Minggu, 03 Februari 2019

Antara Cinta Kepada Alloh dan Takut Kepada Alloh



ANTARA CINTA KEPADA ALLOH
dan TAKUT KEPADA ALLOH
Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi
A. Pendahuluan
Pada makalah-makalah penulis tentang TAQWA, di antaranya “Tafsir kata Taqwa di dalam Al Qur-an Adalah Takut”, telah dibuktikan secara Tafsir Kata dengan Kata bahwa arti kata taqwa di dalam Al Qur-an  Bukanlah “Memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya” sebagaimana yang tertulis di dalam Terjemah Al Qur-an Kementerian Agama RI. Melainkan taqwa berarti takut (kepada Alloh)
Di dalam Al Qur-an kita bisa menemukan definisi-defiinisi TAQWA sebagai berikut :
Definisi-definisi taqwa

 a.    Takut terhadap kegoncangan yang dahsyat di hari kiamat. Yaitu QS Al-Haj [22]: 1.


22:1

      Hai manusia, bertakwalah (* takut) kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (QS Al-Haj [22]: 1).
b. Takut terhadap hari kita dibangkitkan dan dihimpun di padang mahsyar. Yaitu QS Al-An’am [6]: 51.

6:51

      


 
     

     Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun selain dari-pada Allah, agar mereka bertakwa (*takut). (QS Al-An’am [6]: 51).

C. Takut terhadap (pengadilan) hari Kiamat. Yaitu QS. Al-Baqoroh [2]: 48, QS. Al-Baqoroh [2]: 123, QS Al-An’am [6]: 51 dan QS. Lukman [31] : 33.

 2:48
     Dan takutlah (فَٱتَّقُواْ ) kamu terhadap hari (pengadilan Alloh, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (QS. Al-Baqoroh [2]: 48).

 2:123
     Dan takutlah (فَٱتَّقُواْ ) kamu kepada suatu hari (pengadilan) di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepada-nya dan tidak (pula) mereka akan ditolong. (QS. Al-Baqoroh [2]: 123).
     Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut (يَخَافُونَ) akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa (* takut). (QS Al-An’am [6]: 51).

 31:33

     Hai manusia, bertakwalah (* takut) kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (QS. Lukman [31] : 33).
d. Takut terhadap hari pembalasan. Yaitu QS. Al-Baqoroh [2]: 281.  

 2:281

Dan takutlah (فَٱتَّقُواْ ) kamu kepada hari (pembalasan) yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Baqoroh [2]: 281).
e. Takut terhadap neraka. Yaitu QS. Al-Baqoroh [2]: 24 dan QS. Ali Imron [3]:131:

 2:24
     Maka jika kamu tidak dapat membuat (satu surat seperti Al Qur-an)  dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), maka takutlah (فَٱتَّقُواْ ) kamu terhadap neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqoroh [2]: 24).
 3:131
     Dan takutlah (فَٱتَّقُواْ ) kamu terhadap api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imron [3]:131).
f. Definisi panjang orang yang bertaqwa :
 50:32
     
 50:33
     Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturanNya) (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat. (QS Qof [50]: 32-33) 
     Dibandingkan dengan ayat-ayat tentang taqwa yang berarti takut (kepada Alloh Swt.) yang jumlahnya sekitar 185, ayat-ayat tentang cinta kepada Alloh Swt. jumlahnya jauh lebih sedikit, hanya ada 4 ayat.
     Ayat-ayat tentang cinta kepada Alloh Swt. tersebut adalah sbb.: 

 2:165
 Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqoroh [2] : 165). 

 3:31
 Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imron [3] : 31)

 5:54
     Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha luas (pemberianNya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah [5] : 54)

 9:24
     Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan KeputusanNya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. QS. At-Taubah [9] : 24)
Dari uraian di atas ternyata takut kepada Alloh Swt. dan cinta kepada Alloh Swt. keduanya sama-sama diperintahkan oleh Alloh Swt. di dalam al Qur-an.
B. Permasalahan

1. Manakah yang lebih mulia antara orang yang takut kepada Alloh Swt. dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?
2. Bagaimanakah pandangan masyarakat ?

C. Jawaban / Pemecahan Masalah

1. Manakah yang lebih mulia antara orang yang takut kepada Alloh Swt dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?
Alloh bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُواإِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ'. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagiNya.  (QS. Al Hujurat [49] : 13)
Alloh Swt. menyatakan dalam ayat di atas bahwa orang yang bertakwa atau takut kepada Alloh Swt. lebih mulia kedudukannya di sisi Alloh Swt. daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt.
2. Bagaimanakah pandangan masyarakat tenrang cinta kepada Alloh ?
Ajaran cinta kepada Alloh Swt. sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Selanjutnya ajaran tasawuf ini sangat dipengaruhi oleh ajaran Rabiah Al Adawiyah sebelumnya.
Cinta kepada Alloh Swt. menurut Rabiah Al-Adawiyah
Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irak dan meninggal sekitar tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah. Rabiah merupakan sufi wanita beraliran Sunni pada masa dinasti Umayyah yang menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesuci-an yang sangat takut dan taat kepada Tuhan. Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai The Mother of the Grand Master atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh  dan Dhun Nun Al-Misri. 
Rabi`ah dinilai sebagai orang pertama yang menyatakan doktrin cinta tanpa pamrih kepada Allah atau pelopor agama cinta (mahabbah). Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, hal ini merupakan konsepsi baru di kalangan para sufi kala itu.
Pada suatu waktu Rabi`ah ditanya pendapatnya tentang batasan konsepsi cinta. Rabi`ah menjawab: Cinta berbicara dengan kerinduan dan perasaan. Cinta muncul dari keazalian (azl) dan menuju keabadian (abad).
Ada 2 (dua) batasan cinta yang sering dinyatakan Rabi`ah.
1. Sebagai ekspresi cinta hamba kepada Allah, maka cinta itu harus menutup selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta.
Dengan kata lain, maka :
a. Dia harus memalingkan punggungnya dari dunia dan segala daya tariknya.
b. Dia harus memisahkan dirinya sesama makhluk ciptaan Allah, supaya dia tak bisa menarik dari Sang Pencipta.
c. Dia harus bangkit dari semua keinginan nafsu duniawi dan tidak memberikan peluang adanya kesenangan dan kesengsaraan. Karena kesenangan dan kesengsaraan dikhawatirkan mengganggu perenungan pada Yang Maha Suci.
2. Kadar cinta kepada Allah itu harus tidak ada pamrih apapun. Artinya, sese-orang tidak dibenarkan mengharapkan balasan dari Allah, baik ganjaran (pahala) maupun pembebasan hukuman, Dan melalui jalan cinta inilah, jiwa yang mencintai akhirnya mampu menyatu dengan Yang Dicintai dan di dalam kehendakNya itulah akan ditemui kedamaian.
Cinta Rabi`ah tidak muncul begitu saja, tanpa suatu proses. Dalam penelusuran Muhammad Atiyah Khamis, dulu Rabi`ah mencintai Allah sebagaimana lazimnya kebanyakan umat Islam, yaitu didorong karena mengharapkan surga Allah dan sebaliknya takut akan nerakaNya. Ini ternyata jelas melalui pertanyaan doa Rabi`ah kepada Allah, yaitu … “O, Tuhan, apakah Engkau akan membakar hambaMu di dalam neraka, yang hatinya terpaut padaMu, dan lidahnya selalu menyebutMu, dan hamba yang senantiasa takwa padaMu.
     Sesudah Rabi`ah menyadari bahwa landasan cinta seperti itu dianggap cinta yang masih sempit, Rabi`ah meningkatkan motivasi dirinya sehingga dia sampai luluh dalam cinta Ilahi. Artinya, dia mencintai Allah karena memang Allah patut untuk dicintai, bukan karena ketakutan terhadap neraka ataupun disebabkan mengharapkan surgaNya. Terus ada peningkatan lagi. Dia justru minta dibakar api neraka, jika menyembah Allah karena takut neraka dan sekaligus meng-haramkan surga, kalau dia mengharapkan surga. Atas dasar cinta dalam penyembahan Allah, dia berkata, limpahkanlah ganjaran yang lebih baik. Dia minta diberi kesempatan melihat wajah Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia, hingga merasa bahagia berada dekat dengan Allah pada hari kebangkitan. Mengharap keridlaan Allah saja.
Tasawuf di tangan Rabi`ah telah menimbulkan revolusi rohani. Islam sebagai agama yang cinta iman dan amal shaleh, oleh Rabi`ah dengan 2 (dua) macam cintanya diubah menjadi cinta rindu, berzikir pada Allah, melupakan semuanya, dengan segala konsekuensinya. Tujuan hidup mencari akhirat dinilai sebagai tabir menyesatkan yang wajib dilenyapkan. Harapan surga dan takut neraka dihina sebagai pedagang mencari laba dan ganti rugi. Padahal cinta Islam adalah agar zikir, pikir untuk amal dengan etos kerja tinggi untuk mem-bangun dunia (Q. S. Al-Baqarah: 126), diganti jadi zikir dan merenung. Zikir sebagai pengendalian diri secara bertanggung jawab digeser jadi wasilah atau sarana meditasi, menyongsong terbukanya tabir ghaib dan anugerah fanaa` fi Allah.
Komentar penulis
Kita tidak boleh menyepelekan orang yang takut kepada Alloh Swt. karena Baginda Nabi Muhammad Saw. juga sangat takut kepada Alloh Swt. sesuai dengan hadits berikut :

 Nabi Muhammad bersabda: "Sesungguhnyaaaku yang paling mengenal Alloh dan akulah yang paling takut kepadanya". (HR Bukhori Muslim).
   Menurut Ibrahim Hilal konsep cinta Ilahinya Rabi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an karena anggapan bahwa puncak kenikmatan tertinggi adalah penyaksian zat Yang Maha Esa serta berkomunikasi langsung denganNya. Orientasi cinta Ilahi akan membuahkan perenungan tentang penyaksian zat Yang Maha Tinggi, dengan konsekuensi, antara
Pengaruh Konsep Mahabbah Rabiah Al-Adawiyah Dalam Pengembangan Tasawuf.
Pengaruh Rabî‘ah al-‘Adawiyyah dalam pengembangan tasawuf sangat signifikan sekali karena ia telah memberikan corak yang baru dalam bertasawuf. Setidak-tidaknya ada tiga kontribusi Rabî‘ah al-‘Adawiyyah dalam dunia tasawuf. Pertama, ia berhasil mentransformasikan konsep al-khawf dan al-rajâ’ (khawf berarti takut terhadap siksa di dalam neraka karena dosa-dosa kita, dan roja’, mengharap ampunan dan surga) dari Hasan al-Bashrî kepada mahabbah (cinta). Jadi, ia menyembah Allah swt bukan semata-mata karena takut kepada api neraka dan mengharap surga tapi ia menyembahNya karena cinta. Kedua, ia memberikan corak baru dalam dunia tasawuf. Walaupun, ia sangat menderita dalam hidupnya tetapi ia mampu menjadi seorang yang “kuat” dalam bertasawuf. Ketiga, dalam hal gender, ia mengubah pandangan para sejarawan bahwa seorang wanita mampu untuk menjadi seorang sufi. Konsep mahabbah yang dikemukakan oleh Rabî‘ah al-‘Adawiyyah sangat istimewa karena ia memberikan contoh yang sangat menarik kepada kita dan relevan sepanjang masa bagaimana kita menyembah Allah Swt. dengan penuh ketulusan. Jadi, pada saat ini umat Islam harus belajar dari seorang sufi wanita ini bagaimana menyembah Allah swt tanpa harus takut akan neraka dan mengharap surga serta meraih kesenangan dunia semata, tetapi menyembah Allah Swt. dengan penuh ketulusan ma-habbah (cinta).
Pandangan Al-Hallaj tentang Bersatu dengan Alloh Swt.
Orang yang menganut faham Takut kepada Alloh Swt. berpendapat bahwa dirinya sangat lemah dan kecil, sebaliknya Alloh Swt. dianggap Maha Besar dan sangat berkuasa.
Sedangkan faham Cinta kepada Alloh Swt. beranggapan bahwa Alloh Swt. adalah kekasihnya yang pada sebagian orang bisa menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana pendapat Al Hallaj berikut ini.
Al Hallaj, nama lengkapnya Abu Al–Mugis Al–Husain bin Mansur bin Muhammad al–Baidawi, dilahirkan tahun 244H./858 di Tur, Persia.
Sejak kecil al-Hallaj banyak bergaul dengan orang-orang sufi terkenal. Pada umur 16 tahun, ia berguru kepada Sahl bin Abdullah al-Tusturi, seorang tokoh sufi terkenal pada abad ke 3 H. Tetapi setelah 2 tahun belajar dengan latihan-latihan berat, ia pergi ke Basrah lalu ke Baghdad. Ia pernah bertapa tahun 873 - 879 M. Menurut paham  al-Hallaj, dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan dan dalam diri Tuhan terdapat sifat kemanusiaan. Karena itu persatuan antara Tuhan dengan manusia bisa terjadi dalam bentuk hulul. Agar manusia dapat bersatu itu, ia terlebih dahulu menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan melalui fana’. Maka yang tinggal hanya sifat ketuhanan, disitulah baru Tuhan dapat mengambil tempat (hulul) dalam dirinya dan ketika itu roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam tubuh manusia. Pandangannya ini menyebabkan dirinya berseberangan dengan penguasa. Pada tahun 923 M. ia ditangkap dan dipenjara 9 tahun. Akhirnya, wazir menjatuhkan hukuman mati atas al-Hallaj  Ia disiksa di hadapan orang banyak lalu dihukum gantung dengan kaki dan tangannya terpotong. Besoknya kepalanya dipenggal, tubuhnya disiram minyak dan dibakar. Debunya dibawa ke menara di tepi sungai Tigris, diterpa angin lalu hanyut di sungai itu.
Kasus yang sama terjadi di Jawa Tengah. Syeh Siti Jenar yang berpandangan sama dengan Al Hallaj (manunggaling kawulo gusti) dihukum mati oleh walisongo.
Pandangan masyarakat tentang faham takut kepada Alloh Swt.
Dari uraian di atas kita bisa memahami mengapa sangat sedikit orang berfaham tentang taqwa adalah takut kepada Alloh Swt.  
Selama hidup penulis, hanya ada 2 orang khotib Jum’at yang membahasnya. Pertama adalah ayah penulis sendiri sewaktu membaca khutbah Jum’at di Masjid Jami’ Jember yang lama. Yang kedua dikatakan oleh seorang khotib sholat Jum’at di Masjid Al-Huda Kaliwates Jember.
Alhamdulillah, sekarang ini ditambah Ustadz Abdussomad yang juga mengartikan taqwa dengan takut (kepada Alloh).  
Sebagian besar pengajian dan ceramah mengutarakan  tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh dan cinta kepada Alloh Swt.
Telah dibahas tentang masalah Takut kepada Alloh Swt. Dan cinta kepada Alloh Swt.
Sesuai dengan sabda Alloh Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa (takut kepada Aloh) di antara kamu (إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُم), orang yang takut kepada Alloh Swt. lebih mulia daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt.
Namun ternyata perihal takut kepada Alloh Swt sangat jarang dibahas. Sebagian besar pengajian dan ceramah biasanya mengutarakan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh Swt. dan Cinta kepada Alloh Swt.
Ini terjadi karena besarnya faham tasauf di kalangan ulama’. Faham tasawuf sangat dipengaruhi oleh faham mahabbah yang dicetuskan oleh Sufi wanita terbesar yaitu Rabiah Al-Adawiyah. 
Orang yang menganut faham Takut kepada Alloh Swt. berpendapat bahwa dirinya sangat lemah dan kecil, sebaliknya Alloh Swt. dianggap Maha Besar dan sangat berkuasa.
Janganlah kita kalah dengan iblis, karena Iblis takut kepada Alloh Swt. yang sangat keras siksanya (tetapi tidak cinta kepada Alloh). Sesuai sabda Alloh di dalam Al Qur-an, dimana Iblis berkata

 8:48
Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu (manusia), sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat, sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Alloh sangat keras siksaNya. (QS. Al-Anfal [8] : 48)

Sedangkan faham Cinta kepada Alloh Swt. beranggapan bahwa Alloh Swt. adalah kekasihnya yang pada sebagian orang bisa menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt.. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana pendapat Al Hallaj yang menganggap dirinya setara dengan Alloh Swt. Bahkan bisa bersatu dengan Alloh Swt.
Menurut Ibrahim Hilal Konsep cinta Ilahinya Rabi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an karena anggapan bahwa puncak kenikmatan tertinggi adalah penyaksian zat Yang Maha Esa serta berkomunikasi langsung denganNya mengabaikan janji dan ancaman Alloh Swt..
Demikan makalah ini. Penulis yakin bahwa makalah ini tidak sempurna. Bila para pembca menemukan kesalahan di dalamnya mohon diberitahukan kepada penulis untuk dilakukan perbaikan seperlunya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Wallohu Al muwaffiq ila aqwamith Thoriq.
Wassalamu alaikum War. Wab.

Jember 12 Januari 2019

Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127
Jember
Kepustakaan
  1. Dr. H.M. Nasim Fauzi, Apakah arti taqwa itu ? Mari kita tanyakan kepada Alloh nasimfauzi.blogspot.com/search/label/Tafsir%20Taqwa%20adalah%20Takut%2001
  2, Dudung, dudung.net, Alquran online.
  3. Karya-Mandau, Beberapa Ayat Al Quran Tentang Cinta Kepada Allah :  http://karya-mandau.blogspot.com/2012/10/beberapa-ayat-ayat-al-quran-tentang.html
  4. Qoffa's Webblog, Penelusuran Konsep Mahabbah Menurut Rabiah Al Adawiyah,: https://qoffa.wordpress.com/2008/02/10/penelusuran-konsep-mahabbah-menurut-rabiah-al-adawiyah/  5. Wikipedia, Mansur Al-Hallaj,  http://id.wikipedia.org/wiki/Mansur_Al-Hallaj