Rabu, 03 Juni 2015

Makalah Pendek Mengapa Konsumsi Minyak Kelapa di Dunia Menurun ?



Mengapa Konsumsi Minyak Kelapa
di Dunia Menurun ?

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi

Pendahuluan
Di negara-negara tropis kelapa adalah pohom yang serba guna (The tree of life / A truly superfood)).
Sebelum Perang Dunia ke-2 minyak kelapa adalah minyak goreng yang terbanyak dikonsumsi di dunia. Waktu itu Indonesia adalah negara pengekspor kopra terbesar di dunia, yaitu sebesar 565.000 ton pada tahun 1938.

Sejak tahun 1960-an konsumsi minyak kelapa sangat menurun terlihat pada daftar konsumsi minyak goreng pada tahun 2008 sebagai berikut:

No.
Jenis minyak goreng
Per 1000 Ton
%
1
Minyak sawit
42,500
26,6
2
Minyak kedelai
37,930
23,7
3
Minyak rapa*
19.725
12,3
4
Minyak bunga matahari
10.236
6,4
5
Minyak kelapa
3,142
1,9
6
Lainnya
45.907
28,7
D u n I a
159.53
100
*Minyak rapa = rape seed adalah sejenis kobis, nama Latinnya adalah Brassica napus Linnaeus.
Penyebab menurunnya konsumsi minyak kelapa adalah :
1. Pendapat Ancel Keys bahwa diet tinggi lemak jenuh pada susu dan daging bisa menimbulkan penyakit jantung koroner, sedang lemak tidak jenuh pada minyak sayur baik bagi kesehatan.
2. Perang dagang minyak sayur AS versus minyak goreng tropis impor.
3. Kalah bersaing dengan minyak kelapa sawit yang ongkos produksinya lebih rendah.
1. Pendapat Ancel Keys bahwa diet tinggi lemak jenuh menimbulkan penyakit jantung koroner
     Ancel Keys adalah seorang ahli fisiologi. Pada tahun 1955 di depan para ahli WHO di Jenewa, Keys membacakan hasil penelitiannya di Jepang Italia, Inggris. Canada, Australia dan AS (diurut dari yang rendah) tentang kematian akibat penyakit jantung koroner. Menurut Keys, diet rendah lemak hewan di Italia bisa mencegah penyakit jantung koroner sehingga banyak yang berusia lanjut. (Sedang di negara-negara Barat lainnya konsumsi tinggi lemak hewani menaikkan kematian akibat penyakit jantung koroner).
 
     
     Berdasar pendapat ini di AS, bahkan di seluruh dunia semua lemak terutama hewani dinyatakan tidak baik bagi kesehatan. Lemak hewan mengandung lemak jenuh yang tinggi. Karena minyak kelapa juga mengandung lemak jenuh tinggi maka akibatnya disamakan dengan minyak hewan.
Kritik terhadap pendapat Ancel Keys
Dari data kesehatan sebagai berikut: :
- Tahun 1900-an serangan jantung di Barat hampir tidak ada, meskipun orang banyak makan lemak hewan.
-Tahun 1930-an serangan jantung di AS menimbulkan kematian sekitar 3.000 orang per tahun.
- Tahun 1960-an serangan jantung di AS menimbulkan kematian sekitar 500.000 orang per tahun.  
Dari data-data di atas konsumsi lemak hewan bukanlah penyebab penyakit jantung. Penyebabnya adalah karena konsumsi lemak buruk (minyak kacang dan jagung), serta lemak jahat (margarin) yang mengandung lemak trans. (Mungkin juga akibat konsumsi gula yang berlebihan).
2. Perang dagang minyak sayur AS versus minyak goreng tropis
Sebelum Perang Dunia ke-2 orang memakai lemak hewan dan minyak kelapa. AS mengimpor kopra dari Filipina dan pulau-pulau di Pasifik. Ternyata insiden penyakit jantung koroner rendah.
Sewaktu Perang Dunia ke-2 wilayah penghasil minyak kelapa di Pasifik dkuasai Jepang. AS tidak bisa meng-impor kopra dari Filipina dan pulau-pulau lainnya. Maka penduduk AS memakai minyak sayur produksi dalam negeri (minyak kedelai dan kacang) serta margarin (minyak jahat) yang mengandung lemak trans. Sejak saat itu insiden penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, hiperlipidemia dan kanker meningkat tajam. Penyebabnya adalah dari konsumsi minyak sayur dan margarine (minyak buruk dan jahat) itu
     Setelah Perang Dunia ke-2 minyak kelapa masuk lagi ke AS. Terjadi per-saingan dagang antara minyak sayur (minyak kedelai dan kacang) dalam negeri dengan minyak kelapa impor.

 
 





     
     
Produsen minyak sayur dan margarin yaitu Procter and Gamble (P&G), beserta petani kedelai yang  tergabung dalam American Soybean Association (ASA) membuat kambing hitam bahwa naiknya insiden penyakit jantung koroner di AS diakibatkan oleh konsumsi minyak kelapa import tropis.

 
 





     Bahkan Food and Drug Adminis-tration (FDA - Badan POM AS) dan American Heart Association (AHA – Persatuan Ahli Penyakit Jantung AS) serta mass media AS di antaranya The New York Times ikut mendukung tuduhan itu. Mereka menyurati pemerintah AS dan perusahaan makanan, memprotes penggunan minyak tropis yang mengandung minyak jenuh tinggi..

     Berdasarkan pendapat Ancel   Keys, Perhimpunan Ahli Jantung AS (ASA) di TV menyatakan bahwa konsumsi mentega asli dari susu dan lemak hewan secara berlebihan berbahaya bagi pembuluh darah koroner.
Pendapat-pendapat ini oleh para Dokter AS dimasukkan ke dalam Buku Ajar Gizi Kedokteran yang berpengaruh terhadap para dokter di seluruh dunia.

     Namun pendapat ini mulai dibantah oleh sarjana AS sendiri, di antaranya Dr. Bruce Five dengan bukunya Saturated Fat May Save Your Life,  yang terbit pada tahun 1998.
3. Kalah bersaing dengan minyak sawit yang ongkos produksinya lebih rendah
Kebun kelapa sawit terluas di dunia ada di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia kelapa sawit ditanam secara komersial sejak tahun 1911. Sejak tahun 1980-an area kebun kelapa sawit sangat meluas.

Minyak kelapa sawit yang aslinya berwarna merah itu, disebut Red Palm Oil (RPO). Lalu dihilangkan warnanya menjadi jernih sehingga disukai masyarakat.

Jumlah pohon kelapa di Indonesia lebih banyak dari pohon kelapa sawit. Tetapi produksi minyak kelapa sawit yang dilakukan secara massal dan mekanis menghasilkan minyak lebih banyak dan lebih murah daripada minyak kelapa yang dilakukan secara manual. Beaya produksi minyak kelapa sawit (beserta bijinya) per ton adalah US$ 200-220 sedabg beaya produksi minyak kelapa US$ 320-400 per tonnya. Sehingga harga minyak kelapa 2x lebih mahal daripada minyak kelapa sawit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak kelapa lebih baik dibanding minyak sayur (minyak kedelai dan jagung)
Pada awal tahun 1960-an, Dr. Ian A. Prior, seorang pakar jantung dan pengajar di Pusat Penyelidikan Wabah Penyakit di Hospital Wellington, New Zealand telah melakukan penyelidikan di dua pulau yaitu Puka-puka dan Tokelau di Pasifik Selatan. Dr. Ian memeriksa kesehatan penduduk setempat yang banyak memakan buah kelapa sebagai diet harian.
Hasilnya kadar kolesterol rendah, kesehatan fisik amat baik dan tidak ditemukan penyakit kronis seperti penyakit jantung coroner, diabetes, hipertensi, kanker dan lain-lain.
Penelitian di India yang dibacakan pada simposium Coconut and Coconut Oil in Human Nutrition, tanggal 27 Maret 1995, di Kochi India, menunjukkan bahwa pemakaian minyak kelapa tidak mengganggu kesehatan. Tidak ada peningkatan total kolesterol, HDL, LDL, rasio kolesterol atau trigliserida. Bahkan, keuntungan pemakaian minyak kelapa mulai disebut-sebut. Penelitian lebih baru yang berasal dari India menyata-kan bahwa penderita DM tipe II ternyata cenderung timbul atherosclerotic (pengkakuan dan penyempitan pembuluh darah arteriola) setelah mereka meninggalkan diet minyak kelapa (coconut oil) dan mengganti diet mereka dengan diet yang kaya akan poly-unsaturated vegetable oils, yang dipromosikan oleh Amerika sebagai sahabat jantung (“heart friendly”). Para dokter di sana sekarang menyarankan untuk kembali memakai minyak kelapa atau VCO.
Maka sebaiknya kita kembali memakai minyak kelapa seperti zaman dulu, karena menyehatkan. Tidak lagi memakai minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak sayur lainnya, apalagi margarine yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Jember, 2 Juni 2015
Dr. H.M. Nasim Fauzi 
Jalan Gajah Mada 118
Tilp. (0331) 481127 Jember