak ayat yang mengandung kata yang kita tanyakan itu.
Ditemukan 97 ayat Al Qur-an yang mengandung kata RIZQI.
     Daftar 97 ayat Al Qur-an yang mengandung kata rizqi  itu adalah sbb.
No.
Ayat
No.
Ayat
No.
Ayat
No.
Ayat
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
[2]:3
[2]:22
[2]:25
[2]:57
[2]:60
[2]:172
[2]:233
[2]:254
[3]:37
[4]:39
[5]:114
[6]:142
[7]:31
[7]:50
[7]:160
[8]:3
[8]:26
[8]:74
[10]:59
[10]:93
[11]:6
[11]:88
[12]:22
[13]:26
[14]:31
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
[14]:32
[15:20
[16]:56
[16]:67
[16]:71
[16]:71
[16]:71
[16]:72
[16]:73
[16]:75
[16]:75
[16]:112
[16]:114
[17]:30
[17]:70
[18]:19
[19]:62
[19]:62
[20]:80
[20]:131
[20]:132
[20]:132
[22]:34
[22]:35
[22]:50
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
[22]:58
[22]:58
[23]:72
[24]:26
[28]:54
[28]:57
[28]:58
[28]:82
[29]:17
[29]:17
[29]:60
[29]:60
[29]:62
[30]:37
[30]:37
[30]:40
[32]:16
[33]:31
[34]:4
[34]:15
[34]:36
[34]:39
[35]:29
[36]:47
[37]:40
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
[38]:54
[39]:52
[40]:13
[40]:64
[42]:27
[42]:38
[45]:5
[45]:16
[50]:11
[51]:22
[51]:57
[51]:58
[40]:64
[56]:82
[62]:11
[63]:10
[65]:7
[65]:11
[67]:15
[67]:21
[67]:21
[89]:16
1
     Kata makanan itu kita masukkan ke dalam kurung di belakang kata RIZQI pada semua ayat yang kita temukan tadi.
Kata RIZQI berarti makanan di seluruh ayat Al Qur-an itu kita teliti apakah sesuai dengan keseluruhan arti kalimat pada masing-masing ayat.
     Bila sesuai maka kita tulis di bagian belakang ayat itu kata (cocok) di dalam kurung.
Bila tak sesuai kita tulis (tidak cocok)
Contoh
Q.S. Al Baqoroh [2] : 2-5. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, 3. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghoib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizki (makanan) yang kami anugerahkan kepada mereka. (cocok)
  Ayat-ayatnya penulis lampirkan di bawah
     Ternyata mengartikan ayat / kata RIZQI dengan makanan cocok pada ke-97 ayat itu.
Kesimpulan

Makna RIZQI di dalam Al Qur-an adalah makanan.


Kesimpulan akhir
Kesimpulan Akhir
No.
Hlm.
Pendapat
Kesimpulan
1
1] 8
Bacaan Aisyah dan Nabi Saw.
Hanya Alloh sajalah yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat
2
2] 8
Penulis
Bila hanya Alloh Swt. saja yang menge-tahui takwilnya, untuk bisa mengetahui takwil ayat mutasyabihat kita bisa ber-tanya kepada Alloh Swt.
3
3] 9
QS. Az-Zumar [39] : 23
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan ba-hasa Arob
4
4] 10
www.Hajij.Com
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan ba-hasa Arob (bahasa hadis Nabi Saw).
5
5] 11
Muhajir Isnaeni,
Bahasa Al Quran Bukan Bahasa Arab tetapi Bahasa yang serumpun dengan bahasa Arob.
6
6] 12
Prof. M. Qura-ish Shihab, MA.
Arobiyy adalah suatu nisbah / atribut tetapi para penafsir Al Quran mengartikan sama dengan bahasa Arob
7
7] 20
HR. Thobroni
Bahasa Al Qur-an serumpun dengan bahasa Arob
8
8] 24
Toshihiku Izutsu
Takwil Bahasa Al Qur-an hanya diketa-hui oleh Alloh Swt.
9
9] 28
Dalam Al Qur-an 1  kata hanya punya satu  arti
Arti rizqi adalah makanan
10
10] 41
Kasus Utbah bin Robi’ah
Al-Qur’an bukan bahasa Arab, tetapi se-rumpun dengan bahasa Arab.  Berasal dari bahasa yang diajarkan Allah Swt. ke-pada Nabi Adam, lalu menurun kepada Nabi Nuh, lalu ke bangsa Ad dan Tsamud
11
11] 50
Penulis
Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob (yang digunakan dalam hadis Nabi  Muhammad Saw.).
Jember 20 September 2019
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Jember
Kepustakaan
01. Abdullah Bin Nuh dan Oemar Bakri, Kamus Arab Indonesia, Mutiara, Jakarta, 1979.
02. Abdul Qadir Hassan, Qamus Al-Quran, Al Muslimun, Bangil, 1964.
03. Ali Audah, Konkordansi Qur’an, Litera AntarNusa; Mizan, Bandung, 1997.
04. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, CV Asy-Syifa, Semarang, 1999.
05. Drs. M. Zainul Arifin, Kamus Al-Qur’an, Apollo, Surabaya, 1997.
06. Elias A Elias &  Edward  E. Elias, H. Ali Almascatie BA,  Kamus Saku Arab Inggris Indonesia, Almaarif, Bandung, Tanpa tahun.
07. K.H Munawar Chalil. Kelengkapan tarich Nabi Muhammad saw, Bulan Bintang 322 – 330
08. M Kasir Ibrahim, Kamus Arab, Apollolestari, Surabaya, Tanpa tahun.
09. Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ X,Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1966.
11. Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA , Ensiklopedia Al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta, 2007.
12. Prof. M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Paramadina, Jakarta, 1996.
13. Teungku M. Hasbi Ash-Shiddieqy Tafsir An-Nuur PT Pustaka Rizki Outra,Jakarta, 1987
14. Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993.
18. https://id.wikipedia.org/wiki/Nisbah


LAMPIRAN 
Al Qur-an bukan Berbahasa Arob
Kasus Utbah bin Robi’ah
     Pada suatu waktu, kaum Quroisy mengadakan pertemuan dengan prinsip mereka bahwa “Semut mati karena manisan”, yaitu mereka akan menunjuk seorang wakil guna menemui Nabi Muhammad pada waktu itu. Mereka sadar benar bahwa Muhammad bin Abdillah adalah seorang yang tidak mudah dikalahkan dalam berdebat, maka mereka akan memilih seorang yang ahli dalam urusan ini.
     Rapat itu dilangsungkan di gedung Kebangsaan (Daarun Nadwah) dan dihadiri oleh pemuka-pemuka kaum Quroisy. Tujuan rapat sudah jelas akan memilih seorang yang mempunyai kedudukan sama dengan kedudukan Muhmmad bin Abdillah, seorang yang pandai, masih muda dan kuat seperti Nabi Muhammad, dengan maksud agar bisa memperdayakan Nabi Muammad SAW.
     Setelah berdebat panjang lebar, maka dengan suara bulat ditetapkanlah orang yang akan mewakili bangsa Quraisy adalah Utbah bin Robi’ah. Karena Utbah bin Robi’ah sesuai jika berhadapan muka dengan Muhammad bin Abdillah untuk berunding dengan dia. Keputusan itu diterima dengan riang gembira disertai kesombongan Utbah bin Robi’ah karena ia meresa bahwa dirinyalah yang mempunyai sifat-sifat yang dikehendaki oleh mereka.
Pertemuan pertama antara Utbah dengan Nabi.
     Pada waktu yang telah ditentukan oleh Utbah sendiri, maka dia datang ke rumah Abu Tholib. Sesudah ia bertemu dengan Abu Tholib (pamanda Nabi) Utbah lalu meminta supaya memanggil Muhammad. Abu Tholib mengabulkan permintaan itu dan segera Abu Tholib memerintahkan seseorang memanggil kemanakannya itu. Setelah menerima panggilan pamannya itu maka Nabi pun bergegas datang ke rumah pamannya. Nabi sama sekali tidak menyangka bahwa dirinya sedang ditunggu oleh Utbah bin Robi’ah. Oleh karena itu maka Nabi sedikit kaget ketika melihat Utbah ada di rumah pamannya itu, lalu Nabi duduk berhadapan dengan Utbah.
 Utbah mulai berbicara lebih dahulu :
      “Hai anak laki-laki saudaraku ! Engkau sesungguhnya dari golongan kami, dan engkau sebenarnya telah mengetahui keadaan kita, bahwa kita bangsa Quroisy ini adalah sebaik-baik dan semulia-mulia bangsa Arob di dalam pergaulan dan masyarakat, sekarang engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perkara besar ! Engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perobahan yang amat besar ! Tidakkah engkau merasa bahwa kedatanganmu itu memecah-belah bangsamu yang telah berabad-abad bersatu, dan engkau telah mencerai-beraikan persaudaraan bangsamu yang telah lama bersepakat, dan engkau telah membodoh-bodohkan ‘ulama-‘ulamamu, mencaci maki apa-apa yang telah lama dipuja-puja orang tuamu, engkau merendahkan apa-apa yang telah lama dimuliakan oleh nenek moyangmu dan bangsamu, engkau cela agama yang telah beratus tahun dipeluk oleh bangsamu dan para leluhurmu, engkau sesat-sesatkan pujangga-pujanggamu yang telah lewat. Kini bangsamu telah berpecah-belah dan bergolongan-golongan, disebabkan oleh perbuatanmu.
     Kejadian demikian itu, kini telah tersiar di negara-negara lain. Oleh karena itu kami sangat kuwatir, manakala nanti bangsamu kedatangan musuh dari luar, dapatkah kita melawan dan mempertahankan kedudukan kita? Sudah tentu tidak akan dapat, bukan? Sebab perpecahan di antara bangsamu itu kini telah menjadi-jadi, tentu akan menyebabkan kelemahan pada bangsamu sendiri.
    Oleh karena itu kedatanganku hari ini kepadamu atas nama bangsamu seluruhnya, dan hendak mengajukan kepadamu hal-hal yang amat sangat penting. Tetapi aku meminta kepadamu, bahwa sesudah aku mengatakan kepadamu, agar supaya kamu pikirkan dengan tenang dan kamu perhatikan dengan benar, janganlah kamu tolak dengan serta merta ! Agar supaya engkau dapat menerima salah satu dari hal-hal yang akan aku katakan. Adapun tujuan kami tiada lain melainkan supaya bangsamu yang mulia ini dapat bersatu kembali, seia sekata dan kembali berdamai seperti yang sudah-sudah.
     Selama Utbah berbicara Nabi hanya berdiam diri saja sambil mendengarkan dengan tenang. Maka sesudah itu Nabi menjawab : “Katakanlah olehmu kepadaku, segala sesuatu yang hendak engkau katakan, hai Abul Walid ! Aku akan mendengarnya”.
     Utbah bin Robi’ah lalu berkata : “Saya akan bertanya lebih dahulu kepadamu Muhammad, sebelum saya mengatakan hal-hal penting tersebut kepadamu.
    Kata Utbah : “Apakah engkau lebih baik dari pada ayahmu Abdulloh dan adakah engkau lebih baik pula dari kakekmu yang terhormat Abdul Mutholib ?”
    Nabi SAW di kala itu diam saja, tidak menjawab sepatah katapun. Utbah lalu melanjutkan pembicaraannya :
      “Oh anak laki-laki saudaraku ! Kalau engkau menganggap bahwa engkau lebih baik dari pada orang-orang tuamu dan nenek moyangmu dahulu, maka katakanlah hal itu kepadaku. Aku hendak mendengarnya. Dan jika engkau menganggap bahwa orang-orang tuamu dan nenek moyangmu itu lebih baik dari pada kamu, pada hal mereka itu dengan sungguh-sungguh menyembah dan memuliakan Tuhan-Tuhan yang engkau hinakan sekarang ini, maka cobalah hal itu engkau katakan kepadaku Muhammad ! Nabi SAW masih tetap diam !
 Lalu Utbah melanjutkan lagi pembicaraannya :
    ”Sekarang bagaimanakah Muhammad, apa yang menjadi kehendakmu dengan mengadakan agama baru itu? Saya mau tahu, Muhammad !
     Jikalau dengan mengadakan agama baru itu, engkau mempunyai hajat ingin memilki harta benda, kami kaum bangsawan Quroisy sanggup mengumpulkan harta benda buat kamu, sehingga nanti kamu menjadi seorang yang kaya di antara kami;
     jikalau kamu menghendaki dengan agama barumu itu kemuliaan dan ketinggian derajat, maka kami sanggup menetapkan engkau menjadi seorang yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di antara kami, dan kamilah yang akan memuliakanmu;
    jikalau kamu ingin menjadi raja, maka kami sanggup mengangkat kamu menjadi raja kami, yang memegang kekuasaan di antara kami, yang memerintah kami, dan kami semuanya tidak akan berani memutuskan sesuatu perkara melainkan dengan izinmu atau dari keputusanmu;
     jikalau engkau menghendaki wanita-wanita yang paling cantik, sedangkan kamu tidak mempunyai kekuatan untuk mencukupi keperluan mereka maka kami sanggup menyediakan wanita bangsa Quroisy yang paling cantik di antara wanita Quroisy lainnya, dan pilihlah sepuluh orang atau berapa saja yang kamu mau dan kamilah yang akan mencukupkan keperluan mereka masing-masing, dan engkau tidak usah memikirkan keperluan mereka itu;
    jikalau kamu menderita penyakit, maka kami sanggup mencari obatnya dengan harta benda kami sampai kamu menjadi sehat kembali meskipun harta benda kami menjadi habis asalkan engkau sehat kembali tidak apalah bagi kami;
     dan jikalau kamu menginginkan hal-hal lain selain hal-hal itu, maka coba katakanlah kepadaku, asal engkau mau menghentikan perbuatan-perbuatanmu seperti yang sudah-sudah. ! Coba kamu katakan kepadaku, pilihlah salah satu dari hal-hal yang telah aku katakan ini, mana yang kamu inginkan katakanlah kepadaku”
    Selama Utbah berbicara itu, Nabi SAW diam sambil mendengarkan ! Kemudian beliau berkata : “Sudahkah selesai hal-hal yang engkau katakan kepadaku ?”
Utbah menjawab : “Yah saya selesaikan sekian dulu”
    Nabi berkata : “Oh begitu, ! baiklah sekarang saya minta kamu mendengarkan perkataanku, sebagai jawaban kepadamu. Maukah kamu mendengarkannya?”
Utbah menjawab :” Baiklah, katakanlah kepadaku sekarang juga”
 Nabi SAW lalu membaca ayat-ayat dari Al-Qur’an surat Fushilat ayat 1 sampai dengan ayat 14 yang baru diturunkan Allah beberapa hari yang lalu :
      Sedang artinya mohon di lihat pada Al Quran terjemahan.
     Baru sampai sekian Nabi membaca ayat-ayat Al-Qur’an maka dengan segera Utbah menegur dan berkata : “Cukuplah Muhammad, cukup sekian dulu Muhammad, cukuplah sekian saja ! Apakah kamu dapat menjawab dan berkata dengan yang lain selain itu”
Nabi SAW menjawab :”Tidak !”
     Utbah lalu diam tidak dapat berkata lebih lanjut, semua yang hendak dikatakan telah hilang musnah dengan sendirinya, segala rencana yang hendak dikemukakan untuk memperdayakan Nabi lenyap dengan tidak disangka-sangka, bahkan hatinya menjadi tertarik dengan mendengarkan apa yang dibacakan oleh Nabi.
    Oleh sebab itu, dengan segera ia lalu pulang ke rumahnya dengan mengandung satu perasaan yang sebelumnya tidak disangka-sangka akan memilikinya, sehingga ia tidak tahu, apa lagi yang akan dikatakan kepada Muhammad. Memang bukan main kata-kata yang diucapkan Muhammad itu. Selama hidupku aku belum pernah mendengar kata-kata yang semacam itu. Memang sungguh sedaplah rasanya rangkaian kata-kata yang diucapkan oleh Muhammad itu.
 Laporan Uthbah.
     Setiba Utbah di rumahnya dengan mengandung perasaan yang mengganggu tadi, maka dengan hati yang sangat pedih, beberapa hari lamanya ia tinggal saja di rumahnya, tidak berani keluar dari rumah menunjukkkan mukanya kepada mereka yang mengutusnya.
    Oleh sebab itu mereka (para pemuka musyriqin Quroisy) itu lalu datang ke rumahnya, untuk menanyakan kepadanya tentang hasil yang diperolehnya sebagai seorang utusan yang terhormat. Pada waktu itu Utbah sangat berdebar-debar hatinya, sangat pucat raut mukanya. Akibat rasa takut kepada mereka. Sekalipun begitu namun terpaksa ia melaporkan apa yang sudah dikerjakannya sebagai seorang utusan yang amat dipercaya, dia menguraikan tentang hal ihwal ketika bertemu dengan Nabi SAW, dan menerangkan jalannya percakapan antara dia dan Nabi SAW, serta ucapan Nabi sebagai jawaban atas pembicaraannya.
    Utbah terpaksa melaporkan kepada mereka, karena di kala itu seorang di antara mereka ada yang mendesaknya dengan cara mengejeknya; katanya kepada mereka : ”Sesungguhnya Utbah telah datang dari pertemuannya dengan Muhammad, tetapi kedatangannya kepadamu sekarang ini dengan roman muka yang lain dari roman muka ketika ia pergi kepada Muhammad”
     Kemudian mereka berkata kepada Utbah :”Apakah yang ada di belakang kamu, wahai Abal-Walid?”
Di sinilah Utbah lalu terpaksa melaporkan kepada mereka.
Kata Utbah :
    “Demi Alloh, aku sudah menyampaikan kepada Muhammad semua yang diserahkan ke padaku. Sedikitpun aku tidak tinggalkan apa yang kamu katakan kepadaku, untuk kukemukakan kepada Muhammad, bahkan aku menambah beberapa keterangan yang sangat jitu dan penting pula”.
     Mereka berkata :”Ya, habis bagaimana ? Apakah Muhammad memberi jawaban kepadamu ?”
     Utbah menjawab :”Ya, dia memberi jawaban kepadaku, tetapi demi Allah, aku tidak mengerti yang diucapkan oleh Muhammad. Sungguh, sedikitpun aku tidak mengerti, melainkan aku mendengar dari padanya, bahwa dia mengancam kamu semua dengan petir, seperti petir yang dipergunakan untuk membinasakan kaum-kaum Ad dan Tsamud”.
    Salah seorang dari mereka berkata :”Celakalah engkau hai Utbah ! Mengapa engkau sampai tidak mengerti perkataanya ? Sedang ia berbicara dengan bahasa Arob, dan Engkau berbicara kepadanya dengan bahasa Arob juga bukan?”
    Utbah menjawab :”Demi Alloh ! Sungguh aku sama sekali tidak dapat mengerti perkataannya, melainkan ia menyebut-nyebutkan kata :”Shoo’iqoh” (petir)”
Mereka bertanya :”Mengapa begitu hai Utbah ?”
     Utbah menjawab :”Demi Alloh ! Selama hidupku belum pernah mendengar perkataan seperti perkataan Muhammad yang diucapkan kepadaku. Karena perkataannya itu akan kuanggap syi’ir, bukan syi’ir karena dia bukan ahli syi’ir; dan akan kuanggap perkataan tukang ramal, ia bukan seorang tukang ramal; dan akan kuanggap perkataan orang gila, ia bukan orang gila. Sungguh perkataannya yang telah kudengar itu akan ada satu urusan penting. Sebab itu aku pada waktu itu tidaklah dapat menjawab perkataannya sepatahpun”.
 (Sumber : Kelengkapan tarich Nabi Muhammad saw penerbit Bulan Bintang disusun oleh KH Munawar Chalil halaman 322 – 330)
 Pendapat Muhajir Isnaeni selanjutnya:  
      Dari keterangan sejarah tersebut di atas, tentunya tidak dapat dibantah bahwa Al-Qur’an bukan bahasa Arab tetapi serumpun dengan bahasa Arab, sama-sama berasal dari bahasa yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam, kemudian menurun kepada Nabi Nuh, sampai akhirnya bangsa Ad dan Tsamud karena menyimpang dengan permainan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin. Maka dihancurkan oleh Allah negerinya, dan sisa-sisa dari mereka itu masih berbahasa yang mirip dengan bahasa Al-Qur’an tetapi kesadarannya sudah bukan berkesadaran Nur menurut Sunnah Rasul.
    Ada beberapa hal yang memang bahasa Arab mirip dengan bahasa Al-Qur’an seperti sama-sama menggunakan huruf hijaiyyah dari alif sampai dengan ya, sama-sama bila ditulis dari kanan ke kiri kecuali angka-angka, namun perbedaan yang paling prinsipil adalah mengenai makna dari kedua bahasa itu.
Jember 2 Agustus 2019
Dikutip oleh:
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember

Artikel lengkapnya ada di di Blog ini berjudul "Al-Quran Bukan Bahasa Arab"


Membandingkan
Bahasa Al Qur-an dengan
Bahasa Arob Al-Hadits
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
I. Pendahuluan
Sumber-sumber Hukum Islam
Sistematika Hukum Islam diambil dari Al Qur-an Surat An-Nisa [4]:59 :
4:59
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh (Al Qur-an) dan taatilah Rosul (Sunnah-Hadis)(nya), dan ulil amri di antara kamu (Ijma' ulama'). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya)(Qiyas)jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Berdasarkan ayat ini ada empat dalil yang dapat dijadikan pijakan dalam menentukan hukum yaitu Al Qur-an, Al-Hadits, Ijma' dan Qiyas.
Agar terdapat kepastian dalam Hukum Islam maka Tafsir Kitab Al Qur-an dan Al Hadits itu juga harus pasti.
Pada tulisan di  halaman sebelumnya telah dibuktikan bahwa Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob dimana tiap katanya mempunyai beberapa makna (homonim dan polisemi) karena dipengaruhi oleh budaya Arab. Sedangkan Bahasa Al Qur-an tiap katanya hanya mempunyai satu makna karena diciptakan oleh Alloh Swt.
Makna Suatu Kata di Dalam Kitab Al Qur-an.
Dalam QS. Ali Imron [3]:7, Alloh Bersabda bahwa ta’wil kata di dalam Al Qur-an itu hanya diketahui oleh Alloh Swt. Maka, untuk mengetahui takwilnya kita harus bertanya kepada Alloh Swt.
Takwil kata itu tidak ada di Kitab-kitab Tafsir Al Qur-an, karena pengarangnya tidak mengetahui takwilnya.
   Pada pembahasan Takwil kata rizqi disimpulkan bahwa 
Makna RIZQI di dalam Al Qur-an adalah makanan.
Makna Suatu Kata
di Dalam Kitab Al-Hadits.
Pendahuluan
Hadits Nabi Saw sangat berbeda dengan Al Qur-an. Karena Al Qur-an adalah sabda Alloh Swt yang diturunkan lewat Malaikat Jibril as. kepada seorang manusia yaitu Nabi Muhammad saw.
Sedang Hadits Nabi Saw adalah perkataan seorang manusia mulia berbangsa Arob yaitu Nabi Muhammad Saw. Disabdakan beliau dalam bahasa Arob kepada para sohabat yang berbangsa Arob, kemudian secara beranting digetok-tularkan dan akhirnya sampai kepada kita melalui kitab-kitab Hadits.
Tentu saja bahasa Arob dalam hadits-hadits itu menggunakan kaidah dan makna sesuai dengan bahasa Arob. Dalam hal ini rizqi mempunyai dua arti yaitu (i) makanan dan (ii) karunia.
Kontroversi Nabi mendoakan “kaya” bagi Anas bin Malik.
Contoh hadits ke-1
Dalam hadits ini rizki mempunyai tiga arti yaitu umur, kekayaan dan anak, bukan berarti makanan seperti di dalam Al Qur-an.
Doa Nabi kepada Anas bin Malik agar mendapat kekayaan dan anak yang banyak sangat terkenal. Sering dipakai sebagai contoh bolehnya kita berdoa minta kaya.
Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najjar, anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil dia melayani keperluan Nabi Muhammad Saw, sehingga selalu bersama Rosululloh.
Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, Anas bin Malik pergi dan menetap di Damaskus kemudian ke Basroh. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam. Ia dikenal sebagai sohabat Nabi Muhammad Saw yang berumur paling panjang.
Rosulullah Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik Ra. Salah satu doa Beliau untuknya adalah:Allohumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu (Ya Alloh, rizqikanlah / karuniakanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah hidupnya).”
Alloh Swt mengabulkan doa NabiNya, dan Anas Ra menjadi orang dari suku Anshor yang paling banyak harta(rizqi)nya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Alloh Swt memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi.
Adapun asbabul wurud cerita itu adalah hadis berikut:
Diriwayatkan daripada Anas Ra daripada Ummu Sulaim katanya: Wahai Rosululloh! Aku menjadikan Anas sebagai khodammu, tolonglah berdoa untuknya. Rosulullah Saw pun berdoa: Ya Alloh, banyakkanlah harta (rizqi) dan anaknya dan berkatilah apa yang diberikan kepadanya. Berkata Anas: "Demi Alloh, harta benda(rizqi)ku memang banyak dan anak begitu juga anak dari anakku memang banyak sekali dan sekarang sudah berjumlah lebih dari 100 orang(Shohih Bukhori, Muslim, kitab kelebihan para sohabat).
Komentar penulis.
Hadits ini mengandung kontroversi karena mirip do’a minta kaya yang dipanjatkan Nabi Saw bagi Sa’labah yang berakibat buruk baginya di dunia dan akhirot. Nabi sebelumnya tidak bersedia mendoakan dia kaya karena Nabi tahu sifat Sa’labah yang tidak kuat terhadap godaan karunia kekayaan.
Akibat dikabulkannya doá Nabi Saw oleh Alloh Swt ternaknya berkembang biak sangat banyak. Namun karena sibuknya, dia lalu meninggalkan sholat berjamaah serta tidak mengeluarkan zakat dari ternaknya.
Berbeda dengan sifat Anas bin Malik Ra yang sangat diketahui oleh Nabi Saw karena dia berkumpul dengan Nabi sangat lama. Tentu dia kuat terhadap godaan karunia kekayaan.
Contoh hadits ke-2.
Kata rizqi tidak bermakna makanan seperti di dalam Al Qur-an, tetapi bermakna anak keturunan.
Doa sebelum bercampur dengan isteri  :  Bismillah Allohumma Jannibnisy Syaiton Wa Jannibnisy Syaithon Ma Rozaqtana
Artinya : Dengan menyebut nama Alloh, ya Alloh, jauhkanlah syetan dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Engkau rizkikan (kurniakan) kepada kami (anak, keturunan).
Kesimpulan :
Berbeda dengan Al Qur-an yang diciptakan oleh Alloh Swt. setiap katanya hanya mempunyai satu makna.
Kata-kata di dalam Al Hadits mempunyai beberapa makna seperti pada Bahasa Arob manusia, akibat pengaruh dari budaya bangsa Arob.
Artinya :

Bahasa Al Qur-an berbeda dengan Bahasa Arob 
 (yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw.).


  Jember 21 Oktober 2015 
                                                                                                           
 Dr. H.M. Nasim Fauzi 
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember


  Uraian Selengkapnya 83 ayat Al Qur-an yang mengandung ayat mutasyabihat rizqi  :
1.Q.S. Al Baqoroh [2] : 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang Kami anugerahkan kepada mereka.. (cocok)
2. Q.S. Al Baqoroh  [2]:22 Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizqi (makanan) untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (cocok)
3.Q.S. Al Baqoroh [2] :25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizqi (makanan) buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu".  Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (cocok)
4.Q.S. Al Baqoroh [2] :57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwaMakanlah dari  makanan yang baik-baik yang telah Kami rizqikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya diri mereka sendiri. (cocok)
5.Q.S. Al Baqoroh [2] :60. Dan (ingatlah), ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air.  Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rizqi (makanan) (yang diberikan) Alloh, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (cocok)
6.Q.S. Al Baqoroh [2] :172Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizqii (makanan) yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Alloh, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah. 173. Sesungguhnya Alloh hanya mengharomkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (cocok)
7.Q.S. Al Baqoroh [2:233 Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempur-nakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rizqi (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (cocok)
8.Q.S. Al Baqoroh [2 :254  Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizqi (makanan) yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (cocok)
9. QS. Ali Imron [3]:37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh   (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Rizqi (makanan) itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab. (cocok)
10. QS. An-Nisa; [4]:39. Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rizqi (makanan) yang telah diberikan Allah kepada mere-ka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka. (cocok)
11. QS. Al-Maidah :[5]:114. Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizqilah (makanan) kami, dan Engkaulah pemberi rizqi (makanan) Yang Paling Utama".(cocok)
12. Q.S. Al-An'aam [6] :142. Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rizqi (makanan) yang telah diberikan Alloh kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.:3 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (cocok)
13. Q.S. Al A'roof [7] :31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlahdan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 32. Katakanlah: "Siapakah yang mengharomkan perhiasan dari Alloh yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharomkan) rizqi (makanan) yang baik ?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (cocok)
14. Q.S. Al A'roof [7] :50. Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah di rizqikan Alloh kepadamu" Mereka (penghuni syurga) menjawab: "Sesungguhnya Alloh telah mengharomkan keduanya itu atas orang-orang kafir. (cocok)
15. Q.S. Surat A'roof [7] :160Dan mereka kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu." Maka memancrlah daripadanya dua belas mata airSesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat  minum masing-masing. Dan kami naungkan awan di atas mereka dan kami turunkan kepada mereka manna dan salwa(Kami berfirman):  "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rizqikan  kepadamu". Mereka tidak menganiaya kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri. (cocok)
16.Q.S. Al Anfaal [8] :3. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. 4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat keting-gian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizqi (makanan) berupa buah-         buahan dan daging burung serta minuman yang mulia (di surga). (cocok)
17.Q.S. Al Anfaal [8] :26Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Alloh memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikanNya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberiNya kamu rizqi  (makanan) dari yang baik-baik agar kamu bersyukur (cocok).
18.Q.S. Al Anfaal [8]:74. Dan orang-orang yang beriman dan berhijroh serta berjihad pada jalan Alloh, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di surga). (cocok)
19.. Q.S. Yunus [10]:59. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rizqi (makanan) yang diturunkan Alloh kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya harom dan (sebagiannya) halal" Katakanlah: "Apakah Alloh telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Alloh?" (cocok)
20.Q.S. Yunus [10]:93. Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Isroil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik-baik.  Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurot). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan (cocok)
21. Q.S. Hud [11]:6. Dan tidak suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizqi (makanan)nya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuzh). (cocok)
22. Q.S. Hud [11]:88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahiNya aku dari padaNya rizqi  (makanan) yang baik (patutlah aku menyalahi perintahNya)?. Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kamu dari padanya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Alloh. Hanya kepada Alloh aku bertawakal dan hanya kepadaNyalah aku kembali. (cocok)
23. Q.S.12 (Ar Ro'd):22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhoan Tuhannya, mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). 23. (Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh dari bapak-bapaknya, isteri-isteri dan anak cucunya, sedang Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, 24. (Sambil mengucapkan) : "Salamun 'alaikum bima shobartum". Alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (cocok)
24. Q.S.13 (Ar-Ro'd):26. Alloh meluaskan rizqi (makanan) dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan di dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirot hanyalah kesenangan (yang sedikit). (cocok)
25. Q.S.14 (Ibrohim):31. Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persohabatan. (cocok)
26.Q.S. Ibrohim [14]:32. Allohlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan rizqi (makanan) untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (cocok)
27Q.S. Al Hijr [15]:20. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizqi (makanan) kepadanya. (cocok)
28.Q.S. An Nahl [16]:56. Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rizqi (makanan) yang telah kami berikan kepada mereka. Demi Alloh, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (cocok)
29.Q.S. An Nahl [16]:67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizqi (makanan) yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Alloh) bagi orang yang memikirkan. (cocok)
30.Q.S. An Nahl [16]:71. Dan Alloh melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rizqi (makanan), tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rizqi (makanan) mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakanrizqi (makanan) itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Alloh? (cocok)
31.. Q.S. An Nahl [16]:72 Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rizqi (makanan) dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (cocok)
32. Q.S.16 (An Nahl):114. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizqi (makanan) yang telah diberikan Alloh kepadamu; dan syukurilah nikmat Alloh, jika kamu hanya kepadaNya saja menyembah.115. Sesungguhnya Alloh hanya mengharomkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Alloh; tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (cocok)
33. Q.S.17 (Al Isro'):30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki (makanan) kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambaNya. (cocok)
34. Q.S.17 (Al Isro):70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (cocok)
35. Q.S.18 (Al Kahfi):19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?). Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata yang lain lagi: "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa rizqi (makanan) itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun. (cocok)
36. Q.S.19 (Maryam):62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rizqi (makanannya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. (cocok)
37Q.S. Al Isro’ [17]:70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizqi (makanan) dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (cocok)
38. Q.S. Al Kahfi [18]:19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?). Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) seari atau setengah hari". Berkata yang lain lagi: "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa rizqi (makanan) itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun. (cocok)
39. Q.S. Maryam [19]:62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rizqi (makanan)nya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. (cocok)
40.Q.S. Thoha [20]:80. Hai Bani Isroil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa. 81. Makanlah di antara rizqi (makanan) yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu.  Dan barang-siapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia. (cocok)
41. Q.S. Al Hajj [22]:50. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan  amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan di sorga, pen.) yang mulia. (cocok)
42. Q.S. Al Hajj [22]:58. Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rizqi i (makanan) yang baik (di syurga). Dan sesungguhnya Alloh adalah sebaik-baik pemberi rizqi (makanan)  (cocok)
43. Q.S. Al Mu'min [23]:72. Atau kamu meminta upah kepada mereka?", Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah pemberi rizqi (makanan) yang paling baik. (cocok)
44. Q.S. An Nuur [24]:26. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita baik (pula).Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di syurga)  (cocok)
45. Q.S. Al Qosos [28]:54. Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa (makanan, pen.) yang telah kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (cocok)
46. Q.S. Al Qosos [28]:57. Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kamu akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah harom yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rizqi  (makanan) (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (cocok)
47.. Q.S. An Nuur [24]:26. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di syurga). (cocok)
48. Q.S. Al Qosos [28]:54. Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa (makanan) yang telah kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (cocok)
49.. Q.S. Al Qosos [28]:58. Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kamu akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah harom yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rizqi i (makanan) (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (cocok)
50. Q.S. Al Qosos [28]:82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Korun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rizqi i (makanan) bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karuniaNya atas kita benar-benar dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Alloh)". (cocok)
51.Q.S. Al Ankabut [29]:16. Dan (ingatlah) Ibrohim, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Sembahlah olehmu Alloh dan bertakwalah kepadaNya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 17. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Alloh itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Alloh itu tidak mampu memberikan rizqi (makanan) kepadamu; Alloh berfirman : Alloh telah menurunkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
52. Q.S. Ar Rum [30]:40. Allohlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizqi  (makanan), kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali), adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Alloh itu dapat berbuat suatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (cocok)
53. Q.S. As Sajdah [32]:15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya sedang mereka tidak menyombongkan diri. 16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan), yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
54. Q.S. Al Ahzab [33]:31. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Alloh dan rosulNya dan mengerjakan amal yang soleh. Niscaya Kami memberikan kepadanya pahalanya dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi i (makanan yang mulia (di surga). (cocok)
55. Q.S. Saba [34]:4. Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki (makanan yang mulia (di surga). (cocok)
56. Q.S. Saba [34]:15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rizqi (makanan) yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (cocok)
57.. Q.S. Al Ahzab [33]:31. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Alloh dan rosulNya dan mengerjakan amal yang soleh. Niscaya Kami memberikan kepadanya pahalanya dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi  (makanan) yang mulia (di surga). (cocok)
58.. Q.S. Saba [34]:4. Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rizqi (makanan) yang mulia (di surga). (cocok)
59.. Q.S. Saba [34]:15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rizqi (makanan) yang (dianugerahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. (cocok)
60.. Q.S. Saba [34]:36. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi i (makanan) bagi siapa yang dikehendakiNya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendakiNya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".(cocok)
61.Q.S. Saba [34]:39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi i (makanan) bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendakNya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizqi (makanan) yang sebaik-baiknya. (cocok)
62. Q.S. Shood [38]:49. Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. 50. (Yaitu) syurga 'Adn yang pintu-intunya terbuka bagi mereka, 51. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di syurga itu. 52. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. 53. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. 54. Kenikmatan itulah yang dijanjikan kepada kalian (wahai orang-orang yang bertakwa) di hari kiamat, sesungguhnya ia adalah rizqi (makanan) Kami untuk kalian, tiada henti dan tiada terputus. (cocok)
63. Q.S. Az Zumar [39]:52. Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Alloh melapangkan rizqi (makanan) dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendakiNya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang beriman. (cocok)
64. Q.S. Al Mu'min [40]:13. Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)Nya dan menurunkan untukmu rizqi (air /makanan) dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Alloh). (cocok)
65. Q.S. Al Mu'min [40]:64. Allohlah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rizqi (makanan) dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (cocok)
           66. Q.S. Asy Syuura [42]:27. Dan jikalau Allah melapangkan rizqi (makanan) kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Alloh menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (cocok)
           67. Q.S. Asy Syuuro [42]:38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarot antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
68.Q.S. Al Mu'min [40]:64. Allohlah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rizqi (makanan) dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (cocok)
69. Q.S. Asy-Syuura [42] : 27. Dan jikalau Allah melapangkan rizqi (makanan) kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Alloh menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (cocok)  
70.Q.S.Asy Syuuro4 [2]:38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarot antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizqi  (makanan) yang kami berikan kepada mereka. (cocok)
71.Q.S.(Al Jaatsiah [45]:5. Dan pada pergantian malam dan siang dan rizqi (air / makanan) yang diturunkan Alloh dari langit lalu dihidupkannya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang ber-akal. (cocok)  
72.. Q.S. Al Jaatsiah [45]:16. Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Bani Isroil Al-Kitab (Taurot) dan kekuasaan dan kenabian; dan kami berikan kepada mereka rizqi (makanan) yang baik dan kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (cocok) 
73.. Q.S. Qoof [50]:9. Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfa'atnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. 10. Dan pohon kurma yang tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. 11. Untuk menjadi rizqi (makanan) bagi hamba-hamba (kami). Dan kami hidupkan dengan  air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan. (cocok) 
74. Q.S. Al Jum'ah [62]:11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dari pada permainan dan perniagaan; dan Allah sebaik-baik Pemberi rizqi (makanan) (cocok) 
             75. Q.S. Al Munafiqun [63]:10. Dan nafkahkanlah sebagian dari pada rizqi (makanan) yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; dan ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, dengan sebab itu aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?". (cocok) 
            76. Q.S. At-Tolaq [65]:7. Orang yang mampu hendaknya memberi nafkah menurut kemampuannya; dan orang yang disempitkan rizqi (makanan)nya hendaklah memberi nafkah dari yang diberikan Alloh kepadanya; Alloh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Alloh berikan kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (cocok) 
            77. Q.S. At-Tolaq [65]:11. (Dan mengutus) seorang Rosul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Alloh yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal yang soleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Alloh melapangkan rizqi (air / makanan) kepadanya.(cocok) 
            78. Q.S. Al-Mulk [67]:15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizqi (makanan)Nya; dan kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (cocok) 
            79. Q.S. Al-Mulk [67]:21. Atau siapakah yang akan memberi kamu rizqi (makanan) jika Allah menahan rizqi (makanan)Nya, bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan dalam keadaan menjauhkan diri?.  (cocok) 
80.. Q.S. At-Talaq [65]:11. (Dan mengutus) seorang Rosul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Alloh yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal yang soleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam syurga-syur-ga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Alloh melapangkan rizqi (air / makanan) kepadanya. (cocok)  
81.. Q.S. Al-Mulk [67]:15. Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizqi (makanan)Nya. Dan hanya kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (cocok)  
82. Q.S. (Al-Mulk [67] : 21. Atau siapakah yang akan memberi kamu rizqi (makanan) jika Allah menahan rizqi (makanan)Nya, bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan dalam keadaan menjauhkan diri?. (cocok)  
83. Q.S. Al-Fajr [89]:15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberi kesenangan maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku," 16. Tetapi apabila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rizqi (makanan)nya, maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku," 17. Sekali-kali tidak (demikian), bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, 18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin; 19. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil). 20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (cocok)
Jember, 17 Septemberi 2017
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember