Rabu, 30 Maret 2011

Buku Merokok Harom ? 04


Minyak Kedelai dan Minyak Jagung
Sebagai Penyakit Jantung
Rokok Yang Dijadikan Kambing Hitam!


 

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi


 Pendahuluan


Buah kelapa telah lama berperan dalam budaya dan menjadi salah satu sumber makanan manusia sejak zaman dahulu. Buah ini juga merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan rakyat di Indonesia, jauh sebelum era kemerdekaan.
Dalam kehidupan tradisional, buah kelapa merupakan nutrisi yang berasal dari daging buahnya, yang penuh dengan santan dengan rasa gurih, dan minyak. Menurut survei kasar, dikatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia bergantung pada kelapa untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari maupun kebutuhan ekonomi
Buah kelapa yaitu dagingnya selain dimakan langsung juga dapat diproses menjadi minyak kelapa.
Secara kimiawi minyak kelapa dan semua minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan mengandung glycerol dan asam lemak.

 

Tidak Semua Asam Lemak Sama Sifatnya

Asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa, 92% adalah asam lemak golongan rantai karbon sedang, yang terdiri dari hanya 12 atom karbon yang diikat jenuh (tidak ada ikatan ganda), sedangkan jenis-jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak sayur (kedele, jagung, biji bunga matahari, biji kapok, canola dll), terdiri dari 18 atau lebih atom karbon dan sebagian besar adalah golongan asam lemak berantai panjang dan umumnya mempunyai ikatan ganda. Perlu diketahui bahwa minyak kelapa adalah satu-satunya minyak goreng di muka bumi yang mengandung asam laurat dengan kadar tertinggi setara dengan air susu ibu (kurang lebih 50%). Asam laurat ini mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami yang ampuh yang dapat membunuh berbagai jenis kuman, virus dan parasit, termasuk HIV dan Hepatitis virus C. Perlu diketahui pula, baik minyak kelapa maupun minyak sayur, keduanya sama-sama tidak mengandung kolesterol.

Klasifikasi Asam Lemak
Istilah lemak dan minyak sering kali dipakai bersama-sama. Secara harfiah perbedaan yang sebenarnya adalah; lemak akan tetap berbentuk padat pada suhu kamar; contoh lemak hewani, sedangkan minyak akan tetap berbentuk cair contoh, minyak sayur, seperti minyak jagung, kedele, biji bunga matahari, biji kapok, canola dll. Kedua-duanya termasuk golongan lemak dalam istilah ilmu kimia disebut fats atau fatty acids. Lemak jenuh adalah trigleserida, demikian pula lemak tak jenuh (minyak sayur). Setiap molekul trigleserida mengandung 3 molekul asam lemak. Berdasarkan ada ikatan ganda dalam struktur kimiawinya, molekul asam lemak yang terkandung dalam trigleserida, lemak dapat dibagi menjadi 3 kelompok; yakni
(1) Golongan minyak dengan asam lemak jenuh,
(2) Golongan minyak dengan asam lemak tak Jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty acids) dan
(3) Golongan minyak dengan asam lemak tak jenuh majemuk (Poly-unsaturated fatty acids).

Saturated Fatty Acid (SFA = Asam Lemak Jenuh)
Asam lemak jenuh, asam laurat terdiri dari 12 atom karbon, yang diikat jenuh oleh atom hidrogen dan tidak ada ikatan ganda. Asam lemak ini tergolong asam lemak rantai sedang dan banyak ditemukan dalam air susu ibu dan minyak kelapa.
Asam lemak tak jenuh tunggal, asam oleat terdiri dari 18 atom karbon di mana 1 pasang karbon atom diganti oleh satu ikatan ganda dan asam lemak ini tergolong dalam asam lemak rantai panjang serta kebanyakan ditemukan dalam minyak sayur seperti kedele dan canola
Asam lemak tak jenuh ganda, asam lenoleat terdiri dari 18 atom karbon dengan 2 ikatan ganda (majemuk) dan tergolong dalam asam lemak rantai panjang serta banyak ditemukan pada minyak sayur seperti kedele, jagung dan canola.
Asam lemak juga bisa dibedakan berdasarkan panjang rantai atom karbon, dengan demikian bisa dibagi lagi menjadi 3 kelompok:
1). Golongan minyak dengan asam lemak rantai pendek, terdiri dari 2-6 atom karbon saja, seperti asam cuka dan asam mentega.
2). Golongan minyak dengan asam lemak rantai sedang, terdiri dari 8-16 atom karbon, seperti minyak kelapa, minyak sawit dan minyak palm.
3). Golongan minyak dengan asam lemak rantai panjang, yang terdiri dari 18 atau lebih atom karbon.
Semua minyak sayur yang sekarang dijual di pasaran adalah tergolong dalam asam lemak rantai panjang. Ketiga jenis golongan asam lemak ini mempunyai proses pencernaan dan metabolisme didalam tubuh yang berbeda dan menghasilkan produk-produk zat bioaktif yang sangat berbeda pula. Maka setiap jenis golongan asam lemak mempunyai dampak fisiologis dan biologis yang sangat berbeda pula terhadap kesehatan kita.

Alur Proses Pencernaan dan Metabolisme Asam Lemak
Minyak kelapa yang mengandung 92% asam lemak rantai sedang. Setelah dikonsumsi, sesampainya di dalam saluran cerna, bisa terus diserap melalui dinding usus, tanpa harus melalui proses hidrolisa dan enzimatis, langsung masuk kedalam aliran darah dan langsung dibawa ke dalam hati untuk dimetabolisir. Di dalam hati, minyak kelapa ini diproses untuk produksi energi saja yang digunakan oleh semua organ dan jaringan tubuh.
Sebaliknya minyak sayur yang dibuat dari kedele, jagung, biji bunga matahari, bunga saf, biji kapok, canola dan sebagainya, karena kandungan asam lemaknya berantai panjang, sehingga ukuran molekul asam lemaknya besar-besar, perlu diproses dahulu di dalam saluran cerna sebelum bisa diserap melalui dinding usus seperti yang terjadi pada minyak kelapa. Asam-asam lemak ini mula-mula diuraikan dahulu menjadi asam-asam lemak ukuran kecil dan berbentuk asam lemak bebas melalui proses hidrolisa dan emulsi dengan bantuan cairan empedu. Setelah diemulsikan dengan sempurna, lalu diuraikan menjadi asam lemak bebas dengan bantuan enzim-enzim yang berasal dari pankreas. Setelah berbentuk asam lemak bebas baru bisa diserap oleh dinding usus, lalu disalurkan melalui saluran lemak (lymphatic lacteal ducts/ cysterna chyli). Unit-unit asam lemak bebas tersebut lalu disusun kembali dan dirubah menjadi chylomicron atau lipoprotein. Lipoprotein yang terbentuk inilah lalu dipasokkan ke dalam aliran darah umum melalui vena cava superior dan akhirnya sampai di hati. Lalu di dalam hati dimetabolisir dan produknya didistribusikan ke seluruh kelenjar endokrin, organ dan jaringan tubuh sampai habis semuanya dalam bentuk energi. Sedangkan kolesterol dan sisa lemaknya ditimbun di jaringan lemak tubuh. Demikian pula semua asupan kolesterol dan asam lemak di dalam makanan yang masuk kedalam tubuh akan diproses dengan cara yang sama menjadi lipoprotein lalu didistribusikan ke seluruh organ dan jaringan tubuh seperti yang sudah diterangkan di atas. Jadi, semua jenis minyak sayur akan berakhir di dalam tubuh sebagai energi, kolestrol dan timbunan jaringan lemak, sedang kedua senyawa yang terakhir, yakni kolesterol dan lemak inilah yang menjadi penyebab berbagai jenis penyakit kronis, degeneratif dan kanker.
Kalau minyak kelapa digunakan untuk menggoreng struktur kimianya tidak akan berubah sama sekali, karena 92% jenis asam lemaknya sudah dalam bentuk lemak jenuh yang stabil. Sebaliknya semua jenis minyak sayur kalau dipakai untuk menggoreng akan menjadi kental seperti oli mobil, karena terjadi proses polimerisasi (penggumpalan). Di samping itu akan menghasilkan trans fatty acids dan radikal bebas yang terkenal bersifat toksik dan karcinogenik. Gabungan dari trans fatty acids, radikal bebas, kelebihan kolesterol dan timbunan lemak dalam jaringan tubuh inilah yang menjadi penyebab utama berbagai jenis penyakit kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, kencing manis, obesitas, over weight, kanker dan sebagainya yang sekarang sedang melanda seluruh dunia tanpa mengenal batas umur, gender dan suku!. Selama penyebabnya yang tertimbun setiap hari dalam tubuh tidak disingkirkan, maka cara pengobatan yang hebat dan canggih apa pun hanya untuk sementara meredam gejala penyakit yang ditimbulkan, tetapi belum menyembuhkan penyakitnya.
Sampai sekarang sebagian besar masyarakat di Amerika Serikat masih memakai minyak kedelai untuk menggoreng makanan mereka. Ternyata minyak kedelai ini sangat jelek bagi kesehatan jantung karena mengandung asam lemak rantai panjang, yang bila dipanaskan akan berubah menjadi trans fatty acid yang toksik dan karsinogenik. Bila kenyataan ini tersebar ke masyarakat di A.S. dan dunia pasti akan sangat merugikan para produsen minyak kedelai di A.S. karena masyarakat tidak mau lagi memakai minyak kedelai produksi mereka.
Karena itu para kapitalis ini tidak segan-segan menggunakan segala cara yang mungkin termasuk menyogok para ilmuwan untuk memanipulasi data dan tidak menyebarkan hasil temuan mereka kepada masyarakat.
Perbuatan jahat mereka ini digambarkan dengan sangat gamblang oleh Prof. DR. Dr. Susilo Wibowo, M.S.Med., Sp.And dalam buku "VCO Pencegahan Komplikasi Diabetes" yang diterbitkan oleh Pawon Publishing, Jakarta, 2005 sebagai berikut:

Halaman 11-17:
Kampanye Sistematis Anti Minyak Kelapa di A.S.
Fungsi buah dan minyak kelapa yang sangat menakjubkan tersebut berusaha ditutupi oleh kampanye dan data-data, yang dikeluarkan oleh aktivitas konsumen Amerika yang tergabung dalam Center for Science in the Public Interest dan juga merupakan bentukan dari kelompok petani dan pengusaha minyak kedelai Amerika yaitu American Soybean Association (ASA).
Kampanye anti minyak kelapa atau minyak tropis ini telah dimulai sejak tahun 1930-an dan kembali diulang lagi lebih gencar pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Dari kampanye tersebut, interes dari produsen minyak lokal (minyak kedelai dan jagung) di Amerika berhasil menggiring opini dan merubah kebiasaan pemakai minyak kelapa. Mereka melakukan gerakan anti minyak jenuh yang sistematis. Campur tangan industri minyak kedelai di Amerika ini sangat kuat sehingga mampu mempengaruhi berbagai penelitian di seluruh dunia. Hasilnya, industri minyak kelapa terpuruk sedangkan industri minyak kedelai Amerika menanjak tajam. Promosi anti minyak kelapa yang dimulai sekitar tahun 1930-an tersebut sedikit terganjal oleh beberapa penelitian mereka sendiri. Hal ini terjadi saat peneliti dari Minnesota mengumumkan bahwa terjadi epidemi penyakit jantung disebabkan oleh penggunaan minyak sayur yang terhidrogenasi (hydrogenated vegetable fat). Tetapi informasi dibalik dan dikatakan bahwa minyak jenuh yang ada dalam minyak kelapalah yang terhidrogenasi dan menjadi trans fatty acid. Inilah yang dikatakan menjadi penyebab timbulnya penyakit jantung. Mereka mencoba memperbaiki metoda dan merubah cara hidrogenasi minyak kedelai dan minyak jagung, namun minyak kedelai dan minyak jagung tetap saja akan terhidrogenasi dan membentuk apa yang disebut trans fatty acid. Meskipun pada waktu yang bersamaan ada beberapa peneliti lain yang mendapatkan adanya efek yang menguntungkan dari pemakaian minyak kelapa dalam makanan, tetapi hasil penemuan tersebut diabaikan. Kampanye mereka itu tampaknya benar-benar memenangkan minyak kedelai dan minyak jagung dalam perang melawan minyak kelapa dan sawit. Kemenangan mereka ini masih diusahakan diperbesar dengan menghilangkan label minyak yang terhidrogenasi (hydrogenated fat) pada hasil produk mereka. Bisa ditebak, rekayasa ini menghasilkan penerimaan minyak lokal (minyak kedelai) dengan tekanan untuk mengganti minyak jenuh (terutama kelapa) dengan jumlah sebanyak-banyaknya dengan "polyunsaturated fat"yang ada pada minyak kedelai.
Publikasi besar-besaran pertama yang mengkampanyekan anti minyak jenuh diperkuat dengan mengikutsertakan produsen minyak jagung yaitu Corn Product Company (CPC International). Dalam buku yang ditulis oleh Jeremiah Stamier pada tahun 1963 dan diedit ulang pada tahun 1966 oleh CPC, benar-benar ditujukan untuk menghilangkan pemakaian minyak tropis di seluruh dunia. Dalam buku ini berbagai isu buruk dimunculkan untuk menghancurkan bisnis minyak kelapa. Tulisan tersebut merupakan serangan pertama yang sistematis untuk membunuh pemakaian, sekaligus produksi dan perdagangan minyak kelapa. Memang benar, bahwa sumber utama minyak jenuh nabati yang ada di dunia ini adalah minyak kelapa. Tetapi minyak jenuh ini dalam bentuk rantai menengah atau medium chain saturated fatty acid yang justru dibutuhkan tubuh dan bukan minyak jenuh rantai panjang atau long chain saturated fatty acid yang bersifat jahat pada tubuh.
Secara umum, minyak kelapa dan minyak sawit mempunyai kemiripan. Tetapi kenapa hanya minyak kelapa yang diserang ? Alasannya sederhana, minyak sawit ternyata tidak menembus pasar Amerika. Kalaupun ada hanya penetrasi yang lemah, jadi minyak sawit bukan merupakan ancaman dari minyak kedelai domestik sedang minyak kelapa ternyata lebih dulu menembus pasar Amerika. Promosi besar-besaran berikutnya datang dari para konsumen yang kemudian menuliskan kesaksian untuk mendukung minyak kedelai dalam berbagai media. Pada tahun 1962, rakyat Amerika sudah sangat takut mengenai lemak (terutama yang dikampanyekan sebagai lemak jenuh yang mengganggu jantung). Tetapi sebenarnya kalau kita jeli apa yang ada pada semua media tersebut adalah tidak terbukti ilmiah. Tidak ada testimoni yang membangun teori ilmiah. Tidak ada rumor yang setingkat dengan realita. Memang testimoni dan rumor akan membangun cerita, tetapi cerita bukanlah hal yang bisa dikategorikan sebagai ilmiah. Bahkan anekdot yang mereka ciptakan juga tidak akan membentuk alur pemahaman ilmiah. Tetapi memang benar bahwa cerita, anekdot dan testimoni ini yang mampu membentuk opini masyarakat sehingga timbul perubahan pemakaian minyak. Kepercayaan tersebut tampak juga pada pemahaman mengenai alien dan hal-hal yang muskil.
Awal tahun 1965, wakil dari Procter dan Gamble melaporkan kepada American Heart Association (AHA) untuk merubah pernyataan diet mereka. Dikatakan, sebaiknya mereka menyembunyikan semua kepustakaan mengenai trans fatty acid yang disadari merupakan penyebab penyakit jantung. Mereka menganjurkan pemakaian istilah partially hydrogenated fat (minyak yang terhidrogenasi sebagian) untuk melunakkan tentangan para ilmuwan dan masyarakat. Tetapi pada tahun 1970, kembali Procter dan Gamble ini, yang saat itu sudah menjadi konsultan nutrisi, mulai mengontrol penelitian-penelitian dalam National Heart Lung and Blood Institute's Lipid Research Clinics (LRC). Pada pertemuan National Cholesterol Education Program (NCEP) tahun 1984, mereka kembali menghasilkan anjuran untuk menggunakan margarin (yang notabene merupakan trans fatty acid) dan penggunaan partially hydrogenated fat. Tetapi mereka juga menyarankan bahwa trans fatty acid tidak boleh dikonsumsi berlebihan. Pernyataan yang sangat tendensius dan menohok langsung adalah kata-kata: "Penggunaan minyak kelapa dan minyak sawit sebaiknya dihindari". Kata-kata itu sampai sekarang masih tetap teringat pada sebagian besar rakyat Indonesia bahkan para ilmuwan dan dokter.
Mulai tahun 1970 penelitian yang menyuarakan tentang bahaya trans fatty acid mulai menguat. Oleh karena itu Food and Drug Administration (FDA) bereaksi menjawab isu tersebut dengan berbagai cara, antara lain : (1) mempromosikan penggunaan partially hydrogenated fat; (2) Tetap melarang lemak jenuh (saturated fat); dan (3) menyembunyikan isu mengenai trans fatty acid. Tahun 1971, konsul jendral FDA diganti oleh seorang ahli hukum yang mewakili industri minyak dalam negeri mereka. Mereka mulai menjadi sponsor pendidikan masyarakat dengan berbagai informasi mengenai kebaikan minyak kelapa dan sawit yang tidak tumbuh di Amerika. Sayangnya waktu itu para produsen minyak kelapa dan sawit belum mampu mempertahankan diri dengan benar.
Pada tahun 1972 dan seterusnya konsumen Amerika yang sangat vokal mulai ikut mengkampanyekan anti minyak jenuh. Dalam tahun berikutnya semua industri minyak yang tergabung dalam American Soybean Association (ASA), aktivis konsumen dalam Center for Science in the Public Interest (CSPI) serta American Heart Savers Association (AHSA) kembali menjadi sponsor anti lemak jenuh. Mereka membuat aturan agar label pada produk minyak kelapa dan minyak sawit ditambahkan kata-kata "rich in artery-clogging saturated fat atau kaya akan lemak yang menyebabkan sumbatan pembuluh darah jantung". Tahun 1982 CPSI bersama ASA membuat kampanye bersama-sama petani kedelai dan membuat iklan dengan tema "(Tropical) Fat Fighter Kit" Bahkan ASA menyewa ahli gizi (nutritionist) dari Washington DC untuk melakukan survey di supermarket. Mereka menekankan pada minyak goreng yang dipakai di restoran fast food. Tujuannya jelas untuk mendiskreditkan restoran-restoran yang berani memakai minyak jenuh atau minyak kelapa. Pada tahun 1988 CSPI mempublikasikan buku yang berjudul Saturated Fat Attact." Section III di buku ini yang berjudul "Those Troublesome Tropical Oils" menyarankan kalimat-kalimat dalam label produksi yang jelas-jelas mendiskreditkan minyak jenuh. Buku ini sangat tendensius dan banyak mengandung kesalahan data pada karakteristik biokimiawi minyak yang disajikan.
Surat kabar lokal juga ikut bersuara. Koran khusus yaitu Soybean Digest sangat aktif mengkampanyekan anti minyak tropis. Bahkan pada 3 Juni 1987, the New York Times mempublikasikan dalam kolom editorial mengenai "The Truth About Vegetable Oil atau kebenaran mengenai minyak sayur" yaitu minyak kelapa dan minyak sawit sebagai "the cheaper, artery clogging oils from Malaysia and Indonesia atau minyak murah penyebab sumbatan pembuluh darah jantung yang berasal dari Malaysia dan Indonesia" dan mengklaim bahwa U.S. federal dietary guidelines juga menentang penggunaan minyak kelapa, meski klaim ini diragukan kebenarannya.
Kembali pada tahun 1989, ASA mengadakan konferensi dibantu CSPI di Washington DC untuk menjawab press conference dari palm oil group's pada tanggal 6 Maret 1989. Media dari ASA yang bernama "Medsia Alert", menyatakan bahwa National Heart Lung and Blood Institute and National Research Council merekomendasikan agar konsumen "avoid palm and coconut oils atau menghindari minyak sawit dan minyak kelapa". Sepak terjang kelompok industri minyak kedelai dan minyak jagung ini terasa sangat absurd dan kasar.
Semua penelitian yang dilakukan bukannya bohong belaka. Tetapi kalau dianalisa lebih jauh, pada penelitian mereka mengenai minyak jenuh, ternyata didasarkan pada minyak jenuh yang terhidrogenasi (hydrogenated fat) yang berubah menjadi trans fat yang memang jelas-jelas berbahaya. Tetapi minyak kelapa sendiri sebenarnya tidak mengandung hydrogenated fat maupun trans fat. Tetapi sekali lagi, karena hanya berdasar anecdote, testimony dan cerita, banyak masyarakat dan bahkan dokter di Indonesia masih percaya bahwa minyak kelapa akan menyebabkan kolesterol dan menimbulkan penyakit jantung. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang "terlanjur" percaya pada ilmuwan Amerika dan tidak mau belajar lagi dan justru mereka menentang pemakaian minyak kelapa di Indonesia. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa fihak Amerika (dalam hal ini para produsen minyak kedelai dan minyak jagung, termasuk petaninya) telah sukses menekan penggunaan minyak kelapa. Tetapi nampaknya kondisi ini akan segera berbalik, seiring ketidakmampuan para produsen di Amerika untuk memproduksi minyak yang mengandung asam laurat (lauric acid) yang ternyata sangat bermanfaat untuk kesehatan.

 
Halaman 19-21
Penelitian Baru dan Pengungkapan Penyakit Yang Timbul di Masyarakat Akibat Konsumsi Minyak Sayur
"Laporan awal, yang menyatakan akibat buruk karena mengikuti anjuran perubahan pola makan dengan mengikuti saran Amerika (pengusaha minyak kedelai), datang dari penelitian penduduk di Pulau Nauru, di Pasifik Selatan."
Berabad lamanya mereka mengkonsumsi makanan yang terdiri dari pisang, bengkuwang (yams) dan santan serta minyak kelapa. Ternyata mereka hidup dengan sehat dan bebas dari Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis. Tetapi, setelah stelah pada pulau itu ditemukan deposit fosfat, maka datang para imigran dan mereka menjadi kaya. Setelah kaya, mereka merubah kebiasaan hidup dan mulai mengkonsumsi gandum, gula dan minyak tumbuhan selain minyak kelapa. Sekarang, menurut survey dari WHO pada tahun 1978, 50% penduduk urban nauru yang berumur 30-64 tahun ternyata menderita Diabetes Mellitus. Tetapi kabar darei temuan ini diabaikan karena merugikan para produsen minyak kelapa.
Sekitar tahun 1981, yaitu sebelum press release dari grup minyak kelapa sawit, Prior dan kawan-kawan yang meneliti di pulau Pukapuka dan Tokelau, menyatakan bahwa tidak terdapat bukti adanya efek yang merugikan pada penduduk asli yang mengkonsumsi minyak kelapa dalam dalam jumlah banyak (high saturated fat intake). Tetapi penduduk yang kemudian migrasi ke New Zealand, yang kemudian memutuskan untuk mengurangi konsumsi minyak kelapa sedikit, ternyata total kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL=lemak tubuh yang berbahaya) naik, sedang High Density Lipoprotein (HDL=lemak tubuh yang melindungi jantung) turun.
Sekitar tahun 1988 dan tahun 1989, yaitu tahun dimana grup produsen minyak kelapa sawit mulai membela diri, penelitian di atas diperkuat oleh temuan-temuan lain. Blackburn dan kawan-kawan, mengungkapkan dan menyimpulkan bahwa minyak kelapa yang dimakan secara fisiologis bersama minyak lain (nabati dan hewani) dan atau bersama-sama dengan suplemen asam linoleat tidak mempunyai efek pengkakuan pembuluh darah (atherogenicity) seperti yang dituduhkan sebelumnya. Di Srilangka, penelitian yang dilakukan Mendis dan kawan-kawan tahun 1989, menunjukkan adanya perubahan jelek pada kadar lemak darah setelah merubah konsumsi minyak kelapa menjadi minyak jagung seperti yang dianjurkan oleh Amerika. Dengan minyak jagung, total kolesterol memang menurun 18,7%, LDL turun 23,8%, dan yang justru mengkhawatirkan adalah bahwa HDL turun dengan sangat drastis yaitu 41,4% dan rasio kolesterol juga naik 30%. Kondisi ini sangat menghawatirkan karena HDL adalah kolesterol yang melindungi jantung sedang rasio yang meningkat juga akan meningkatkan insiden terjadinya penyakit jantung. Selanjutnya pada tahun 1990, grup yang sama juga melaporkan bahwa minyak kelapa meningkatkan HDL, sedangkan minyak kedelai yang dianjurkan Amerika justru menurunkan HDL. Dukungan yang datang dari tulisan Mary G Enig, pada textbook yang berjudul "Coronary Heart Disesase", yang diedit oleh Mann GV, terbitan Janus Publishing, London, mengatakan bahwa pernyataan bahwa diet dengan lemak jenuh merupakan problem kesehatan ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada. Selanjutnya pada tahun 1995, penelitian di India yang dipresentasikan pada simposium Coconut and Coconut Oil in Human Nutrition, tanggal 27 Maret di Kochi, India, menunjukkan bahwa pemakaian minyak kelapa tidak mengganggu kesehatan. Tidak ada peningkatan total kolesterol, HDL, LDL, rasio kolesterol atau trigliserida. Bahkan, keuntungan pemakaian minyak kelapa mulai disebut-sebut. Penelitian lebih baru yang berasal dari India menyatakan bahwa penderita DM tipe II ternyata cenderung timbul atherosclerotic (pengkakuan pembuluh darah) setelah mereka meninggalkan diet minyak kelapa (coconut oil) dan mengganti diet mereka dengan diet yang kaya akan polyunsaturated vegetable oils, yang dipromosikan oleh Amerika sebagai sahabat jantung ("heart friendly"). Para dokter di sana sekarang menyarankan untuk kembali memakai minyak kelapa atau VCO.

 

Minyak Goreng yang Mana yang Paling Aman dan Paling Sehat

 Hasil analisa dari berbagai jenis minyak goreng menunjukkan bahwa semua minyak sayur mengandung asam lemak tak jenuh majemuk rantai panjang dalam kadar tinggi (22-78%). Minyak safflower menduduki urutan paling atas dengan kadar 78%, disusul oleh minyak biji matahari (69%), dan seterusnya. Sedang minyak kelapa menduduki urutan paling bawah dengan kadar asam lemak tak jenuh majemuk rantai panjang hanya 2% saja.

Sedangkan kandungan asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acids=MUSFA) kadarnya cukup bervariasi, dan kadar MUSFA yang paling rendah, sekali lagi adalah minyak kelapa (6%), sedangkan minyak jenis lain berkisar dari 12% pada minyak sawit sampai yang paling tinggi pada minyak zaitun 77%.

 

Ada minyak goreng yang diiklankan sebagai minyak goreng paling aman dan sehat yang sedang menjadi favorit para konsumen adalah minyak canola ternyata mengandung MUSFA 63%. Jikalau kedua jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang; baik yang poli maupun mono digabung menjadi satu, maka kadar asam lemak tak jenuh majemuk rantai panjang minyak canola menjadi 93% (31 + 63%), sedangkan minyak zaitun adalah 86% (9 + 77%) dan minyak kelapa hanya 8% (2 + 6%). Minyak atau lemak yang mengandung persentasi asam lemak tak jenuh rantai panjang berkadar tinggi, seperti canola (93%) efeknya kurang baik untuk kesehatan. Karena bila dipakai untuk menggoreng, disamping terjadinya polimerisasi (penggumpalan), ia juga membentuk trans fatty acids dan radikal bebas yang toksik dan karcinogenik. Di dalam alur proses pencernaan dan metabolisme akan menghasilkan energi, kolesterol dan lemak. Sedangkan minyak kelapa hanya menghasilkan energi. Dengan demikian minyak kelapa adalah lebih aman terhadap kesehatan dibandingkan semua jenis minyak goreng!

 
Minyak goreng dari kelapa sawit
Dengan ditinggalkannya minyak kelapa sebagai minyak goreng, masyarakat di Indonesia beralih ke minyak sawit. Hutan-hutan di Sumatra dan Kalimantan sebagian besar telah dialih-fungsikan menjadi kebun kelapa sawit yang sangat luas. Kini Indonesia telah menjadi produsen utama minyak sawit di dunia untuk dikonsumsi di dalam negeri dan diekspor. Apakah minyak goreng yang kita konsumsi itu tidak berbahaya untuk kesehatan jantung ?
Untuk bisa menjawab hal ini kita harus tahu komposisi buah sawit dan proses pembuatan minyaknya. Buah sawit yang diambil dari kebun itu terdiri dari bijinya (kernel) dan sabut. Keduanya mengandung minyak. Komposisi minyak dari biji sawit (kernel) ternyata sama dengan minyak kelapa yaitu sangat baik untuk kesehatan jantung.
Minyak biji sawit / kernel palm oil mengandung asam lemak rantai sedang yang tidak menghasilkan trans fatty acid bila dipanaskan. Trans fatty acid inilah yang sangat berbahaya bagi kesehatan jantung Sedang minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit mengandung asam lemak rantai panjang yang menghasilkan trans fatty acid bila dipanaskan. Di pabrik minyak kelapa sawit, buah sawit itu secara utuh diproses menjadi minyak goreng / red palm oil (RPO). Karena kedua jenis minyak itu tercampur maka minyak sawit / RPO tidak baik bagi kesehatan jantung
Agar minyak sawit tidak berbahaya bagi kesehatan seharusnya biji dan sabut sawit itu dipisahkan terlebih dahulu baru kemudian diproses sendiri-sendiri. Minyak dari biji / kernel palm oil digunakan untuk konsumsi manusia, sedang minyak dari sabutnya dipakai untuk bahan bakar mobil.

Mari kita beralih dari minyak kelapa sawit
ke minyak biji kelapa sawit (Kernel palm oil).

 Di Indonesia pemakaian minyak goreng terbanyak adalah minyak kelapa sawit. Minyak ini tidak mengandung asam laurat (C12) yang baik bagi kesehatan jantung, sebaliknya mengandung asam oleat (C18) yang berbahaya bagi kesehatan jantung. Kita tidak mungkin kembali mengkonsumsi minyak kelapa yang banyak mengandung asam laurat (C12) dan sedikit mengandung asam oleat (C18) itu karena beberapa alasan sebagai berikut :

1. Reputasi minyak kelapa sudah terlanjur jelek dan sukar dipulihkan kembali.
2. Pemakaian buah kelapa sekarang terutama adalah untuk dibuat santan, kue dan diambil daging kelapa mudanya. Untuk membuat minyak kelapa secara besar-besaran kita harus menanam pohon kelapa baru. Hal ini sukar dilaksanakan karena memerlukan area tanam yang sangat luas, bibit, modal dan waktu yang banyak, serta diperlukan komitment dari pemerintah, swasta dan rakyat.
3. Jalan yang layak ditempuh adalah kita tetap menggunakan minyak kelapa sawit, namun sebelum diperas, biji dan sabutnya dipisahkan terlebih dahulu, kemudian baru diproses. Minyak dari sabut kelapa sawit digunakan untuk bahan bakar mobil dan industri, sedang minyak dari bijinya (kernel) kita konsumsi dan diekspor.

 
Undang undang Pelarangan Penggunaan Trans Fatty Acids
Denmark adalah negara inovator pertama Eropa yang sudah melaksanakan undang-undang pelarangan penggunaan minyak dan lemak yang mengandung trans fatty acids hasil buatan industri. Sejak tanggal 1 Juni 2003, minyak dan lemak yang mengandung lebih dari 2 % trans fatty acids dilarang dijual untuk konsumsi masyarakat. Larangan ini berlaku pula untuk semua jenis makanan baik buatan dalam negeri (Denmark) maupun yang diimpor. Dan sejak tanggal 31 Desember 2003 larangan yang sama juga dikenakan pada semua produk makanan jadi.
Foods and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat telah mengeluarkan maklumat mengenai keharusan mencantumkan trans fatty acids pada label kemasan makanan dan diharapkan semua pabrik makanan jadi sudah mentaati peraturan ini sebelum tanggal 1 Januari 2006 (http://www.cfsan.fda.gov/label htmal). Demikian juga Kanada mengharapkan semua pabrik makanan jadi sudah melaksaankan dalam waktu 3-5 tahun mendatang tergantung daripada besar volume penjualan dari masing-masing pabrik makanan bersangkutan (http://www.hc-sc.gc.ca/food-aliment/ns-sc/ne-en/labelling-etiquetage/e_nutrition_labelling_and_nutrie.html).

Penutup

Mengapa berbagai macam penyakit seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, kencing manis, obesitas, over weight, kanker dsb, yang sekarang sudah mewabah di seluruh dunia dan tidak mengenal umur, gender dan suku, begitu sulit untuk ditanggulangi oleh hanya dengan menggunakan berbagai macam obat allopathic (dokter) saja. Maka perlu diteliti penyakit yang diakibatkan oleh makanan fungsional utama yang dikonsumsi setiap hari. Selama penyebabnya tidak disingkirkan, maka penyakitnya tidak bisa disembuhkan (Drugs Do Not Cure Disease 1999, dan Free Radicals Invite death, 1997, Yokie Newa M.D ,Ph. D,).
Dengan uraian diatas, sekarang menjadi jelas sekali bahwa sebagai salah satu faktor utama yang sama yang dapat menyebabkan wabah penyakit kronis, degeneratif dan kanker di seluruh dunia adalah akibat timbunan komponen zat-zat bioaktif yang toksik dan karsinogenik yang terus menerus setiap hari dikonsumsi dari mulai bayi sampai orang dewasa yang terkandung dalam bahan makanan fungsional utama, yakni, minyak sayur!.
Jikalau Anda ingin mengamankan keluarga dari salah satu bentuk ancaman penyakit seperti kardio-vaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, kencing manis, obesitas, over-weight, kanker dan sebagainya, adalah sangat bijaksana untuk mengambil keputusan sekarang juga agar Anda menggantikan minyak sayur dengan Minyak Kelapa yang paling aman dan paling sehat dimuka bumi!.

 

Jember, 30-03-2011

 

Dr. H.M. Nasim Fauzi


 
Jl. Gajah Mada 118
Tlp. 481127 Jember