Minggu, 28 September 2008

Buku Akhlaq

Diedit tgl. 19 Juni 2016


BERBUAT BAIK

PADA SEMUA ORANG



Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi





Motto :

================================================================
1. Berbuat baiklah pada semua orang.

2. Jangan mengharap orang-orang yang kita selalu berbuat  baik pada mereka itu, berbuat baik juga pada kita.

3. Bila demikian, kita akan selalu kecewa.

4. Balaslah kejelekan dengan kebaikan.
=================================================================

Pendahuluan

Bangsa Indonesia sekarang sedang berada dalam krisis. Dimulai dari krisis moneter dengan anjloknya nilai rupiah yang segera menimbulkan krisis ekonomi, kemudian menimbulkan krisis politik (jatuhnya Orde baru). Selanjutnya terjadi kerusuhan massal dimana-mana, kerusakan lingkungan yang parah serta meningkatnya krisis akhlak akibat tidak adanya keteladanan yang baik dari para pemimpin (uswatun hasanah).
Makalah ini bermaksud memberi sumbangan kecil di bidang akhlaqul-karimah (budi pekerti yang mulia).

I. Berbuat Baik pada Semua Orang.

Penilaian Baik-buruk Suatu Perbuatan
Penilaian baik/buruk suatu perbuatan termasuk dalam kajian Etika/Sopan Santun/ Akhlak.
Suatu perbuatan dinilai sebagai baik atau buruk dapat dilihat dari:

a. Adat istiadat suku bangsa
b. Opini masyarakat
c. Hati nurani
d. Fikiran/akal/ratio dan filsafat Barat khususnya hedonisme.
e. Agama
Dengan semaraknya media audio visual modern (koran, majalah dan TV) adat istiadat mulai luntur digantikan oleh budaya dunia modern yang sangat dipengaruhi oleh budaya barat. Budaya barat terutama berdasarkan filsafat kebahagiaan (hedonisme). Opini masyarakat sangat dipengaruhi oleh tayangan media.

Filsafat Kebahagiaan (hedonisme)
Filsafat ini dipelopori oleh ahli filsafat Yunani, Epicurus (341-270). Perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagiaan, nikmat/kelezatan. Kenikmatan disini meliputi nikmat jasmani dan nikmat rohani. Nikmat rohani dinilai lebih mulia daripada nikmat jasmani. Kebahagiaan dapat dirasakan oleh diri sendiri (egoistic hedonism) atau kebahagian bersama (universal hedonism). Kebahagiaan bersama harus menjadi pokok pandangan setiap orang. Suatu perbuatan bernilai keutamaan bila menghasilkan kebahagiaan kepada manusia, meskipun menghasilkan kepedihan kepada sebagian kecil orang, termasuk diri sendiri.
Filsafat hedonisme ini bersifat relatif menurut tempat dan waktu. Perbuatan yang membahagiakan masyarakat tertentu mungkin saja dapat merugikan bangsa lain.

Penilaian baik-buruk menurut hati-nurani
Apakah hati-nurani itu ?
Menurut Sidi Gazalba alat etika disebut hati-nurani, atau suara hati, ada pula disebut orang hati-sanubari atau dalam bahasa Melayu disebut hati kecil. Hati-nuranilah yang menyalahkan atau membenarkan tindakan kita. Apabila kita melakukan tindakan jahat, timbul sesal dalam hati. Terjadilah dialog dalam diri. "Kenapa engkau lakukan itu? Pantaskah engkau kerjakan demikian?" dsb. Budi kita mencari-cari alasan untuk membela diri. Hati-nurani itu menuntut, menyalahkan kita. Sebaliknya, kalau kita melakukan tindakan baik timbul kepuasan dalam hati. Tidak ada pertengkaran antara hati dan budi.
Ada kalanya hati-nurani memberi petunjuk akan peristiwa yang akan terjadi. Ini adalah hati-nurani yang memberi petunjuk (index).
Sering pula hati-nurani berdialog dengan diri kita yang menyesalkan tindakan yang salah. Ini adalah hati-nurani yang mengadili (judex).
Terhadap tindakan jahat yang dialami, sering hati berkehendak membalas. Ini adalah hati-nurani membalas kejahatan (vindex).

Teori-teori hati nurani
Masalah tentang hati-nurani dapat dijawab oleh tiga teori dan ajaran Islam.
1. Hati-nurani itu adalah asli. Adanya bersama-sama dengan adanya jiwa. Dengan demikian ia merupakan bakat atau pcmbawaan.
2. Hati-nurani bukan bakat atau pembawaan, tapi didapatkan dari luar, sehingga boleh dijadikan baik atau tidak.
3. Teori ketiga merupakan sintesa antara yang pertama dan kedua. Hati-nurani sudah ada semenjak manusia lahir, tapi berkembang menurut pcngaruh dari luar (lingkungan, pendidikan dan pengalaman).

Gerak hati
Islam mengajarkan tentang gerak hati. Malaikat atas suruhan Tuhan menggerakkan hati kepada yang baik, sebaliknya setan membisikkan kepada yang jahat. Akal menampung kedua gerak itu dan memberi keputusannya. Kalau diterimanya gerak hati yang berasal dari malaikat, lahirlah laku perbuatan yang baik. Sebaliknya kalau bisikan setan yang diterimanya, timbullah laku perbuatan yang jahat. Maka perlulah akal itu diisi dengan ilmu melalui budi dan dengan agama melalui hati, sehingga dengan penerangan ilmu dan agama, akal tidak sesat jalan dalam memberikan putusannya.

Kesimpulan masalah hati nurani:
Masalah hati-nurani rumit sekali. Mula-mula ia objektif, sesudah itu dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, bercampur dengan pemikiran, sehingga ia disamakan orang dengan pemikiran. Hati-nurani individu amat dipengaruhi oleh hati-nurani kolektif (masyarakat). Batasnya amat tidak pasti, nisbi dan sukar menentukannya.

Berbuat Baik pada Semua Orang Menurut Agama Islam
Berbuat baik pada semua orang termasuk akhlaqul karimah. Rasululah Saw. bersabda : "Mu'min yang paling sempurna imannya adalah yang baik akhlaqnya". (HR. Abu Dawud).
Berbuat baik sesuai tuntunan agama tidak selalu berbuah kesenangan di dunia, tetapi pasti akan mendapatkan kebahagian di akhirat.
Uraian berikut penulis kutip dari buku Akhlaq Islam, karangan K.H. Abdullah Salim.

Akhlak kepada Sesama Manusia
Akhlaq atau berbuat baik pada sesama manusia di antaranya sebagai berikut :
1. Menghormati perasaan manusia lain
Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak termasuk muslim apabila bersikap penohok, pela'nat, sikap kejam dan pencaci" (HR. Tirmidzi).

2. Memperlihatkan sikap bermuka manis
Memperlihatkan sikap bermuka manis, mencintai saudara sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri, menyenangi apa yang menjadi kesenangannya dalam kebaikan.
Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak dikatakan seorang muslim, sehingga dia menyenangi apa yang disenangi oleh saudaranya, sebagaimana dia menyenangi apa yang disenanginya" (HR. Bukhari, Muslim).

3. Pandai berterima kasih
Rasulullah Saw. bersabda : "Tidak dapat bersyukur kepada Allah orang yang tidak pernah berterima kasih atas kebaikan orang lain" (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

4. Memenuhi janji
Janji adalah amanah yang wajib dipenuhi, baik janji untuk bertemu, janji membayar hutang, maupun janji mengembalikan pinjaman.
  
Alloh Swt. berfirman:  
"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS. An-Nahl [16:] 91).

5. Tidak boleh mengejek
Alloh Swt. berfirman:
  
  Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurot [49]:11).

6. Jangan mencari-cari kesalahan
Alloh Swt. berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. Al-Hujurot [ : [4912).

7. Jangan menawar sesuatu yang sedang ditawar orang lain
Dalam hadits riwayat Ibnu 'Umar dijelaskan: "Janganlah kamu menjual atau menawarkan sesuatu yang. sedang ditawarkan oleh saudaramu". (HR. Bukhori).

Akhlak terhadap Sesama Muslim

1. Menghubungkan Tali Persaudaraan.
Dalam hadits Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut: "Sesungguhnya semua hamba Allah itu bersaudara". (HR. Abu Dawud).

Sifat bersaudara harus saling mencintai dan saling mengunjungi. Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak beriman seseorang dan kamu sehingga cinta kepada saudaranya, sebagaimana cinta pada dirinya sendiri". (HR. Bukhori, Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i).

Tidak memutus tali persaudaraan.
Allah Swt. berfirman:  
"Dan orang-orang yang memutuskan sesuatu (persaudaraan) yang diperintahkan Allah agar selalu dihubungkan, dan mereka yang membuat kerusakan atas bumi, mereka mendapatkan la'nat Allah dan mereka akan mendapatkan tempat tinggal yang sangat menyusahkan". (QS. Ar-Ro'd [13]: 25).

2.   Saling Tolong menolong.
Perintah tentang tolong menolong sesama ummat muslim di sebut dalam Al-Qur'an:
 وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ‌ۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِ‌ۚ 
"Saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan kamu tolong menolong berbuat dosa dan permusuhan". (QS. Al-Maidah [5] : 2).

"Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, karena itu ia tidak menganiaya saudaranya, tidak merendahkan derajatnya dan tidak menganggapnya sepele dan hina". (HR. Dawud)

3. Membina Persatuan.
Kewajiban adanya suatu ikatan yang terpadu dalam suatu jamaah, digariskan Allah Swt. dalam Al Qur-an
  وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
"Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai". (QS. Ali 'Imron [3] : 103)

4. Waspada dan menjaga keselamatan bersama.
Allah Swt. berfirman:
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al 'Ashr [103] : 3).

5. Berlomba mencapai kebaikan.
Perintah tentang keharusan berlomba untuk kebaikan dinyatakan Allah di dalam Al-Qur 'an:
  
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.". (QS.Al-Baqoroh [2] : 148).
Dari perintah berlomba dalam kebaikan ini, tersirat suatu larangan iri dan dengki terhadap kemajuan bagi pribadi-pribadi ummat muslimin. Rasulullah Saw. bersabda:
 "Tidak boleh iri, kecuali terhadap dua hal: Pertama terhadap seorang yang diberi ilmu, kemudian dengan ilmunya itu ia banyak beramal demi kebaikan ummat. Kedua, iri terhadap orang kaya, yang dengan kekayaannya yang banyak itu dihabiskannya untuk perjuangan membela kebenaran (agama). (HR. Bukhori dan Ahmad).

6. Bersikap adil.
Perhatikan petunjuk Ilahi dalam Al-Qur'an: 
  
"Berilah maaf dan anjurkanlah orang untuk berbuat adil dan hindarilah pergaulan dengan orang-orang bodoh (kecuali untuk mendidik mereka)". (QS. Al-A'roof [7] : 199).

7. Tidak boleh mencela dan menghina.
Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
 "Jangan kamu saling mendengki, saling membenci, saling mencari kesalahan yang lain, saling mengumpat dan jangan pula saling menipu. Tetapi jadilah kamu hamba-hamba Allah penuh persaudaraan." (HR. Bukhori dan Muslim).

8. Tidak boleh menuduh dengan tuduhan fasiq atau kafir.
Rosulullah Saw. bersabda:
 "Janganlah seseorang itu melontarkan kata fasiq dan kafir, kecuali kepada orang yang murtad. Apabila kata itu tidak benar, maka akan kembali kepada yang mengatakan" (HR. Bukhari dan Ahmad).

9. Tidak boleh bermarahan
Sabda Rosulullah Saw.: "Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari" (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Muatho dan Ahmad).

10.  Memenuhi janji
Alloh Swt. berfirman:
 وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِ‌ۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡـُٔولاً۬
"Penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan dipertanggung-jawabkan" (QS. Al-Israa' [17] : 34).

Rosulullah Saw. bersabda:
"Empat sifat yang bila melekat semuanya pada seseorang di antara kamu, maka ia adalah munafiq, dan bila salah satu atau sebagian dari sifat itu melekat pada dirinya, berarti melekat pada dirinya sebagian dari sifat munafiq tersebut, sampai ia dapat membebaskan diri dari pada sifat tersebut".
 Perincian 4 sifat itu adalah:
1. Jika diberi kepercayaan, dikhianatinya;
2. Jika berbicara, selalu dibumbui kebohongan;
3. Jika berjanji atau membuat perjanjian, selalu berbuat curang;
4. Jika berbantahan, berbuat keji (tidak bersikap jantan). (HR. Bukhari dan Muslim).

11. Saling memberi salam
Sabda Alloh Swt.
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.". (QS. An-Nisa' [4] : 86).

Dari Abu Huroiroh Ra., berkata Rosulullah Saw.: "Yang berkendaraan lebih dulu mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki; yang berjalan kaki lebih dulu mengucapkan salam kepada yang duduk; dan rombongan yang sedikit lebih dulu mengucapkan salam kepada rombongan yang lebih banyak, orang muda lebih dulu mengucapkan salam kepada yang lebih tua" (HR. Bukhori).

12.  Menjawab bersin
Apabila seseorang bersin didekat saudara sesama muslim dan ia mengucapkan kata "Alhamdulillah", maka jawablah dengan memberikan do'a kepada yang bersin tersebut dengan ucapan: "Yarhamukalloh" (Semoga Allah memberi rohmat/kesembuhan atas kamu). Yang bersin menjawab: "Yaghfirullohu li walaka" (Semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu). "Yahdikumullohu wa yuslih balakum" (Semoga Alloh memberi petunjuk kepadamu dan membuat baik hatimu) (HR. Bukhari).

13. Melayat mereka yang sakit
Hadits Rosulullah Saw. sebagai berikut: "Kewajiban muslim atas muslim lainnya ada lima:
1. membalas salam,
2. mengunjungi muslim yang sakit,
3. mengiringi (menyelenggarakan) jenazahnya,
4. memenuhi undangannya, dan
5. mendo'akan mereka yang bersin" (HR. Bukhori dan Muslim).

14. Menyelenggarakan pemakaman jenazah
Apabila ada saudara muslim yang meninggal dunia, maka kewajiban saudaranya yang hidup ialah menyelenggarakan pemakamannya, yaitu:  memandikan, mengkafankan, menshalatkan, mengantarkannya kekubur dan memakamkannya. Semua hal tersebut merupakan kewajiban kifayah, suatu kewajiban yang bisa diwakili oleh seseorang, dan bila mengurus jenazah itu telah terselenggara, maka kewajiban yang lainnya gugur; tapi bila tidak ada seorang pun yang mau melakukannya, maka semuanya menanggung dosa.

15. Bebaskan diri dari suatu sumpah
Alloh Swt. berfirman:
  
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).". (QS. Al-Maidah [5] : 89).
Pembebasan diri dari sumpah tersebut, adalah dengan memilih salah satu dan cara-cara berikut ini :
a. Memberi makan 10 (sepuluh) orang miskin, sesuai dengan ukuran diri dan keluarga yang bersumpah.
b. Memberi pakaian kepada 10 (sepuluh) orang miskin;
c. Membebaskan seorang budak sahaya;
d. Puasa selama tiga hari berturut-turut.

16. Tidak bersikap iri dan dengki
Sesuai dengan hadits Rasulullah Saw.: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sampai ia merasa senang dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan harapannya hal itu terjadi pada dirinya". (HR. Bukhari dan Muslim).

17. Melindungi keselamatan jiwa dan harta
Nabi Muhammad SAW. bersabda : "Yang disebutkan seorang mu'min, ialah mereka yang mampu memberikan keamanan bagi mu'min lainnya baik keamanan diri, maupun keamanan harta" (HR. Ahmad, Tirmidzi, Al-Hakim).

18. Tidak boleh bersikap sombong
Dengan sikap sombong, orang tidak mungkin mengadakan komunikasi secara wajar dan proporsional, sehingga informasi yang didapatnya selalu salah dan akan mempersukar dirinya sendiri, seperti sikap iblis terhadap Nabi Adam As. yang menyebabkan ia dila'nat Allah. Karena informasi asal kejadian manusia, yang dianggap iblis sangat kurang baik, dibandingkan dengan asal kejadian diri iblis.
Perhatikan peringatan Luqman di dalam Al-Qur'an terhadap anaknya:  
  
Janganlah engkau palingkan mukamu dari manusia dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sikap sombong, dan sesungguhnya Alloh tidak mencintai tiap pribadi yang congkak dan sombong”. (QS. Luqman [31]:18).

Sabda Nabi Muhammad Saw. : "Janganlah dipaksa seseorang untuk bangun dari tempat duduknya di suatu majelis, agar kamu dapat duduk di tempatnya, tetapi hendaknya kamu saling memberi keluasan dan kelapangan (saling memberi tempat)" (HR. Bukhori dan Muslim).

19. Fitnah dan pengkhianatan adalah sikap tercela
Sabda Alloh Swt.:
"Mereka yang menyiksa seorang laki-laki atau perempuan mu'min untuk kesalahan yang tidak pernah dibuatnya, sesungguhnya orang tersebut memikul suatu dusta besar dan dosa yang nyata" (QS. Al-Ahzab [33] : 58).
  
"Siapa saja yang berbuat kesalahan atau dosa, lalu menyatakan dirinya bersih dan melemparkan tuduhan kepada orang sebagai pelakunya, sesungguhnya orang tersebut memikul besar dan dosa nyata" (QS. An-Nisa' [4] : 112).
  
"Sesungguhnya mereka yang menyukai tersiarnya suatu keburukan (aib) dari orang-orang beriman, bagi mereka itu azab di dunia dan di akhirot. Dan Alloh mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (QS. An-Nur [24] :19).

20. Bersifat pemaaf
Sabda Allah sebagai berikut :
 وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
 "Hendaklah memberi maaf dan jangan mendendam bukankah kamu suka bahwa Alloh juga memberi ampunan kepada kamu" (An-Nur [24] : 22).
 فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ
"Siapa saja yang mendapat keampunan dari saudaranya mengenai suatu (telah diberi maaf oleh fihak keluarga yang dirugikan), maka hendaknya ia balas pemberian maaf itu dengan sebaik-baiknya, dan menunaikan kewajiban ganti ruginya dengan cara yang paling baik" (QS. Al-Baqarah [2] : 178).

Berbuat Baik Menurut Quraisy Shihab

Dalam tafsir Surat Al-Ashr, Quraisy Shihab menafsirkan "amilush-sholihat" (mengamalkan pekerjaan-pekerjaan yang baik) dengan "tidak berbuat kerusakan".
Yang dimaksud dengan berbuat kerusakan adalah :
1. Pengrusakan tumbuhan, generasi manusia dan keharmonisan lingkungan, seperti yang diisyaratkan oleh QS Al-Baqarah  [2: 205.
  
    Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan
2. Keengganan menerima kebenaran (QS Alu 'Imran [3}: 63).
  
  
   Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
3. Perampokan, pembunuhan, dan gangguan keamanan (QS Al-Ma'idah [5] : 32).
  
  
   Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
4. Pengurangan takaran, timbangan, dan hak-hak manusia (QS Hud [11] : 85).
  
  
    Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
5. Usaha memecah-belah kesatuan (QS Al-Anfal [8] : 73).
  
  
    Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
6. Berfoya-foya dan bermewah-mewah (QS Al-Furqon [25] : 67).
  
  
   Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
7. Pemborosan = 6.

8. Makar dan penipuan (QS Ali Imron [3] : 54).
  
  
    Orang-orang kafir itu membuat makar / tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
 9. Pengorbanan nilai-nilai agama (QS Ghafir [40] : 26).
  
    Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".
10. Kesewenang-wenangan (QS Hud [11] : 50-56). 
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

Tidak Berfoya-foya, Bermewah-mewah dan Boros
Sebagaimana uraian Quraisy Shihab pada nomor 6 dan 7 di atas, perbuatan-perbuatan ini termasuk berbuat kerusakan. Alloh Swt. telah berjanji akan memenuhi rizki (makanan, minuman dan kesehatan) semua makhluk di bumi sesuai firman-Nya : 
"Dan tidak ada suatu binatang melata ( hidup) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Loh-mahfuz). (QS Huud 11 : 6).
Sumber daya alam yang diciptakan Allah hanya bisa mendukung gaya hidup yang wajar/ sederhana. Dengan maraknya gaya hidup barat di seluruh dunia yang cenderung mewah dan boros, telah terjadi kerusakan lingkungan hidup yang parah di mana-mana. Maka, agar bisa mencegah dan memperbaiki kerusakan lingkungan, kita harus merubah gaya hidup ke arah kewajaran/ sederhana, termasuk di dalam masalah ibadah (misalnya tidak berhajji/umroh berkali-kali, uangnya dialihkan untuk menolong yang menderita kekurangan).

II. Jangan mengharap orang-orang yang kita selalu berbuat baik pada mereka itu, berbuat baik juga pada kita.

Dalam kalimat  di atas terkandung sifat ikhlas.
     Uraian di bawah kami kutip dari buku Ikhlas karangan Dr. Yusuf Qardlawi

Pengertian Ikhlas
Ikhlas ialah menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan Allah dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Dengan demikian, perbuatan seseorang benar-benar tidak dicampuri oleh keinginan yang bersifat sementara, seperti keinginan terhadap kemewahan, kedudukan, harta, popularitas, simpati orang lain, pemuasan hawa nafsu, dan penyakit lainnya.
Firman Alloh :

"Katakanlah! Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta. Tiada Sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku...." (QS. Al-An'am [6] : 162-163)

Tanda-tanda Keikhlasan
Tanda-tanda keikhlasan ini sangat banyak. Ia dapat dilihat dari kehidupan, perilaku, dan persepsi seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Berikut ini kami kemukakan beberapa tanda tersebut.

1. Takut akan popularitas
2. Mengakui kekurangan diri
3. Cenderung menyembunyikan amal kebajikan
4. Menyamakan tugas seorang jenderal dengan tugas seorang prajurit
5. Mengutamakan keridhaan Alloh daripada keridhoan manusia
6. Cinta dan marah karena Allah
7. Sabar terhadap lamanya perjuangan
8. Merasa gembira jika kawannya memiliki kelebihan

Dasar Diterimanya Amal Perbuatan
Suatu amal saleh akan diterima Alloh jika ia memenuhi dua rukun.
Pertama, amal perbuatan itu harus didasari keikhlasan dan niat yang murni.
Kedua, amal perbuatan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi saw. dan syariat Islam.

Buah Sikap Ikhlas
Sifat ikhlas dapat membuahkan hasil yang baik dan positif pada diri seseorang, di antaranya:
1. Sumber Ketenangan Jiwa
Ikhlas mampu melahirkan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati sehingga dada menjadi lapang. Sebab, hatinya terpadu dalam rangka mencari keridhaan Allah. Allah Swt. mengumpamakan seorang mukmin yang benar-benar mengesakan Allah sebagai seorang hamba sahaya yang hanya memiliki seorang majikan.
Firman Alloh:
  
"Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleb beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Az-Zumar [39] : 29)

2. Sumber Kekuatan Jiwa
Sesungguhnya, orang yang rakus terhadap harta, kedudukan, pangkat, dan jabatan adalah orang yang sangat lemah. Apalagi jika ia tidak berhasil mencapai keinginannya di dunia. Ia benar-benar tidak berkutik jika harta yang diharapkannya sirna. Seorang yang benar-benar ikhlas karena Allah tidak akan terbujuk oleh iming-iming menggiurkan. Ia juga tidak akan mundur karena tekanan dan ancaman. Ia tidak mungkin menjadi orang yang hina dina karena sangat rakus dan tidak akan berpaling karena dihantui perasaan cemas.

3. Memperpanjang Amal Kebajikan
Orang yang hanya mencari perhatian orang atau memenuhi keinginan perut dan nafsu seksual tidak akan bertahan lama dalam bekerja. Jika apa yang diharapkannya tidak tercapai, ia berputus asa lalu menghentikan pekerjaannya. Begitu pula, seseorang yang bekerja semata-mata untuk mencari popularitas atau mendapatkan kedudukan, akan bermalas-malasan jika apa yang diinginkannya tidak tercapai.
Hal itu berbeda dengan seorang yang berbuat semata-mata karena Alloh. Ia tidak mengenal malas, tidak loyo, dan tidak akan bersikap santai. Ia melakukan semua pekerjaannya didasarkan kepada Allah, Zat Alloh akan tetap kekal selama-lamanya meskipun manusia binasa, demikian pula jika sekalipun semua makhluk-Nya hancur berantakan.
Firman-Nya:
 كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"...Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Qoshosh [28]: 88)

Orang-orang saleh berkata, "Semua pekerjaan yang dilakukan karena Allah akan kekal dan sinambung. Namun, pekerjaan yang dikerjakan bukan karena Allah akan segera musnah."

4. Mengalihkan Sesuatu yang Mubah dan Biasa Menjadi Ibadah
Disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi saw. berkata kepada Sa'ad,
"Sesungguhnya apa saja yang kamu sedekahkan, asalkan kamu landasi niat mencari keridhaan Allah, maka kamu akan memperoleh pahala dari-Nya, sampai-sampai sesuap makanan yang kamu berikan kepada istrimu."

5. Tetap Mendapat Pahala Meskipun Amal Tidak Dilaksanakan atau Diselesaikan
Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan sanad sahih dari Abud Darda secara marfu' bahwa beliau berkata,
"Barang siapa mendatangi tempat tidurnya dengan niat akan bangun sholat malam tetapi ia tertidur sampai datangnya subuh maka dituliskan baginya pahala atas apa yang diniatkannya, sedangkan tidurnya dinilai sedekah dari Tuhannya."

Tambahan penulis :

6. Menangkal Godaan Iblis.
Setelah Iblis diusir dari surga karena membangkang dari perintah Allah untuk sujud kepada Adam As, Iblis meminta dan telah diberi waktu sampai hari kiamat untuk menggoda manusia agar masuk neraka bersama dengannya. Iblis berkata: 
  
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al-Hijr [15] : 39-40)


III. Bila demikian, kita akan selalu kecewa.

Kita sering berbuat baik baik pada orang lain dengan pamrih, ingin dibalas dengan perbuatan baik pula. Merawat dan membesarkan anak, kita ingin anak membalas budi kita. Memberi sesuatu pada orang tua, saudara, tetangga dan kawan kita ingin mendapat balasan. Bersikap ramah terhadap orang lain, kita ingin orang itu ramah juga pada kita.
Karena dunia ini tidak sempurna seringkali harapan kita ini tidak terjadi, sehingga kita kecewa.

Kekecewaaan dapat menimbulkan kemarahan

Timbulnya kemarahan kepada orang lain ada 6 tahap:

Tahap pertama : Saya menginginkan sesuatu."

Kita semua memiliki berjuta-juta keinginan dan harapan. Saya menginginkan kasih sayang, kekayaan, perlakuan yang adil, dihargai, keselamatan, dan saya juga ingin pergi ke bulan, menjadi raja, memiliki semua yang ada di dunia, serta hidup selama-lamanya. Keinginan manusia sama luasnya dengan khayalan. Keinginan adalah sumber segala penemuan, amal, pengetahuan, dan seni.

Tahap ke-dua : "Saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan dan saya merasa kecewa."

Suatu keinginan tidak terpenuhi dan tentu saja banyak keinginan yang mengalami nasib sama. Dari semua keinginan yang  kita miliki hanya sebagian kecil yang terpenuhi. Keadaan ini juga merupakan penyesalan yang tidak dapat dihindari yang harus ditanggung oleh manusia.
Seorang yang bijaksana mengerti bahwa kehidupan ini tidak akan memberikan semua yang ia inginkan. Oleh karena itu, ia puas dengan yang telah ia peroleh, baik melalui kerja keras ataupun nasib baik. Ia menerima segala yang tidak terpenuhi, walau ia telah berusaha sebaik-baiknya. Ia merasa kecewa tetapi tidak marah.

Tahap ke-tiga : "Kalau aku tidak mendapatkan apa yang saya inginkan, maka keadaan jadi sangat tidak menyenangkan."
Secara singkat, yang anda katakan pada diri sendiri dapat berupa : (a) Saya ingin apa yang saya kehendaki tercapai, tidak enak rasanya kalau tidak mencapai segala yang saya inginkan; (b) orang lain yang membuat saya frustasi adalah jahat dan patut mendapat hukuman.

Tahap ke-empat : "Anda tidak boleh membuat saya kecewa! Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan."
Nah, sekarang anda meminta diri sendiri menjadi marah. Anda menginginkan sesuatu dan tidak memperolehnya.

Tahap ke-lima : "Anda jahat karena telah membuat saya kecewa"
Kita sekarang sampai pada bagian yang berbahaya dari rangkaian ini. Sampai sekarang anda hanya merasa marah, tetapi tidak perlu harus membenci atau membalas dendam pada orang lain. Tetapi dengan tahap kelima ini, anda telah membuat salah satu penilaian (dari beberapa penilaian lain yang mungkin anda lakukan) yang paling merugikan tentang orang lain. Anda telah mengatakan bahwa seseorang jahat karena ia telah membuat anda kecewa. Anda juga beranggapan bahwa kalau orang itu jahat, maka ia juga berhati busuk, tidak berguna, dan bahwa dirinya dan perilakunya adalah sama jahatnya.
Ada tiga alasan mengapa seseorang berperilaku buruk tanpa dapat dipersalahkan, yaitu: karena kebodohan, ketidaktahuan, dan gangguan emosi.
Kalau anda sudah mencapai tahap kelima ("anda jahat karena telah mengecewakan saya") anda tentu merasa marah. Walaupun demikian, itu tidak berarti anda secara otomatis akan menyakiti orang lain. Bila anda merasa seakan-akan hendak membunuh seseorang tidak berarti anda akan benar-benar membunuhnya. Untuk melakukan hal tersebut anda harus ke tahap selanjutnya.

Tahap ke-enam : "Orang jahat harus dihukum."
Dengan tahap ini anda sampai di suatu titik yang tidak memungkinkan anda kembali lagi. Anda tidak akan berhenti jika anda belum menyakiti orang lain. Tindakan anda tersebut tidak bertujuan untuk memberinya pelajaran, tetapi karena orang itu tidak pantas untuk menerima apa pun selain rasa sakit dan kutukan.
Kalau kita menghadapi persoalan ini secara realistis maka kita akan sependapat bahwa kita akan memperoleh lebih banyak lebah dengan menggunakan madu daripada cuka. Tetapi apakah cara itu cukup berhasil? Tentu saja! Hanya orang-orang tidak normal tetap tidak mempan senyuman, kesopanan, serta perilaku bersahabat. Jika orang yang berurusan dengan anda benar-benar normal, anda boleh yakin bahwa perilakunya akan banyak berubah semakin baik ketika anda tidak lagi memperlakukannya dengan perasaan jijik, melainkan lebih manis serta penuh kasih sayang.

IV. Balaslah kejelekan dengan kebaikan.

Bila kita selalu membalas setiap kejelekan orang kepada kita dengan kejelekan yang sepadan atau bahkan lebih jelek lagi, maka perselisihan tidak akan pernah usai. Meskipun Allah Swt. mengizinkan kita membalas perbuatan jelek sebagaimana firman Allah berikut: 
  
"Sedang balasan bagi suatu kejahatan adalah satu kejahatan yang sebanding dengannya, tetapi siapa saja yang memberi maaf dan memperbaiki keadaan, maka ganjarannya (adalah) atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang zhalim" (QS. Asy-Syura [42] : 40).

10 Cara Menangkal Kedengkian Orang Pada Kita

Ibnul-Qoyyim al-Jauziyah dalam bukunya: Tafsir Surah Al-Falaq dan An-Nas menguraikan 10 cara tersebut sebagai berikut :

1. Berlindung kepada Allah, dari kejahatan orang yang dengki.
2. Bertakwa kepada Alloh, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya.
3. Bersabar menghadapi musuh, tidak mau membunuhnya dan tidak pernah mengeluh dalam menghadapi gangguan musuh.
4. Bertawakakkal kepada Alloh. Barangsiapa bertawakkal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupi.
5. Mengosongkan hati dari memikirkannya.
6. Menghadapkan diri kepada Alloh, ikhlas kepadanya, dan selalu mencari cinta dan ridlo-Nya.
7. Bertobat kepada Alloh, dari dosa-dosa yang pernah dilakukan, karena dosa-dosa tersebut membuat musuh dapat menguasai kita.
Firman Alloh:
 "Dan apa saja musibah yang menimpamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu senndiri." (QS. Asy-Syura [42] : 30)
8. Bersedekah dan beramal saleh. Keduanya sangat besar manfaatnya untuk menolak bencana dan kejahatan orang-orang yang dengki.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
9. Memadamkan kedengkian pendengki dan kejahatan penganiaya dengan cara berbuat baik kepadanya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Misalnya, memberi nasihat dan bersikap lemah lembut, dan perbuatan baik lainnya kepadanya. Cara ini merupakan cara yang paling berat. Tidak ada yang dapat melakukannya, kecuali orang yang mendapat taufiq dari Alloh.
Perhatikan firman Alloh :
  
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianu-gerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Q.S. Fushshilat [41] : 34)

10. Ikhlas dalam mengesakan Allah, yang merupakan Zat Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.



V. Akhlak Khusus


Menghormati Ibu dan Bapak

Wajib hukumnya menghormati kedua orang tua, yaitu berbakti, menta'ati perintahnya dan berbuat baik kepada ayah dan ibu mereka itu.
Di antara cara-cara menghormati ibu dan bapak sebagai berikut:

1. Berbicara dengan kata-kata yang baik

Firman Alloh :

"Dan telah diundangkan (ditetapkan sebagai peraturan) oleh Tuhan, agar tidak melakukan ibadah (sesembahan dan persembahan) kecuali kepada Allah". Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu; Mungkin di dalam perawatanmu itu mereka menjadi uzur karena tuanya, baik salah satu maupun keduanya dari orang tua tersebut; Janganlah engkau nyatakan "Uh" (ungkapan tidak senang); Dan jangan engkau membentak mereka; Dan hendaklah engkau katakan kepada kedua orang tuamu kata-kata yang mulia". (Isra [17] : 23).

2. Lindungi dan do'akan

Firman Alloh :
  
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.". (QS. Isra [17] : 24).
    
3. Hormat dengan sikap terima kasih

Alloh Swt. berfirman sebagai berikut: 
  
"Dan Kami washiyatkan (wajibkan) ta'at kepada ibu bapaknya; Ibunya telah mengandung di dalam keadaan lemah dan penderitaan yang berat; Masa putus susunya adalah dua tahun; Karni perintah : hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan ibu bapakmu; Kepada-Kulah tempat engkau kembali" (QS. Luqman [31] : 14).

4. Menghubungkan Silaturrohmi

Rasululloh Saw. bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan adalah menghubungkan (memelihara) tali silaturrohmi yang pernah dijalin oleh kedua orang tuanya" (HR. Muslim).

5. Menunaikan wasiat kecuali yang ma'siat
Alloh Swt. berfirman:
  
"Diwajibkan atas kamu apabila seseorang dari pada kamu hampir mati, jika ia ada meninggalkan harta (hendaklah ia) bikin wasiat .......... " (QS. Al-Baqarah [2] : 180).

6. Durhaka pada orang tua adalah dosa besar

Rosulullah Saw. bersabda sebagai berikut:
"Maukah kamu aku beritahukan tentang dosa besar dari dosa-dosa besar yang lainnya? Mereka menjawab: tentu mau Ya Rosulullah! Jawab Rosulullah (yaitu) : mempersekutukan Alloh dan durhaka kepada kedua orang tua!

7. Membantu Ibu dan Bapak

Pada suatu ketika Rosulullah Saw. ditanya oleh seorang sahabat : Siapakah manusia yang paling berhak untuk dibantu? Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang tersebut bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Rosulullah Saw. menjawab: "Ibumu". Orang tadi bertanya ketiga kalinya: "Kemudian siapa lagi?" Rosulullah menjawab: "Ibumu". Bertanya yang keempat kalinya : "Kemudian siapa lagi" Dijawab oleh Rosulullah Saw. : "Bapakmu!" (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad).

Ahlak Terhadap Anak

Hak-hak anak atau kewajiban orang tua terhadap anak tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Memberi nama yang baik,
2. Menyembelih 'aqiqah pada sa'at akan mencukur rambut.
Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut: "Bayi yang lahir disembelihkan untuknya sebagai aqiqah pada hari ke tujuh" (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu majah, Daramy, dan Ahmad).

3. Mengkhitan anak laki-laki dan perempuan

Rosulullah Saw. bersabda
"Lima masalah yang tergolong kebersihan yaitu:
 1. Berkhitan,
2. Mencukur rambut yanq terlindung (kemaluan).
 3. Mencabut bulu ketiak
4. Memotong kuku;
5. Menggunting kumis . (HR. Bukhari dan Muslim).
    
4. Memberi pendidikan dan pengajaran

Rosulullah Saw. bersabda sebagai berikut: Bergaullah dengan anak-anakmu dan bimbinglah kepada ahlak yang mulia". (HR. Muslim).

5. Mencarikan jodoh dan mengawinkannya

Mencarikan jodoh untuk anak adalah karena Sunnah Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut: "Nikah adalah sunnahku (perjalanan hidupku); siapa saja yang tidak melakukan sunnahku, dia tidak termasuk golonganku". (Hadits Syarif).

6. Memberikan perlakuan yang baik terhadap anak-anak
Rosulullah Saw. bersabda sebagai berikut: "Persamakan di antara anak-anak kamu dalam pemberian, dan seandainya aku boleh memberikan kelebihan kepada salah satu di antara mereka, pasti akan aku berikan kepada anak perempuan". (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Kewajiban Suami Terhadap Isteri
Setiap laki-laki (suami) harus memperhatikan hak-hak wanita (isteri) dengan adil dan baik, sesuai dengan ajaran Syari'at Islam. Alloh Swt. berfirman:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٲمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ۬ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٲلِهِمۡ‌ۚ
"Laki-laki itu bertanggungjawab atas perempuan-perempuan, lantaran Allah telah lebihkan mereka (atas perempuan-perempuan itu) dan dengan sebab kewajiban memberikan nafkah dari harta-hartanya" (QS. An-Nisa' [4] : 34).
Dengan kelebihan yang diberikan Allah kepada laki-laki tersebut, maka laki-laki (sebagai suami) mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap isteri sesuai dengan ajaran Islam, sebagai berikut:
01. Bergaul terhadap isteri dengan baik
02. Suami harus memimpin istri
03. Suami wajib memberi nafkah
04. Suami mendidik istri. Seorang suami berkewajiban untuk memberi pendidikan agama dan akhlaq kepada istri.
05. Suami melindungi rahasia istri
06. Suami harus memberikan kesempatan kepada istrinya bersilaturrahmi kepada keluarga atau saudara-saudaranya, dan sebaliknya pada keluarga suaminya.
07.  Suami harus memanggil istrinya dengan kata-kata yang mengandung kasih sayang, atau memanggil namanya jangan memanggil "hai".
08. Apabila berbicara dengan istri, gunakanlah bahasa yang dapat menggembirakan istri, jangan dengan kata-kata yang menyinggung perasaan istri.
09. Apabila akan pergi ke kantor atau pulang dari tempat pekerjaan, suami harus memperlihatkan wajah yang gembira dan tersenyum ketika bertemu dengan istrinya.
10 Apabila suami akan melakukan perjalanan ke luar rumah atau ke luar kota, senantiasa harus ingat kepada istrinya, agar tidak melakukan pengkhianatan kepada istrinya.
11. Setiap suami harus memiliki sikap sabar dan berwibawa, bila bertemu dengan  istri yang terdapat kekurangarmya atau istri yang cemburu dan sering membentak suaminya. Berusaha menasihatinya dan memberikan pengertian yang luas.
12.  Suami harus berusaha membantu istri untuk menciptakan kesejahteraan dan kedamaian keluarga.
13.  Suami harus mampu mencari penyelesaian yang baik dan mengandung hikmah kebijaksanaan, apabila terjadi perbedaan-perbedaan di dalam kehidupan rumah tangga.
14.  Suami harus bersikap hormat kepada orang tuanya dan memperlihatkan akhlaq yang baik kepada keluarga istrinya.
15. Suami harus selalu tampil memikul tanggung jawab atas istrinya, anak-anaknya dan seluruh anggota keluarga di rumah tangganya ke dalam dan ke luar.

Kewajiban Isteri Terhadap Suami

Seorang istri harus mempunyai sifat-sifat dan akhlak terhadap suaminya sebagai berikut:
01. Menjaga kehormatan diri
02. Ta'at pada suami
03. Tidak boleh keluar rumah tanpa izin suami
04  Tidak boleh seorang istri menerima tamu orang yang tidak disenangi oleh suaminya.
05. Seorang istri tidak boleh melawan suaminya, baik dengan kata-kata kasar membentak, maupun dengan sikap sombong.
06. Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami, baik kekayaan, keturunan ataupun kecantikannya.
07. Tidak boleh menilai dan menganggap bodoh terhadap suaminya.
08. Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti-bukti dan saksi-saksi.         
09. Tidak boleh menjelek-jelekkan keluarga suami.
10. Tidak boleh menunjukkan pertentangan di hadapan anak-anak.
11. Agar perempuan (istri) itu menjaga 'iddahnya, bila dithalak atau ditinggal mati oleh suaminya, demi kesucian ikatan perkawinannya.
12. Apabila melepas suami pergi ke kantor, lepaslah suami dengan sikap kasih, dan apabila menerima suami pulang bekerja, sambutlah kedatangannya dengan muka manis, pakaian bersih dan berhias.
13. Setiap wanita (istri) harus dapat mempersiapkan keperluan makan, minum dan pakaian suaminya.
14. Seorang istri harus pandai mengatur dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya.
15. Seorang istri harus dapat bertindak sebagai ibu untuk mengasuh dan mengajar anaknya, agar anak-anaknya berakhlak yang baik.

Akhlak Terhadap Tetangga

Setiap ummat Islam harus mengetahui bahwa tetangganya mempunyai hak. Kewajiban setiap muslimin dan muslimah terhadap tetangganya itu diatur di dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits. Di dalam Al-Qur'an, Alloh Swt. merangkaikan kewajiban berbuat baik itu dalam rangkaian kewajiban beribadah kepada Alloh Swt.
Alloh Swt. berfirman:
1. Dan berbaktilah kepada Alloh Swt.,
2.  jangan mempersekutukan Dia dengan apapun jua;
3. dan terhadap kedua ibu bapak berbuat baiklah,
4. demikian juga kepada keluarga yang dekat,
5. anak yatim,
6. orang miskin,
7.  tetangga yang dekat,
8. tetangga jauh,
9. teman seiring,
10.  orang-orang dalam perjalanan dan
11. orang-orang yang menjadi hamba sahayamu,
 ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang congkak dan sombong, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan". (QS. An-Nisa' [4] : 36).

Di antara akhlak bertetangga yang diatur oleh Al-Qur'an maupun Al-Hadits, sebagai berikut:

1. Tidak boleh menyiksa atau menyakiti
2. Tidak boleh melampaui hak-hak milik
3. Tidak boleh menyebarkan rahasia tetangga
4. Tidak boleh membuat gaduh
5. Selalu memberi nasihat
6.  Saling tukar hadiah atau pemberian
7. Hak utama tetangga:  apabila kita akan melakukan sesuatu, mintalah pertimbangan mereka. Apabila akan menjual sesuatu tawarkanlah kepada tetangga.

Secara singkat masalah bertetangga, diatur dalam sebuah hadits, sebagai berikut: Rasulullah Saw. bersabda: "Apakah hak bertetangga?" Kemudian Rasulullah Saw. menjelaskan:

1. Apabila seseorang minta tolong kepada kamu, maka tolonglah, dia.
2. Apabila dia memerlukan pinjaman (utang), pinjamilah dia.
3. Apabila dia memerlukan sesuatu, berilah dia.
4. Apabila dia sakit, kunjungilah dia.
5. Apabila dia mendapatkan kebahagiaan, ucapkanlah selamat kepadanya.
6. Apabila dia mendapat musibah, hiburlah dia.
7. Apabila dia wafat, antarkanlah jenazahnya (ke kubur).
8. Jangan membuat bangunan yang terlalu tinggi, sehingga menghalangi angin ke rumah tetangga, kecuali idzinnya.
9. Janganlah kamu sakiti tetangga dengan bau masakan kecuali kamu memberi kepada tetangga sebagian dari masakan tersebut.
10. Apabila membeli buah-buahan, berilah dia, dan apabila dia tidak kamu beri, maka bawalah masuk ke rumahmu dengan sembunyi-sembunyi. Jangan sampai anakmu membawanya keluar sehingga menyakiti anak tetanggamu" (HR. Ibnu Majah).

Akhlaq Bersahabat

Bersahabat atau berkawan merupakan ni'mat Alloh yang diberikan-Nya kepada ummat Islam di dunia ini. Bersahabat akan menjadi suatu keni'matan, apabila didasari atas tujuan karena Alloh, dan akan menjadi kebahagiaan apabila diatur dengan akhlaq atau kaidah-norma yang datangnya dari Alloh Swt. dan Rosul-Nya.
Alloh Swt. berfirman:
وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا
"Dan ingatlah ni'mat Alloh atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, kemudian Alloh jadikan hati-hati kamu lunak, kemudian atas keni'mat- an-Nya kamu menjadi bersahabat" (QS. Ali Imran [3} : 103).

Norma atau akhlaq bersahabat dalam Islam ditentukan oleh Al-Qur'an dan Al-Hadits, di antaranya sebagai berikut:

1. Rendah hati dan tidak sombong

Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt. mewahyukan kepadaku, agar kamu semua selalu tawadhu' (bersifat rendah diri), tidak perlu seseorang berlaku kejam dan sombong kepada yang lain" (HR. Abu Dawud).

2. Saling kasih-mengasihi
    
3. Memberi perhatian terhadap keadaan sohabat

Perhatian seorang sohabat kepada sohabat yang lain dilaksanakan dengan:

a. Saling menanyakan keadaan atau saling berkirim salam dan berita.
b. Saling kunjung-mengunjungi.
Rosulullah Saw. apabila kehilangan salah seorang sahabatnya atau tidak pernah muncul sampai tiga hari selalu menanyakan keadaannya, bahkan dikunjunginya, terutama kalau dalam keadaan sakit.

4. Selalu membantu keperluan sahabat

Rosulullah Saw. bersabda:
"Siapa saja yang meringankan keperluan sohabatnya dalam urusan dunia, maka dia akan mendapat keringanan atas keperluannya di akhirot" (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Menjaga kawan dari gangguan orang lain.

Rosulullah Saw. bersabda:
"Jangan kamu membiarkan orang yang memukul orang lain dengan zholim. Sesungguhnya la'nat Alloh akan turun terhadap orang yang menyaksikan perbuatan itu, dengan tidak berusaha mencegahnya" (HR. Thobroni).

6. Memberi nasihat dan kritik

Orang yang mendiamkan sohabatnya berbuat salah, atau bahkan hanya suka memuji, berarti menjerumuskan kawan sendiri ke dalam api neraka.

7. Mendamaikan bila berselisih
Alloh Swt. berfirman:
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
"Apabila terdapat dua orang atau kelompok sesama kaum mu'minin saling bermusuhan, maka damaikanlah antara kedua orang yang bermusuhan tersebut" (QS. Al-Hujurat [49] : 9).

8. Do'akan dengan kebaikan
Dalam sebuah hadits Rosulullah Saw. dijelaskan:
"Dari Abu Darda', bahwa Rosulullah Saw. pernah bersabda: Do'a seorang muslim untuk sahabatnya yang jauh akan segera dikabulkan" (HR. Muslim).


VI. Penutup

Demikian makalah kami tentang masalah berbuat baik pada manusia.
Baiklah kami tutup dengan mengutip pedoman AA. Gym yaitu 3 M :
Mulailah dari diri kita sendiri,
Mulailah dari hal-hal yang kecil (dalam hal ini : berbuat baik pada manusia),
Mulailah sekarang juga.
\\\
Wallahu muwaffiq ila aqwamith-thoriq.


Jember, 9 September 2006


Dr. H.M. Nasim Fauzi

Jl. Gajah Mada 118
Tlp. 481127 Jember



Daftar Kepustakaan

1. Drs. Asmaran As., M.A., PENGANTAR STUDI AKHLAK, PT RajaGrafindo Utama, Jakarta, 1994

2. Drs. Sidi Gazalba, SISTEMATIKA FILSAFAT, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.

3. K.H. Abdullah Salim, AKHLAQ ISLAM, Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Media Da'wah, Jakarta, 1994.

4. M. Quraisy Shihab, TAFSIR Al-Qur'an Al-Karim, Tafsir atas Surat-surat Pendek, Pustaka Hidayah, Bandung, 1997.

5. Dr. Paul Hauck, TENANGKAN DIRI, Arcan, Jakarta, 1974.

6. Dr. Yusuf Qardlawi, IKHLAS,  Sumber Kekuatan Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.

7. Imam Ibnu Al-Qoyyim al-Jauziyah, TAFSIR SURAH MUAWWADZATAIN, Akbar, Jakarta, 2002.

 

Kelemahan Ras Adam
(Homo sapiens sapiens)
Menurut Al-Quran
 
(Akhlaq Tak Terpuji)


Oleh : Ir. Agus  Haryo Sudarmojo *


Dari delapan kelemahan utama ras Adam, ternyata sifat bohong adalah kelemahan manusia yang sangat berbahaya. Sifat inilah yang merupakan dosa awal makhluk, seperti yang dilakukan oleh iblis ketika membangkang perintah Allah untuk bersu|ud kepada Adam.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Adam a.s. yang merupakan bagian dari makhluk Homo sapiens sapiens, mempunyai kelebihan dari makhluk serupa yang telah hadir di planet Bumi, seperti telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya, yaitu:
1. Sebagai khalifah-Nya di bumi,
2. Sebagai makhluk semisamawi (langit)-duniawi (bumi) yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan dan keesaan-Nya,
3. Memiliki kebebasan (free will),
4. Tepercaya (amanah),
5. Memiliki rasa tanggung jawab,
6. Mempunyai bekal kecenderungan ke arah kebaikan dan kejahatan,
7. Dan sebagainya.
Pada poin 6 di atas, ras Adam a.s. disebut mempunyai bekal kecenderungan menjadi baik dan buruk. Hal itulah justru yang membuat ras Adam mempunyai kelemahan, yang selanjutnya bila mereka tidak meminta perlindungan dan memohon petunjuk kepada Sang Khaliknya maka akan menjadi sebuah keburukan karena merupakan lahan yang sangat subur bagi setan untuk mencapai tujuannya.
Berikut adalah kelemahan-kelemahan makhluk Homo sapiens sapiens yang telah menguasai Planet Bumi sejak 140.000-120.000 tahun lalu.

1. Pelupa
Sifat pelupa manusia ternyata dapat menjadi manfaat sekaligus dapat menjadi mudarat bagi kehidupannya. Bila kita lihat dari segi manfaatnya lupa adalah anugerah buat kita, coba bayangkan seandainya kita tidak mempunyai sifat lupa maka akan bertumpuk dalam memori otak kita pengalaman-pengalaman pahit yang telah terjadi atau lalui sehingga dapat membuat kita menjadi tertekan kemudian tidak bisa tidur, bahkan yang ekstrem dapat membuat kita gila. Hal tersebut dapat juga menghambat kenyamanan pribadi dan hubungan persahabatan antarsesama manusia.
Sebaliknya, sifat lupa dapat menjadi kemudaratan bila tidak dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan tuntunan llahi sehingga dapat menjadi lahan yang subur bagi setan untuk melakukan aktivitasnya. Bukankah Al-Quran mengabadikan sifat lupa manusia generasi pertama ketika Adam a.s. dan Siti Hawa harus ke-luar dari kebun/taman yang indah ("Surga"), seperti bunyi ayat di bawah ini.
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَىٰ آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat (QS Tha Ha [20]: 115)
 Ayat tersebut, di samping menjelaskan faktor lupa, juga mengisyaratkan penyebabnya, yaitu "Kami tidak dapati padanya kemauan yang kuat". Artinya tekad untuk mengingat secara terus-menerus terhadap musuh Allah Swt. sempat terabaikan oleh Adam a.s. dengan kata lain bahwa kebulatan tekad untuk terus mengingat perintah Allah Swt. itu adalah benteng bagi manusia.
_________________    
1. Perintah Allah ini tersebut dalam QS Al-Baqarah (2): 35. dalam menghadapi setan dalam memanfaatkan sifat pelupa sebagai kelemahan manusia.
Karena sifat pelupa manusia itulah, Allah Swt. pernah berpesan kepada Nabi Muhammad Saw.:
إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
24. Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" [879]. dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (Q.S. Al-Kahfi [18] : 24).
[879]  menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar Aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah Surat Al-Kahfi ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Pemanfaatan sifat pelupa manusia oleh setan, diabadikan dalam surah dan ayat di bawah ini.
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS Al-Mujadilah [58]: 19)
Demikianlah, setan pada akhirnya memanfaatkan sifat lupa untuk menundukkan manusia.

2. Iri Hati
Sifat ini merupakan sifat yang sangat disenangi oleh setan, dengan kata lain iri hati adalah pintu gerbang masuknya pengaruh setan yang paling luas dan merupakan rumah idamabbya untuk bersemayam dalam tubuh manusia. .
Pembunuhan pertama dari makhluk Homo sapiens sapiens (ras Adam a.s.) pertama di Planet Bumi ini menurut Al-Quran dilakukan oleh putra dari Nabi Adam a.s. yang bernama Qabil terhadap putra yang lain, yaitu Habil. Faktor penyebab terjadinya pembunuhan tersebut adalah iri hati yang mendalam dari Qabil terhadap Habil. Hal ini diabadikan dalam firman Allah Swt. di bawah ini.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), la berkata (Qabil), "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Ma'idah [5]: 27)
Begitu pula contoh keturunan ras Adam a.s. yang lainnya, yang teraniaya oleh keturunan lainnya (saudara-saudaranya) karena faktor iri hati, akibat bisikan nafsu mereka yang diembuskan oleh setan sehingga menyebabkan Nabi Yusuf a.s. dijerumuskan ke dalam sebuah sumur tua. Seperti bunyi ayat di bawah ini.
     
     Bukankah Nabi Musa juga melakukan hal yang melampaui batas karena ingin pembuktian akan keberadaan Allah Swt., ia pernah memohon untuk dapat melihat Allah di Bumi, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya di bawah ini:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَانِي وَلَٰكِنِ انظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Engkau sekali-sekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke gunung itu, maka jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.' Tatkala Tuhannya menampakkan diri pada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan, maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.' (QS Al-A'raf [7]: 143)
     Begitu pula dengan Nabi Muhammad Saw., beliau ingin agar seluruh manusia beriman sampai-sampai Allah "kasihan" kepadanya:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al-Qashash [28]: 56)
Contoh sifat tamak seperti di atas, masih dapat digolongkan sifat keingintahuan yang menggebu-gebu, artinya masih mengandung hal yang positif, belum mewakili sifat tamak yang negatif.
Seperti Sayidina Ali katakan: "Ada dua jenis manusia tamak yang tidak akan pernah merasa puas: pemburu ilmu dan pemburu harta."
Karena ketamakannya, kedua jenis manusia ini selalu ingin dan selalu berusaha untuk terus menambah apa yang telah mereka raih. Tentu terpuji seorang Muslim yang tamak terhadap ilmu. Muslim seperti ini senantiasa menginginkan derajat yang tinggi di sisi Allah melalui pencariannya terhadap ilmu. la sangat sadar akan firman Allah Swt.:
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). (QS Al-Kahfi [18]: 6)
Keinginan Rasul Saw. yang demikian menggebu mengundang banyak ayat Al-Quran yang mengingatkan beliau hanya bertugas untuk menyampaikan ajaran, bukan menjadikan mereka beriman.
              
3. Tamak
     Tamak adalah keinginan yang menggebu untuk memperoleh sesuatu secara tidak wajar. Sehingga harus diakui bahwa keinginan menggebu untuk meraih sesuatu yang disukai merupakan sifat manusia sehingga sifat tamak memang sulit untuk dihilangkan.
     Coba kita perhatikan kembali, tentang kisah bapak dan ibu ras Homo sapiens sapiens : Adam dan Hawa, bukankah dia "terusir" dari taman (Jannah) karena keinginannya mereka untuk hidup kekal di dalamnya sehingga Iblis memanfaatkan hal itu:
 فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS Tha Ha [20]: 120)
___________________________________
     3 Pohon itu dinamakan Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan) karena menurut setan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al-Quran dan hadis tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam Surah Tha Ha ayat 120, tetapi itu adalah nama yang diberikan setan.
 Itulah yang membuat Adam teperdaya dan lupa karena sejak semula Allah telah menetapkan bahwa manusia ditugaskan untuk menjadi Khalifah di Planet Bumi, bukan hidup kekal tanpa melalui kehidupan duniawi. Tetapi Adam lupa diri akibat keinginan yang melampui batas itu.
 Bukankah Nabi Musa juga melakukan hal yang melampaui batas karena ingin pembuktian akan keberadaan Allah Swt., ia pernah memohon untuk dapat melihat Allah di Bumi, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya di bawah ini:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَانِي وَلَٰكِنِ انظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
     143.  Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang Telah kami tentukan dan Tuhan Telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi Lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, Aku bertaubat kepada Engkau dan Aku orang yang pertama-tama beriman". (Q.S. Al-A’rof [7] : 143).
[565]  para Mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Begitu pula dengan Nabi Muhammad Saw., beliau ingin agar seluruh manusia beriman sampai-sampai Allah "kasihan" kepadanya:
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). (QS Al-Kahfi [18]: 6)
 Keinginan Rasul Saw. yang demikian menggebu mengundang banyak ayat Al-Quran yang mengingatkan beliau hanya bertugas untuk menyampaikan ajaran, bukan menjadikan mereka beriman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
56.  Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Q.S. Al-Qoshosh [28] : 56).
Contoh sifat tamak seperti di atas, masih dapat digolongkan sifat keingintahuan yang menggebu-gebu, artinya masih mengandung hal yang positif, belum mewakili sifat tamak yang negatif.
Seperti Sayidina All katakan: "Ada dua jenis manusia tamak yang tidak akan pernah merasa puas: pemburu ilmu dan pemburu harta."
Karena ketamakannya, kedua jenis manusia ini selalu ingin dan selalu berusaha untuk terus menambah apa yang telah mereka raih. Tentu terpuji seorang Muslim yang tamak terhadap ilmu. Muslim seperti ini senantiasa menginginkan derajat yang tinggi di sisi Allah melalui pencariannya terhadap ilmu. la sangat sadar akan firman Allah Swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis," maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Mujadilah [58]: 11)
 Jika  tamak terhadap ilmu masih terpuji, bagaimana dengan tamak terhadap harta? Tentu sangat hina dan tercela. Ketamakan terhadap harta hanya akan menghasilkan sifat rakus, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya, walaupun harta itu bukan haknya. Secara fitrah, manusia memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara.
 Allah Swt. berfirman:
قُل لَّوْ أَنتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَّأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنفَاقِ ۚ وَكَانَ الْإِنسَانُ قَتُورًا
Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan karena takut membelanjakannya." dan adalah manusia itu sangat kikir. (QS Al-Isra' [17]:100)
Demikian Allah menggambarkan ketamakan para pencari harta. Kisah tentang Qarun, yang diabadikan dalam Al-Quran, hanyalah salah satu contohnya. Bagaimana ketamakan Qarun terhadap harta telah menjadikannya lupa bersyukur kepada Allah, bahkan kufur terhadap-Nya. Akibatnya, Allah membenamkan Qarun bersama seluruh harta yang ia bangga-banggakan ke dalam bumi (QS Al-Qashash [28]: 76-81).
Anehnya, 'Qarun-Qarun' lain terus bermunculan hingga hari ini. Pada sebagian orang (pada sebagian pejabat dan wakil rakyat, sekadar contoh), sifat 'qarun' demikian menonjol. Walau rata-rata mereka sudah kaya raya, gaji mereka pun sebagai pejabat/wakil rakyat sudah sangat tinggi, korupsi tetap mereka jalani; suap tetap mereka terima; dan cara-cara haram untuk mengeruk kekayaan tetap mereka upayakan.
Bahkan, keinginan untuk tetap berkuasa melalui Pemilu atau Pilkada terus mereka perjuangkan meski harus mengeluarkan dana miliaran rupiah sebagai modal pelicinnya. Dengan itu, mereka berharap, saat mereka menjadi pejabat atau wakil rakyat, mereka tetap bisa terus menumpuk-numpuk harta kekayaan tanpa peduli halal-haram.
Padahal, sekalipun seseorang kaya raya, tetap hanya bebe-rapa suap saja makanan yang bisa masuk ke dalam perutnya. Selebihnya, sebesar dan sebanyak apa pun hartanya, ia tak akan pernah bisa membawanya saat ia mati dan dimasukkan ke liang lahat. Inilah sifat tamak yang paling menakutkan.
    
4. Ketergesaan
Sifat ketergesaan adalah melakukan aktivitas dengan tanpa perhitungan sebab dan akibatnya sehingga menyebabkan penyesalan dikemudian hari.
Ketergesaan sangat berbeda dengan gerak cepat. Ketergesaan sering disebabkan karena seseorang tidak memikirkan atau kurang memperhitungkan akibat suatu tindakannya sehihgga dapat menyebabkan seseorang melakukan kewajiban asal jadi bahkan mengantar seseorang mengambil jalan pintas yang berten-tangan dengan ketentuan hukum.
Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut.
"Tidak tergesa-gesa/berpikir matang bersumber dari Allah dan keter-gesa-gesaan bersumber dari setan."
Berpikir secara matang dan memperhitungkan dampak sebab dan akibatnya itulah yang dapat membedakan tingkat kemahiran seseorang sehingga dapat menjadi orang yang luar biasa, bukan menjadi orang yang biasa-biasa saja, apalagi orang yang ceroboh karena ketergesaan.
Sering sekali untuk melangkah kita membutuhkan keberanian, tetapi tahukah Anda apa arti keberanian, kehati-hatian, dan kecerobohan?
Keberanian bukanlah melakukan sesuatu yang jelas akibatnya, tetapi keberanian adalah melakukan sesuatu yang akibatnya belum jelas sehingga mungkin dapat mengorbankan jiwa dan harta benda.
Karena itu bila hendak membulatkan tekad, janganlah sekali-kali memberanikan diri, kecuali dalam hal yang Anda harapkan manfaatnya pada masa datang lebih besar daripada apa yang Anda korbankan masa kini dan hendaknya harapan itu melebihi kecemasan Anda.
Anda tidak dikatakan pemberani bila hanya menelusuri jalan yang telah terbentang. Walaupun demikian, keberanian harus dilakukan dengan perhitungan yang teliti, walaupun hasil yang diharapkan belum sepenuhnya pasti. Tidak juga dikatakan pemberani bila melangkah tidak tahu akibatnya, yangterakhir ini disebut bukan pemberani, tetapi kecerobohan sebagai buah dari ketergesaan.
Hal inilah yang merupakan anjuran setan yang berusaha sebisanya agar anak cucu keturunan Adam a.s. selalu dalam ketergesaan sehingga mudah untuk dijerumuskan sesuai dengan keinginannya.
    
5. Amarah
  Sifat amarah adalah luapan hati akibat sesuatu yang tidak berkenan, biasanya ketika daya pikir logika tidak sanggup memecah permasalahan yang dihadapinya. Itulah api yang ada dalam dada manusia, kobarannya akan menjadi-jadi jika ada yang meniupnya.
  Manusia yang terperangkap dalam sifat amarah ini akan terlihat gemetar, air mukanya berubah, ucapannya tidak teratur, dan gerak-geriknya tidak menentu. Sifat amarah bila memengaruhi kita secara terus-menerus merupakan sumber penyakit dalam tu-buh manusia sehingga dapat menyebabkan seseorang dapat meninggal dunia disebabkan organ-organ tubuhnya bekerja dengan tidak teratur.
  Al-Quran menyatakan kepada musuh-musuh Islam:
هَا أَنتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ۚ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
  Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman pada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata, "Kami beriman," dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka), "Matilah kalian disebabkan oleh kemarahan kalian." Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (QS All 'Imran [3]: 119)
  Nabi Muhammad Saw. pernah diingatkan oleh Allah Swt.
فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ
لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (QS Al-Shaffat [37]: 142-144)
 Itulah sanksi yang diterima Nabi Yunus karena meninggalkan tugas dakwah atas dorongan amarah kepada kaumnya.
___________________________
4   Sebab Yunus tercela ialah karena dia lari meninggalkan kaumnya.
Jika seseorang merasa ada sesuatu yang mengajaknya untuk marah, Al-Quran dan Sunnah mengajarkan agar memohon perlindungan Allah dari setan karena setanlah yang mengipasi dan menuangkan bensin untuk menciptakan api di dalam qalbu. Juga dianjurkan untuk diam bahkan meninggalkan tempat,
Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut.
"Kalau salah seorang di antara kamu marah, sedang ketika dia berdiri, hendaklah dia duduk, kalau amarahnya telah reda (maka syukurlah dan kalau belum) hendaklah dia berbaring." (HR Abu Dawud dan Ibn Hibban)
Sifat amarah jelas akan menjadi salah satu pintu gerbang setan untuk menjerumuskan manusia.
    
6. Pembantah
Sifat membantah adalah suatu kelakuan yang hanya mementingkan din sendiri sehingga cenderung untuk menolak sesuatu karena tidak sesuai dengan keinginannya saja walaupun dihadapkan dengan kebenaran. Kelakuan seperti ini disebut sebagai Pembantah.
Manusia cenderung untuk memiliki sifat membantah sesuai dengan firman Allah di bawah ini.
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ
Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. (QS Al-Nahl [16]: 4)
Coba kita telaah dengan baik siapa makhluk yang sanggup tidak mengakui adanya Tuhan Pencipta Segala Sesuatu, rasanya hanyalah manusia yang dapat berbuat seperti itu. Bahkan iblis atau setan pun tidak ada yang ateis, mereka semua percaya dan takut kepada Allah Swt. Dengan kata lain hanya makhluk manusia (Homo sapiens sapiens) yang sanggup membantah adanya kekuatan yang Mahadahsyat, yaitu Tuhan Semesta Alam.
Walaupun demikian, bila dibandingkan dengan makhluk yang serupa dengannya (Homo Neanderthal, Erestus, dan sebagainya) hanya makhluk seperti kita jualah yang dapat sadar akan keberadaan Sang Penciptanya juga.
Di bagian lainnya, Allah Swt. berfirman sebagai berikut.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَّرِيدٍ
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَن تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ
Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat Yang tetah ditetapkan terhadap setan itu adalah barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya dan membawanya ke azab neraka. (QS Al-Hajj [22]: 3-4)
Al-Quran tidak melarang kita untuk berdiskusi dengan penganut agama lain, walaupun di ujungnya dapat menimbulkan per-bedaan pendapat, tetapi Al-Quran melarang apabila kita diskusi yang ujungnya mengakibatkan pertengkaran. Al-Quran juga melarang kita berdiskusi tanpa disertai pijakan ilmu pengetahuan dan petunjuk lllahi.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ
ثَانِيَ عِطْفِهِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۖ لَهُ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ ۖ وَنُذِيقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَذَابَ الْحَرِيقِ
Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa Kitab (wahyu) yang bercahaya [978], Dengan memalingkan lambungnya[979] untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. ia mendapat kehinaan di dunia dan dihari kiamat kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar. (Q.S. Al-Hajj [22] : 8-9).
[978]  maksud yang bercahaya ialah: yang menjelaskan antara yang hak dan yang batil.
[979]  Maksudnya: menyombongkan diri.
      Demikian salah satu sifat kelemahan manusia ini dan sif at ini pula yang merupakan sarana setan untuk mencapai tujuannya agar manusia menjadi makhluk pembantah yang nyata kepada Allah, sekaligus menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara sesamanya.


7. Congkak
Sifat congkak adalah keyakinan yang berlebihan akibat dari ke-mampuan memiliki harta dan kedudukan/jabatan atau karena keadaan yang lebih menguntungkan. Sehingga terlupakan bahwa segala sesuatu terjadi karena Allah semata bukan lainnya. Sifat ini biasa bersamaan datangnya dengan sifat angkuh dan sombong, yang muncul karena merasa diri lebih dari orang lain. Al-Quran memperingatkan kita semua sebagaimana berikut ini.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ
33.  Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (Q.S. Luqman [31] : 33)
    Bahkan beberapa sahabat Nabi pernah terkena bisikan setan pada saat Perang Hunain. Ketika itu, mereka merasa congkak dengan berkata, "Hari ini kita tidak akan kalah karena jumlah kita banyak." Ini jelas merupakan bisikan setan karena kekalahan dan kemenangan bukan ditentukan oleh jumlah personil, tetapi di-tentukan oleh Allah Swt.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ
   25.  Sesungguhnya Allah Telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak Karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu Telah terasa sempit olehmu, Kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (Q.S. At-Taubah [9] : 25)
Manusia hendaknya memang membersihkan jiwa dari sifat ini karena melalui sifat ini juga merupakan kesenangan setan dalam upaya memperdaya manusia.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ    
6.  Hai manusia, apakah yang Telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. (Q.S. Al-Infithor [82] : 6).
     
8. Angkuh/Sombong
Angkuh adalah sifat keengganan untuk menerima kebenaran se-telah mengetahuinya, serta menutup mata bila menyangkut hak orang lain. Jiwa manusia diliputi oleh sifat ini, pada saat ia merasa rhemiliki kelebihan.
Sesungguhnya sifat inilah yang membuat jin (iblis) menjadi takabur karena kesombongannya merasa lebih dari makhluk manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt. sehingga berani menentang perintah Allah Swt. Apabila manusia memperlihatkan sifat ini maka sesungguhnya ia sudah meniru sifat jin (iblis) yang dapat merendahkan harkat dan martabat dirinya sendiri.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab Mis, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (Q.S. Al-A'raf [7]: 12)
 Kedua ayat di atas jelas menunjukkan bahwa iblis merasa bahwa ia lebih unggul dan mulia dari manusia (Adam) yang hanya terbuat dari tanah karena menurutnya unsur api lebih hebat dari unsur tanah. Seandainyapun unsur api lebih hebat dari unsur tanah, bukankah kemuliaan di sisi Allah Swt. tidak ditentukan oleh kehebatan dari unsurnya, tetapi ditentukan oleh keseriusan peng-abdian makhluk kepada-Nya, dan sesungguhnya iblis pun tahu akan hal ini, tetapi dia tetap mengingkarinya.
 Bila kita sebagai keturunan makhluk ras Adam a.s. (Homo sapiens sapiens) tidak mampu menghindar dari sifat angkuh atau sombong, maka sesungguhnya kita telah dikuasai oleh iblis atau setan. Keangkuhan paling besar yang dapat dilakukan oleh ras Adam a.s. adalah tidak menerima kebenaran mutlak kalimat "La llaha ilia Allah" : Tiada tuhan melainkan Allah. Seperti yang dilakukan oleh iblis ketika pertama kali menunjukkan sifat kesom-bongannya, yang sesungguhnya dia menolak kebenaran kalimat tauhid di atas.
Mari kita perhatikan cerita di bawah ini, tentang tujuh alasan mengapa Iblis membangkang terhadap perintah Allah Swt. (Shi-hab, 2006). Iblis mengadu dengan mempertanyakan keadaannya kepada Malaikat.
"Aku mengakui dan percaya bahwa Allah adalah Tuhanku dan Tuhan seluruh makhluk. Dia Maha Mengetahui lagi Mahaku-asa, tidak dipertanyakan tentang kodrat dan kehendak-Nya. Aku berserah diri kepada-Nya. Bila Dia berkehendak (menciptakan sesuatu), Dia hanya berfirman: Kun fayakun/Jadilah, maka jadilah. Dia Mahabijaksana, tetapi ada sekian pertanyaan yang tertuju terhadap kebijaksanaan-Nya:
• Tuhan telah mengetahui sebelum dia menciptakanku, apa yang aku lakukan. Maka, mengapa Dia menciptakan aku?
• Jika Dia menciptakan aku sesuai dengan kehendak-Nya, mengapa Dia membebankan kepadaku tugas-tugas yang sebenarnya tidak berguna bagi-Nya jika kulakukan, tidak juga Dia merugi bila kuabaikan?
• Dia telah menugaskan kepadaku aneka tugas dan telah kupenuhi berdasarkan asas pengetahuan serta ketaatan. Maka mengapa Dia menugaskan lagi aku bersujud kepada Adam!
• Kalaupun Dia menugaskan kepadaku secara mutlak dan menugaskan secara khusus untuk bersujud kepada Adam, mengapa Dia mengutuk aku dan mengusirku dari Taman ("Surga"), padahal aku tidak melakukan sesuatu kecuali ber-kata: Aku tidak akan sujud kecuali kepada-Mu?
• Kalaupun Dia menugaskanku secara mutlak/khusus, dan sebagai akibatnya aku dikutuk dan diusir-Nya dari Taman ("Surga"), mengapa dia memberiku kesempatan untuk menggoda Adam sehingga dia pun terpaksa keluar dari Taman ("Surga")? Bukankah lebih baik dia tidak memperkenankan aku menggodanya sehingga Adam dapat dengan tenang hidup di Taman ("Surga") tanpa terganggu olehku?
• Kalaupun Dia telah mengusir aku dari Taman ("Surga") dan tercipta permusuhan di antara aku dan Adam, mengapa pula dia menganugerahkan kepadaku kemampuan untuk menggoda anak cucunya? Aku dapat melihat mereka, sedangkan mereka tidak dapat melihatku. Aku dapat memengaruhi mereka dengan bisikan-bisikanku, sedangkan kekuatan dan kemampuan mereka tidak dapat memengaruhiku. Bukankah membiarkan anak cucu Adam itu hidup dalam kesucian, seba-gaimana keadaan mereka ketika lahir, lebih baik buat mereka?
• Kalau semua itu harus terjadi, mengapa Dia memenuhi per-mohonanku untuk hidup sampai waktu tertentu (kiamat)? Bukankah lebih baik jika permohonan itu ditolak-Nya sehingga dunia ini diliputi oleh kebaikan dan keharmonisan?"
Mari kita teruskan cerita di atas. Setelah mendengar berbagai alasan dan pertanyaan di atas, Allah Swt. berfirman kepada para malaikat.
Katakan kepada. Iblis, "Engkau berbohong, tidak tulus ketika berkata bahwa engkau berserah diri kepada-Ku. Kalau engkau benar dan jujur dalam ucapanmu bahwa Aku adalah Tuhan seru sekalian alarm, pastilah engkau tidak akan berkata 'mengapa'. Bukankah Aku Tuhan yang tiada Tuhan selain Aku? Tidak dipertanyakan apa yang Aku lakukan, sedangkan semua makhluk akan diminta pertanggungjawabannya."
Bila kita memperhatikan berbagai pertanyaan yang diutara-kan oleh Iblis di atas, seolah-olah semua pertanyaan itu logis bila kita hanya mengikutinya dengan logika semata. Mungkin kita pun sebagai makhluk Homo sapiens sapiens, dapat mengajukan pertanyaan yang sama bila kita hanya selalu mengikuti kekuatan daya logika kita semata.
Sebaliknya, bila dipahami secara mendalam makna pertanyaan di atas, kita akan tahu bahwa sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Iblis di atas muncul karena didasari sifat angkuh/sombong, mengandung kebohongan dan iri hati yang berujung pada pembangkangan kepada perintah Allah Swt.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

Allah berfirman, "Apakah yang menghalahgimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab Iblis "Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dan tanah." (QS Al-A'raf [7]: 12)
Itulah sifat angkuh/sombong setan atau Iblis yang dapat di-miliki oleh kita sebagai bagian dari ras Adam a.s. (Homo sapiens sapiens). Coba kita perhatikan, ketika diperintah oleh Allah Swt. agar sujud, Iblis tidak langsung menerima dan mengikuti perintah-Nya, tetapi dia mempertimbangkan apakah akan dia laksanakan perintah-Nya atau tidak karena kesombongan dirinya. Dia pertim-bangkan apakah perintah itu sesuai dengan nalarnya atau tidak.
Seandainya Iblis kemudian melakukan perintah sujud yang telah diperintahkan oleh Tuhan semesta alam, tetap saja ia tidak menunjukkan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah pada-hal beragama adalah sebuah penyerahan diri secara penuh kepada Allah Swt.
Agama atau perintah-perintah Allah tidak diturunkan atau ditetapkan oleh-Nya untuk dipertimbangkan oleh manusia apakah dikerjakan atau tidak, berdasarkan kesesuaian dengan nalarnya. Sesungguhnya agama itu berisi perintah dan larangan-Nya yang ditetapkan untuk dipercaya dan dilaksanakan, baik dipahami maupun tidak.
Memang kita diperbolehkan setelah menerima dan melaksa-nakan perintah atau larangan-Nya kemudian membahas, mem-pelajari, dan mencari hikmah serta rahasia perintahnya untuk kemudian dipahami. Itu bukanlah hal yang terlarang.
Bukankah Allah sering mengakhiri firman-firman-Nya dengan pertanyaan: "Tidakkah kamu pikirkan? Tidakkah kamu perguna-kan akalmu? Apakah kamu tidak melihatnya ...?" Semua kalimat tersebut mengajak kita sebagai keturunan ras Adam a.s. untuk mempelajari dan mencari hikmah perintah dan larangan-Nya.
Setelah mempelajarinya, kita menemukan jawaban yang memuaskan. Itulah yang diharapkan, tetapi bila tidak menemukan jawaban yang memuaskan, sebagai hamba Allah yang taat kita harus berucap, "Sami'na wa atha'na" yang artinya 'kami mende-ngar dan menaatinya'.
Oleh sebab itu, bila kita mengikuti pertanyaan-pertanyaan Iblis yang mungkin secara keseluruhan benar berdasarkan pertim-bangan logika, maka kita akan tetap dikecam dan dihukum oleh Allah Swt. karena keengganan untuk taat dan pasrah total kepada perintah Allah yang menciptakan seluruh isi langit dan bumi ini.
Astaghfirullah... ampuni kami ya Allah, hampir saja kami tergiring untuk membenarkan pertanyaan Iblis di atas, hingga kami cenderung untuk menyalahkan Allah Swt. sebagai pencipta seluruh makhluk yang mempunyai wewenang di atas segala-galanya, dan mempunyai maksud yang sering tidak dapat kami mengerti karena maksud dan manfaatnya ada di masa depan yang belum kami lalui.
Itulah sifat angkuh/sombong yang tercipta sebagai bagian dari kelemahan manusia, ras Adam a.s. alias makhluk Homo sapiens sapiens. Bila dibiarkan merasuk ke dalam qalbu kita, sifat tersebut akan menggiring kita kepada keengganan taat dan pasrah secara total kepada seluruh perintah dan larangan-Nya.
Setelah mengetahui seluruh kelemahan utama manusia keturunan Adam seperti kita ini, segeralah kita sadar bahwa betapa rentannya kita terhadap godaan setan atau Iblis yang terkutuk,
Selanjutnya, dari kedelapan kelemahan utama manusia ras Adam seperti kita, ternyata sifat sombong adalah kelemahan manusia yang sangat berbahaya. Seseorang dapat melakukan kedelapan kelemahan di atas karena satu kelemahan saja, yaitu sifat sombong tersebut. Sifat inilah yang merupakan dosa awal makhluk, seperti yang dilakukan oleh Iblis ketika membangkang perintah terhadap Allah untuk bersujud kepada Adam.
Seseorang dapat menzalimi orang lain karena sifat sombong. Dan dengan mengagungkan sifat ini, manusia dapat mudah menjadi iri hati, tamak, congkak, pemarah, pembantah terhadap Sang Pencipta, dan sebagainya. Suatu negara dapat menyerang nega-ra lain tanpa alasan atau dengan alasan yang dibuat-buat karena sifat sombong ini karena terlalu percaya diri. Bahkan seorang mantan Kepala Negara Amerika seperti George Bush telah dilem-par sepatu oleh seorang wartawan karena kesombongannya— karena ia tidak merasa sedikit pun bersalah ketika negaranya menyerang Irak tanpa alasan sehingga menyebabkan ribuan orang mati.
Boleh jadi karena sifat sombong manusia inilah nantinya Planet Bumi akan hancur. Masing-masing negara saling luncurkan bom atom nuklir untuk membalas serangan yang ada. Astagh-firuliah...!
Maka hanyalah perlindungan Allah Swt. yang dapat menyelamatkan kita dari malapetaka yang bersumber dari kelemahan kita sendiri. Jika kita tidak berlindung kepada Allah Swt, kelemahan itu akan dipergunakan oleh Iblis untuk menyukseskan misinya, yaitu membawa kita bersamanya memasuki kediaman abadi mereka di akhirat, yaitu Neraka yang menyala-nyala.

Ya Allah,
kuatkanlah kami
dari segala kelemaKan yang ada,
agar dapat mengarungi dunia ini
 di bawah petunjuk-Mu
dan selalu mampu menjauhi larangan-Mu.
Ya Khalik,
Engkaulah yang mengilhamkan
sifat kefasikan dan ketakwaan
dalam jiwa kami,
maka bimbinglah kami,
tuntunlah kami,
janganlah tinggalkan kami
 dalam kesendirian,
dalam mengarungi kehidupan
 sendau gurau di dunia ini,
sambil menunggu kekidupan abadi,

di alam akhirat-Mu.

* Tentang Penulis

AGUS HARYO SUDARMOJO lahir dl Jakarta pada 31 Juli 1964, adalah putra keempat darl seorang ayah bernama Agus Sudono (mantan Wakil Ketua DPA Rl). Dia menikah dengan Sri Retno Handayani, seorang arsitek, dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama: Bayubening P.S., Bramaseta J., dan Canang Wirabhumi N.
Dia adalah seorang ahli geologi lulusan Universitas Trisakti, dan se­orang pengusaha di bidang agroindustri. Dia pun pernah menjadi dosen selama tujuh tahun di Universitasnya.
Dalam perjalanan hidupnya, penulis pernah menggeluti dunla kebatinan ala Kejawen. Goa, gunung, dan lautan telah dijelajahinya demi mencari kebenaran sejati di alam dunia ini. Pada 2004, penulis merasa kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang selalu merasa diawasi oleh-Nya. Di saat itulah dia mulai "terjebak" dalam kenikmatan meng­geluti informasi-informasi yang tersirat dan tersurat dalam Al-Quran dan hadis sahih. Dia bertekad untuk terus menyenangi sains dan mencintai Al-Quran.
Dia bukanlah seorang ahli agama. Selain kegemarannya mengupas makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadis, ia juga senang mendekat pada alam dengan cara bersepeda, berkemah, dan berenang, demi cintanya kepada Sang Kekasih yang menciptakan alam jagat raya ini.
Penulis adalah generasi keenam dan seorang pahlawan kemerdekaan nasional yang sering dijuluki sebagai Pangeran Sambernyowo kemudian dinobatkan menjadi KGPAA Mangkoenagoro I, yang sebagai penyebar agama Islam pada abad ke-18. Hal inilah yang menggugah sanubarinya untuk bersyiar Islam secara modern dalam zamannya, untuk berbagi ilmu yang telah didapatnya.
Dalam kesehariannya penulis tetap sebagai seorang ayah yang sederhana, dekat dengan karyawan dan petani dalam mengembangkan bisnisnya.


Jember, 13 Agustus 2014

Pengutip :
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jalan Gajah Mada 118
Tilpun (0331) 481127 Jember

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar