Minggu, 11 April 2021

Leaflet Takwil Ayat Mutasyabihat 05

5. ANTARA    

CINTA KEPADA ALLOH

dan TAKUT KEPADA ALLOH

 

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

Pendahuluan

Pada makalah “Tafsir Taqwa adalah Takut”, telah dibuktikan bahwa arti kata taqwa adalah takut, bukanlah Memel-hara diri dari siksaan Alloh dengan mengikuti segala perintah-perintahNya; dan menjauhi segala larangan-laranganNya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.”

Dibandingkan dengan ayat-ayat tentang taqwa yang  jumlahnya 185, ayat-ayat tentang cinta kepada Alloh Swt jumlahnya jauh lebih sedikit, hanya ada 4 ayat yaitu:

1. Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzolim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Alloh semuanya dan bahwa Alloh amat berat siksaanNya (niscaya mereka takut kepada Alloh). (QS. Al-Baqoroh [2] : 165).

2. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang  (QS. Ali Imron [3] : 31).

3. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencerca. Itulah karunia Alloh, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakNya, dan Alloh Maha Luas (pemberianNya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah [5] : 54).

 4. Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak,saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari Alloh dan RosulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan Keputusan-Nya". dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. QS. At-Taubah [9] : 24)

Dari uraian di atas ternyata takut kepada Alloh Swt  dan cinta kepada Alloh Swt. Kedua-duanya sama-sama diperintahkan oleh Alloh Swt di dalam al Qur-an.

Manakah yang lebih mulia antara orang yang  takut kepada Alloh Swt. dan orang yang cinta kepada Alloh Swt. ?

Alloh bersabda :“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurot [49] : 13)

Alloh Swt menyatakan dalam ayat di atas bahwa  orang yang bertakwa atau takut kepada Alloh Swt  lebih mulia kedudukannya di sisi Alloh Swt (daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt)

Cinta kepada Alloh Swt. menurut Robiah Al-Adawiyah

Robiah (713-801) lahir di Basroh, Irak. Nama lengkapnya adalah Robi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah. Seorang sufi wanita pada masa dinasti  Umayyah menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah yang sangat takut dan taat kepada Tuhan. Dijuluki Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun Al-Misri. 

Robi`ah adalah orang pertama yang menyatakan doktrin cinta tanpa pamrih kepada Alloh (mahabbah). Merupakan konsepsi baru di kalangan para sufi kala itu.

Robi`ah menyatakan tentang konsepsi cinta. Cinta berbicara dengan kerinduan dan perasaan. Cinta muncul dari keazalian (azl) dan menuju keabadian (abad).

Ada dua batasan cinta menurut Robi`ah.

1. Sebagai ekspresi cinta hamba kepada Alloh, maka harus menutup selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta.

a. Dia harus memalingkan punggungnya dari dunia dan segala daya tariknya.

b. Dia harus memisahkan dirinya dari sesama makhluk ciptaan Alloh, supaya dia tak bisa menjauh dari Sang Pencipta.

c. Dia harus bangkit dari semua keinginan nafsu duniawi dan tidak memberikan peluang terhadap kesenangan dan kesengsaraan. Karena kesenangan dan kesengsaraan dikhawatirkan bisa mengganggu perenungan pada Yang Maha Suci.

2. Kadar cinta kepada Alloh itu harus tidak ada pamrih apapun. Artinya, seseorang tidak dibenarkan mengharapkan balasan dari Alloh, baik ganjaran (pahala) maupun pembebasan hukuman. Dan melalui jalan cinta inilah, jiwa yang mencintai akhirnya mampu menyatu dengan Yang Dicintai dan di dalam kehendakNya itulah akan ditemui kedamaian.

Menurut Muhammad Atiyah Khomis dalam bukunya (Rabi-'ah al Adawiyah), sebelumnya Robi`ah juga mencintai Alloh karena mengharapkan surga Alloh dan  takut akan nerakaNya. Pertanyaan Robi`ah kepada Alloh, yaitu  “O, Tuhan, apakah Engkau akan membakar hambaMu di dalam neraka, yang hatinya terpaut padaMu, dan lidahnya selalu menyebutMu, dan hamba yang senantiasa takwa kepadaMu.

Robi`ah menyadari bahwa cinta seperti itu adalah cinta yang sempit, lalu dia meningkatkan motivasi dirinya sampai luluh dalam cinta Ilahi. Artinya, dia mencintai Alloh karena memang Alloh patut dicintai, bukan karena takut neraka atau mengharap surgaNya. Selanjutnya dia minta dibakar dalam api neraka, jika menyembah Alloh karena takut akan nerakaNya dan mengharapkan surgaNya. Atas dasar  cinta dalam penyembahan Alloh inilah, dia minta diberi kesempatan melihat wajah Alloh Yang Maha Agung dan Maha Mulia, hingga merasa bahagia berada dekat dengan  Alloh pada hari kebangkitan, hanya mengharap ridho Alloh semata.

Tasawuf di tangan Robi`ah menimbulkan revolusi rohani.  Beriman dan beramal sholeh oleh Robi`ah diubah menjadi cinta, rindu dan berzikir kepada Alloh, dengan segala akibat-nya. Tujuan hidup untuk mencari akhirot di-nilai sebagai tabir menyesatkan yang wajib dilenyapkan. Mengharap surga dan takut neraka disamakan dengan sifat pedagang yang men-cari laba dan takut mendapat kerugian.

Menurut Ibrahim Hilal, seorang ulama dan perawi hadits Syiáh, konsep cinta Ilahinya Robi`ah sangat jauh dari spirit al-Qur’an, karena dia beranggapan bahwa kenikmatan ter-tinggi adalah penyaksian zat Yang Maha Esa dan berkomu-nikasi langsung denganNya.

Orientasi cinta Ilahi akan membuahkan perenungan ten-tang penyaksian zat Yang Maha Tinggi, dengan pengabaian janji dan ancaman Allah. Akan mengakibatkan kemandegan kehidupan duniawi, terhentinya dinamika pemikiran dan ke-gagalan seluruh kegiatan pengajaran dan ilmu.

Pengaruh Robî‘ah al-‘Adawiyyah dalam tasawuf sangat besar.

Ada tiga kontribusi Robî‘ah al-‘Adawiyyah.

Pertama, ia berhasil merubah konsep al-khowf dan al-ra-jâ’ (khowf berarti takut terhadap siksa neraka karena dosa-dosa kita, dan roja’, mengharap ampunan dan surga) dari Hasan al-Bashrî kepada mahabbah (cinta). Jadi, ia menyem-bah Alloh swt bukan karena takut kepada api neraka dan mengharap surga tapi ia menyembahNya karena cinta.

Kedua, walaupun, ia sangat menderita dalam hidupnya tetapi ia mampu menjadi seorang yang “kuat” dalam ber-tasawuf.

Ketiga, ia mengubah pandangan bahwa seorang wanita mampu menjadi seorang sufi. Konsep mahabbah mem-berikan contoh sepanjang masa bagaimana menyembah Alloh Swt. secara tulus dengan penuh cinta (mahabbah).

Pandangan Al-Hallaj tentang Bersatu dengan Alloh Swt.

Orang yang Takut kepada Alloh Swt beranggapan bah-wa dirinya sangat lemah dan kecil, sebaliknya Alloh Swt adalah Maha Besar dan Maha Kuasa.

Sedangkan orang yang cinta kepada Alloh Swt meman-dang Alloh Swt adalah kekasihnya sehingga bisa meng-anggap dirinya setara dengan Alloh. Malahan bisa bersatu dengan Alloh, sebagaimana pendapat Al Hallaj berikut ini.

Al Hallaj, nama lengkapnya adalah Abu Al–Mugis Al–Husain bin Mansur bin Muhammad al–Baidawi. Lahir pa- da tahun 858 di Tur Persia. Kakeknya bernama Muham-mad beragama Majusi sebelum masuk Islam.

Sejak kecil al-Hallaj sudah banyak bergaul dengan orang-orang sufi. Pada umur 16 tahun, ia berguru kepada Sahl bin Abdullah al-Tusturi selama dua tahun. Kemudian per-gi ke Basrah dan Bagdad. Ia pernah bertapa dari tahun 873- 879. 

Menurut al-Hallaj, dalam diri manusia terdapat sifat ke-tuhanan dan dalam diri Tuhan terdapat sifat kemanusiaan. Karena itu Tuhan bisa bersatu dengan manusia dalam bentuk hulul. Agar dapat bersatu kita harus menghilang-kan sifat-sifat kemanusiaan melalui fana’. Maka, barulah Tuhan dapat mengambil tempat (hulul) dalam dirinya. Ke-tika itu roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam tubuh manusia.

Kesimpulan / Penutup

Dari uraian di atas kita bisa memahami mengapa sangat sedikit orang yang berfaham bahwa taqwa adalah takut kepada Alloh Swt. Selama hidup penulis, hanya ada dua orang khotib Sholat Jum’at yang berpendapat demikian. Pertama adalah ayah penulis sendiri sewaktu membaca khutbah Jum’at di Masjid Jami’ Jember puluhan tahun yang lalu. Yang kedua adalah seorang khotib sholat Jum’at di Masjid Al-Huda Jember beberapa tahun yang lalu.

Sebagian besar pengajian dan ceramah biasanya mengutarakan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Alloh  Swt. dan Cinta kepada Alloh Swt..

Padahal Alloh Swt. bersabda:

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu (إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُم).

Nabi Muhamad Saw. bersabda. Sesungguhnya aku yang paling mengenal Alloh dan akulah yang paling takut kepadaNya(HR. Bukhori - Muslim).

Nabi Saw. bersabda kepada para sahabat beliau: “Demi Alloh, andai kalian tahu apa yang aku ketahui, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis (karena takut kepada Alloh) Kalian pun akan enggan berlezat-lezat dengan istri kalian di ranjang. Dan kalian akan keluar menuju tanah datar tinggi, mengiba-iba berdoa kepada Allah 

(HR. Tirmidzi 2234), dihasankan Al Albani dalam Shohih At Tirmidzi)

Faham Cinta kepada Alloh Swt. dari Robiáh Al-Adawiyah bisa berlanjut menjadi faham bersatu dengan Alloh Swt. sebagaimana faham Al-Hallaj.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Alloh mustahil bersatu dengan Alloh yang menciptakannya sebagaimana pendapat Al-Hallaj di atas.

Maka, orang yang takut kepada Alloh Swt. lebih mulia kedudukannya daripada orang yang cinta kepada Alloh Swt.

 

 

Jember 12 Agustus 2015

Dr. H.M. Nasim Fauzi

Jalan Gajah Mada 118

Tilpun (0331) 481127

Jember

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar